NIM : 6411418106
Rombel : 3
Tugas Resume Dasar Epidemiologi
Tinjauan Strategis Desain Epidemiologi
1.STUDI DESKRIPTIF
Studi deskriptif adalah riset epidemiologi yang bertujuan menggambarkan pola distribusi
penyakit dan determinan penyakit menurut populasi, letak geografik, dan waktu. Indikator
yang digunakan seperti umur, gender, ras, status, perkawinan, pekerjaan, maupun variabel-
variabel gaya hidup seperti jenis makanan, pemakaian obat-obatan atau perilaku seksual.
Manfaat dari studi deskriptif antara lain:
a) Sebagai masukan tentang pengalokasian sumberdaya dalam rangka perancanaan yang
efisien kepada perencana kesehatan, administator kesehatan dan pemberi pelayanan
kesehatan.
b) Sebagai petunjuk awal untuk merumuskan hipotesis bahwa suatu variabel adalah faktor
resiko penyakit yang akan diuji lebih lanjut pada studi analitik.
Studi deskriptif dapat dibagi menjadi dua kategori berdasarkan unit pengamatan atau analisis,
antara lain;
1. Unit pengamatan populasi
Dalam rancangan studi deskriptif yang mengamati populasi dibagi menjadi dua,
yaitu, studi korelasi dan rangkaian berkala (time series).
2. Unit pengamatan individu
Dalam rancangan studi deskriptif yang mengamati individu dibagi menjadi tiga,
yaitu, laporan kasus (case report), Rangkaian kasus (case series), dan studi potong-lintang
(cross-sectional).
Pembagian Studi Epidemiologi Deskriptif antara lain adalah :
a. Laporan kasus dan seri kasus
Laporan kasus merupakan rancangan studi yang menggambarkan kejadian satu kasus
baru yang menarik yang dilakukan oleh satu orang peneliti atau lebih untuk mendapatkan
gejala atau tanda-tanda spesifik, misalnya terjadi kasus keracunan merthyl mercuri di Teluk
Minimata Jepang.
Tujuan studi kasus adalah untuk mengenal karakteristik kasus . Setelah karakteristik dikenal
baru kemudian disusun gejala-gejala dan tanda-tanda. Misalnya yang termasuk gejala
subjektif, tanda-tandanya ditemukan dari anamnese, sedangkan gejala yang bersifat objektif
ditemukan dari hasil pemeriksaan laboratorium.
Serial kasus merupakan rancangan studi yang menggambarkan kejadian sekumpulan kasus
baru dengan diagnosis serupa, dengan mendistribusikan pada variabel-variabel tertentu untuk
melihat kecenderungan-kecenderungan tertentu. misal pada tahun 1985 ditemukan penyakit
break dancing neck.
Tujuannya adalah untuk melihat kecenderungan-kecenderungan tertentu. Tidak ada batasan
jumlah kasus dalam kasus seri. Kasus seri dilaporkan dalam bentuk proporsi (rancangan
kasus seri bukan ukuran frekuensi). Dalam kasus seri perlu juga didapat data populasi. Secara
sistematis variabel dikelompokkan kedalam tiga kelompok besar yaitu :
1) Kelompok orang, meliputi; demografi, genetik dan umur. Kelompok demografi meliputi
alamat, umur, sex, sosial ekonomi, ras, pendidikan, pekerjaan, status. Kelompok orang dari
segi genetik meliputi riwayat keluarga. Sedangkan dari kelompok prilaku meliputi morokok,
minuman keras, hobby, olahraga dan tidur.
2) Kelompok tempat, meliputi alamat, lingkungan kerja, dataran tinggi – rendah.
3) Kelompok waktu, meliputi pagi - siang – malam; bulan; musim (panas-hujan).
Kelemahan studi ini adalah :
1) Tidak ada grup kontrol
2) Tidak dapat dilakukan studi hipotesa
b. Studi ekologi / korelasi
Studi Korelasi merupakan studi epidemiologi yang bertujuan untuk mendeskripsikan
hubungan korelatif antara penyakit dengan karakteristik suatu populasi pada waktu yang
sama atau pada populasi yang sama pada waktu yang berbeda.
