Anda di halaman 1dari 14

Nama : Meivy N L Riandi

NIM : 711345321004
Kelas : 1A TLM
MK : Komunikasi, Promkes dan Epidemiologi
Rangkuman

DESAIN STUDI EPIDEMIOLOGI


Dalam Epidemiologi terdapat dua jenis desain penelitian epidemiologi, yaitu
study deskriptif dan study analitik. Desain study ini digunakan untuk mempermudah
dalam penelitian yang terkait dengan berbagai faktor penyebab, akibat, serta
hubungan antar berbagai faktor. berikut adalah kerangka garis besar beberapa
desain study epidemiologi.

A. Studi Deskriptif
Untuk mempelajari distribusi dan frekuensi penyakit di populasi dipakai desain studi
epidemiologi deskriptif. Desain studi ini memiliki variant lebih dari 1 dan berupa
presentase.
1. Cross Sectional
Digunakan untuk membedakan dua kelompok. Unit pengamatan merupakan
individual dan populasinya merupakan populasi yang umum serta samplenya
random. Pengukuran variable independent (exposure) dan variable dependent
(.outcome) dilakukan secara bersamaan sehingga sulit untuk mengetahui hubungan
antara exposure dan outcome.
2. Case Report
Merupakan study pada satu kasus yang sama atau kasus baru yang
menggambarkan suatu riwayat penyakit dan pengalaman klinis dari masing-masing
kasus. Unit pengamatan atau analisisnya individual. Desain study ini digunakan
untuk melihat distribusi suatu penyakit atau masalah kesehatan yang diteliti,
memperoleh informasi tentang kelompok resiko tinggi dan membuat hipotesis baru.
Karena merupakan pengumpulan dari beberapa kasus-kasus yang dilaporkan maka
study ini tidak bisa digunakan untuk menggambarkan suatu populasi. Study ini dapat
digunakan sebagai langkah awal untuk meneliti serta dapat menjembatani antara
penelitian klinis dengan penelitian epidemiologi.
3. Case Series
Studi ini merupakan studi lanjutan dari case report. case report hanya terdiri dari
satu kasus saja, tetapi case series terdiri lebih dari satu kasus dan kurang dari
sepuluh kasus. Studi ini juga terkait pada sindrom atau penyakit baru. Unit
pengamatannya juga individual.
4. Studi Kolerasi
Disebut juga studi ekologi. Merupakan studi observasional dengan unti
analisis/pengamatannya agregat. Populasi merupakan beberapa kumpulan dari unit
pengamatan. contohnya unit pengamatan untuk angka kepadatan jentik, dan
insidens DHF diukur berdasarkan area kerja puskesmas, maka populasi studi terdiri
dari kumpulan puskesmas - puskesmas.

