Anda di halaman 1dari 8

Nama : Muh Yusran Sukri

Nim : 0910580620016

Prodi : Peternakan

RESUME FERTILISASI

1.1 Pengertian Fertilisasi

Fertilisasi atau pembuahan adalah proses peleburan antara satu sel


sperma dan satu sel ovum yang sudah matang atau spermatozoa membuahi
ovum yang bertempat di tuba fallopii yang menghasilkan zigot. Fertilisasi
terjadi di tuba fallopi. Saat fertilisasi berlangsung, hanya kepala sperma yang
mengandung inti sel yang masuk ke dalam dinding sel telur, sedangkan
ekornya tertinggal di luar. Fertilisasi biasanya melibatkan penggabungan
sitoplasma (plasmogami) dan penyatuan bahan nukleus (kariogami). Zigot
membelah secara mitosis menjadi dua, empat, delapan, enam belas dan
seterusnya. Pada saat 32 sel disebut morula, di dalam morula terdapat rongga
yang disebut blastosoel yang berisi cairan yang dikeluarkan oleh tuba fallopii,
bentuk ini kemudian disebut blastosit dan akan terus berkembang dan
berdiferensiasi membentuk organ-organ tubuh sampai akhirnya membentuk
fetus. Setelah mencapai dewasa kelamin atau pubertas, maka akitivitas
reprodukso dimulai kembali melalui proses gametogenesis dan fertilisasi,
sehingga membentuk suatu siklus yang saling berkaitan.

1.2 Fungsi Fertilisasi


Ada dua fungsi utama fertilisasi yaitu :
a. Fungsi reproduksi
Fertilisasi memungkinkan pemindahan unsur-unsur genetik dari para
tetuanya. Jika pada gametogenesis terjadi reduksi (pengurangan) unsur
genetik dari 2n (diploid) menjadi n (haploid), maka pada fertilisasi
memungkinkan pemulihan kembali unsur genetiknya, n dari tetua jantan
dan n dari tetua betina sehingga diperoleh individu normal 2n. Tanpa
fertilisasi (kecuali pada kasus-kasus tertentu), kesinambungan keturunan
suatu spesies tidak akan terjadi.
b. Fungsi perkembangan
Fertelisasi menyebabkan gertakan atau rangsangan pada sel telur untuk
menyelesaikan proses pembelahan meiosisnya, dan membentuK
pronukleus betina yang akan melebur (syngami) dengan pronukleus
jantan (berasal dari inti spermatozoa) membentuk zigot dan seterusnya
berkembang menjadi embrio, fetus, lahir dan dewasa. Jika fertilisasi tidak

1
terjadi maka sel telur tetap akan bertahan pada tahap metafase II yang
selanjutnya akan berdegenerasi tanpa mengalami proses perkembangan
selanjutnya.
1.3 Perjalanan Spermatozoa ke Tempat Fertilisasi
Perjalanan spermatozoa meliputi tiga tahapan sebagai berikut :
a. Dalam Tubuh Jantan
Spermatozoa yang telah dihasilkan di dalam tubulus seminiferus melalui
proses spermatogenesis akan keluar dari tubulus seminiferus bercampur
dengan plasma semen masuk ke vas efferent. Proses ini terjadi akibat
adanya tekanan volume dari dalam tubulus. Dari vas efferent, spermatozoa
selanjutnya masuk ke duktus epididimis. Dalam tahapan ini, spermatozoa
juga mengalami proses maturasi atau pematangan. Tahap selanjutnya
spermatozoa yang sebelumnya pada duktus epididimis selanjutnya masuk
ke vas deferent. Di daerah ini, spermatozoa akan menerima sekreta yang
dihasilkan oleh glandula vesikula seminalis untuk selanjutnya bermuara di
duktus ejakulatorius. Tahap perjalanan selanjutnya sebelum diejakulasikan
dalam bentuk semen, spermatozoa juga akan menerima sekreta dari
kelanjar prostate dan bulbouretralis.
b. Di Luar Tubuh Jantan
Peristiwa ini hanya ditemukan pada hewan-hewan tertentu, yaitu pada
hewan yang mengalami pembuahan diluar tubuh seperti ikan, amfibia.
Peristiwa ini diawali dengan dikeluarkannya spermatozoa oleh hewan
jantan ke dalam medium berupa air dan secara serentak juga betina akan
mengeluarkan ovum. Spermatozoa yang dikeluarkan kemudian bergerak
aktif untuk melakukan pembuahan. Untuk hewan-hewan lainnya yaitu
reptilia, aves dan mamalia, peristiwa ini tidak terjadi karena proses
pembuahannya terjadi di dalam tubuh betina.
c. Dalam Tubuh Betina
Spermatozoa yang dideposisikan pada vagina, serviks, ataupun uterus pada
saat perkawinan harus mempunyai kemampuan untuk mencapai tempat
terjadinya fertilisasi di ampula bagian caudal dari uterus. Beberapa peniliti
menyatakan bahwa kemampuan spermatozoa untuk mencapai tempat
fertilisasi adalah karena pergerakan spermatozoa itu sendiri, sedangkan
pendapat lain menyatakan bahwa itu akibat pengaruh saluran reproduksi
betina. Beberapa factor fisiologi yang berpengaruh terhadap kecepatan
perjalanan spermatozoa adalah volume ejakulat, tempat deposisi, dan
anatomi saluran reproduksi betina. Lama waktu yang dibutuhkan
spermatozoa agar sampai ke tempat fertilisasi berkisar antara 2-60 menit.

