PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Seorang perempuan mengalami fase penting pada masa pubertas (masa
peralihan dari anak-anak ke remaja). Pubertas terjadi pada umur 12 - 16 tahun dan
dipengaruhi oleh beberapa factor yakin, keturunan, bangsa, iklim dan lingkungan.
Salah satu ciri seorang wanita mengalami pubertas yaitu dengan adanya haid
selain dari thelarche, pubarche dan tumbuhnya rambut di daerah ketiak. Haid ialah
perdarahan yang siklik dari uterus sebagai tanda bahwa alat kandungan
menunaikan faalnya. Haid dinilai berdasarkan tiga hal, Pertama, Siklus haid yaitu
jarak antara hari pertama haid dengan hari pertama haid berikutnya. Kedua, lama
haid, yaitu jarak dari hari pertama haid sampai perdarahan haid berhenti dan ketiga
jumlah darah yang keluar selama satu kali haid.
Haid dikatakan normal bila didapatkan siklus haid, tidak kurang dari 24
hari, tetapi tidak melebihi 35 hari, lama haid 3 - 7 hari, dengan jumlah darah
selama haid berlangsung tidak melebihi 80 ml, ganti pembalut 2 - 6 kali per hari.
Haid pertama kali yang dialami seorang perempuan disebut menarke, yang pada
umumnya terjadi pada usia sekitar 14 tahun. Menarke merupakan petanda
berakhirnya masa pubertas, masa peralihan dari masa anak menuju masa dewasa.
Selama kehidupan seorang perempuan, haid dialaminya mulai dari menarke
sampai menopause. Menopause adalah haid terakhir yang dikenali bila setelah
haid terakhirnya tersebut minimal satu tahun tidak mengalami haid lagi. Masa
sesudah satu tahun dari menopause, dikenal sebagai masa pascamenopause. Haid
normal merupakan hasil akhir suatu ovulasi. Siklus ovulasi diawali dari
pertumbuhan beberapa folikel antrum pada awal siklus, diikuti ovulasi dari satu
folikel dominan, yang terjadi pada pertengahan siklus. Bila tidak terjadi
pembuahan akan diikuti dengan haid. Sedangkan siklus anovulasi adalah siklus
haid yang teratur pula, tanpa ovulasi sebelumnya. Prevalensi siklus anovulasi
paling sering didapatkan pada perempuan usia di bawah 20 tahun dan di atas usia
40 tahun. Sekitar 5 - 7 tahun pascamenarke, siklus haid relatif memanjang,
kemudian perlahan panjang siklus berkurang, menuju siklus yang teratur normal,
memasuki masa reproduksi, masa sekitar usia 20 - 40 tahun.
1.2 Rumusan Masalah
FISIOLOGI HAID
1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ASPEK ENDOKRIN DALAM SIKLUS HAID
FISIOLOGI HAID
2
Gambar
2.1merupakan
Hormon yang
dalam
siklus
haidrapi dan baku dari sumbu
Haid
hasilberperan
kerja sama
yang
sangat
Hipotalamus-Hipofisis-Ovarium (sumbu H-H-O). Pada awal siklus sekresi
gonadotropin (FSH, LH) meningkat perlahan, dengan sekresi follicle stimulating
hormone (FSH) lebih dominan dibanding luteinizing hormone (LH). Sekresi
gonadotropin yang meningkat ini memicu beberapa perubahan di ovarium. Pada
awal siklus didapatkan beberapa folikel kecil, folikel pada tahap antral yang
sedang tumbuh. Pada folikel didapatkan dua macam sel, yaitu sel teka dan sel
granulosa yang melingkari sel telur, oosit.
Pada awal siklus (awal fase folikuler) reseptor LH hanya dijumpai pada sel
teka, sedangkan reseptor FSH hanya ada di sel granulosa (gambar 4-2). LH
memicu sel teka untuk menghasilkan hormon androgen, selanjutnya hormon
androgen memasuki sel granulosa. FSH dengan bantuan enzim aromatase
mengubah androgen menjadi estrogen (estradiol) di sel granulose (teori dua sel).
Pada awal siklus atau awal fase folikuler, peran FSH cukup menonjol, di antaranya
:
a. Memicu sekresi inhibin B, dan aktivin di sel granulosa. Inhibin B memacu LH
meningkatkan sekresi androgen di sel teka, dan inhibin B memberikan umpan
balik negatif terhadap sekresi FSH oleh hipofisis. Sementara itu, aktivin
membantu FSH memicu sekresi estrogen di sel granulosa.
FISIOLOGI HAID
3
FISIOLOGI HAID
4
oosit
(oogensis)
seperti
telah
dijelaskan
diatas,
stimulus
H-H-O
folikel
primordial yang saat masuk ke masa pertumbuhan tidak bertepatan dengan awal
siklus akan mengalami atresia.