B. Study Analitik
Untuk mempelajari diterminan suatu penyakit di populasi dipakai desain studi
epidemiologi analitik. Desain studi ini dapat digunakan untuk mencari faktor-faktor
yang mempengaruhi dan membandingkan antara dua kelompok.
Case Control
Digunakan untuk meneliti faktor risiko/determinan dari suatu penyakit yang 'outcome'
jarang terjadi. penelitian dimulai dari pengukuran status keterpaparan pada subjek-
subjek yang diteliti kemudian dikelompokan. Bersifat retrospektif yang berarti melihat
pengamatan dengan cara mundur. terdiri dari dua kelompok yaitu sakit dan tidak
sakit. D --> E (macam-macam).
Kohort
Penelitian bersifat observasional tanpa intervensi. Penelitian dilakukan pada subjek-
subjek yang masih bebas dari outcome (Disease) tapi berisiko untuk dapat
mengalaminya. Pada studi ini dapat terlihat jelas hubungan antar exposure dengan
outcome. Biasanya studi ini dilakukan pada dua kelompok yaitu kelompok terpapar
dan tidak terpapar. Studi ini dapat bersifat prospektif, retrospektif ataupun historical
prospektif. Sample yang dipilih merupakan sample yang tidak random sehingga
hanya beberapa sample yang terkait dengan penelitian saja.
Intervensi
Biasanya dilakukan secara randomisasi. Peneliti melakukan intervensi terhadap
status "exposure" pada subjek-subjek yang diteliti. Pada studi ini dilakukan
pengecekan ulang dalam kurun waktu tertentu. Jenis intervensi ini ada dua yaitu
intervensi secara klinik atau individual dan intervensi secara komunitas misalnya
pada komunitas pemabuk, perokok dan sebagainya.
Setiap desain study memiliki ciri khas masing-masing. Walaupun demikian setiap
desain study mempunyai kekurangan dan kelebihan tersendiri yang berpengaruh
pada intervensi kesehatan masyarakat. untuk itu sangat disarankan memilih desain
studi yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan sebelum melakukan
penelitian.
C. Penelitian Kualitatif Dan Penelitian Deskriptif
Desain Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
Penelitian kualitatif adalah riset yang bersifat deskriptif dan cenderung
menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif
subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Terdapat perbedaan mendasar
antara peran landasan teori dalam penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif.
Dalam penelitian kuantitatif, penelitian berangkat dari teori menuju data, dan
berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori yang digunakan;
sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data, memanfaatkan teori
yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu “teori”.
Penelitian harus mempertimbangkan secara matang pendekatan yang tepat baik
sintektik maupun analitik, dan tujuan dari penelitian tersebut apakah bersifat
heuristik maupun deduktif. Peneliti dapat menggabungkan pendekatan-pendekatan
ini. Sebagai contoh, hipotesis yang diturunkan dari penelitian sintektik-heuristik
kemudian dapat dipilih menjadi dasar penelitian dengan menggunakan desain
analitik-deduktif.
Perbedaan yang paling mendasar terletak pada sifat intrinsik subjek penelitian,
peran peneliti, dan apakah kebenaran diperoleh melalui fakta yang objektif atau
persepsi subjektif. Hasil yang ditunjukkan oleh perbaikan verbal pembelajar bahasa
sebagai strategi pemerolehan berbeda dengan hasil yang ditunjukkan oleh nilai
kuantitatif pada judgment test yang dikontrol dalam penelitian eksperimental.
Beberapa Perbedaan Dalam Penelitian Kualitatif, Deskriptif, dan Eksperimental
Penelitian Kualitatif dan Deskriptif
Baik penelitian kualitatif maupun deskriptif, keduanya mendeskripsikan fenomena
yang terjadi secara alami tanpa adanya interferensi dari sebuah eksperimen atau
suatu perlakuan tertentu yang direncanakan. Keduanya berkaitan dengan
pendeskripsian, tetapi pendekatan penelitian berasal dari perspektif yang berbeda.
Penelitian kualitatif adalah heuristik, bukan deduktif. Hal tersebut dikarenakan
terdapat pertanyaan penelitian atau data yang dibuat sebelum penelitian dimulai.
Wilayah penelitian dan pertanyaan menggunakan perspektif sintektik/ holistik dalam
rangka memperoleh informasi sebanyak-banyaknya, dan menghindari manipulasi
atau interferensi di dalam konteks penelitian. Terdapat istilah ‘organic development’
yang maknanya adalah penelitian ini menyempitkan fokus sesuai perkembangan
penelitian dan tidak didikte oleh hipotesis.
Penelitian deskriptif dapat bersifat heuristik atau deduktif. Tipe atau kategori
penelitian ini mengacu pada penelitian yang menggunakan data-data yang telah ada
atau sebagai penelitian non-eksperimen dengan hipotesis yang telah dibentuk
sebelumnya. Studi deskriptif dapat menjelaskan aspek pemerolehan bahasa kedua
dari sudut pandang yang lebih sintektik atau dapat berfokus pada deskripsi
mengenai sebuah konstituen tertentu di dalam proses, contohnya pemerolehan
struktur bahasa tertentu atau perilaku tertentu terhadap pembelajaran bahasa yang
berbeda dengan lainnya. Studi deskriptif beranjak dari sebuah pertanyaan umum
mengenai sebuah fenomena yang sedang dikaji atau dengan menggunakan
pertanyaan dan fokus yang lebih spesifik.
Beberapa ahli metode penelitian menyatakan bahwa penelitian deskriptif berbeda
dengan penelitian kualitatif dilihat dari data analisisnya. Data pada penelitian
