Anda di halaman 1dari 43

Desain Penelitian yang

sesuai dengan tujuan


penelitian
Dr. Supriyadi Hari Respati, dr.,Sp.OG(K)

Desain penelitian
Desain penelitian merupakan rancangan suatu
rangkaian kegiatan dalam rangka menjawab
masalah penelitian. Rangkaian kegiatan yang
tercakup dalam suatu desain penelitian antara
lain pemilihan dan pengalokasian subjek,
pemilihan intervensi/perlakuan, pengukuran
hasil/akibat, dan pengumpulan data dalam
suatu kegiatan penelitian
Pemilihan desain penelitian hendaknya
disesuaikan dengan tujuan penelitian atau
rumusan masalah yang ingin dijawab.
Pemilihan desain penelitian dimaksudkan
untuk menghemat waktu, biaya, dan
tenaga peneliti namun tetap dapat meraih
tujuan penelitian.

Berbagai desain penelitian


A. Desain penelitian eksperimental
a) Eksperimental murni (true-experimental)
b) Quasi-eksperimental (quasi-experimental)

B. Desain penelitian observasional

Eksperimental vs. Observasional


Eksperimental

Observasional

Ada perlakuan
(treatment/intervention)
yang diberikan peneliti
kepada subjek

Peneliti hanya melihat


dan mengukur saja, tanpa
memberikan suatu
perlakuan terhadap subjek.
Apabila ternyata ada suatu
perlakuan yang terjadi
dalam kelompok, maka
perlakuan itu tidak
bersumber dari peneliti

Apakah ada perlakuan?


TIDAK

YA

Penelitian Observasional

Deskriptif

Analitik

Penelitian Eksperimental

YA

Apakah ada
randomisasi
perlakuan?

TIDAK

Case report

Potong Lintang
(cross sectional)

Case series

Kasus-kontrol

Pre test & post test,


no control

Kohort

Pre test &post test


with control
Post test only
with control

Potong Lintang
(cross sectional)
Ekologi

Eksperimental
Murni

Kuasi
Eksperimental

Desain Penelitian
Observasional

Penelitian observasional: deskriptif


vs analitik
Deskriptif

Analitik

Tidak melihat /mengukur


hubungan/pengaruh
antara Paparan dengan
Efek
Bersifat mendeskripsikan,
menjelaskan,
menggambarkan profil

Melihat /mengukur
hubungan/pengaruh
antara Paparan (sebab)
dengan efek
Menilai interaksi antara
paparan (sebab) dengan
efek

Penelitian potong lintang


Populasi
Pencuplikan
Terpapar,
Berpenyakit
E+ D+

Terpapar,
Tak Berpenyakit
E+ D-

Tak terpapar,
Berpenyakit
E- D+

Tak terpapar,
Tak berpenyakit
E- D-

Penelitian potong lintang


Keuntungan

Kerugian

Mudah
Murah
Waktu relatif lebih singkat

Sering membutuhkan
jumlah sampel yang besar
untuk mempertahankan
power atau kekuatan
analisis
terbatas untuk dipakai
sebagai analisis
hubungan kausalitas

Penelitian kohort
Kohort = pasukan romawi (bahasa latin)
Kohort adalah komponen populasi yang diidentifikasi
sehingga karakteristiknya (misalnya: sebab kematian,
angka suatu penyakit) dapat ditentukan setelah periode
waktu tertentu
Kohort sering digunakan untuk menjelaskan orang yang
lahir pada tahun tertentu yang diikuti untuk
menjelaskan berbagai karakteristik dari sekelompok
orang yang diikuti selama periode waktu tertentu
tersebut.

Skema Studi Kohort


penyakit
P
O
P
U
L
A
S
I

Terpapar dan berpenyakit


terpapar
Terpapar tanpa penyakit
Tanpa penyakit
Tidak terpapar-berpenyakit
Tidak terpapar
Tidak terpapar- tanpa penyakit

waktu

Open dan closed cohort


Open Cohort

Closed cohort

Jika ada individu pada


cohort yang tereksklusi
(karena meninggal,
menghentikan penelitian
dsb), digantikan dengan
individu yang lain.