2. Folikel Preantral
Pada folikel preantral tampak oosit membesar, dikelilingi oleh membran,
zona pellucida. Sel granulosa mengalami proliferasi, menjadi berlapis-lapis,
sel teka terbentuk dari jaringan disekitarnya. Sel granulosa folikel preantral
sudah mampu menangkap stimulus gonadotropin, menghasilkan tiga macam
steroid seks, estrogen, androgen, dan progesteron. Pada tahap ini estrogen
merupakan steroid seks yang paling banyak di hasilkan di bandingkan
androgen dan progesteron.
3. Folikel Antral
Stimulus FSH dan estrogen secara sinergi menghasilkan sejumlah
cairan yang semakin banyak, terkumpul dalam ruangan antara sel granulosa.
Cairan yang semakin banyak tersebut membentuk ruangan/rongga (antrum),
dan pada tahap ini folikel di sebut folikel antral. Ruang yang berisi cairan
folikel tersebut memisakan sel granulos menjadi dua, sel garunulosa yang
menempel pada dinding folikel dan sel granulosa yang mengelilingi oosit. Sel
granulosa yang mengelilingi oosit disebut Kumulus ooforus. Kumulus ooforus
berperan untuk mendapat signal yang berasal dari oosit, sehingga menjadi
komunikasi yang erat antara oosit dan sel granulosa. Pada tahap ini awal siklus
cairan folikel antral berisi FSH, estrogen dalam jumlah banyak, sedikit
androgen dan tidak/belum ada LH.
4. Folikel preovulasi
Folikel dominan yang terus tumbuh membesar menjadi folikel
preovulasi. Pada folikel preovulasi tampak sel granulosa membesar, terdapat
perlemakan. Sel teka mengandung vakuol, dan banyak mengandung pembuluh
darah, sehingga folikel tampak hiperemi. Oosit mengalami maturasi, lonjakan
LH menghambat OMI dan memicu meiosis II. Pada saat ini reseptor LH sudah
mulai terbentuk disel granulosa, dan lonjakan LH juga menyebabkan androgen
intrafolikuler meningkat. Androgen intrafolikuler meningkat menyebabkan,
pertama dampak lokal memacu apoptosis granulosa pada folikel kecil, folikel
yang tidak berhasil dominan, menjadi atresia. Kedua dampak sistemik,
androgen tinggi memacu libido.
FISIOLOGI HAID
9
Gambar 2.2 Perubahan yang terjadi pada ovarium selama siklus haid
2.2.2 Fase Ovulasi
Lonjakan LH sangat penting untuk proses ovulasi pasca keluarnya
oosit dan folikel. Lonjakan LH di pacu oleh kadar estrogen yang tinggi yang
dihasilkan oleh folikel preovulasi. Dengan kata lain, stimulus dan kapan
ovulasi bahkan terjadi ditentukan sendiri oleh folikel preovulasi.
Ovulasi diperkirakan terjadi 24-36 jam pasca puncak kadar estrogen
(estradiol) dan 10-12 jam pasca puncak LH. Di lapangan awal lonjakan LH
digunakan sebagai pertanda/indikator unuk menentukan waktu kapan
diperkirakan ovulasi bakal terjadi. Ovulasi terjadi sekitar 34-36 jam pascaawal
lonjakan LH.
2.2.3 Fase luteal
uterus, arteria uterina pecah menjadi dua, pertama arteria vaginalis yang
mengarah ke bawah dan cabang ke dua yang mengarah ke atas ,cabang
asenden. cabang asenden dari dua sisi uterus, membentuk dua arteri arkuata
yang berjalan sejajar dengan kavum uteri. Kedua arteria arkuata tersebut
membentuk anastomose satu sama lain, membentuk cincin, melingkari kavum
uteri. Arteri radialis merupakan cabang kecil arteria arkuata, yang berjalan
meninggalkan
arteria
arkuata
secara
tegak
lurus
menuju
kavum
pertumbuhan
Endometrium
adalah
folikel
lapisan
atau
seks
epitel
steroid
yang
yang
melapisi
dihasilkannya.
rongga
rahim.
Permukaannya terdiri atas selapis sel kolumnar yang bersilia dengan kelenjar
sekresi mukosa rahim yang berbentuk invaginasi ke dalam stroma selular.
Kelenjar dan stroma mengalami perubahan yang siklik, bergantian antara
pengelupasan dan pertumbuhan baru setiap sekitar 28 hari.