deskriptif adalah kuantitatif. Tetapi faktanya, pendapat mengenai perbedaan tersebut
tidak selamanya benar. Pada penelitian kualitatif mengenai pemerolehan bahasa,
elemen-elemen baik kualitatif maupun kuantitatif dapat digunakan. Data pada
penelitian kualitatif menjadi data kuantitatif setelah data-data tersebut dikumpulkan
dan dikategorikan. Brown memberikan contoh mengenai hal tersebut. Prosedur khas
yang banyak ditemukan pada penelitian kualitatif antara lain; observasi, perekaman,
dan transkripsi manual. Pertama, data-data tersebut akan dianalisa secara kualitatif,
kemudian dianalisa secara kuantitatif dalam hal urutan frekuensi dan rata-rata
panjang ungkapan. Contoh yang dikemukakan oleh Brown tersebut merupakan studi
Brown mengenai pemerolehan morfem gramatika oleh orang dewasa dan
pembelajar anak bahasa kedua. Penelitian deskriptif studi kasus memberikan
sebuah analisis linguistik yang mendalam mengenai aspek kemampuan gramatika
pembelajar bahasa kedua, sedangkan studi etnografi menyediakan analisis
kuantitatif dalam bentuk frekuensi kejadian fenomena dalam bahasa kedua.
Penelitian Deskriptif dan eksperimental
Penelitian deskriptif dapat berupa sintektik maupun analitik dalam pendekatannya
terhadap fenomena bahasa kedua yang dikaji, sedangkan penelitian eksperimen
harus analitik. Hal tersebut merupakan perbedaan yang mendasar. Penelitian
deskriptif dapat dilakukan dengan alasan-alasan heuristik. Contohnya untuk
menyelidiki fenomena tertentu bahasa kedua secara mendalam atau untuk menguji
sebuah hipotesis a priori. Kedua penelitian ini dapat berangkat dari hipotesis di
mana peneliti memulainya dengan sebuah teori atau pertanyaan penelitian.
Perbedaan dari kedua penelitian ini yang sama pentingnya adalah dalam penelitian
deskriptif, tidak ada manipulasi pada fenomena kebahasaan yang berlangsung,
sedangkan dalam penelitian eksperimental, manipulasi dan kontrol merupakan
parameter penting untuk validitas internal dan eksternal.
Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan
memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap
berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Proses penelitian kualitatif ini
melibatkan upaya-upaya penting, seperti mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan
prosedur-prosedur, mengumpulkan data yangspesifik dari para partisipan,
menganalisis data secara induktif mulai dari tema-tema yang khusus ke tema-tema
umum, dan menafsirkan makna data. Laporan akhir untuk penelitian ini memiliki
struktur atau kerangka yang fleksibel (Creswell, 2010 : 5).
Metode penelitian kualitatif pada mulanya dikembangkan oleh para ahli antropologi
dan sosiologi yang mengkaji perilaku manusia dalam konteks bahwa peran peneliti
tidak akan mengubah perilaku alami subjek penelitian. Tidak seperti penelitian
deskriptif, penelitian kualitiatif menghindari pembentukan pertanyaan-pertanyaan
penelitian, hipotesis, identifikasi, a priori, dan variabel-variabel yang akan menjadi
fokus penelitian.
Tujuan akhir dari penelitian kualitatif adalah untuk menemukan fenomena seperti
pola perilaku bahasa kedua yang belum pernah dijelaskan sebelumnya dan untuk
memahami fenomena-fenomena tersebut menurut perpektif aktivitas peserta atau
pembelajar. Peneliti juga dapat sekaligus berperan sebagai participant observer
(partisipan pengamat) dengan kegiatan seperti mencatat, merekam dan mengamati
tanpa adanya kontrol atau pedoman dari kuesioner atau instrumen lainnya. Tujuan
dari observasi non partisipan adalah untuk menyusun kembali bagaimana
pengalaman yang dialami oleh para subjek seakurat mungkin. Pada pemerolehan
bahasa kedua, penelitian kualitatif mencoba untuk memahami fenomena bahasa
kedua dari perspektif para pembelajar bahasa kedua, bukan dari perspektif peneliti.
Pada dasarnya, bahasa itu sendiri dapat menjadi sebuah variabel. Penelitian tipe ini
adalah untuk menjelaskan apa yang terjadi dan bagaimana maknanya menjadi
pelaku di dalam aktivitas pemerolehan bahasa. Bukanlah sesederhana seperti
menanyakan pendapat pembelajar, dikarenakan pembelajar dan peneliti biasanya
menggunakan bahasa yang berbeda. Bahasa yang digunakan oleh pembelajar
untuk menggambarkan pengalaman mereka juga belum sempurna. Para peneliti
harus menduga, menarik kesimpulan atau memperhitungkan hal-hal yang lebih luas
lagi agar dapat menghasilkan sebuah deskripsi yang akurat.
Penelitian kualitatif lebih sesuai untuk mendeskripsikan konteks sosial bahasa
kedua, seperti interaksi tuturan (siapa berkata apa, kepada siapa, dan kapan),
frekuensi, dan deskripsi tindak tutur dalam konteks penggunaan bahasa, seperti
deskripsi perihal bahasa yang digunakan antara guru dan siswa.
Prosedur Melakukan Penelitian Kualitatif
Jenis penelitian kualitatif tidak memiliki desain atau prosedur standar sebagaimana
yanga ada di dalam penelitian eksperimen. Prosedur penelitian kualitatif dapat
diilustrasikan sebagai sebuah corong atau piramida terbalik, yang bermakna bahwa
perkembangan penelitian dari hal yang umum ke hal yang spesifik. Ilustrasi lainnya
adalah spiral yang juga menggambarkan penelitian kualitatif berangkat dari hal
umum ke pengumpulan data secara lebih spesifik, selain itu spiral menunjukkan
siklus perulangan observasi dan analisis.

