Anda di halaman 1dari 3

PART 4

Mammalian Fertilization
Ada beberapa hal yang membedakan antara fertilisasi pada hewan mamalia dengan fertilisasi
pada Sea urchin:
1) Lokasi tempat terjadinya fertilisasi
Fertilisasi pada Sea urchin terjadi diluar tubuh, terjadi fertilisasi eksternal karena
gamet jantan dan gamet betina dikeluarkan dari tubuh hewan jantan dan hewan betina
tadi sehingga pembuahan atau fertilisasi yang terjadi diluar tubuh (eksternal
fetilization). Sementara pada hewan mamalia fetilisasinya terjadi di dalam tubuh
tepatnya di dalam saluran reproduksi betina.
2) Populasi spermanya
Pada Sea urchin di lokasi tempat terjadinya fertilisasi itu bisa dihuni oleh banyak
sperma yang berasal dari spesies yang berbeda sehingga harus ada mekanisme
tertentu yang menjamin agar hanya gamet dari spesies yang sama yang akan
melakukan fertilisasi. Disitulah fungsi kemoatraktan seperti riset yang ditemukan
pada Arbacia punctulata.
3) Transportasi gametnya
Pada mamalia gamet-gamet yang akan melakukan fertilisasi harus bergerak menuju
ke tempat terjadinya fertilisasi yaitu pada saluran telur atau oviduk. Jadi, ovum yang
diovulasikan dari ovarium harus masuk ke dalam oviduk dan sperma yang masuk
melalui liang vagina itu harus bergerak melintasi serviks uterus hingga mencapai
oviduk tempat terjadinya fertilisasi. Sementara pada Sea urchin gametnya bertemu
diluar tubuh tidak di dalam tubuh organisme itu.
4) Terjadinya kapasitasi sperma pada mamalia
Jadi sperma mamalia bisa membuahi sel telurnya maka sperma itu harus melakukan
satu proses yang disebut dengan kapasitas, hal ini tidak terjadi pada Sea urchin.
Meskipun kedua spesies ini pergerakan spermanya berlangsung secara kemotaksis
dirangsang oleh adanya kemoatraktan tetapi motilitas sperma pada mamalia itu bisa
bergerak secara termotaksis dan itu tidak terjadi pada Sea urchin. Termotaksis adalah
pergerakan sperma berdasarkan perbedaan suhu yang terdapat pada bagian saluran
reproduksi yang berbeda. Jadi, ada perbedaan suhu antara satu bagian saluran
reproduksi dengan bagian saluran reproduksi yang lain. Disamping itu pada mamalia
motilitas spermanya akan mengalami hiperaktivasi terutama ketika sperma itu
mendekati sel telur. Jadi, ketika sperma berada di sekitar sel telur maka motilitas
sperma mamalia akan mengalami hiperaktivasi.
5) Tempat terjadinya pengenalan sperma dengan sel telur
Kalau pada Sea urchin proses pengenalan sperma dengan sel telur itu terjadi pada
selaput vitaline maka pada mamalia pengenalan sperma dengan sel telur terjadi pada
zona pelusida.
Itu beberapa hal yang membedakan antara fertilisasi pada mamalia dengan fertilisasi
pada Sea urchin.
Mammalian Egg
Struktur telur mamalia maka bisa terlihat bahwa di sisi luar selaput sel telur ada zona
pelusida. Pada lapisan zona pelusida inilah terjadi proses pengenalan sperma dengan sel telur.
Yang lain adalah di luar zona pelusida ada sel-sel kumulus, yang ikut terbawa bersama
dengan oosid ketika telur tersebut diovulasikan. Nanti akan dilihat bahwa sel-sel kumulus
yang membungkus oosid itu berfungsi untuk menghasilkan kemoatraktan progesteron yang
membimbing pergerakan spermatozoa menuju ke sel telur.
