Studi analitik membahas dua variabel atau lebih, serta mengkaji hubungan antar-variabel tersebut.
Studi analitik terbagi menjadi studi observasional dan studi eksperimental. Macam-macam studi
observasional analitik studi potong-lintang (cross-sectional, potong-lintang analitik), studi kasus-
kontrol, dan studi kohort.
Dalam pengertian ini, maka studi deskriptif di atas juga tergolong dalam rancangan studi
observasional dan dapat dinamakan sebagai studi observasional deskriptif, sedangkan studi
observasional pada rancangan studi analitik dapat dinamakan sebagai studi observasional analitik.
Pengertian studi oberservasional sebenarnya adalah studi tanpa adanya intervensi secara aktif dari
peneliti, peneliti hanya melakukan pengamatan (observasi), sehingga dalam konteks ini studi
deskriptif pun merupakan studi observasional, namun pada pembahasan di sini yang dimaksud
dengan rancangan studi observasional adalah studi observasional analitik. Yang akan dibahas
selanjutnya adalah ketiga rancangan studi observasional analitik dasar, yaitu rancangan studi kohort,
studi kasus-kontrol, dan studi potong-lintang.
Desain Penelitian observasional merupakan penelitian dimana peneliti tidak melakukan intervensi
atau perlakuan terhadap variabel. Intervensi merupakan perlakuan yang dilakukan oleh peneliti
terhadap subyek penelitian, dan hasil perlakuan tersebut diamati, diukur, dan analisis. Apabila
melakuan intervensi namun efek intervensi tidak diukur dan tidak dianalisis, maka hal tersebut
bukan merupakan studi intervensi. Penelitian ini hanya untuk mengamati fenomena alam atau sosial
yang terjadi dengan sampel penelitian merupakan bagian dari populasi dan jumlah sampel yang
diperlukan cukup banyak. Hasil penelitian yang diperoleh dari sampel tersebut kemudian dapat
digeneralisasikan pada populasi yang lebih luas (Sastroasmoro & Ismael, 2011).
Desain penelitian analitik merupakan suatu penelitian untuk mengetahui bagaimana dan mengapa
suatu fenomena terjadi melalui sebuah analisis statistic seperti korelasi antara sebab dan akibat atau
faktor risiko dengan efek serta kemudian dapat dilanjutkan untuk mengetahui seberapa besar
kontribusi dari sebab atau faktor risiko tersebut terhadap akibat atau efek (Masturoh & Anggita T,
2018; Sastroasmoro & Ismael, 2011).
Peneliti berupaya mencari hubungan antara variabel yang satu dengan variabel lainnya. Hipotesis
selalu harus diformulasikan sebelum penelitian untuk divalidasi dengan data empiris yang
dikumpulkan (Masturoh & Anggita T, 2018; Sastroasmoro & Ismael, 2011)
a. Sulit untuk menentukan sebab dan akibat karena pengambilan data resiko dan data efek
yang dilakukan bersamaan.
b. Membutuhkan jumlah subyek yang banyak, terutama bila variabelnya banyak.
c. Studi prevalensi hanya menjaring subyek yang telah mengidap penyakit cukup lama.
d. Tidak menggambarkan perjalanan penyakit, insidens maupun prognosis.
b. Case Control
a. Dapat menyebabkan recall bias, karena data faktor resiko diperoleh dengan hanya
mengandalkan catatan medik atau ingatan subyek.
b. Validasi informasi sukar diperoleh
c. Tidak dapat memberikan insidens rate
d. Tidak dapat menentukan lebih dari satu variabel dependen, hanya berkaitan dg satu efek /
penyakit.
c. Cohort
Harlan, j., & Johan, S, R. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Universitas Gunadarma
Irmawartini & Nurhaedah. (2017). Metodologi Penelitian. Jakarta: BPPSDM Kesehatan Kemenkes RI.
Sastroasmoro, S., & Ismael, S. (2011). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis (Keempat). Jakarta: Sagung
Seto.