Berikut adalah proses pelaksanaan penelitian kualitatif :


a) Menentukan fenomena yang akan dikaji/ dijelaskan.
Dikarenakan penelitian kualitatif bersifat sintetik dalam pendekatannya, maka pada
tahap tertentu perlu mempersempit fokus observasi. Digunakan unit dan sub-set
dalam hirarki penelitian.
b) Menggunakan metode kualitatif untuk memperoleh data.
Penelitian kualitatif menggunakan berbagai alat/ cara untuk mengumpulkan data.
Dalam rangka memperoleh gambaran kegiatan atau kejadian secara lengkap, sering
kali digunakan metode-metode yang berbeda sekaligus di dalam satu penelitian.
Tidak seperti penelitian eksperimen yang bergantung pada satu pendekatan. Cara-
cara memperoleh data kualitatif antara lain : observasi, perekaman, kuesioner,
wawancara, case history, catatan lapangan, dan sebagainya.
Pembagian umur menurut WHO:
a. Menurut tingkat kedewasaan:
0 – 14 tahun : bayi dan anak-anak
15 – 49 tahun : orang muda dan dewasa
50 tahun ke atas : orang tua
b. Interval 5 tahun :
kurang dari 1 tahun
1 – 4, 5 – 9, 10 – 14, ...., 60 tahun ke atas.
c. Untuk mempelajari penyakit anak:
0 – 4 bulan, 5 – 10 bulan, 11-23 bulan, 2-4 tahun
5 – 9 tahun, 9 – 14 tahun.
Beberapa alasan hubungan suatu keadaan dan umur yg merupakan
a. fungsi dari proses umur, perkembangan fisiologis, atau immunitas
b. Refleksi dari perubahan kebiasaan, dan jenis makanan yg berbeda antara
gol.umur atau berjalannya waktu
c. Hasil dari perubahan daya tahan tubuh, mis.terlalu lama berhub.dg lingk.yg
m’p’garuhi keadaan itu
d. Faktor lain, mis.ketersediaan alat diagnostik peny.hny tuk gol.umur tertentu
e. Kemungkinan hub.sebab akibat fenomena kohort, mis.pd peny.Tb. Di negara
maju Tb.bnyk tdpt pd org tua. (Sutrisna, 2010)
Distribusi penderita demam berdarah berdasarkan umur
Usia (th) Penderita DBD penduduk %khas usia
0 – 4 tahun 1.035 174.687 0,59
5 – 14 tahun 901 301.211 0,30
15 – 24 tahun 2.485 176.960 1,40
25 – 44 tahun 6.794 282.595 2,40
45 – 64 tahun 9.097 119.567 7.61
65 tahun keatas 5-937 27.275 21,77
jumlah 26.249 1.082.325 2,43
Contoh 2.
Penyebab yg risikonya meningkat sejalan dgn pertambahan usia akan
menunjukkan penurunan jumlah kasus pd kelp. usia tertinggi, krn anggota pop.itu
sendiri menurun dgn cepat sejalan dgn pertmabahan usia di atas 55 tahun
2. Jenis Kelamin
Jenis kelamin Juga selalu dipertimbangkan dalam studi epidemiologi. Karena
distribusi penyebabnya pd populasi pria & wanita sering berbeda, & dlm kombinasi
dg faktor usia, distribusi pria dan wanita diberbagai kel.usia dan pop.tdk selalu sama
(Hikmawati,2011).
Angka kesakitan lebih tinggi di kalangan wanita, sdgkan angka kematian lebih
tinggi di kalangan pria, juga pada semua golongan umur pd kajian epidemiologi luar
negeri. Indo.masih perlu dipelajari lebih lanjut.
1. Faktor keturunan, perbedaan hormonal,
2. Faktor lingk.mis.pria >> isap rokok, minum minuman keras, candu, bekerja
berat, berhadapan dg pekerjaan berbahaya, dll. (Sutrisna, 2010)
Untuk mempelajari hubungan antara jenis kelamin dgn angka
kesakitan/kematian selalu perhitungkan faktor umur dengan langkah sbb:
(Sutrisna,2010).
1. tentukan dahulu pengelompokkan umur yang cocok dg sifat dan tujuan
penelitian
2. Hitung jumlah absolut dari kesakitan atau kematian menurut kelompok umur
yang telah ditetapkan
3. Ubahlah angka angka absolut ke dlm bentuk rate (per 100 per 1000 dst.) dgn
ini didpt “age specific rate” (menurut kel.umur diatas).
4. Buatlah diagram garis,histogram,atau tabel dari rate.
Kelas Sosial :
- variabel yg sering dilih.hub.dg angka kesakitan atau kematian.
- Menggambarkan tingkat kehidupan sosial
- Kelas sosial ditentukan oleh unsur :
Pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan banyak ct.ditentukan oleh tempat
tinggal
Sulit menentukan indikator kelas sosial