Translokasi Gamet
Telur yang diovulasikan yang dibungkus oleh sel-sel kumulus ini nanti akan ditangkap oleh
juluran yang ada pada ujung oviduk namanya fibri. Jadi gerakan yang ada di ujung oviduk
akan membantu oosid yang diovulasikan agar tidak jatuh ke dalam rongga tubuh tetapi masuk
ke dalam oviduk. Setelah sampai di oviduk kemudian sel telur itu akan bergerak menuju ke
uterus dibantu oleh gerakan silia yang ada di sepanjang sisi dalam oviduk. Biasanya fertilisasi
terjadi pada sepertiga bagian ujung oviduk, sepertiga bagian ujung oviduk biasa disebut
dengan Ampulla. Jadi, kalau ada sperma yang masuk melalui vagina maka sperma itu harus
bergerak melintasi serviks kemudian uterus menuju ke Ampulla oviduk karena pembuahan
atau fertilisasi terjadinya pada bagian Ampulla oviduk. Pergerakan sperma menuju ke
Ampulla oviduk itu membutuhkan bantuan karena motilitas sperma tidak cukup untuk
menyebabkan sperma bisa mencapai Ampulla oviduk. Oleh karena itu gerakan sperma harus
dibantu oleh kontraksi otot-otot uterus. Jadi, kontraksi otot uterus itu membantu pergerakan
sperma untuk mencapai daerah Ampulla oviduk.
Nanti ketika sperma berada di sekitar sel telur atau sudah masuk ke daerah kumulus oosid
maka akan terjadi hiperaktivasi. Jadi gerakan spermatozoa mobilitasnya akan meningkat
supaya sperma itu bisa menembus sel-sel kumulus untuk mencapai lapisan telur yang lebih
dalam. Oleh karena itu hipeaktivasi mobilitas ketika sperma mendekati sel telur atau berada
di sekitar sel telur itu sangat diperlukan. Gerakan sperma di samping dituntun oleh
kemoatraktan yang dihasilkan oleh sel-sel kumulus tadi juga dituntun oleh perbedaan suhu
antar bagian-bagian saluran reproduksi betina. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu
yang ada di pangkal oviduk, itu lebih rendah sekitar 2 derajat dibandingkan dengan suhu
yang ada di daerah yang ada di daerah Ampulla. Perbedaan suhu antara kedua bagian itu yang
kemudian ikut menuntun pergerakan sperma menuju ke telur yang ada di daerah Ampulla.
Pergerakan yang dibimbing oleh perbedaan suhu itu yang disebut dengan termotaksis. Kalo
yang dibimbing oleh kemoatraktan progesteron itu yang disebut dengan kemoatraksi.
Gambaran sederhana proses yang terjadi selama telur dan sperma berada di saluran
reproduksi. Jadi, ketika telur diovulasikan dari ovarium kemudian menuju ke ujung oviduk
nanti telur itu akan bergerak menuju ke arah uterus dibantu oleh gerakan silia yang ada di
sepanjang sisi dalam oviduk. Nanti akan menuju ke daerah ampulla kemudian sperma yang
masuk melalui vagina akan bergerak melintasi serviks kemudian uterus sampai menuju ke
daerah ampulla oviduk. Pembuhaan itu atau fertilisasi terjadi didaerah ampulla. Fertilisasi
terjadi sekitar setengah hari atau sampai 1 hari setelah ovulasi. Kalo fertilisasi berhasil terjadi
di daerah ampulla maka zigot akan melanjutkan pergerakannya menuju daerah uterus dan
pada jam ke-30 setelah setelah ovulasi, zigot tersebut sudah membentuk 2 blastomer, jadi
zigot sudah terdiri atas 2 sel. Pembelahan terus terjadi hingga pada hari ketiga zigot sudah
berada di pangkal oviduk (batas antara uterus dengan oviduk). Pada hari ke keempat atau hari
kelima, zigot sudah dalam tahap blastokista. Kemudian pada hari keenam, blastokista ini
sudah mulai melakukan implantasi pada dinding endometrium uterus. Itu gambaran
sederhana proses pertemuan sperma dengan ovum dan pergerakannya dari ujung oviduk
menuju ke uterus sampai terjadi implantasi.