2
Tabel 1. di bawah ini menunjukkan perkiraan waktu yang diperlukan
oleh spermatozoa dari beberapa spesies hewan untuk mencapai tuba falopii,
tempat terjadinya fertilisasi.
Dari sekian banyak spermatozoa yang diejakulasikan, hanya sedikit yang
mampu mencapai ampula dan kebanyakan mati pada saluran reproduksi
betina. Hal ini mungkin sebagai akibat adanya fagositosis oleh sel darah putih
dan arah balik ke vagina. Spermatozoa yang dideposisikan pada vagina harus
melewati serviks sebelum mencapai oviduk. Mekanisme pergerakan
spermataozoa melewati serviks masih diperdebatkan. Ada yang menyatakan
bahwa pergerakan yang cepat melewati serviks adalah akibat kontraksi vagina
dan uterus selama kopulasi. Teori yang lain menjelaskan bahwa spermatozoa
yang motil mampu malakukan penetrasi dan migrasi melewati mukus serviks.
Perjalanan spermatozoa melintasi uterus sampai ke tautan uterus tuba sangat
cepat dan hal ini disebabkan oleh adanya bantuan kontraksi otot uterus.
Seperti pada serviks, isthmus pada oviduk diperkirakan juga sebagai tempat
penampungan spermatozoa untuk beberapa waktu sebelum bergerak ke
ampula berlangsungnya fertilisasi. Pergerakan spermatozoa dari isthmus ke
ampula berlangsung terutama akibat kontraksi otot.
1.4 Perjalanan Ovum ke Tempat Fertilisasi
Perjalanan ovum menuju tempat berlangsungnya fertilisasi
dikelompokkan menjadi tiga daerah yaitu (i) perjalanan melalui peritonium,
(ii) perjalanan melalui tuba fallopii, dan (iii) perjalanan ke luar tubuh induk
bagi hewan yang fertilisasinya berlangsung secara eksternal.
Setelah berlangsungnya ovulasi sel telur jatuh ke peritoneum dan
ditangkap oleh infundibulum. Infundibulum berbentuk menjari dan berperan
untuk menangkap sel telur yang keluar dari ovarium dengan tepat, dan kecil
kemungkinan untuk gagal atau jatuh ke dalam rongga abdomen.
Infundibulum dapat melakukan gerakan dan bersifat mengisap.
Pada mamalia ovarium terpisah dari tuba fallopii ketika ovulasi
berlangsung. Infundibulum bergerak mendekati dan mengelilingi ovarium.
Selain itu ovarium dapat pula mengalami perubahan posisi sehingga dapat
masuk ke arah infundibulum ketika ovulasi berlangsung. Sementara itu cairan
infundibulum juga memiliki daya adhesi terhadap ovum yang keluar dari
ovarium.
Gerakan ovum dari ovarium menuju tuba fallopii disebabkan oleh gerak
mengayuh dari silia pada epitel dinding tuba dan konstraksi otot pada dinding
tuba. Pada berbagai species, daya tahan ovum setelah diovulasikan bervariasi.
Pada manusia umumnya hanya bertahan sekitar 24 jam. Pada mamalia
rendah (monotrematan dan marsupialia), hanya bertahan selama beberapa jam.