Jika ada individu pada


cohort yang tereksklusi
(karena meninggal,
menghentikan penelitian
dsb), tidak digantikan
dengan individu yang lain.

Kohort prospektif
A research study that follows over time groups of
individuals who are alike in many ways but differ by a
certain characteristic (for example, female nurses who
smoke and those who do not smoke) and compares
them for a particular outcome (such as lung cancer).
(http://www.cancer.gov/dictionary/?CdrID=286693)

Kohort retrospektif
A research study in which the medical records of
groups of individuals who are alike in many ways but
differ by a certain characteristic (for example, female
nurses who smoke and those who do not smoke) are
compared for a particular outcome (such as lung
cancer). Also called historic cohort study.
(National Cancer Institute Dictionary, http://www.cancer.gov/dictionary/?
CdrID=286525)

Penelitian kohort
Keuntungan

Kerugian

1. Cocok untuk paparan langka

1. Tidak efisien untuk


mengevaluasi penyakit langka

2. Dapat meneliti berbagai


pengaruh sebuah paparan
3. Jika prospektif, meminimalkan
bias dalam menentukan status
paparan
4. Dapat menghitung laju
insidensi

2. Jika prospektif, sangat mahal


dan memakan banyak waktu
3. Jika restropektif, membutuhkan
ketersediaan catatan lengkap
dan akurat
4. Validitas bisa terancam oleh
subjek yang hilang waktu
follow up

Studi kasus-kontrol
= studi case-referent= studi restropektif
Dimulai dengan indentifikasi orang dengan penyakit
(atau variabel outcome) yang diteliti dan kelompok
kontrol (reference) yang sesuai.
Hubungan antara faktor risiko penyakit diuji dengan
membandingkan kelompok dengan penyakit dan tanpa
penyakit dalam hal seberapa sering faktor risiko
muncul.

Skema penelitian kasus-kontrol


terpapar

Subjek dengan penyakit


(kasus)

Tidak terpapar

terpapar
Subjek tanpa penyakit
(kontrol)

Tidak terpapar

Waktu

Jenis penelitian kasus-kontrol


Matched case-control study (studi kasus-kontrol dengan
matching)
Unmatched case-control study (studi kasus-kontrol
tanpa matching)
Keduanya akan berbeda dalam analisis statistiknya.

Pemilihan kontrol
1. Kontrol dapat dipilih dengan matching dari kasus
dalam hal variabel penting tertentu seperti umur dan
jenis kelamin
2. Kontrol dapat dipilih dari sampel populasi tanpa
penyakit yang diteliti (unmatched design)

Pemilihan kontrol
Secara umum, kasus dan kontrol harus berasal dari
populasi yang sama. Tetapi ini tidak mudah. Jika kita
mengambil kontrol dari populasi RS misal pada
penelitian hubungan antara merokok dan kanker paru
karena merokok tidak hanya berkaitan dengan kanker
paru saja melainkan juga penyakit lain. Jadi akan
mengundang bias.
Tetapi, bukan berarti kasus dan kontrol harus sama
kecuali dalam hal dengan penyakit dan tanpa penyakit,
karena ini akan membawa pada overmatching

Matching
Over matching akan menyebabkan beberapa variabel
yang potensial sebagai pengganggu (counfounding)
tidak bisa diukur seberapa kekuatan hubungannya
dengan paparan dan outcome
Sebaiknya matching hanya dilakukan bila tidak ada cara
lain untuk mengendalikan pengganggu (confounding).
Alternatif lain untuk mengendalikan confounding adalah
dalam analisis statistik (standardisasi dan stratifikasi)

Studi Kasus-Kontrol
Kelebihan:
Kerugian
1. praktis, murah,
1.Mengundang bias: karena
membutuhkan waktu
identifikasi paparan
yang lebih pendek
tergantung pada rekam
daripada studi kohort
medis atau memori
2. Berguna untuk meneliti 2.Tidak mudah memilih
penyakit yang jarang
kelompok kontrol

Nested case control study


Kelompok kasus = dipilih dari kohort
Kelompok kontrol = dipilih dari kohort (matching) yang
belum dengan penyakit pada waktu sudah timbul
penyakit pada kasus.
Reduksi bias, relatif sedikit bias.

