PEMBUAHAN
Mani diantarkan ke tubuh betina biasanya lewat alat Pengantar yang dimasukkan atau
berkontak ketat dengan vulva betina. Pisces yang membuahi di dalam tubuh betina (gabus), sirip
dubur atau sirip pelvis berubah bentuk untuk menyalurkan mani ke tubuh betina. Pada Urodela
yang membuahi dalam tubuh betina, Reptilia dan Aves, dan cloaca jantan berfungsi sebagai
penyalur. Cloaca jantan itu mengadakan kontak langsung dengan cloaca betina. Cloaca betina
memiliki yang diverticulum disebut spermatheca, suatu kantung yang berguna menarnpung
mani.
Reptilia, beberapa Aves dan seluruh Mammalia memiliki alat khusus untuk menyalurkan
mani. Pada itik, emu, kasuari dan burung unta (ostrich) cloaca terjulur panjang ketika coitus. Pada
Mammalia ada penis. Dalam penis terkandung urethra (disebut juga ductus urogenitalis) yang
menampung aliran mani dari ductus ejaculatorius.
Gambar 5.2 Berbagai alat pengantar mani
A. Penyu. B. Orang. C. Yu. cl = cloaca; ds = ductus spermaticus; du = ductus urogenitalis; 1 pe =
penis; re = rectum; sa = sirip anal; urt = urethra; vd = vas deferens.
TEMPAT PEMBUAHAN
Setiap species hewan memiliki tempat pembuahan tertentu, dan tetap selalu di situ, tak
pernah beralih-alih.
1. Di posterior saluran telur (oviduct, tuba): Urodela, Gymnophiona dan beberapa Anura.
2. Di anterior oviduct: Reptilia, Aves, Elasmobranchii, Mammalia.
3. Pada rongga peritonium, antara ovarium dan infundibulum: sedikit Urodela dan sedikit Aves.
4. Pada folikel ovarium: sedikit Teleostei (contoh: gabus).
5. Dalam kantung telur jantan: tangkur kuda dan tangkur buaya
6. Di air : umumnya Evertebrata, Cyclostomata, Pisces, danAmphibia.
Dalam cervix terjadi seleksi spermatozoa, sehingga yang baik saja disalurkan ke uterus.
Menurut penelitian spermatozoa disalurkan tidak sekaligus pula, tapi berangsur, sebagian demi
sebagian.
Kecepatan dalam tubuh betina
Rata-rata perjalanan sperma itu beberapa puluh menit untuk sampai di tempat
pembuahan. Pada tikus, mencit dan domba sekitar 15 menit. Orang 30 menit sampai 3 jam.
Kelinci dan ayam sekitar 1 jam.
Bagi yang membuahi di ovarium perjalanan spermatozoa dari infundibulum sampai ke
sana memakan waktu hanya beberapa menit.
Gerakan spermatozoa dari sini semata-mata oleh kegiatan mengayuh flagellum. Tapi pada
beberapa hewan rongga peritoneum juga dilapisi epitel bercilia, yang dikira berfungsi untuk
mengayuh spermatozoa.
Spermatozoa
Pada Amphioxus tempat masuk spermatozoa ialah di daerah kutub tempat masuk
spermatozoa vegetal. Tapi bagi kebanyakan Vertebratatempatmasuk spermatozoa itu ialah di
daerah samping kutub animal.
Proses pembuahan pada kelinci
Ovulasi terjadi 10-11 jam setelah coitus. Butuh waktu 4 jam bagispermatozoaberjalan
dari vagina ke bagian depan tuba. Karena itu spermatozoa menunggusekitar 7 jam sampai saat
telur datang. Meiosis I telah selesai ketika ovum berovulasi. Bisa banyak spermatozoa
masukmenerobos membran vitellin, tapi hanya seekor yang akan masuk kedalam ovum. Yang
seekoritu principal dan end piecesnyalepas, danyang masuk ialah kepala, leher dan middle piece.
Masuknya spermatozoa initerjadidalamtempo 2 jamsetelahovulasi.Karenaitu berlangsung lama
sekali. Ini karena adanyagumpalan lendir yangmembungkus telur.
Polosit II akan keluar telur setelah 13 jam coitus. Berarti ketikaspermatozoa beramai-
ramai ingin menerobos masuk meiosis II berlangsung. 17 jam setelah coitus kedua pronuclei
mendekat, dan setelah 20-23 jam coitus keduanya membesar dan menggandeng (karyogamy).
Kedua pronuclei bergerak ke tengah ooplasma. Sejam kemudian terjadilah pembelahan pertama
zigot menjadi 2 sel.
Pembuahan in vitro
Pembuahan telur Mammalia in vitro, di luar tubuh induk, diperkenalkan oleh Chang
(1959) pada kelinci. Ovum kelinci itu diambilnya dari tuba segera setelah ovulasi. Ovum itu
disimpan dalam gelas, dengan diberi bahan kultur. Kemudian dimasukkan semen jantan ke gelas
itu, dan terjadilah pembuahan. Segera telur itu tumbuh jadi blastocyst, kemudian dipindahkan
kembali ke uterus betina. Embryo itu dapat meneruskan embryogenesis dengan sempurna,
sampai lahir.