3
Pada kera hanya dapat hamil bila ovulasi berlangsung pada saat ovulasi.
Ovum yang tidak dibuahi akan mengalami penyusutan dan berdegenerasi.
Sebelum fertilisasi berlangsung keadaan dari telur pada berbagai species
sangat bervariasi. Pada anjing dan serigala, fertilisasi berlangsung pada saat
oosit masih dalam stadium oosit primer, lalu miosis pertama dan kedua
berlangsung setelah fertilisasi. Pada amphioxus, miosis pertama sudah selesai
ketika sperma masuk, sedangkan pada beberapa invertebrata oosit sekunder
sudah terbentuk sebelum sperma masuk.
1.5 Proses Fertilisasi

Tempat penyatuan ovum dengan spermatozoa adalah didalam ampula.


Sel telur dilapisi bukan saja oleh membran plasma tetapi oleh lapisan-lapisan
lain, dimana seharusnya hanya dapat ditembus dalam suatu proses yang
memerlukan waktu agak lama sebelum spermatozoa dapat masuk. Oleh karena
itu spermatozoa haruslah dapat menempel pada permukaan telur cukup lama
sampai reaksi penghancuran.

Pada kebanyakan mamalia, untuk keberhasilan fertilisasi, spermatozoa


harus mempunyai kemampuan menembus kumulus ooforus, korona radiata,
dan zona pellusida sebelum masuk ke membran vitelin oosit. Spermatozoa
yang mengelilingi ovum akan menghasilkan enzim hialuronidase, yaitu enzim
yang memecah protoplasma pelindung ovum agar dapat menembus ovum
dengan sedikit lebih mudah. Enzim tersebut merusak korona radiata dan
memudahkan penembusan zona pellucida hanya untuk satu sperma saja.
Enzim ini berperan menghancurkan matrix kumulus ooforus sehingga
spermatozoa dapat mencapai zona pelusida. Enzim akrosin berperan dalam
perusakan zona pellusida. Badan dan ekor sperma terpisah dari kepala segera
setelah masuk ke dalam ovum. Tapi pada beberapa jenis hewan bagian ekor
tinggal diluar, hanya bagian kepala, leher dan badan masuk seperti pada
kelinci. Segera setelah kedua sel bersatu, kumparan kutub kedua dalam inti
(nukleus) ovum mengalami pembelahan meiosis kedua dan mampu bersatu
dengan inti sperma, sehingga terbentuk kromosom diploid (2n).

Perjalanan panjang untuk fertilisasi harus diselesaikan dalam waktu 12


sampai 48 jam, sebelum sperma mati. Sperma harus melintasi penghalang dari
leher rahim, yang tipis dan berair pada betina yang baru saja ovulasi. Setelah
sperma telah melintasi lendir leher rahim, sperma melakukan perjalanan
sampai lapisan lembab dari rahim ke saluran telur (hanya salah satu saluran
telur berisi telur, sperma banyak sehingga perjalanan ke arah yang salah).
Kurang dari 1.000 sperma keluar dari jutaan dalam air mani benar-benar
mencapai saluran telur. Banyak sperma mengelilingi telur dalam tabung telur.

4
Kepala setiap sperma (akrosom) menghasilkan enzim yang mulai memecah
jeli, seperti lapisan luar membran telur, yang mencoba untuk menembus telur.
Isi membengkak, mendorong sperma lain jauh dari telur (reaksi kortikal).
Sperma lainnya mati dalam waktu 48 jam. Reaksi kortikal memastikan bahwa
hanya satu sperma menyuburkan telur.

