Anda di halaman 1dari 21

APAKAH SAKA WANABAKTI ITU?

Saka Wanabakti adalah salah satu Satuan Karya Pramuka yang merupakan wadah Pendidikan di
bidang Kehutanan dan lingkungan hidup bagi anggota Pramuka agar mereka dapat membantu, membina
dan mengembangkan kegiatan pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup, sebagai baktinya
terhadap pembangunan masyarakat bangsa dan negara.
Tujuan dibentuknya Saka Wanabakti adalah untuk memberi wadah pendidikan di bidang
kehutanan kepada anggota Gerakan Pramuka, terutama Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega agar
mereka dapat membantu membina dan mengembangkan kegiatan pelestarian sumberdaya alam dan
lingkungan hidup, melaksanakan secara nyata, produktif dan berguna bagi Pramuka Penegak dan Pramuka
Pandega sebagai baktinya terhadap pembangunan masyarakat, bangsa dan negara.
Kegiatan kesakaan dilaksanakan di gugus depan dan satuan karya Pramuka disesuaikan dengan
usia dan kemampuan jasmani dan rohani peserta didik. Kegiatan pendidikan tersebut dilaksanakan
sedapat-dapatnya dengan praktek berupa kegiatan nyata yang memberi kesempatan peserta didik untuk
menerapkan sendiri pengetahuan dan kecakapannya dengan menggunakan perlengkapan yang sesuai
dengan keperluannya.

Anggota Saka Wanabakti adalah :


1. Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega
2. Pembina Pramuka sebagai Pamong Saka dan instruktur tetap
3. Pemuda calon anggota Gerakan Pramuka yang berusia 16-25 tahun.
Syarat menjadi Anggota Saka Wana Bakti :
1. Membuat pernyataan tertulis secara sukarela untuk menjadi anggota Saka Wanabakti.
2. Untuk calon anggota Gerakan Pramuka dan Pramuka Penegak serta Pramuka Pandega,
mendapat izin tertulis dari orang tua/wali, pembina Satuan dan Pembina Gugusdepan.
3. Untuk Pamong Saka mendapat persetujuan dari Pembina Gugusdepannya dan telah
mengikuti Kursus Pembina Pramuka tingkat Dasar.
4. Instruktur tetap memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kecakapan di bidang Saka
Wanabakti.
5. Pamong Saka dan Instruktur tetap, diangkat oleh Kwartir Cabang.
6. Sehat jasmani dan rohani

KAPAN DIBENTUKNYA?

Diawali dengan penandatangan piagam kerjasama Kwartir Nasional Gerakan Pramuka dengan
Departemen Kehutanan pada tanggal 27 Oktober 1983 oleh Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka
Let. Jen TNI (Purn) Mashudi dan Menteri Kehutanan Kabinet Pembangunan III Republik Indonesia Dr.
Soedjarwo.

Pembentukan Saka Wanabakti ditetapkan dengan Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka No.134
Tahun 1983, tanggal 10 Desember 1983.

Pada tanggal 19 Desember 1983, Pimpinan Saka Wanabakti ditetapkan dan dilantik oleh Wakil Presiden
RI, Umar Wirahadikusamah, pada kesempatan Upacara Puncak Penghijauan Nasional di Desa Pipit,
Karang Asem-Bali, yang sampai saat ini tanggal tersebut sebagai lahirnya Saka Wanabakti.
APAKAH KEGIATANNYA?

1. Bidang Kehutanan secara umum yang menunjang Program Pembangunan Nasional dibidang
Kehutanan.
2. Bidang Lingkungan hidup

3. Bidang Kehutanan yang dituang dalam jenis Krida

4. Bakti kepada masyarakat dalam rangka pelestarian hutan, tanah dan air.

Bapak Presiden Soeharto berpesan kepada generasi muda melalui Saka wanabakti. Pada peresmian
Arboretum Wana Wisata Cibubur.

Pesanku bagi Gerakan Pramuka generasi penerus perjuangan bangsa :

”LESTARIKANLAH MANFAAT HASIL HUTANMU”

LAMBANG SAKA WANABAKTI

Sesuai dengan SK Nomor : 017/KN/Tahun 1996 Tentang Perubahan lambang (Badge) saka Wanabakti

Bentuk :
Segi lima sisi ukuran 5 cm

Isi lambang :
a. Gambar Lambang Departemen Kehutanan
b. Gambar Lambang Gerakan Pramuka
c. Tulisan huruf Kapital berbunyi Saka Wanabakti

Warna dan Artinya :

1. Warna dasar cokelat, melambangkan tanah yang berkat usaha-usaha penghijauan,


reboisasi dan konservasi tanah dan usaha lainnya yang dilakukan terus menerus
2. Pohon Hijau adalah lambang kesuburan dan kemakmuran bumi.
3. Pohon dan akar berwarna hitam, melambangkan hutan sebagai sarana penunjang
pembangunan Nasional perlu dikelola secara produksi dan lestari.
4. Gambar berwarna biru,melambangkan fungsi hutan sebagai pengatur tata air yang
sangat penting artinya mengingat air adalah salah satu sumber kehidupan manusia yang mutlak
diperlukan.
PENYEMPURNAAN LAMBANG SAKA WANABAKTI

SK No:005/KN/Th 1984 SK No:017/KN/Th 1996

Dalam hal ini Pimpinan Satuan Karya Wanabakti Tingkat Nasional telah menyempurnakan lambang
(badge) Saka Wanabakti sebagaimana diatur dalam Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka
Nomor : 005 Tahun 1984 tentang lambang (badge) Saka Wanabakti tidak berlaku lagi, maka berikut ini
Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor : 017 Tahun 1996 tentang perubahan lambang
(badge) Saka Wanabakti.

KEHUTANAN UMUM

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 41 tahun 1999 tentang kehutanan memberikan


pengertian antara lain sebagai berikut:
1. Kehutanan adalah sistem pengurusan yang bersangkut paut dengan hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan
yang diselenggarakan secara terpadu.
2. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang
didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat
dipisahkan.
3. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk
dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
4. HUTAN MENURUT STATUS
a. Hutan negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas tanah.
b. Hutan hak adalah hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas tanah.
5. Hutan adat adalah hutan negara yang berada dalam wilayah masyarakat hukum adat.
6. HUTAN MENURUT FUNGSI
a. Hutan produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan.
b. Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem
penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi
air laut, dan memelihara kesuburan tanah.
c. Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok
pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.
7. TIPE HUTAN
a. Hutan Perawan (hutan primer) adalah hutan yang masih asli dan belum pernah dibuka oleh manusia atau
telah mendapat gangguan sedikit dalam keperluan berburu, wisata, dan mengambil hasil hutan non kayu
pada dasarnya tidak mengalami perubahan dari bentuk aslinya.
b. Hutan Sekunder adalah hutan yang tumbuh kembali melalui proses suksesi sekunder setelah ditebang atau
kerusakan yang cukup luas dari pembukaan lahan untuk perkebunan, illegal logging lalu lama kelamaan
tumbuh secara alami.
8. Kawasan hutan suaka alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok sebagai
kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya, yang juga berfungsi
sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan.
9. Kawasan hutan pelestarian alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok
perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta
pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
10.Hasil hutan adalah benda-benda hayati, non hayati dan turunannya, serta jasa yang berasal dari hutan.adalah
suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi
pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.