Di Inggris penggolongan kelas sosial didasarkan atas pekerjaan
seseorg,yakni
• I = Profesional, II = Menengah, III = Tenaga Terampil,
• IV = Tenaga setengah terampil, V = Tenaga tdk terampil
Di Indo. Sulit dibuat penggolongan kr jenis pekerjaan tdk memberi jaminan
perbedaan penghasilan.
Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan dpt berperan di dlm timbulnya penyakit yakni :
1. Faktor lingk. Kesakitan : bahan kimia, gas beracun, radiasi, benda fisik
kecelakaan
2. Ada tidaknya “gerak badan” didlm pekerjaan; di AS PJK inactivity physical
3. Overcrowded = disease transmission proccess
4. Stressfull in workplaces situation
5. Peny.cacing = pekerja tambang
Penghasilan
Melihat hub.antara tkt penghasilan dg pemanfaatan pelkes maupun
pencegahan.
Tidak mempunyai uang untuk membeli obat, membayar ongkos transport, dsb.
Golongan etnik: dapat berbeda di dalam
kebiasaan makan
susunan genetika
gaya hidup, dsb.
dengan akibat perbedaan angka kesakitan dan kematian
Harus distandarisasi:
- Susunan Umur,
- Jenis kelamin atau faktor lain yang
- dianggap mempengaruhi angka kesakitan dan kematian itu
status perkawinan:
- kawin
- tdk kawin
- janda
- cerai
berperilaku tidak sehat, lebih sering berhadapan dengan penyebab penyakit
perbedaan gaya hidup yang berhubungan kasual dengan penyakit tertentu,
mendasari hal ini
Besarnya keluarga :
Keluarga besar dan miskin, anak dpt menderita kr. Penghasilan hrs
digunakan oleh banyak orang
Struktur Keluarga
berpengaruh terhadap kesakitan (spt: penyakit menular& penyakit terkait
gangguan gizi & pemanfaatan pelatihan kesehatan
Kel besar dg tanggungan relatif besar mungkin hrs tinggal berdesakan di dlm
rumah dg luas terbatas
akibatnya: mudah terjadi Disease of transmission proccess yaitu: persediaan
pangan tdk cukup, asupan makanan tidak cukup baik kualitas maupun kuantitas,
tidak dpt memanfaatkan fasilitas pelkes yg tersedia, dan dampak lainnya.
paritas
Tingkat Paritas telah menarik perhatian para peneliti seperti hubungan kes.ibu-anak
Kecenderungan : Kesehatan Ibu berparitas rendah lebih baik, dp kes.ibu dengan
paritas tinggi. Terdapat hub. tingkat penyakit tertentu seperti asma bronkiale, tukak
lambung, stenosis pilorik dst.
b. Tempat :
Frekuensi penyakit diberbagai wilayah dunia menunjuk kan variasi yg besar dlm
distribusi geografis, walau pun perband.an tkt morbiditas & mortalitas dg data
pelapor rutin untuk adanya perbedaan standar pel.kes, diagnosis, pelaporan
peny.atau kematian yg digunakan.
Beberapa penyakit mempunyai frekuensi yg tinggi hnya di wilayah tertentu,
bahkan ada penyakit yg hnya didptkan di suatu wilayah tertentu. Di Indo. missal.
Filariasis, goiter, malaria, skitosomiasis.
Dikotomi wilayah urban dan rural juga merupakan faktor penting dlm studi
epidemiologi, hal ini karena pengaruh lingk.& karakteristik penddk yg berbeda antara
perkotaan & pedesaan (Hikmawati,2011).
Pentingnya variabel Tempat di dalam mempelajari etiologi suatu penyakit
dapat digambarkan dengan jellas pada penyelidikan wabah dan penyelidikan
mengenai kaum migran.
Memperband.angka kesakitan dan kematian antar daerah (tempat perlu diperhatikan
:
1. Susunan umur
2. Susunan kelamin
3. Kualitas data
4. Derajat representatif data thd.seluruh penduduk.
Variasi geografis pd kej.bbrp peny.atau keadaan lain mungkin
berhub.dg.satu atau lebih dari bbrp faktor berikut :
1. Lingk.fisis, khemis, biologis, sosial dan ekonomi yang berbeda dari satu
tempat tempat lain
2. Konstitusi genetis & etnis penduduk yg berbeda, bervariasi spt karakteristik
demografis
3. Variasi kultural dlm kebiasaan, pekerjaan, keluarga, praktek higiene
perorangan, & bahkan def.ttg sakit & sehat.
4. Variasi administrasi termasuk faktor spt ketersediaan & efisiensi pel.medis.,
program higiene (sanitasi), dll.