Endometrium menurut tabelnya dibagi menjadi dua bagian besar,
pertama lapisan nonfungsional atau lapisan basalis, lapisan yang menempel
pada otot uterus (miometrum). Lapisan basalis endometrium disebut
nonfungsionalis karena lapisan ini kurang/tidak banyak berubah selama siklus
haid, tidak memberi respon pada stimulus steroid seks. Lapisan endometrium
diatasnya adalah lapisan fungsihonal, lapisan yang memberi respon terhadap
stimulus streroid seks, dan terlepas pada saat haid. Pada akhir fase luteal
sekresi estrogen dan progesteron yang menurun tajam mengakibatkan lapisan
fungsional terlepas saat haid menyisakan lapisan nonfungsional (basalis)
dengan sedikit lapisan fungsional. Selanjutnya endometrium yang tipis
tersebut memasuki siklus haid berikutnya. Perubahan endometrium dikontrol
FISIOLOGI HAID
12
oleh siklus ovarium. Rata-rata siklus 28 hari dan selama satu siklus haid
pertumbuhan edometrium me lalui beberapa fase.
2.4.1 Fase Proliferasi
Fase proliferasi endometrium dikaitkan dengan fase folikuler proses
folikulogenesis diovarium. Siklus haid sebelumnya menyisakan lapisan basalis
endometrium dan sedikit sisa lapisan spongiosum dengan ketebalan yang
beragam. Lapisan spogiosum merupakan bagian lapisan fungsional endometrium,
yang langsung menempel pada lapisan seks (estrogen) memicu pertumbuhan
endometrium untuk menebal kembali, sembuh dari pelukaan akibat haid
sebelumnya. Pertumbuhan endometrium dinilai berdasarkan penampakan histologi
dari kelenjar, stroma, dan pembuluh darah/arteria spiralis. Pada awalnya kelenjar
harus pendek, ditutup oleh epitel silindris pendek. Kemudian, epitel kelenjar
mengalami proliferasi dan pseudostratifikasi, melebar ke samping sehinga
mendekati dan bersentuhan dengan kelenjar disebelahnya. Epitel penutup
permukaan kavum uteri yang rusak dan hilang saat haid sebelumnya terbentuk
kembali. stroma endometrium awalnya pada akibat haid sebelumnya menjadi
edema dan longgar pembuluh darah kapiler. Ketiga komponen endometrium,
kelenjar, stroma, endotel pembuluh darah mengalami proliferasi dan mencapai
puncaknya pada hari ke 8-10 siklus, sesuai dengan puncak kadar estrogen serum
dan kadar reseptor estrogen diendometrium. Proliferasi endometrium tampak jelas
pada lapisan fungsionalis,di dua per tiga diatas uteri, tempat sebagian besar
implatasi blastosis terjadi.
Pada fase proliferasi peran estrogen sangat menonjol. Stroma memacu
terbentuknya komponen jaringan, ion, air, dan asam amino. Stroma endometrium
yang kolaps/kempis pada saat haid, mengembang kembali, dan merupakan
komponen pokok pertumbuhan/penebalan kembali endometrium. Pada awal fase
proliferasi, tebal endometrium hanya Sekitar 0,5 mm kemudian tumbuh menjadi
sekitar 3,5 5 mm. Di dalam stroma endometrium, juga banyak tersebar sel
derivat sumsum tulang (bone morrow), termasuk limfosit dan makrofag, yang
dapat dijumpai setiap saat sepanjang siklus haid.
Peran estrogen pada fase proliferasi juga dapat diamati dari meningkatnya
jumlah sel mikrovili yang mempunyai silia, sel yang bersilia tampak berada
disekitar kelenjar yang terbuka. Pola dan irama gerak silia tersebut mempengaruhi
FISIOLOGI HAID
13
FISIOLOGI HAID
14
FISIOLOGI HAID
15
FISIOLOGI HAID
16
Pada kurun waktu antara hari ke 20-24 silkus, disebut jendela inflantasi.
Saat itu bila diamati dengan sel epitel permukaan kavum endometrium, tampak
mikrosilia dan silia epitel permukaan jumlahnya menurun, dan puncak (apeks)
epitel permukaan menonjol/protrusi kedalam lumen atau kavum endometrium
propusi puncak epitel permukaan ini disebut pinopods, yang merupakan persiapan
untuk implantasi blastosis.
2.5.1 Interval antara Haid
Interval dasar antar menstruasi diperkirakan sekitar 28 hari, tetapi terdapat
variasi yang nyata antar perempuan yang juga merupakan panjang siklus pada
perempuan tersebut. perbedaan yang nyata dalam interval antar siklus menstruasi
tidak selalu menunjukan infertilitas. Arey (1939) menganalisis 12 penelitian yang
meneliti sekitar 20.000 catatan kalender menstruasi dari 1500 perempuan. Ia
menyimpulkan bahwa tidak terdapat bukti adanya keteraturan sempurna
menstruasi. Diantara rata-rata perempuan dewasa, sepertiga dari semua siklus
memiliki panjang yang menyimpang lebih dari 2 hari dari rerata semua panjang
siklus. Pada analisisnya terhadap 5322 siklus dari 485 perempuan normalnya
memperkirakan interval rerata sepanjang 2,4 hari. Panjang siklus rerata pada gadis
pubertas adalah 33,9 hari.