Manfaat Hutan
1. Manfaat ekonomi
- Penjualan hasil hutan
- Menyumbang devisa negara
2. Manfaat Klimatologis
- Mengatur iklim
- Menghasilkan oksigen
3. Manfaat Hidrologis
- Menampung air hujan di dalam tanah
- Mencegah intrusi air laut
- Pengatur tata air tanah
4. Manfaat Ekologis
- Mencegah erosi dan banjir
- Menjaga dan mempertahankan kesuburan tanah
- Melestarikan keanekaragaman hayati
5. Manfaat Sosial
- Membuka lapangan kerja
- Meningkatkan kesempatan berusaha

Semua hutan di dalam wilayah Republik Indonesia termasuk kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh Negara untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Penguasaan hutan oleh Negara, artinya Negara memberi wewenang kepada Pemerintah untuk:
a. Mengatur dan mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan
b. Menetapkan status wilayah tertentu sebagai kawasan hutan atau kawasan hutan sebagai bukan kawasan
hutan
c. Mengatur dan menetapkan hubungan-hubungan hukum antara orang dengan hutan, serta mengatur
perbuatan-perbuatan hukum mengenai kehutanan.
Pengurusan hutan oleh Pemerintah meliputi penyelenggaraan kegiatan :
a. Perencanaan kehutanan
b. Pengelolaan kehutanan
c. Penelitian dan pengembangan, pendidikan dan latihan, serta penyuluhan kehutanan
d. Pengawasan

Perum Perhutani sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bidang kehutanan menerima tugas
dari pemerintah untuk melaksanakan kegiatan pengelolaan hutan Negara di propinsi Jawa Tengah, Jawa
Timur, Jawa Barat, dan Banten, kecuali hutan konservasi.

Oleh karena itu, Perhutani hanya melaksanakan tugas pengelolaan hutan, meliputi:
a. Tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan
b. Pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan
c. Rehabilitasi dan reklamasi hutan
d. Perlindungan hutan dan konservasi alam
APA SKK DAN TKK ITU?
Syarat Kecakapan Khusus (SKK) adalah syarat yang perlu dipenuhi oleh seorang pramuka yang
ingin memperoleh TKK (tanda kecakapan khusus). Dan TKK adalah tanda yang menunjukan kecakapan,
kepandaian, ketangkasan, keterampilan seorang Pramuka yang dimilikinya di bidang tertentu. Tanda
kecakapan khusus lain dari tanda kecakapan umum yang didasarkan atas SKU. TKK merupakan salah satu
cara penerapan system tanda kecakapan sesuai dengan prinsip-prinsip dasar metodik Pendidikan
Kepramukaan maka Pembina Pramuka supaya berusaha membantu, memberi motivasi, mendorong agar
pramuka yang dibinanya memiliki tanda kecakapan khusus.

Dari Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa Syarat dan Tanda Kecakapan Khusus Kesakaan
yang ada belum dirasakan manfaatnya sebagai bekal bagi kehidupan dan penghidupan peserta didik di
kemudian hari, selain itu pengakuan keterampilan / keahlian secara formal baik oleh instansi terkait
maupun masyarakat tentang keberadaan TKK peserta didik masih kurang, karena standar SKK kesakaan
yang masih belum memadai.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka syarat dan Tanda Kecakapan Khusus Satuan Karya
Pramuka Wanabakti (SKK/TKK saka wanabakti) perlu disempurnakan. Penyempurnaan SKK/TKK
tersebut dituangkan dalam Surat keputusan Kwartir Nassional Gerakan Pramuka Nomor 63 tahun 1996
tentang Penyempurnaan Syarat-syarat dan Gambar Tanda Kecakapan Khusus Kelompok Kehutanan.
Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor 028 tahun 1985 tentang krida Satuan Karya
Pramuka Wanabakti. Dengan demikian Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor 58 tahun
1984 Tentang SKK dan TKK Bidang Kehutanan maka Syarat Kecakapan Khusus Kehutanan yang berjumlah
17 tanda kecakapan khusus tidak berlaku lagi.

Dalam Surat keputusan Pimpinan Saka Wanabakti Tingkat Nasional Nomor 125/PSWB/VIII/1997
tentang tim penyusun buku Syarat dan Tanda Kecakapan Khusus Saka Wanabakti maka penyempurnaan
SKK/TKK Saka Wanabakti sebagai Saka yang lain, penjabaran tingkat pengetahuan SKK hanya dilakukan
pada golongan siaga, Penggalang, Penegak dan Pandega, sehingga penjabaran tingkat Purwa, Madya, dan
Utama untuk Golongan Penggalang, Penegak, dan Pandega yang lama tidak digunakan lagi.

KRIDA

Krida adalah satuan kecil yang merupakan bagian dari satuan karya pramuka, sebagai wadah
kegiatan ketrampilan tertentu, yang merupakan bagian dari kegiatan saka.
Krida di Saka Wanabakti ada 4, yaitu Tata Wana, Guna Wana, Bina Wana, dan Reksa Wana.

JENIS KRIDA & KECAKAPAN KHUSUS KEHUTANAN

Krida Tata Wana :


1. TKK Perisalah Hutan

2. TKK Pengukuran dan Pemetaan Hutan

3. TKK Penginderaan Jauh.


Krida Guna Wana :

1. TKK Pengenalan Jenis Pohon

2. TKK Pencacahan Pohon

3. TKK Pengukuran Kayu

4. TKK Kerajinan Hasil Hutan


5. TKK Pengolahan Hasil Hutan

6. TKK Penyulingan Minyak Atsiri.


Krida Bina Wana :

1. TKK Konservasi Tanah dan Air

2. TKK Perbenihan

3. TKK Pembibitan

4. TKK Penanaman dan Pemeliharaan

5. TKK Perlebahan

6. TKK Budidaya Jamur

7. TKK Persuteraan Alam.


Krida Reksa Wana :

1. TKK Keragaman Hayati

2. TKK Konservasi Kawasan

3. TKK Perlindungan Hutan

4. TKK Konservasi Jenis Satwa

5. TKK Konservasi Jenis Tumbuhan

6. TKK Pemanduan

7. TKK Penulusuran Gua

8. TKK Pendakian

9. SKK Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan

10. TKK Pengamatan Satwa

11. TKK Penangkaran Satwa

12. TKK Pengendalian Perburuan

13. TKK Pembudidayaan Tumbuhan.

KRIDA REKSA WANA

Reksa Wana berasal dari bahasa sansekerta yang terdiri dari dua suku kata yaitu
: Reksa dan Wana.Reksa berarti menjaga/melindungi dan Wana berarti hutan. Dengan demikian Reksa
Wana berarti segala bentuk kegiatan dalam rangka menjaga dan melindungi hutan.

Krida Reksa Wana, terdiri atas 13 (tiga belas) SKK :


1. SKK Keragaman Hayati
2. SKK Konservasi Kawasan
3. SKK Perlindungan Hutan
4. SKK Konservasi Jenis Satwa
5. SKK Konservasi Jenis Tumbuhan
6. SKK Pemanduan
7. SKK Penulusuran Gua
8. SKK Pendakian
9. SKK Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan
10. SKK Pengamatan Satwa
11. SKK Penangkaran Satwa
12. SKK Pengendalian Perburuan
13. SKK Pembudidayaan Tumbuhan.

1. SKK Keragaman Hayati

Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman diantaranya yang terdapat di daratan, lautan,


dan ekosistem akuatik lain serta komplek ekologi yang merupakan bagian dari keanekaragaman di dalam
species (genetic) dan ekosistem.
Ekosistem adalah komunitas tumbuhan, binatang, dan jasad renik yang berinteraksi dinamis
dengan lingkungan hayati/biotiknya.
Satwa adalah semua jenis sumber daya alam hewani yang hidup di darat, dan/atau di air, dan/atau
di udara.
Status keanekaragaman hayati di Indonesia ada 3, yaitu :
a. Keanekaragaman ekosistem
Indonesia memiliki sekitar 47 jenis ekosistem alam yang khas seperti lapangan es dan padang rumput salju
di Irian Jaya, bermacam hutan basah dataran rendah, dari danau yang dalam hingga rawa yang dangkal,
dari terumbu karang hingga rumput laut dan rawa bakau.
b. Keanekaragaman spesies
Indonesia merupakan Negara yang sangat kaya spesies, mencapai 17 % dari jumlah spesies di dunia,
dengan cakupan diperkirakan minimal memiliki 11 % spesies tumbuhan berbunga yang sudah diketahui,
12 % binatang menyusui, 15 % amfibi dan reptilia, 17 % jenis burung, dan 37 % jenis ikan.
c. Keanekaragaman genetiK
Berkaitan dengan distribusi global sumber daya genetic tanaman, Indonesa merupakan unsure yang
terbesar di wilayah rumpun Indo Melayu, variasi genetika yang sangat tinggi terdapat pada tanaman-
tanaman asal Indonesia seperti pisang, pala, cengkeh, durian, dan rambutan.