Penelitian Eksperimental

Clinical trial
Clinical trial adalah serangkaian eksperimen yang
dilakukan oleh profesional kesehatan atau organisasi
pelayanan kesehatan untuk mengevaluasi suatu
intervensi/treatment dalam suatu setting klinis (Chow,
2000 in Chernick, 2003)

Clinical trials
Phase I

Pengujian suatu treatment/obat terhadap hewan coba


untuk mengetahui keamanannya (safety). Kemudian
dilanjutkan pada manusia sehat (tidak memiliki
kondisi seperti kepada siapa treatmen/obat itu
ditujukan).

Phase II

Diterapkan pada kelompok orang sakit untuk


menentukan efikasi (keberhasilan treatment di bawah
situasi klinis yang ideal).

Phase III

Diterapkan pada kelompok pasien yang lebih luas


untuk menilai efektivitas dan ekuivalensi suatu
treatment, khususnya dalam setting klinis rutin dan
lebih bebas-kontrol.

Phase IV

Post-marketing surveilance, untuk mengukur efek


samping yang terjadi setelah pemakain
treatment/obat baru.

Randomised controlled trial


(RCT)

RCT adalah suatu studi klinis (clinical trial)


yang subjeknya dialokasikan secara
random terhadap kelompok intervensi dan
kelompok kontrol.
RCT dapat dilakukan minimal dengan 2
(dua) kelompok, yaitu kelompok intervensi
(treatment) dan kelompok kontrol. Banyak
peneliti memandang RCT dengan minimal
3 (tiga) kelompok lebih baik. Tiga kelompok
itu adalah kelompok kontrol, intervensi
baru, dan intervensi yang selama ini telah
digunakan.

Mengapa randomisasi itu penting?


Selection bias
Confounders, baik yang diketahui/terukur
maupun yang tidak
Prognostic factor, baik yang
diketahui/terukur maupun yang tida

RC
T

Blinding
Apakah yang disebut blind, single-blind,
dan double-blind?
Mengapa blinding penting, terutama dalam
RCT?
Measurement bias
Mis-classification bias

Placebo controlled trial


Penggunaan placebo sebagai grup kontrol
harus dipertimbangkan dan didasari buktibukti yang cukup.
Peneliti harus memiliki sikap equipoise
yaitu memiliki keyakinan yang seimbang
terhadap placebo maupun obat/treatment
yang diuji bahwa keduanya sama-sama
berefek atau sama-sama tidak berefek
terhadap outcome.
Dilakukan untuk tujuan memperoleh data
efikasi suatu obat atau treatment bahwa
suatu obat/treatment itu benar-benar
memiliki efek.

Sumber: Peat, et al, 2008

Cross-over trials
Salah satu cara untuk meminimalkan
jumlah sampel, namun membutuhkan
komplians subyek yang baik.
Langkah-langkah (contoh):
Kumpulan sampel dialokasikan secara acak ke
dalam 2 kelompok (klp. A dan klp.B)
Klp. A mendapatkan obat I selama 6 minggu,
lalu masuk wash-out period 2 minggu, lalu
mendapatkan obat II selama 6 minggu.
Klp. B mendapatkan obat II selama 6 minggu,
lalu masuk wash-out period 2 minggu, lalu
mendapatkan obat I selama 6 minggu.

Cross-over trials (lanj.)


Setiap sekuens intervensi harus memberikan waktu
yang cukup agar intervensi memberikan efek.
Wash-out period harus benar-benar cukup untuk
menghilangkan efek perlakuan yang pertama.
Panjangnya waktu penelitian, dapat berakibat pada
komplians subjek subjek drop-out

Non-randomised clinical trial


Merupakan jenis desain quasi eksperimental
Penting dalam mengukur efek dari pilihan pasien
tidak dapat diukur jika dilakukan randomisasi.
Desain ini sangat bermanfaat dalam mengukur
intervensi yang bersifat promotif atau preventif.
Komplians subjek juga lebih tinggi karena treatment
yang diperoleh umumnya adalah kehendak/pilihan
sendiri.