Inilah prinsip "bayi tabung" yang dilakukan pada manusia beberapa tahun mutakhir.
Experiment ini dilakukan, karena tuba si ibu sempit atau tersumbat, sehingga spermatozoa tak
dapat mencapai infundibulum atau ovum yang sudah terdiri atas berpuluh sel itu tak dapat lewat
untuk turun ke uterus.
AKIBAT PEMBUAHAN
Dengan terjadinya pembuahan, berakibat:
1. Telur giat tumbuh.
2. Tertentukan jenis kelamin bakal embryo, berasal dari pilihan gabungan kromosom kelamin
antara jantan dan betina. Jika spermatozoa-X jumpa ovum-X, jenis kelamin embryo ialah XX
(betina). Jika spermatozoa-Y jumpa ovum-X, jenis kelamin embryo ialah XY (jantan). Pada
yang bersistem ZW, jika spermatozoa-Z jumpa ovum-Z, jenis k elamin embryo ialah ZZ
(jantan); jika spermatozoa-Z jumpa ovum-W, jenis kelamin embryo ialah ZW (betina).
Mengembalikan susunan diploid kromosom species, dengan bergabungnya kedua gamet yang
haploid. Ini bertujuan untuk me-nurunkan sifat keturunan (genetis) kedua parent kepada anak. Ini
bertujuan jauh sekali, ialah agar lebih banyak variasi yang timbul pada anak. Makin banyak
variasi, makin besar kesempatan untuk beradaptasi terhadap alam yang selalu berubah. Lebih-
lebih lagi ketika meiosis terjadi pada kromosom gamet itu, ada proses crossing over, yakni saling
berpindahnya fragment-fragment kromosom Patroklindan kromosom matroklin, sehingga
terbentuk kromosom yang memilikikombinasi baru susunan gen-gennya. Ini berarti keturunan
yang tejadi dari gamet itu memiliki variasi dibandingkan dengan tubuh sendiri.
PARTHENOGENESIS
Berasal dari kata parthenos = dara, dan genesis = kejadian, kelahiran. Pertumbuhan
embryo tanpa dibuahi spermatozoa. Ada 2 macam parthenogenesis:
1. natural
2. artificial
Natural parthenogenesis, ialah parthenogenesis yang berlangsung secara alam, normal.
Terdapat pada berbagai jenis Arthropoda, seperti lebah, semut, tawon, kutu daun (aphid), dan
kutu air (Daphnia).
Pada lebah dan tawon, telur yang dibuahi jantan akan tumbuh jadi betina, sedang yang
tak dibuahi akan tumbuh jadi jantan. Jantan ini fertil, betinanya steril. Betina itu jadi pekerja,
jantan untuk mengawini ratu yang terus-menerus bertelur.
Pada kutu daun dan kutu air, buat berpuluh generasi tak dibutuhkan jantan. Betina
terus-menerus bertelur. Kalau sudah menetas lalu anak jadi dewasa, akan bertelur
lagisecara parthenogenesis. Baru pada generasi ke sekian mereka butuh seperti "mencas
kawin dengan jantan. Tak ubahnya pada suatu " aki yang sudah lemah aruslistriknya,
demikianlahpadasuatu generasi dibutuhkan kekuatan untukbereproduksikehadiran pihak
jantan.
Artificial parthenogenesis, ialah parthenogenesis yang dilakukan secara tiruan. Ini
biasa dilakukan manusia dalam experiment. Berbagal jenis hewan dipakai obyek artificial
parthenogenesis, mulai dari Evertebrata, sampai pada Mammalia.
Metoda:
1. mengganggu tekanan osmosa cairan lingkungan ovum
2. goncangan atau shock
3. menusuk ovum
Zat yang biasa dipakai orang untuk mengganggu tekanan osmosa lingkungan ovum ialah
berbagai jenis garam chlorida dari K, Na, Ca, Mg. Juga asam organik lemah, seperti asam
butirat, asam laktat, asam oleat; dan dengan zat pelarut lemak seperti toluen, ether, alkohol,
benzene, acetone, urea; dan juga bisa dengan sukrosa.
Goncangan atau shock ialah berupa shock suhu. Umpamana dengan menurunkan suhu
lingkungan ovum mendadak sampai 10°C, atau menaikkannya mendadak sampai 32°C.
Ada juga dengan shockaliranlistrik.