2. SKK Konservasi Kawasan

Konservasi kawasan adalah suatu upaya perlindungan system penyangga kehidupan, pengawetan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya dan pemanfaatan secara lestari sumber
daya alam hayati dan ekosistemnya yang dilakukan terhadap suatu kawasan yang memiliki sumber daya
alam hayati dan ekosistemnya.
Kawasan suaka alam adalah kawasan dengan cirri khas tertentu baik di darat maupun di perairan
yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta
ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah system penyangga kehidupan.
Kawasan suaka alam terdiri dari cagar alam dan suaka margasatwa.
a. Cagar alam adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan,
satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya secara
alami.
b. Suaka margasatwa adalah kawasan suaka alam yang mempunyai cirri khas berupa keanekaragaman dan
atau keunikan jenis satwa yang untuk kelangsungan hidupnya dapat dilakukan pembinaan terhadap
habitatnya.
Kawsaan pelestarian alam adalah kawasan dengan cirri khas tertentu baik di darat maupun di
perairan yang mempunyai fungsi perlindungan system penyangga kehisupan, pengawetan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa serta pemanfaatannya secara lestari sumber daya alam hayati
dan ekosistemnya.
Kawasan pelestarian alam terdiri dari Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata
Alam.
a. Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan system
zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budaya,
pariwisata, dan rekreasi.
b. Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan/atau satwa yang
alami atau buatan, jenis asli dan/atau bukan asli yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu
pengetahuan, pendidikan, menunjang budaya, pariwisata, dan rekreasi.
c. Taman Wisata Alam adalah kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan
rekreasi alam.
Pengelolaan kawasan konservasi ditujukan kepada cagar alam, suaka margasatwa, taman nasional,
taman hutan rakyat, taman wisata alam, taman buru, dan hutan lindung.

3. SKK Perlindungan Hutan

Perlindungan hutan adalah kegiatan yang meliputi usaha – usaha untuk mencegah dan membatasi
kerusakan-kerusakan hutan dan hasil hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia dan ternak,
kebakaran, daya-daya alam, hama, dan penyakit; mempertahankan dan manjaga hak-hak Negara atas hutan
dan hasil hutan.
Penanganan pengamanan hutan selama ini dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu :
a. Pendekatan Keamanan (security approach)
Pada pendekatan keamanan dilakukan dengan 3 metode, yaitu preemtif, preventif, dan represif.
Pendekatan dengan metode ini telah memberikan shock-terapy terhadap gangguan keamanan hutan dari
masyarakat di sekitarnya.
b. Pendekatan kemakmuran (property approach)
Dalam jangka panjang perlu dilakukan pengamanan hutan dengan melibatkan peran serta masyarakat
secara langsung melalui pendekatan kemakmuran guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat
disekitarnya. Dengan demikian masyarakat akan secara sadar memelihara hutan karena mereka
memperoleh manfaat dari hutan yang ada. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam rangka
mengentaskan kemiskinan.
Upaya-upaya yang dilakukan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat antara lain reboisasi,
penghijauan, hutan kemasyarakatan, hutan rakyat, perladangan berpindah, Kredit Usaha Tani Konservasi
DAS (KUK DAS), dan pembinaan LMDH setempat.

4. SKK Konservasi Jenis Satwa

Konservasi jenis satwa adalah upaya-upaya yang dilakukan baik dalam bentuk perlindungan,
pengawetan, dan pemanfaatan satwa sehingga terhindar dari bahaya kepunahan.
Satwa adalah semua jenis sumber daya alam hewani yang hidup di darat, dan atau di air, dan atau
di udara.
Pembinaan habitat satwa adalah kegiatan yang dilakukan di dalam kawasan dengan tujuan agar
satwa dapat hidup dan berkembangbiak secara alami. Contoh antara lain pembuatan padang rumput untuk
makanan satwa, pembuatan fasilitas minum, dsb.
Langkah-langkah operasional konservasi jenis satwa :
a. Perlindungan satwa di habitatnya seperi Cagar Alam, Suaka Margasatwa, dan Taman Nasional
b. Perlindungan satwa di luar habitatnya seperti Kebun Binatang, Taman Safari, dan Taman Burung
c. Penangkaran satwa
Daftar satwa di Indonesia yang sudah dilindungi :
a. Kelompok unggas (aves)
Jalak bali, pecuk ular, bangau tong-tong, cendrawasih, kuntul kerbau, elang laut, dll
b. Kelompok binatang menyusui (mamalia)
Gajah, harimau, kus-kus, tapir, beruang madu, babi rusa, badak sumatera, dll
c. Kelompok ikan (pisces)
Belida, peyang irian, pari sentani, sesulur jawa, wader goa, dll
d. Kelompok serangga (insect)
Kupu-kupu helena, kupu-kupu bidadari, kupu-kupu raja kriton, kupu-kupu burung cendrawasih, kupu-
kupu raja halifron, dll
e. Kelompok amphibi dan reptile
Penyu sisik, buaya muara, buaya air tawar, biawak timor, biawak komodo, sanca timor, dll
Pada tahun 1993 sebagai tahun lingkungan, melalui Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 1993
telah ditetapkan Tumbuhan dan Satwa Nasional sebagai berikut :
a. Komodo ( Varanus Komodoensis ) sebagai Satwa Nasional
b. Ikan Siluk Merah (Scelerophages Formosus) sebagai Satwa Pesona
c. Elang Jawa (Spicaetus Bartelsii) sebagai Satwa Langka
d. Melati (Jasminum Sambac) sebagai Puspa Bangsa
e. Anggrek Bulan (Palaenopsis amabilis) sebagai Puspa Pesona
f. Padma Raksasa (Rafflesia Arnoldi) sebagai Puspa Langka

5. SKK Konservasi Jenis Tumbuhan

Konservasi jenis tumbuhan merupakan upaya untuk mencegah agar tumbuhan terhindar dari
kepunahan melalui perlindungan system ekologi, pelestarian jenis tumbuhan dan pemanfaatan secara
alami.
Konservasi jenis tumbuhan dialkukan dengan 3 tahap, yaitu :
a. Perlindungan secara Insitu
Insitu adalah konservasi jenis tumbuhan didalam habitat alaminya. Contoh : Taman Nasional, Taman Hutan
Raya, Suaka Alam, Hutan Lindung.

b. Perlindungan secara Exsitu


Exsitu adalah konservasi jenis tumbuhan diluar habitat alamnya atau habitat buatan. Contoh : Kebun Raya,
Taman Botani seperti Taman Bunga, Taman Anggrek, Taman Buah, dan Arboretum.
c. Pengawetan jenis tumbuhan melalui penetapan status perlindungan melalui peraturan perundangan
Jenis tumbuhan yang dilindungi dan penyebarannya antara lain jelutung ( Jambi ), Durian ( Jambi
), Damar ( Bengkulu ), Kayu Manis ( NTB&NTT ), Kenari ( Jabar,NTT,NTB ), Enow ( Jabar, Jatim, Jateng ).

6. SKK Pemanduan

Pemanduan adalah kegiatan yang dilakukan untuk memberikan penjelasan tentang arti
pentingnya konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya kepada masyarakat melalui
pengalaman langsung baik di dalam maupun di luar kawasan konservasi. Tujuan pemanduan yaitu untuk
penyuluhan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, dan menjalin hubungan dengan
masyarakat.