Open trials
Tanpa randomisasi, tanpa kelompok kontrol, dan dokter
maupun pasien (subjek) tahu jenis intervensi mana
yang berlaku pada subjek.
Studi phase I, pasien paham bahwa obat/ intervensi
yang dilakukan masih dalam tahap pengembangan dan
penyelidikan.
Efek dari besarnya harapan subjek terhadap obat baru
sulit untuk diminimalkan.

The block randomized design


Seluruh sampel kita bagi menjadi beberapa blok yang
tidak saling beririsan, contohnya jenis kelamin (laki-laki
dan perempuan). Kemudian dalam setiap blok, kita
randomisasi kepada kelompok-kelompok perlakuan.
Desain ini dapat digunakan bila ingin menganalisis
peran suatu variabel terhadap outcome intervensi.

The split-plot design


Keseluruhan sampel kita randomisasi
kepada kelompok-kelompok intervensi, lalu
sebagian kita randomisasi lagi untuk
intervensi lainnya.
Desain ini dapat digunakan untuk menilai
beberapa intervensi dalam suatu kelompok
sampel.
Contoh: Sampel yang merupakan pasien DM
tipe 2 dialokasikan secara acak untuk obat
A (baru) dan obat B (standar). Kemudian
sampel yang sama dialokasikan secara acak
untuk intervensi perbaikan visus.

Sequential design
Suatu rangkaian kegiatan pengambilan subjek,
perlakuan, dan pengukuran outcome yang dilakukan
secara sekuens yang ditentukan oleh data yang
diperoleh di setiap akhir sekuens.
Misal: family study pada suatu penyakit.

Factorial design and fractional


factorial design
Digunakan untuk mengukur efek dari suatu
intervensi, baik yang berdiri sendiri
maupun sebagai akibat kombinasi dengan
intervensi lainnya.
Contohnya: intervensi deworming dan
suplementasi besi pada anak sekolah untuk
mencegah anemia defisiensi besi.

Trial with historical controls


Merupakan suatu trial yang membandingkan suatu
kelompok dengan intervensi di masa sekarang
dengan treatment serupa yang standar di masa lalu.
Desain ini umumnya digunakan untuk kenyamanan
(convenience). Adanya selection bias, perbedaan
karakteristik, perubahan treatment, dan adanya
confounding factor. Sehingga trial ini
menghasilkan analisis dengan power yang
lemah.
Keuntungannya, subjek kelompok kontrol umumnya
dapat diperoleh dalam jumlah banyak dan
terdeteksi seawal mungkin. Di samping itu, waktu
dan tenaga juga dapat dihemat karena umumnya
data subjek kontrol telah tersedia dalam rekam
medis.

Further readings:
Chernick MR and Friis RH. 2003. Introductory Biostatistics.
New Jersey: John Wiley & Sons.
Elston RC and Johnson WD. 2008. Basic Biostatistics for
Geneticist and Epidemiologist. West Sussex: John Wiley &
Sons.
Peat J, et al. 2001. Health Science Research: A Handbook of
Quantitative Methods. Singapore: South Wind Production.
Smoller-Wassertheil S. 2004. Biostatistics and Epidemiology:
A Primer for Health and Biomedical Professionals. New York:
Springer-Verlag.

Referensi
Grimes DA, Schulz KF. Descriptive studies: what they can and cannot do. Lancet
2002; 359:145-149.
Campbell, M.J., Machin, D. 2003. Medical Statistic: a commonsense Approach 3 rd
edition. Wiley. UK
Altman, D.G.1991. Practical Statistics for Medical Research. Chapman and Hall.USA
Chernick MR and Friis RH. 2003. Introductory Biostatistics. New Jersey: John Wiley &
Sons.
Elston RC and Johnson WD. 2008. Basic Biostatistics for Geneticist and
Epidemiologist. West Sussex: John Wiley & Sons.
Peat J, et al. 2001. Health Science Research: A Handbook of Quantitative Methods.
Singapore: South Wind Production.
Smoller-Wassertheil S. 2004. Biostatistics and Epidemiology: A Primer for Health
and Biomedical Professionals. New York: Springer-Verlag.

Anda mungkin juga menyukai