c. Karakteristik waktu :
Dalam runtun waktu (time series) dapat menunjukkan adanya kecenderungan
tertentu (peningkatan atau penurunan tingkat morbiditas atau mortalitas untuk
berbagai penyakit ataupun kematian oleh sebab tertentu. Data runtun waktu sangat
berguna untuk menentukan adanya wabah. Data runtun waktu dapat diperoleh dari
satu kelompok atau beberapa kelompok yg memiliki karakteristik tertentu, mis.data
time series peny.DBD usia 6-10 tahun dari tahun 2007 – 2010 di Kab.A.
Pembahasan :
tujuan:
Tujuan epidemiologi deskriptif adalah :

- Untuk menggambarkan distribusi keadaan masalah kesehatan sehingga dapat diduga kelompok
mana di masyarakat yang paling banyak terserang.
- Untuk memperkirakan besarnya masalah kesehatan pada berbagai kelompok.
- Untuk mengidentifikasi dugaan adanya faktor yang mungkin berhubungan terhadap masalah
kesehatan (menjadi dasar suatu formulasi hipotesis).

kategori:
Berdasarkan unit pengamatan/analisis epidemiologi deskriptif dibagi 2 kategori :
Populasi : Studi Korelasi Populasi, Rangkaian Berkala (time series).
Individu : Laporan Kasus (case report), Rangkaian Kasus (case series), Studi Potong Lintang (Cross-
sectional).
jenis peneitian:

▪ studi korelasi populasi


Studi epidemiologi dengan populasi sebagai unit analisis yang bertujuan mendeskripsikan
hubungan korelatif antara penyakit dan faktor-faktor penelitian. Faktor-faktor yang digunakan :
umur, bulan, penggunaan pelayanan kesehatan, konsumsi jenis makanan, obat-obatan, sigaret
dll.
Unit observasi/unit analisis adalah kelompok individu, komunitas, atau populasi yang lebih
besar.