7. SKK Penulusuran Gua

Gua adalah bentukan alam berupa naungan di bawah tanah.


Penelusuran gua adalah suatu kegiatan memasuki dan menelusuri lorong-lorong atau celah-celah
yang berada di bawah permukaan tanah dengan persiapan dan perencanaan yang baik.
Fungsi gua :
a. Sebagai sumber air tawar
b. Tempat berlindung satwa kelelawar yang berperan dalam :
1) Penyerbukan bunga buah-buahan tertentu (durian,petai)
2) Penyerbukan biji-bijian,
3) Pengendali hama karena memakan serangga

Jenis dan Proses Pembentukan Gua


Berdasarkan bentuknya gua ada 2, yaitu :
a. Gua horizontal
b. Gua vertical
Berdasarkan jenis batuan dan proses kejadiannya,gua ada 3,yaitu :
a. Gua lava
b. Gua batu gamping/karst
c. Gua laut

Berdasarkan tingkat intensitas sinar matahari yang masuk, gua dibagi dalam 3 zona, yaitu :
a. Zona terang, meliputi daerah atas gua dan mulut gua
b. Zona senja, yaitu zona dimana sinar matahari sangat kecil intensitasnya
c. Zona gelap abadi, yaitu zona dimana sinar matahari tidak dapat masuk ke dalamnya sama sekali.
Slogan Penelusuran Gua
a. Tidak mengambil sesuatu kecuali potret
b. Tidak meninggalkan sesuatu kecuali jejak sepatu
c. Tidak membunuh sesuatu kecuali waktu

8. SKK Pendakian

Pendakian adalah segala bentuk kegiatan perjalanan mendaki gunung, dari kaki gunung menuju
puncak gunung, melalui jalan yang sudah ada maupun tebing terjal berdasarkan perencanaan perjalanan,
menggunakan perlengkapan, bahan yang sesuai dengan kebutuhan yang dilakukan baik secara
perseorangan maupun kelompok dengan berbagai motif dan tujuan.

9. SKK Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan

Pengendalian kebakaran hutan dan lahan adalah semua usaha pencegahan, pemadaman
kebakaran hutan dan penyelamatan akibat kebakaran hutan dan lahan.
Pasukan Pengendalian kebakaran hutan dan lahan adalah Manggala Agni.
Kebakaran dinyatakan padam jika sumber-sumber api yang mengakibatkan kebakaran ulang (
bara ) tidak ada lagi ( tidak lagi ditemukan asap ) di area yang bersangkutan.

Kegiatan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan:


a. Pencegahan
1) Pemantauan dan patrol secara terus-menerus, terutama pada musim kemarau
2) Pemantauan keadaan suhu dan kelembaban
3) Pembuatan papan peringatan/larangan pembakaran dan bahaya kebakaran
4) Penyiapan tenaga trampil dalam mendeteksi kebakaran
5) Penyuluhan kepada masyarakat
b. Penanggulangan
1) Pembuatan ilaran api/jalur pemadaman kebakaran hutan dan lahan.
2) Pembuatan ilaran api/jalur pemadaman kebakaran terbalik
3) Pemadaman api secara langsung
c. Pengendalian asap
1) Pengendalian asap hanya bisa dicegah dengan pengaturan waktu dan tempat pembakaran
2) Serasah , semak, rumput harus dalam keadaan kering.
3) Diawasi Pamong Praja

10. SKK Pengamatan Satwa

Pengamatan Satwa adalah upaya untuk mengetahui suatu jenis satwa, meliputi perilakunya,
makanannya, habitatnya, dan populasinya.
Pengetahuan mengenai hal-hal tersebut adalah penting dalam upaya mengelola satwa.
Satwa liar adalah semua binatang yang hidup di darat dan atau di air dan atau di udara yang masih
mempunyai sifat-sifat liar, baik yang hidup bebas maupun yang dipelihara manusia.
Penyebaran satwa liar di Indonesia terdiri dari 3 zona, yaitu zona Asia, zona Peralihan, dan Zona
Australia.
Pengamatan satwa liar di habitat aslinya dapat membantu di dalam mendeteksi beberapa
pendugaan jenis satwa, antara lain :
a. Penyebaran kelas umur (Ukuran badan satwa, warna kulit, tanduk, tingkah laku satwa dalam komposisi
kelompok)
b. Penentuan jenis kelamin (Tanduk, taring, gading, warna kulit, ukuran badan, bagian badan bawah, tangkap
dan periksa langsung jenis kelaminnya, suara panggilannya, bentuk dan ukuran jejak kaki, kotoran)
Metode inventarisasi satwa :
a. Metode penghitungan total
b. Metode penghitungan dengan contoh (sampling)
1) Metode transek jalur
2) Metode transek garis
c. Metode sensus tidak langsung
1) Metode penghitungan suara
2) Metode penghitungan jejak
3) Metode sarang
4) Metode penghitungan kotoran
5) Metode tangkap lepas

11. SKK Penangkaran Satwa

Penangkaran satwa adalah kegiatan pembesaran dan pengembangbiakkan satwa liar dan
tumbuhan alam baik yang dilindungi maupun yang tidak dilindungi.
Penangkaran ini bertujuan untuk menjaga dan menyelamatkan satwa liar dan tumbuhan alam
tertentu dari kepunahan, serta meningkatkan populai dan mutu satwa liar dan tumbuhan alam untuk
menunjang kesejahteraan masyarakat, sesuai dengan prinsip-prinsip kelestarian alam.
Usaha pengankaran satwa liar dapat dilakukan oleh perorangan, badan usaha, dan lembaga ilmiah
dengan perijinan terlebih dahulu dari kementerian kehutanan.

12. SKK Pengendalian Perburuan

Berburu adalah menangkap dan/atau membunuh satwa buru termasuk mengambil atau
memindahkan telur-telur dan/atau sarang satwa buru.
Berdasarkan PP nomor 13 tahun 1994 tentang perburuan satwa buru, jenis satwa buru
digolongkan menjadi burung, satwa kecil, dan satwa besar. Satwa yang dapat diburu pada dasarnya adalah
satwa liar yang tidak dilindungi.
Pemburu harus memiliki akta buru, izin berburu, dan surat perintah buru dari Kantor Kementerian
Kehutanan.

13. SKK Pembudidayaan Tumbuhan.

Pembudidayaan tumbuhan adalah kegiatan mendomestikasi jenis tumbuhan liar yang ada di
habitat alaminya untuk ditanam dan dikembangkan lebih lanjut di luar kawasan konservasi.
Tujuan pembudidayaan tumbuhan:
a. memperoleh hasil yang sebesar-besarnya dengan menerapkan teknologi budidaya
b. meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan konservasi
c. meningkatkan konservasi masyarakat untuk tidak lagi melakukan kegiatan yang dapat merusak kawasan
konservasi
d. melepas ketergantungan masyarakat akan kebutuhan bahan baku dari kawasan konservasi.
Cara pembudidayaan tumbuhan dilakukan dengan cara Generatif dan Vegetatif
KRIDA BINA WANA
ARTI BINA WANA

Krida Bina Wana adalah salah satu krida Saka Wanabakti. Bina Wana terdiri dari atas
kata Bina yang berarti membina/mengelola/merawat sedangkan Wana berarti hutan.
Sumber daya alam hutan memegang peran penting bagi kelangsungan makhluk hidup, karena
disamping mempunyai fungsi produksi (kayu dan non kayu) juga berfungsi sebagai pengatur tata air,
pencegah kerusakan tanah, pengatur sirkulasi oksigen, dan sumber daya alam genetika.

Secara khusus, pada tahap ini, krida bina wana yang terdahulu hanya 2 kecakapan khusus terdiri
dari konservasi tanah dan reboisasi kini telah disempurnakan SKK dan TKK terdiri dari:
1. SKK Konservasi Tanah dan Air
2. SKK Perbenihan
3. SKK Pembibitan
4. SKK Penanaman dan Pemeliharaan
5. SKK Perlebahan
6. SKK Budidaya Jamur
7. SKK Persuteraan Alam.