Perpaduan ovum dan spermatozoa merangsang dimulainya pembelahan


mitosis. Pertama, dihasilkan embrio 2 sel, sel itu disebut blastomer. Pada
blastomer dari 2 sel membelah lagi menjadi 4 sel. Dengan demikian 1
blastomer, mempunyai ukuran seperempat ukuran zigot. Selanjutnya, terjadi
pembelahan lagi menjadi 8 sel kemudian menjadi 16 sel. Setelah berulang kali
mengalami pembelahan, ukuran sel akan menjadi semakin kecil dan nampak
sebagai bola padat yang disebut morula. Pada kebanyakan spesies, morula
terbentuk dari kira-kira 16 sampai 32 sel. Terjadinya pembelahan mitosis yang
berlanjut menyebabkan jumlah sel semakin banyak, tetapi ukuran sel semakin
kecil. Selama perjalanan dalam tuba fallopi menuju ke uterus morula
berkembang menjadi blastosis. Blastosis memperoleh makanan dari sekret
kelenjar uterus. Semua sel yang terdapat dalam blastosis sangat identik.
Sampai tahap itu, belum terjadi diferensiasi sel. Diferensiasi akan mulai terjadi
setelah embrio mengalami gastrulasi, yaitu pembentukan 3 lapis sel, yaitu
ektoderm, mesoderm, dan endoderm.

1.6 Pencegahan Polyspermy


Ovum dari berbagai macam species mempunyai ratusan tempat
perlekatan spermatozoa pada selubung vitelinnya. Tempat perlekatan ini
memungkinkan terjadinya fertilisasi oleh spermatozoa. Namun, tempat
perlekatang yang jumlahnya banyak ini memungkinkan terjadinya pembuahan
ovum oleh lebih dari satu spermatozoa. Keadaan ini disebut dengan
polyspermy. Akibat dari polyspermy ini adalah kematian embrio secara dini.
Pada beberapa spesies seperti Reptilia, Aves, Monotremata, Urodela dan
beberapa insekta terjadi polyspermy secara alami dimana hanya satu sperma
saja yang berfungsi sedangkan sisanya akan berdegenerasi
Mekanisme pencegahan polispermy ini ada yang cepat dan ada yang
lambat.
1. Blokade polispermy cepat adalah semacam hambatan listrik yang timbul
setelah terjadinya fusi ovum dengan spermatozoa pertama. Hal ini
menyebabkan spermatozoa selanjutnya tidak dapat menempel pada
permukaan ovum. Peritiwa ini terjadi ketika sperma dan ovum bertemu.
Pros blokade cepat polispermi dilakukan dengan mengubah potensial
listrik pada membran telur (Ovum). Membran sel telur tersebut memiliki
barier selektif antara sitoplasma dengan lingkungan luar, sehingga hali

5
ini meyebabkan kadar ion di dalam sel telur berbeda dengan kadar ion di
luar sel. Di dalam sel telur tersebut terdapat kadar ion Na dan K. Ion Na
memiliki kadar yang relatif rendah sedangkan ion K memiliki kadar
yang tinggi. perbedaan kadar ion ini dikendalikan oleh membran sel
yang berfungsi mencegah masuknya ion Na kedalam sel, dan mencegah
lepasnya ion K ke luar sel. Blokade cepat polispermi ini juga dapat
ditahan dengan menurunkan kadar Na di lingkungan luar sel. Bila suplai
ion seodium tidk mencukupi karena potensial membran berubah menjadi
positif maka dapat terjadi Polispermi (Gould.SOmero
dkk.1979.Jeffe.1980).
2. Blokade polispermi lambat Adalah suatu reaksi yang di perankan oleh
bagian korteks ovum (pada mamalia disebut zona rection). Pelepasan
sperma dilakukan dengan reaksi granula kortikel. Enzim-enzim dari
granula memisahkan lapisan vitalin dari membran plasma dan
mukopolisakarida menghasilkan gradien osmotik, yang menarik air ke
dalam ruang perivitalin dan membengkakkan daerah tersebut.
Pembengkakan itu mendorong lapisan vitelin menjauhi membran
plasma, dan lapisan lain mengeraskan daerah tersebut. Ketika voltase
yang mengalir di sepanjang membran plasma telah kembali normal, dan
pemblokiran cepat polispermi tidak lagi berfungsi. Akan tetapi
membranfertilisasi itu bersama sama dengan perubahan lain pada
permukaan sel telur berfungsi sebagai pemblokiran lambat terhadap
polis. Reaksi ini adalah mekanisme blokade polispermi secara lambat
dan proses ini mulai aktif sekitar 1 menit setelah fusi antara sel sperma
dan sel telur pertama. Reaksi ini ditemukan hampir di semua spesies
mamalia. (Campbell jilid 2).