Telur bintang laut sudah sejak lama (Hertwig, 1896) dapat tumbuh secara
parthenogenesis dengan hanya diberi chloroform atau strychnine. Pada telur kelinci (Pincus,
1936) diberikan shock suhu dengan pendinginan mendadak sampai 10°C. Ovum ditaruh dalam
kultur yang memberi nutrisi. Chang (1954) mencoba memasukkan lagi ovum yang dibuahi
secara parthenogenesis in vitro itu ke tuba kelinci. Lalu betina itu dikawinkan dengan jantan
yang telah disterilkan. Ternyata ada sekitar 18% blastocyst yang tumbuh. Di antaranya ada 2
yang tumbuh intra-uterine. Yang dua ini 1 ekor lahir hidup, sedang 1 lagi mati dalam kandungan
dan digugurkan (stillborn).
Olsen (1960) menemukan adanya 41,7% ayam kalkun yang berhasil diexperiment secara
artificial parthenogenesis. Semua embryo ternyata jantan. Banyak yang abnormal, sebagian ada
yang sampai menetas. Bahkan dari yang menetas itu ada yang dapat tumbuh sampai dewasa, dan
malahan dapat kawin dengan betina normal.
Telur katak dapat tumbuh dengan ditusuk-tusuk dengan jarum yang telah lebih dulu
dicelupkan ke darah katak dewasa. Telur ini tumbuh sampai menetas jadi larva, dan larva ini pun
mampu bermetamorphosis sampai bentuk dewasa. Cuma lebih lemah dan mudah mati,
dibandingkan dengan katak normal.
Oleh parthenogenesis, susunan kromosom sel-sel tubuh embryo dan anak tetap 2N. Ini
karena kromosom telur itu yang semula haploid, akan berduplikasi menjadi diploid. Setelah
diploid baru tumbuh jadi 2 sel, 4 sel, dan seterusnya secara mitosis. Kadang-kadang dijumpai
pula pada ovum Mammalia yang dilakukan experiment artificial parthenogenesis, kromosom
polosit kembali bergabung dengan kromosom ovum, sehingga ovum itu nanti kembali
bersusunan diploid.
Kegunaan parthenogenesis natural
1. Memudahkan reproduksi. Lebih banyak keturunan dibentuk.
2. Kalau kesulitan jumpa sex lain, karena jumlah penduduk langka dan distribusinya luas.
3. Menghindari sterilitas. Parthenogenesis menciptakan aneuplody atau polyploidy. Sehingga
kemungkinan sterilitas pada susunan diploidy (2N) dapat dicegah.
4. Menghindari rekombinasi baru bahan genetis. Sebab timbulnya, rekombinasi baru (oleh
crossing-over waktu profase meiosis I), menlim bulkan variasi baru, yang perlu adaptasi baru
dikerahkan.
PEMBUAHAN ABNORMAL
1. Polyspermy, beberapa spermatozoa masuk ovum. Fisiologis: Elasmobrachii, Reptilia, Aves;
patologis: a. Karena ovum yang belum matang sempurna atau agak tua, kurang mampu
menghalangi polyspermy; b. Faktor lingkungan, seperti suhu tubuh naik. Umumnya hanya 1
pronukleus jantan berkaryogamy.
2. Polyandry, berkaryogamynya beberapa pronuklei jantan dengan 1 pronukleus betina. Sering
terdapat pada Echinodermata, Annelida, dan beberapa Mammalia (Rodentia). Terbentuk
tripolar/multipolar cleavage, akibatnya terbentuk banyak blastomer sekaligus. Distribusi
kromosom acak, tak merata. Pada Mammalia mengakibatkan lethal (mati).
3. Polygyny, tak memisahnya polosit I atau II dari ovum, sehingga terbentuk 2 atau 3 pronuklei
betina, lalu berkaryogamy dengan 1 pronukleus jantan. Terdapat pada beberapa Evertebrata
laut; juga pada beberapa Mammalia, seperti kelinci dan babi. Pada Mammalia juga sering
mengakibatkan lethal.
4. Gynogenesis, tak ada karyogamy, meski ada pembuahan. Terdapat pada Platyhelmenthes,
Nematoda dan Arthropoda. Pronukleus jantan hancur dalam ooplasma, pronukleus betina
bermitosis tanpa cytokinesis, sehingga tetap bersusunan 2 N.
5. Androgenesis, pada Amphibia dan kadang-kadang Mammalia. Ada pembuahan, tapi tak ada
karyogamy. Hanya pronukleus jantan tumbuh, pronukleus betina berdegenerasi. Secara
experimentil dengan meradiasi pronukleus ovum dengan sinar X atau ultraviolet.
6. Refertilisasi, sudah terjadi pembuahan tapi ovum gagal memblokir pemasukan spermatozoa
berikut, sehingga terjadi pembuahan lagi. Ini menimbulkan polyandry. Secara experimentil
dapat dilakukan dengan mencegah pembentukan membran pembuahan. Inidapatdikerjakanin
vitro maupun in vivo. Diberi bahan kimia, seperti untuk menurunkn pH medium ovum, atau
dengan memberi enzim, yang sifatnya menghancurkan membran pembuahan.