1. SKK Konservasi Tanah dan Air

Konservasi tanah adalah upaya untuk memelihara, meningkatkan, dan/atau memeperbaiki


kondisi tanah agar berdaya guna secara optimum sesuai peruntukannya.
Tanah adalah tubuh ala bebas sebagai hasil pelapukan batuan, yang menduduki sebagian besar
permukaan bumi dan berfungsi sebagai habitat tumbuh-tumbuhan, pengaturan tata air, serta tempat
melangsungkan kehidupan bagi makhluk lainnya. Pembentukan tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor,
yaitu iklim, bahan induk, makhluk hidup, topografi, dan waktu.kelima faktor tersebut berkerjasama melalui
proses pelapukan dan perkembangan tanah, berlangsung sangat lambat berkisar 0,2 – 1 mm dalam
setahun.

Kesuburan tanah dapat diamati dengan tanda-tanda berikut:


a. Tanah subur biasanya permukaan atasnya berwarna gelap/kelam karena banyak mengandung bahan
organik, tanaman yang ada kelihatan subur
b. Tanah yang tidak subur biasanya permukaannya berwarna terang (muda), berbatu-batu, kering, tanaman
yang ada kelihatan kerdil/tidak tumbuh dengan baik
Kerusakan tanah terjadi akibat factor manusia dan alam. Kerusakan tanah mengakibatkan
turunnya produktifitas tanah, dan kekeringan.
Erosi adalah peristiwa pindah atau terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah dari satu tempat
ke tempat lain oleh media alami yaitu air dan angin. Ada dua macam erosi yang utama, yaitu erosi normal
dan erosi dipercepat. Sedangkan menurut bentuknya, erosi dibedakan menjadi erosi percikan, erosi
permukaan, erosi alur, dan erosi parit.

2. SKK Perbenihan

Pengadaan benih adalah proses kegiatan mulai pengumpulan benih, ekstraksi benih, penghijauan
termasuk seleksi dan penyimpanan benih. Penyediaan yang bermutu baik, dalam jumlah yang cukup sesuai
dengan kebutuhan setiap tahun dan tepat waktu. Tujuannya adalah untuk menunjang kelancaran
pengadaan bibit yang bermutu baik dalam jumlah yang cukup, sesuai dengan kebutuhan setiap tahun dan
tepat waktu. Teknik pengumpulan benih dapat dilakukan dengan cara memetik buah dari pohon atau
mengumpulkan buah yang jatuh di atas tanah.
Kegiatan pengolahan benih adalah pengeringan buah/kerucut, ekstraksi, pembersihan benih,
pemilihan benih/seleksi, pengeringan benih, dan penyimpanan benih. Setelah itu dilakukan pengujian
benih. Pengujian benih antara lain pengambilan contoh uji, pengujian persentase kemurnian benih,
pengujian viabilitas benih (daya kecambah), dan pengukuran kadar air bersih.
3. SKK Pembibitan

Bibit adalah bahan tanaman yang dapat berupa benih sehat atau seedling/anakan baik berupa
stek, anakan siap tanam, cangkokan maupun anakan yang dapat ditanam.
Pembibitan adalah proses penumbuhan benih menjadi bibit siap tanam, sebanyak yang
direncanakan (sesuai dengan areal tanam) bermutu baik, dan tersedia tepat pada musim tanam.
persemaian adalah suatu tempat yang digunakan untuk menyemaikan dan merawat bibit jenis
tertentu dengan perlakuan teknis tertentu sehingga dalam waktu yang direncanakan diharapkan dapat
dihasilkan bibit yang memenuhi persyaratan baik dari segi kualitas dan kuantitas (umur, ukuran, dan
keadaan pertumbuhan).
Pelaksanaan kegiatan persemaian / pembibitan dilakukan dengan urutan sebagai berikut :
a. Pembersihan lapangan
b. Persiapan lapangan
c. Pengadaan sarana dan prasarana
d. Penyediaan media
e. Penyiapan media dan peralatan persemaian
f. Penyemaian
g. Penyapihan bibit
h. Pemeliharaan semai

4. SKK Penanaman dan Pemeliharaan

Penghijauan adalah upaya memulihkan atau memperbaiki kembali lahan kritis di luar kawasan
hutanmelalui kegiatan tanam menanam agar dapat berfungsi sebgaai media produksi dan media pengatur
tata air yang baik, serta upaya memepertahankan dan meningkatkan daya guna lahan sesuai dengan
peruntukkannya.
Reboisasi adalah upaya rehabilitasi lahan kritis di dalam kawasan hutan melalui penanaman kayu-
kayuan termasuk di dalamnya pembuatan sarana prasarana.
Pelaksanaan penanaman dilakukan dengan kegiatan:
a. Pembersihan lahan,
b. Pengolahan tanah (gebrus I dan II)
c. Pemasangan ajir
d. Pembuatan lubang tanaman
e. Pengisian pupuk dasar ( kompos )
f. Penanaman
g. Pemupukan
Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan kegiatan :
a. Penyulaman
b. Penyiangan
c. Pendangiran
d. Pengendalian hama dan penyakit/pengendalian api
e. Pengendalian penggembalakan dan binatang liar
f. Penjarangan

5. SKK Perlebahan

Perlebahan adalah suatu rangkaian kegiatan pemanfaatan lebah dan produk-produknya serta
vegetasi penunjang untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat
dengan memperhatikan aspek kelestariannya.
Lebah madu adalah serangga sosial, yang hidup bergerombol dalam keluarga lebah (koloni).
Dalam satu koloni berisi satu lebah ratu yang berkelamin betina sempurna yang menjadi induk, puluhan
lebah jantan yang bertugas mengawini lebah ratu, dan ribuan lebah pekerja berkelamin betina tidak
sempurna yang bertugas merawat, membersihkan, dan membangun sarang, serta menjaga keamanan dan
mencari air, nektar, dan polen.
Kegiatan perlebahan ini mempunyai manfaat, yaitu :
a. Manfaat langsung
Meningkatkan pendapatan masyarakat dari hasil perlebahan berupa madu, tepungsari, royal jelly, propolis,
lilin lebah, racun lebah, dll.
b. Manfaat tidak langsung
1) Peningkatan gizi dan kesehatan masyarakat
2) Peningkatan produksi pertanian, perkebunan, dan kehutanan melalui penyerbukan
3) Menciptakan kesempatan kerja dan wirausaha
4) Mendukung perhutanan sosial dan rehabilitasi lahan melalui kegiatan tanam menanam.

6. SKK Budidaya Jamur

Jamur termasuk golongan fungi atau cendawan. Menurut masyarakat awam, jamur adalah tubuh
buah yang dapat dimakan. Sedangkan menurut ahli mikrobiologi, jamur atau mashroom ialah fungsi yang
mempunyai bentuk tubuh buah seperti payung. Struktur reproduksi berbentuk bilah yang terletak pada
permukaan bawah dan payung/tudung. Jamur adalah organisasi yang tidak berklorofil termasuk ordo
Agaricales kelas Basidiomicetes.
Sebagai organisasi yang tidak berklorofil, jamur tidak dapat melakukan proses fotosintesis seperti
halnya tumbuh-tumbuhan. Jamur mendapat makanan dalam bentuk seperti selulose, glucose, protein, dan
senyawa pati. Tidak semua jamur bisa dimakan, dan beberapa jamur diketahui sebagai jamur beracun.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk membantu dalam menghindarkan keracunan jamur, yaitu :
a. Hindari pengumpulan jamur dalam stadia kancing, karena pada stadia tersebut sulit untuk membedakan
jenis yang satu dengan yang lain (pertumbuhan awal).
b. Hindari jamur yang tumbuh pada kotoran binatang yang bilahnya berwarna coklat dan kehitaman
c. Hindari jamur yang bila dipotong mengeluarkan cairan putih seperti susu
d. Jangan memakan jamur dalam stadia lanjut/hampir busuk
e. Jamur yang menampakkan bekas gigitan kelinci/binatang tidak merupakan jaminan bahwa jamur tersebut
dapat dimakan
f. Jangan memakan jamur mentah/belum dimasak
Jamur ada beberapa jenis, yaitu :
a. Jamur kayu, terdiri dari :
1) Jamur tiram (jamur tiram putih, jamur tiram abu-abu, jamur tiram pink, dan jamur tiram putih lebar)
2) Jamur kuping (jamur kuping hitam, jamur putih merah, jamur putih agar
3) Jamur payung
b. Jamur merang
Jamur mengandung protein lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan protein pada tumbuh-
tumbuhan lainnya. Jamur juga mengandung macam-macam vitamin, kalori, dan kolesterol rendah.
Kandungan gizi jamur kayu antara lain mengandung karbohidrat 56%, lemak 1,7 %, dan protein 29,4 %.
Jamur kuping mempunyai khasiat mengobati sakit tenggorokan dan jamur shiitake dapat mencegah
kangker dan mengobati hipertensi.