1.7 Parthenogenesis
Phartenogenesis adalah tipe khusus reproduksi seksual, dimana ovum
berkembang tanpa melalui pembuahan. Phartenogenesis diartikan sebagai
fenomena perkembangan sel gamet betina menjadi embrio tanpa mendapatkan
konstribusi genetik dari sel gamet jantan. Individu yang dihasilkan dari proses
phartenogenesis ini disebut phartenotes. Umumnya, phartenogenesis secara
alami terjadi pada golongan serangga dan kadal tertentu yang hidup dipadang
pasir. Secara buatan phartenogenesis telah berhasil dilakukan pada golongan
molusca, cacing, amfibi, dan mamalia.
1. Parthenogenesis Alami
a. Complete parthenogenesis
Pada platyhelminthes dan beberapa golongan kerang-keranga,
parthenogenesis adalah satu-satunya cara untuk bereproduksi. Kejadian

6
ini dikenal dengan sebuata complete parthenogenesis. Pada complete
parthenogenesis setiap individu berasal dari telur yang tidak dibuahi.
Organisme yang melakukan cara reproduksi seperti ini umumnya
kehilangan daya seksualitasnya.
b. Cyclic parthenogenesis
Cylclic parthenogenesis dapat dijumpai pada golongan kerang-
kerangan. Golongan organisme yang melakukan ini juga dapat
melakukan reproduksi secara seksual. Organisme yang melakukan hal
ini mendapat keuntungan karena dapat melakukan parthenogenesis bila
lingkungan mendukung dan reproduksi seksual pada kondisi yang lain.
2. Parthenogenesis Buatan
Parthenogenesis buatan adalah usaha mendapatkan ovum yang telah
berkembang tanpa proses fertilisasi tetapi dengan menambahkan bahan
tertentu. Telur dari beberapa golongan hewan telah berhasil diaktivasi
dengan berbagai cara seperti berikut ini.
a. Pemberian cairan kimia
Bahan-bahan kimia yang umumnya digunakan untuk tujuan agar
terjadi parthenogenesis adalah larutan hipotonik dan hipertonik, asam
organic, alkalis, garam klorida, sodium, natrium, kalsium,
magnesium, zat pelarut lemak (ether, alcohol, benzene, dan aseton),
dan zat lain seperti klorofom, urea, sukrosa, dan lain sebagainya.
b. Agen fisik
Agen fisik yang biasa digunakan untuk tujuan ini adalah agen yang
dapat menimbulkan shock pada ovum. Agen tersebut antara lain
pemanasan atau pendinginan, aliran listrik, pengocokan, dan lain
sebagainya.
c. Radiasi
Agen radiasi yang umum digunakan adalah sinar ultraviolet.

SOAL DAN JAWABAN NYA

1. Sebutkan fungsi sel telur dalam organ reproduksi wanita!


Jawab :
 Sel telur berfungsi untuk menangkap sel yang dilepaskan oleh
ovarium.
 Selain itu, sel telur berfungsi membawa sel telur dari infundibulum ke
dalam Rahim.
 Di dalam saluran telur inilah terjadi proses fertilisasi atau pembuahan.
 Nah, setelah terjadi fertilisasi, saluran telur akan menyalurkan zigot
atau hasil fertilisasi menuju terus atau Rahim.
2. Sebutkan pengertian dari proses Oogenesis!

7
Jawab :
 Oogenesis adalah sebuah proses pembentukan sel kelamin perempuan.
 Proses pembentukan ini terjadi pada sel telur atau ovum, ya.
 iya, Proses pembentukan ini terjadi di dalam ovarium.
3. Di manakah tempat terjadinya spermatogenesis?
Jawab :
 Spermatogenesis terjadi di dalam testis manusia atau hewan jantan,
tepatnya pada dinding tubulus seminiferous dan diferensiasi spermatid
terjadi pada lumen tubulus seminiferous.

Anda mungkin juga menyukai