2.6 DASAR FISIOLOGI OVULASI DAN TERAPANNYA
Ovulasai adalah hasil kerja sama yang sangat rapi antara hipotalamus,
hipofisis, dan ovarium. Hipotalamus menghasilkan gonadotrophin releasing
hormon (GnRH), yang disekresi secara pulsasi dalam rentang krisis. Kemudian
GnRH memacu hipofisis untuk menghasilkan gonadotropin (FSH, dan LH), yang
di sekresi secara pulsasi juga.
Gonadotropin memicu proses oogenesis, foligenesis, dan steriogenesis
diovarium dengan hasil akhir ovulasi yang terjadi secara teratur setiap bulan atau
siklus. Ovarium yang teratur menghasilkan steroid seks (estrogen dan progresteron
) yang memacu endometrium secara siklik, dan menghasilkan siklus haid yang
teratur juga memberi umpan balik ke hipotalamus dan hipofisis, untuk mengatur
sekresi gonadotropi. Oleh karena itu secara garis besar, ovulasi dihasilkan garis
sentral (hipotalamus, hipofisis), umpan balik, dan ovarium yang bekerja dengan
baik.
FISIOLOGI HAID
17
Gangguan ovulasi dapat disebabkan oleh salah satu dari organ/proses yang
mempengaruhi sumbu H-H-O tersebut. World Helth Organitation (WHO)
membagi gangguan ovulasi menjadi empat kelompok berdasarkan letak
gangguannya.
WHO
gangguan
ovulasi
dengan
gangguan
disentral,
III mempunyai
prognosi fungsi reproduksi yang jelek, hanya dapat di bantu dengan donor oosit
atau adopsi. Pada kelompok WHO IV dapat di bantu dengan pemberian
bromokroptin.
Situmulasi ovariaum terkendali mempunyai pengertian yang agak berbeda
dengan induksi ovulasi. Stimulasi ovarium terkendali bertujuan untuk mendapatan
ovulasi ganda, dengan harapan dapat meningkatkan angka kehamilan. Stimulasi
ovarium dapat terkendali bila diberikan pada siklus ovulasi teratur atau pada siklus
dengan gangguan ovulasi.
Kontrasepsi merupakan terapan klinik lain dari pendalaman fisiologi
ovulasi steroid seks estradiol bersama progestin secara bersama atau progestin
saja, dengan dosis yang cukup, bila diberikan sebelum hari kelima silklus secara
terus-menerus
FISIOLOGI HAID
18
BAB 3
KESIMPULAN
1. Aspek endokrin dalam siklus haid aksisnya ada pada Hipotalamus-HipofisisOvarium. Hormon yang bekerja adalah FSH, LH, Inhibin A, inhibin B, Estrogen
FISIOLOGI HAID
19
dan Progesteron. Enzim yang membantu proses endokrin dalam siklus haid adalah
Enzim aromatase dan proteolitik.
2. Perubahan Histologik pada fase folikuler antara lain folikel primordial
berkembang menjadi folikel primer lalu bekembang menjadi folikel preantral dan
terakhir menjadi folikel antral. Pada fase ovulasi folikel antral mengeluarkan oosit
dan berkembang menjadi corpus luteum bila tidak terjadi pembuahan maka corpus
luteum menjadi corpus albican pada fase menstruasi.
3. Uterus di vaskularisasi oleh arteri uterina, arteri radialis, dan vena arcuata.
4. Pada awal fase proliferasi tebal endometrium sekitar 0,5 mm kemudian tumbuh
menjadi sekitar 3,5 5 mm akibat stroma memacu terbentuknya komponen
jaringan, ion, air, dan asam amino. Fase sekresi stroma menghasilkan enzim
proteolitik menyebabkan kontraksi spasmodic yang intens dari bagian arteri
spiralis
kemudian
endometrium menjadi
iskemik
dan
nekrosis, terjadi
DAFTAR PUSTAKA
Bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNPAD, 1983. Obstetri Fisiologi. Bandung:
Percetakan Eleman.
Cunningham, F .G., 2012. Obstetri Wiliams jilid 1 Edisi 23. Jakarta: EGC.
Prawiroharjo, S., 2012. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT. bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
FISIOLOGI HAID
20
Prawiroharjo, S., 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Sherwood, L., 2001. Fisiologi Manusia dari sel ke sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC.
William F. G., 2008. Bukua Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta: EGC
FISIOLOGI HAID
21