7. SKK Persuteraan Alam.

Persuteraan alam adalah salah satu kegiatan usaha tani dalam rangka upaya meningkatkan
kesejahteraan masyarakat melalui kegiatan budidaya tanaman murbei (morikultur) yang dikombinasikan
dengan pemeliharaan ulat sutera dan penanganan pasca panennya.
Pemeliharaan ulat sutera (serikultur) adalah kegiatan pemeliharaan ulat sutera dengan
memberikan pakan daun murbei mulai instar ke 1 s/d ke 5, lalu mengkokonkan dan panen kokon untuk
menghasilkan kokon sebagai bahan baku benang sutera.
Dari pengertian di atas, ada 3 kegiatan dalam persuteraan alam, yaitu :
a. Penanaman tanaman murbei.
Tanaman murbei (Morus sp) dikembangbiakkan dengan cara stek batang. Ada beberapa jenis yang
umumnya ditanam di Indonesia, yaitu Morus Alba, Morus Cathayana, Morus Multicaulis, Morus Kanva II,
Morus Nigra.
b. Pemeliharaan Ulat Sutera
Ulat Sutera ( Bombyx mori L) adalah serangga yang berguna sebagai penghasil benang sutera. Dalam siklus
hidupnya mempunyai metamorfosis sempurna mulai dari telur, larva (ulat), pupa, dan kupu-kupu. Ulat
sutera dalam pertumbuhannya mengalami lima tingkat pertumbuhan (instar), yaitu :
1) Instar 1, 2, dan 3 disebut instar kecil dengan masa tumbuh sekitar 12 hari
2) Instar 4 dan 5 disebut ulat besar dengan masa tumbuh sekitar 13 hari.
3) Setiap menjelang pindah instar didahului oleh masa istirahat/tidur selama 1 – 2 hari.
Setelah instar 5, maka ulat akan mengkokon. Pemanenan kokon dilakukan 5 – 6 hari setelah mengkokon,
dengan mengambil kokon dari tempat pengkokonan.
c. Penanganan kokon
Kokon adalah bahan dasar untuk pembuatan benang sutera melalui proses pemintalan
Urutan pengolahan kokon, yaitu pengeringan kokon, pemintalan, dan pengemasan benang.

KRIDA GUNA WANA

ARTI GUNA WANA

Krida Guna Wana adalah salah satu krida Saka Wanabakti. Guna Wana terdiri dari atas
kata Guna yang berarti manfaat dan kegiatan sedangkan Wana berarti hutan dan hasil hutan. Guna Wana
adalah penyempurnaan dari istilah maupun kegiatan pengusahaan Hutan, yang menurut UU No. 5 tahun
1976 tentang ketentuan pokok Kehutanan telah disebutkan secara jelas terdiri dari kegiatan-kegiatan
sebagai berikut : Penanaman, pemeliharaan, Penebangan, Pengolahan, dan Pemasaran. Dengan demikian
kegiatan-kegiatan di dalam Guna Wana tidak hanya meliputi kegiatan pemanfaatan hutan saja, melainkan
juga kegiatan-kegiatan yang mendukung atau terselenggaranya pemanfaatan hutan tersebut secara lestari
dan berdaya guna.

PRODUK/HASIL HUTAN

Secara garis besar terdiri dari 2 kelompok, yaitu kayu dan non kayu. Non kayu contohnya rotan,
bambu, minyak alam, getah-getahan,dll.

Krida Guna Wana, mempunyai 6 (enam) SKK:


1. SKK Pengenalan jenis pohon
2. SKK Pencacahan Pohon
3. SKK Pengukuran kayu
4. SKK Kerajinan hasil hutan
5. SKK Pengolahan hasil hutan
6. SKK Penyulingan minyak atsiri

1. SKK Pengenalan Jenis Pohon

Pohon adalah tumbuhan berkayu dengan diameter batang minimal 20 cm. Pepohonan yang ada di
hutan tropika di Indonesia memiliki morfologi yang sangat beraneka ragam. Secara umum pepohonan
memiliki bagian-bagian yang dapat digunakan untuk mengenalnya. Bagian-bagian tersebut adalah batang,
tajuk dahan dan percabangan, kuncup daun, bunga, dan buah.

Jenis-jenis pohon yang tersebar di Indonesia antara lain :


a. Jati (Tectona grandis)
b. Meranti ( Shorea spp)
c. Damar (Agathis spp)
d. Pinus (Pinus merkussi)
e. Sengon (Paraserianthes falcataria)
f. Ramin (Gonystillus bancanus)
g. Rasamala (Altingia excelsa)
h. Durian (Durio zibetnus)
i. Jabon (Antocephalus cadamba)
j. Mahoni (Swietenia macrophylla)
k. Cemara (Casuarinna sp)
l. Cendana (Santanum album)
m. Sonokeling (Dalbergia latifolia)
n. Nangka (Artocarpus indicus)
o. Kayu putih (Eucalyptus spp)
p. Akasia (Acacia spp)
q. Sungkai (Peronema canescens)
r. Eboni (Dyospyros celebica)
s. Keruing (Dipterocarpus spp)
t. Karet (Hevea brsiliensis)
u. Ketapang (Terminalia catappa)

2. SKK Pencacahan Pohon

Pencacahan pohon adalah suatu kegiatan untuk mengetahui jumlah, susunan (komposisi) dan
sebaran pohon di hutan. Secara sederhana pencacahan pohon dapat diartikan sebagai perhitungan
terhadap potensi suatu hutan terutama pohon-pohonnya.
Kegiatan pencatatan , pengukuran, dan penandaan pohon untuk mengetahui:
a. Data pohon inti, jumlah, jenis, diameter
b. Data pohon yang dilindungi, jumlah, jenis, diameter
c. Data pohon yang akan ditebang, jumlah, jenis, diameter, tinggi bebas cabang
Alat yang digunakan kegiatan pencacahan pohon antara lain peta skala 1:10.000, buku lapangan,
kompas, cristenmeter/haga, phi band, tambang ukur, tallysheet, dan cat. Sedangkan metode yang
digunakan adalah metode sampling.