Kapasitasi Sperma (Mamalia)
Seperti yang disampaikan sebelumnya bahwa sperma mamalia yang baru diejakulasikan itu
tidak mampu melakukan fertilisasi pada telur. Itu terjadi karena molekul yang ada pada
permukaan sperma yang dikenali oleh reseptor yang ada pada selaput telur itu tertutup oleh
protein karbohidrat dan lipid sehingga kemudian supaya sperma bisa dikenali oleh molekul
yang ada pada selaput telur maka molekul-molekul yang melekat pada bagian yang dikenali
oleh sel telur itu harus dibuang. Proses pembuangan molekul-molekul tersebut disebut
dengan proses kapasitasi. Jadi, kapasitasi terjadi di sepanjang saluran reproduksi betina,
mulai dari liang vagina dilanjutkan uterus sampai ke oviduk. Jadi, proses kapasitas
berlangsung di sepanjang perjalanan sperma menuju ke telur yang ada di oviduk.
Kapasitasi bisa terjadi secara in Vitro. Pada proses pembuatan bayi tabung misalnya sperma
yang baru dikeluarkan oleh pria itu harus di kapasitasi itu sebelum dipertemukan dengan sel
telur. Proses kapasitasi in vitro menggunakan cairan oviduk dan protein albumin. Nanti
kemudian ada beberapa hal yang terjadi dalam proses kapasitasi, disamping terjadinya
perubahan komposisi karbohidrat lipid dan protein membran juga terjadi perubahan potensial
membran. Potensial membran berubah menjadi lebih negatif, kalau pada sel normal potensial
membran berada diangka -70 mili volt maka sperma yang mengalami kapasitasi potensial
membrannya malah semakin negatif. Perubahan yang terjadi selama kapasitasi (proses yang
terjadi selama kapasitasi) adalah fosforilasi protein perubahan internal sperma dan aktivasi
enzim.
Kapasitasi sendiri bersifat sementara, kalo ada sperma yang sudah terkapasitasi kemudian
kondisinya bisa berubah menjadi kembali tidak terkapasitasi setelah periode waktu tertentu.
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa kehamilan itu terjadi akibat hubungan
kelamin yang berlangsung selama 6 hari berturut-turut. Hari keenam kopulasi itu bertepatan
dengan hari terjadinya ovulasi. Jadi, kehamilan itu bisa terjadi kalau itu bisa terjadi kalau
kopulasi dilakukan 6 hari berturut-turut dan dan hari ke-6 kopulasi bertepatan dengan
terjadinya ovulasi. Hal ini mengindikasikan bahwa untuk mencapai ampulla tempat
terjadinya fertilisasi, sperma itu butuh waktu sekitar 6 hari.
Proses kapasitasi kalo disederhanakan adalah membuang molekul yang melekat pada pada
ujung struktur. Kalo ada molekul yang dikenali oleh reseptor yang ada pada selaput telur
maka molekul yang melekat di ujung strukur harus dibuang karena ketika sperma berada di
dalam epididimis dan nanti protein dan karbohidrat yang dapat cairan epididimis akan
melekat di ujung molekul. Begitu sperma mau diejakulasikan maka cairan semen juga
menambahkan protein lain pada ujung itu, sehingga kalau protein tersebut tetap ada di
struktur itu maka sperma tidak bisa dikenali oleh reseptor ada pada pada selaput telur. Oleh
karena itu molekul-molekul yang ada di bagian ujung harus dilepaskan. Proses pelepasan
molekul yang ada di ujung struktur ini harus dilakukan agar terbuka dan bisa dikenali oleh
reseptor yang ada pada selaput telur, itu yang disebut dengan proses kapasitasi.

Anda mungkin juga menyukai