Prinsip-prinsip studi Korelasi populasi :

▪ 2 VARIABEL (x : Paparan, Y : penyakit) diukur pada tiap-tiap unit observasi


▪ Kemudian sejumlah n pasangan (X,Y) dipertemukan untuk dicari hubungannya.
▪ Kekuatan hubungan linear antara X dan Y dihitung dalam koefisien korelatif r, mengukur berapa
besar perubahan tiap unit frekuensi penyakit diikuti perubahan setiap unit paparan
▪ Contoh : Studi korelasi populasi untuk mempelajari hubungan korelatif antara kematian karena
kanker paru pada pria tahun 1950 dan konsumsi sigaret pada tahun 1930 di berbagai negara.

a. kekuatan
▪ Dapat menggunakan data insidensi, prevalensi dan mortalitas
▪ Digunakan pada penyelidikan awal hubungan paparan dan penyakit
▪ Mudah dilakukan dan murah dengan memanfaatkan informasi yang tersedia
▪ Departemen pemerintah dan Biro Pusat statistik secara teratur mengumpulkan data
demografi yang dapat dikolerasikan dengan data morbiditas, mortalitas dan penggunaan
sumber daya kesehatan yang dikumpulkan Departmen Kesehatan.
b. kelemahan
▪ Tidak mampu mengatasi kesenjangan status paparan dan penyakit pada tingkat populasi
dan individu. Kita tidak mengetahui apakah seseorang yang terpapar juga berpenyakit.
▪ Tidak mampu mengontrol faktor perancu
▪ Contoh : terlepas dari korelasi positif yang kuat antara merokok dengan kematian Ca
paru, dapat diduga bahwa perkiraan tersebut lebih besar dari sesungguhnya, karena
adanya faktor lain : polusi udara, asbes, radium, hidrokarbon, radiasi dll.

rangkaian berkala: Studi epidemiologi yang bertujuan mendeskripsikan dan mempelajari frekuensi
penyakit atau status kesehatan satu/beberapa populasi berdasarkan serangkaian pengamatan pada
beberapa sekuens waktu. Ciri rangkaian berkala adalah menghubungkan variasi frekuensi penyakit
dari waktu ke waktu.
Manfaat studi rangkaian berkala adalah:

▪ Meramalkan kejadian penyakit berikutnya berdasarkan pengalaman lampau


▪ Mengevaluasi efektifitas intervensi kesehatan masyarakat

Rangkaian berkala merupakan salah satu rancangan eksperimen semu untuk mengevaluasi
efektivitas intervensi. Evaluasi dilakukan dengan cara : mempelajari perubahan gerakan kurva
frekuensi penyakit pada populasi selama beberapa interval waktu, baik sebelum maupun sesudah
implementasi intervensi pada populasi.
contoh: rangkaian berkala untuk mengevaluasi efektifitas peraturan senjata api di Detroit.

Komponen pembentuk rangkaian berkala yang dapat merancukan pengaruh intervensi


sebenarnya
▪ Kecenderungan sekuler
▪ Variasi Musim
▪ Variasi Siklik
▪ Variasi Acak (Random)
Kesimpulan :
Epidemiologi deskriptif adalah studi yang ditujukan untuk menentukan jumlah atau frekuensi dan
distribusi penyakit di suatu daerah berdasarkan variabel orang, tempat dan waktu.
Epidemiologi deskriptif umumnya dilaksanakan jika tersedia sedikit informasi yang
diketahui mengenai kejadian, riwayat alamiah dan faktor yang berhubungan dengan penyakit.
Ada bermacam-macam desain atau rancangan penelitian. Dalam memilih desain mana yang
paling tepat, ada beberapa pertanyaan yang perlu dijawab dan jawaban-jawaban tersebut
merupakan acuan dalam menentukan desain penelitian. Burns dan Grovers (Nursalam, 2003:
80) telah mengidentifikasi seperangkat pertanyaan berkenaan dengan pemilihan desain atau
rancangan penelitian.
ada berbagai pula tipe desain penelitian, seperti: non- experiment dan experiment
tipe non experiment contohnya seperti penelitian deskriptif, korelasional, kausal komparatif,
dan tindakan, sedangkan tipe experiment Penelitian eksperimental seperti: pra-experiment,
experiment semu, experiment sungguhan,
Daftar Pustaka :
http://catatankuliahdatin.blogspot.com/2018/01/desain-studi-epidemiologi.html?m=1
https://pspk.fkunissula.ac.id/sites/default/files/Studi%20Epidemiologi.pdf

Anwar Hidayat, penjelasan desain penelitian (pengantar), 2012

https://www.paei.or.id/epidemiologi-deskriptif/

Anda mungkin juga menyukai