3. SKK Pengukuran Kayu

Pengukuran kayu adalah proses penentuan dimensi kayu yang meliputi panjang, diameter bagi
kayu bulat ataupun panjang, lebar, maupun tinggi bagi kayu yang sudah dalam bentuk sortimen/kayu
olahan dalam rangka penghitungan volume kayu tersebut.
Ada beberapa alat ukur kayu yang dapat digunakan dalam pengukuran kayu bulat, antara lain
Caliper, Garpu pohon, Pita diameter (phi-band), Tongkat ukur. Dilingkup kementerian kehutanan alat-alat
ukur yang guna untuk pengukuran kayu ditetapkan dan distandarisasi oleh Pusat Standarisasi. Artinya
ukuran atau arsiran untuk jarak tiap 1 cm pada alat ukur tertentu sudah diterima oleh Pusat Kalibrasi
Indonesia dengan berdasarkan Standar Ukuran Internasional.
Cara penentuan isi kayu bulat, dengan mengukur diameter dan panjang kayu. Adapun rumus yang
digunakan adalah:
I = 0,7854 x D2 x L
10.000

Keterangan :
I = Isi kayu bulat (m3)
D = diameter kayu bulat (cm)
L = panjang kayu bulat (m)
0,7854 = 1/4 x 3,1416
Untuk pengukuran diameter jati, permukaan yang diukur adalah brontos atas kayu dengan
menggunakan alat pengukur diameter (phi band). Sedangkan untuk kayu rimba digunakan alat meteran
biasa dengan rata-rata diameter terpanjang dan terpendek pada brontos atas dan brontos bawah. Untuk
penentuan volume/isi kayu bulat sekarang sudah ada buku table volume, baik jati maupun rimba.

4. SKK Kerajinan Hasil Hutan

Kerajinan hasil hutan adalah hasil proses pengolahan hasil hutan yang dapat memberikan nilai
tambah.
Kegiatan kerajinan telah lama dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Disamping sebagai bagian
dari kebudayaan bangsa, kegiatan kerajinan khususnya di kalangan rakyat di daerah tertentu merupakan
sumber pendapatan keluarga yang cukup potensi. Kegiatan atau bentuk usaha kecil ini lebih marak terlihat,
khususnya di daerah wisata di seluruh Indonesia seperti di Bali, Danau Toba Medan, Toraja di Sulawesi
Selatan, ukiran dan anyaman, di beberapa daerah di Jawa, Kalimantan, dll.
Bentuk kerajinannya pun beraneka ragam tergantung dari bahan baku yang digunakan di tempat
asalnya. Umumnya bentuk ukiran dan anyaman banyak ditemukan dengan motif yang mencerminkan
budaya daerah setempat. Untuk bentuk anyaman bahan baku yang digunakan adalah bambu dan rotan.

5. SKK Pengolahan Hasil Hutan

Pengolahan hasil hutan adalah suatu kegiatan / usaha untuk meningkatkan nilai tambah kayu,
serta memanfaatkan limbah kayu. Hasil hutan terdiri dari kayu dan non kayu. Jenis hasil hutan kayu terdiri
dari kayu bulat, kayu gergajian, kayu olahan, dan limbah kayu.

Jenis hasil hutan non kayu terdiri dari:


a. Rotan, digunakan untuk bahan pembuatan meja, kursi, tempat tidur, keranjang, dll
b. Madu, digunakan untuk bahan kosmetik, permen karet, obat-obatan,dll
c. Getah jeluntung, digunakan untuk bahan kosmetik, permen karet, obat-obatan, dll
d. Biji tengkawang untuk minyak kosmetik
e. Getah pinus, untuk minyak terpentin dan gondorukem
f. Getah pohon kamfer, untuk kapur barus
g. Getah agathis, untuk lilin batik, bahan kosmetik
h. Kayu gaharu, untuk pengharum ruangan dan obat
i. Bambu, untuk kerajinan
Hasil kayu gergajian, kayu lapis, dan limbah kayu antara lain kayu papan, kayu balok, kayu galar,
kayu tiang, kayu kaso, kayu reng, kayu lis, serbuk kayu, arang kayu, kayu gelondongan, gambol kau, kayu
lapis, partikelbord.

6. SKK Penyulingan Minyak Atsiri

Salah satu hasil hutan non kayu yang cukup potensial adalah minyak atsiri. Minyak atsiri adalah
minyak yang diperoleh dari penyulingan pemerasan dan ekstraksi dari bagian-bagian pohon (daun,
ranting, akar, kulit, getah, dan bunga). Sekitar 3 minyak atsiri yang dihasilkan di Indonesia antara lain,
seperti minyak nilam, minyak sereh wangi, minyak kayu putih, minyak akar wangi, minyak daun cengkeh,
minyak pala, minyak cendana, dan minyak jahe.
Sifat atsiri yang menonjol antara lain mudah menguap pada suhu kamar, mempunyai rasa getir,
berbau khas sesuai aroma tanaman bahan, dan umumnya larut dalam pelarut organik.
Minyak atsiri diproduksi melalui beberapa cara, yaitu metode penyulingan (hidrodestilasi),
metode ekstraksi, metode pengempaan. Metode yang paling umum digunakan adalah metode penyulingan.
Penyulingan ada 3 macam, yaitu penyulingan kohobasi (rebus), penyulingan pengukusan (water and steam
destillation), penyulingan uap.
Alat-alat pokok yang digunakan dalam penyulingan adalah :
a. Ketel suling, berfungsi sebagai wadah air dan atau uap dan untuk menguapkan minyak atsiri yang ada
dalam bahan.
b. Kondensor, berfungsi untuk mengembunkan uap air dan uap minyak yang tersuling.
c. Separator, berfungsi untuk penampung hasil kondensasi dan memisahkan antara air dengan minyak atsiri

KRIDA TATA WANA

LATAR BELAKANG

Hutan sebagai sumber daya alam memegang peranan penting usaha pengawetan tanah, pengaturan
tata air, pelestarian floraa, fauna, dan plasma nutfah, serta dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan
masyarakat akan hasil hutan. Oleh karena itu, sumber daya alam ini diperlukan pengurusan dan
pengelolaan yang sebaik-baiknya untuk memperoleh manfaat secara optimal dan lestari.

Dalam rangka pemanfaatan hutan secara lestari maka pengenalan kawasan hutan beserta fungsinya
perlu dimasyarakatkan melalui kegiatan-kegiatan teknis praktis yang menarik. Untuk itu, dipandang perlu
untuk menumbuhkan minat dan motivasi masyarakat, khususnya generasi muda dan Pramuka tentang
Krida Tata Wana.

ARTI TATA WANA

Adalah salah satu krida dari Saka Wanabakti, terdiri dari kata Tata yang berarti menata atau
mengatur danWana yang berarti Hutan, jadi Tata Wana mempunyai arti menata / mengatur kawasan hutan
dan merisalah isinya.

TUJUAN KRIDA TATA WANA

Mengajak Pramuka dan generasi Muda untuk memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam
melakukan kegiatan di bidang inventarisasi hutan, pengukuhan, dan penataan hutan serta pengukuran
dan pemetaan hutan.

Krida Tata Wana, terdiri atas 3 (tiga) SKK :

1. SKK Perisalahan Hutan

2. SKK Penginderaan Jauh.

3. SKK Pengukuran dan Pemetaan Hutan

1. SKK Perisalahan Hutan

Asal kata :
Inventarisasi Hutan Forest Inventory (Inggris) Bosch Inventarisatie (Belanda) yang berarti kegiatan
untuk mengumpulkan informasi tentang sumberdaya alam hutan

Sumberdaya Hutan : segala sesuatu yang dapat diambil nilai manfaat dari hutan meliputi aspek ekonomi,
ekologi dan sosial

Perisalahan hutan/Inventarisasi hutan adalah kegiatan pengumpulan data kualitatif dan


kuantitatif tentang hutan diantaranya mengenai luas areal, potensi keadaan fisik lapangan, dan sosial
ekonomi sekitar hutan. Kegiatan ini untuk mengetahui kekayaan hutan yang ada di dalam wilayah. Dengan
adanya data kekayaan tersebut, maka dalam merencanakan perlakuan terhadapnya akan rasional,
sehingga pengelolaan hutan yang akan diterapkan pada hutan tersebut dapat berlangsung terus-menerus
(lestari). Tanpa data kekayaan hutan maka sifat pengelolaan menjadi acak-acakan dengan dampak akhir
tidak terciptanya pengelolaan hutan yang lestari.

Tujuan Inventarisasi hutan :

1. Mendapatkan data yang akan diolah menjadi informasi yang dipergunakan sebagai bahan
perencanaan dan perumusan kebijaksanaan strategik jangka panjang, jangka menengah dan
operasional jangka pendek sesuai dengan tingkatan dan kedalaman inventarisasi yang
dilaksanakan.
2. Memantau perubahan kuantitatif sumberdaya hutan, baik yang bersifat pertumbuhan
maupun pengurangan karena terjadinya gangguan alami maupun gangguan manusia.

Ruang Lingkup Inventarisasi Hutan :

1. Keadaan lahan hutan


Meliputi jenis tanah, kondisi fisik, biologi dan kimia tanah, kondisi iklim, serta kondisi topografi. Faktor-
faktor inilah yang telah, sedang dan akan terus mempengaruhi kondisi pertumbuhan / perkembangan
vegetasi (khususnya pohon-pohon) yang ada pada suatu lahan hutan.

2. Keadaan tegakan,
Antara lain meliputi : luas areal (yang produktif dan tidak produktif), struktur tegakan dan komposisi jenis,
penyebaran kelas umur, penyebaran ukuran pohon, keadaan pertumbuhan, keadaan permudaan,
kerapatan tegakan, penyebaran kelas bonita, dan keadaan tempat tumbuh.

3. Keterangan yang bersangkut-paut dengan pemanfaatan


Meliputi aksesibilitas dan kondisi sosial ekonomi masyarakat di sekitar hutan, termasuk pola penggunaan
lahan.

Jenis Inventarisasi Hutan :

1. Inventarisasi terestris

Survei Terestris adalah salah satu teknik untuk mendapatkan informasi sumber daya hutan dan
lingkungannya melalui pengumpulan data di lapangan.

2. Inventarisasi dengan bantuan citra satelit

Survey dengan menggunakan bantuan citra satelit

Inventarisasi hutan selalu berusaha untuk mendapatkan/ mencatat informasi dan data selengkap
mungkin mengenai keadaan hutan, sesuai dengan tujuannya. Karena dalam pelaksanaan inventarisasi
hutan biasanya menghadapi cakupan areal yang sangat luas, maka pelaksanaan inventarisasi hutan
biasanya tidak dilakukan sensus (pengukuran semuanya) karena menyangkut biaya yang tinggi dan waktu
yang lama, tetapi melalui beberapa pengambilan contoh (sampling).

Cara sampling ini memiliki beberapa keuntungan antara lain :

a. Pekerjaan dapat lebih cepat terselesaikan karena hanya sejumlah kecil saja dari seluruh populasi yang
perlu diukur dan dicatat

b. Biaya yang diperlukan lebih murah

c. Angka-angka dalam sample jauh lebih sederhana dan volume pekerjaan jauh lebih kecil, maka
mempermudah dalam penarikan kesimpulan

d. Pengamatan dapat dilakukan dengan tujuan-tujuan lain.


Beberapa metode sampling yang biasa digunakan dalam perisalahan hutan antara lain:

a. Simple Random Sampling (sampling secara acak)


b. Systematic Sampling (sampling secara sistematik/ teratur)
c. Stage sampling (sampling secara bertingkat, karena kondisi tertentu)
d. Stratifical Sampling (dilaksanakan stratifikasi sebelum dilaksanakan sampling)
e. Systematic Sampling With Random Start (sampling sistematik/ teratur dengan petak ukur pertama secara
acak/random)
Intensitas Sampling (IS) yaitu persentase perbandingan antara luas petak ukur (sampling) dengan
luas seluruh areal . data yang dikur/dicatat adalah diameter, tinggi pohon, jumlah pohon, kelerengan,
keadaan fisik lapangan, struktur tanah, dan sebagainya.
Peralatan yang digunakan :

a. Alat ukur sudut = kompas

b. Alat ukur lereng = suunto hypsometer, haga meter, clinometers

c. Alat ukur jarak = tambang ukur

d. Alat ukur diameter = phi band, meteran kain

e. Alat ukur tinggi pohon = haga meter, christen meter

f. Alat ukur titik koordinat = GPS, Geocam pada Android

2. SKK Pengukuran dan Pemetaan Hutan

Pengukuran hutan dalah kegiatan mengukur untuk memperoleh kemantapan dan kepastian status
kawasan hutan, baik secara yuridis formal berupa berita acara tata batas dan keputusan penetapan
kawasan hutan oleh Menteri Kehutanan, maupun material fisik di lapangan berupa pelaksanaan tata batas,
untuk kepentingan pengurusan dan pengelolaan hutan sebaik-baiknya antara lain pola pengelolaan Daerah
Aliran Sungai (DAS).

Pengukuran hutan yang pertama dilakukan pada masa Belanda masih menjajah Indonesia,
kemudian setiap 10 tahun dilakukan pengukuran hutan berkala yang disebut dengan rekonstruksi batas.
Kegiatan ini dilakukan untuk memastikan keadaan luas hutan masih tetap. Dalam kegiatan pengukuran
hutan, ilmu yang digunakan adalah ilmu jarak dan sudut. Pengukuran jarak menggunakan koreksi
kemiringan (trigonometri), karena keadaan lapangan di hutan tidak datar, sedangkan pengukur
memetakan hutan tersebut di bidang datar. Setelah dilakukan pengukuran, di titik-titik tertentu dipasang
tanda (pal) sesuai fungsinya.

Pemetaan adalah kegiatan menggambar hasil pengukuran ke dalam bentuk peta dengan skala
tertentu. Peta adalah gambaran dari permukaan bumi pada suatu bidang datar yang dibuat secara
kartografis menurut proyeksi dan skala tertentu dengan menyajikan unsur-unsur alam dan buatan serta
informasi lain yang diinginkan.

Peta hutan biasanya menggunakan skala 1:10.000 dan 1:25.000. pengukuran luas area bisa
digunakan kertas millimeter kalkir. Di perkembangan zaman, sekarang kegiatan pengukuran dan
pemetaan hutan menggunakan alat GPS ( Global Positioning System).

3. SKK Penginderaan Jauh.

Adalah kegiatan mendapatkan data tentang suatu obyek dengan cara tanpa menyentuh obyeknya.
Pada umunya melalui media foto udara, citra landsat, citra Spot, dan lain-lain. Penginderaan jauh juga
berarti suatu seni dan teknik untuk mendapatkan informasi mengenai suatu obyek, wilayah, atau fenomena
melalui data yang diperoleh dengan menggunakan peralatan yang tidak langsung mengenai obyek, atau
mendapatkan informasi atas suatu obyek dari suatu jarak tertentu. Ada beberapa wahana penginderaan
jauh yang dipergunakan antara lain helikopter, pesawat udara, balon stratosfer, roket, dan satelit.
Dalam kaitannya dengan pembangunan sektor kehutanan teknik penginderaan jauh dapat juga
digunakan dalam penerapan di lapangan. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain :

a. Memetakan tipe tumbuhan dan tegakan hutan

b. Inventarisasi hutan dan perencanaan pengelolaan

c. Pembangunan jalan dan perencanaan penebangan

d. Pengendalian banjir dan perlindungan air dan tanah

e. Pengawasan terhadap kerusakan karena kebakaran hutan, angin, serangan hambatan penyakit, serta
penebangan tempat rekreasi
Dalam kegiatan analisanya, teknik penginderaan jauh menggunakan beberapa alat , antara lain :

a. Stereoskop cermin dan stereoskop saku, (TOP CON) yaitu alat yang digunakan untuk pengamatan tiga
dimensi (stereoskopis) atas pasangan potret udara yang bertampalan.

b. Paralax bar, yaitu alat pengukur tinggi obyek pada potret udara

c. Planimeter, yaitu alat untuk suatu luasan pada peta hasil penafsiran potret udara atau citra satelit
Sketmaster, yaitu alat untuk memindahkan data hasil interpretasi potret udara ke peta dasar

Anda mungkin juga menyukai