Karakteristik dari populasi yang akan di teliti biasanya tergantung pada minat seorang
peneliti, misalnya, mengenai jenis kelamin, umur, kebiasaan mengkonsumsi makanan
tertentu, obat-obatan, rokok, aktifitas, tempat tinggal dan lain-lain. Contohnya adalah :
1) Hubungan antara tingkat penjualan obat anti asma dengan jumlah kematian yang diakibatkan
oleh penyakit ashma.
2) Hubungan antara jumlah konsumsi rokok pada satu wilayah dengan jumlah kematian yang
diakibatkan oleh penyakit paru.
Kelebihan dari Studi korelasi adalah sangat tepat bila digunakan sebagai dasar penelitian
untuk melihat hubungan antara fakor paparan dengan penyakit, karena mudah dilakukan
dengan informasi yang tersedia sehingga dapat muncul hipotesis kausal dan selanjutnya dapat
diuji dengan rancangan studi epidemiologi analitik.
Kelemahan dari studi korelasi adalah studi korelasi mengacu pada populasi (kelompok),
sehingga tidak dapat mengidentifikasikan kondisi per individu dalam kelompok
tersebut.Selainitu dalam studi korelasi juga tidak dapat mengontrol faktor perancu yang
potensial, misalnya dalam studi korelasi mengenai hubungan antara jumlah perokok dengan
jumlah penderita kanker paru, pada studi korelasi tidak mampu untuk mengidentifikasikan
faktor perancu lain seperti, faktor polusi, jenis pekerjaan, aktifitas, dan lain-lain.
c. Cross sectional
Merupakan rancangan studi epidemiologi yang mempelajari hubungan penyakit dengan
paparan(pajanan) secara acak terhadap satu individu dimana faktor pencetus dan status
penyakit diteliti pada waktu yang sama.
Ciri khas rancangan cross sectional :
1) Peneliti melakukan observasi atau pegukuran variabel pada satu saat tertentu.
2) Status seorang individu atas ada atau tidaknya kedua faktor baik pemajanan (eksposur)
maupun penyakit yang dinilai pada waktu yang sama. Variabelnya bebas dan terikat yang
dikumpulkan dalam waktu yang sama.
3) Hanya menggambarkan asosiasi bukan sebab -akibat.
4) Apabila penerapannya pada studi deskriptif, peneliti tidak melakukan tindak lanjut terhadap
pengukuran yang dilakukan.
5) Desain ini dapat digunakan pada deskriftif dan analitik.
Tujuan dari kegiatan ini:
1) Mempelajari angka kejadian suatu penyakit /masalah kesehatan.
2) Mempelajari hubungan antara suatu faktor resiko dengan angka kejadian suatu penyakit.
Keuntungan :
1) Mudah dan murah dilakukan, cepat diperoleh hasil.
2) Dilakukan pada satu waktu.
3) Memungkinkan penggunaan populasi dari masyarakat umum.
4) Dapat meneliti banyak variabel.
5) Dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.
6) Menggambarkan hubungan dan kondisi satu penyakit dan pemicunya.
7) Tidak hanya terhadap individu yang mendapatkan pengobatan.
Kerugian :
1) Tidak tepat untuk meneliti hubungan kausal antara penyakit dengan pemicunya karena
penelitian dilakukan pada satu waktu.
2) Hanya akurat bila dilaksanakan pada individu yang representatif.
3) Tidak dapat dilaksanakan pada semua kasus.
2. STUDI ANALITIK
a. Pengertian Studi Epidemiologi Analitik
Epidemiologi analitik merupakan studi epidemiologi yang ditujukan untuk mencari faktor-
faktor penyebab timbulnya penyakit atau mencari penyebab terjadinya variasi yaitu tinggi
atau rendahnya frekuensi penyakit pada kelompok individu. (Eko Budiarto, 2002:111).
Epidemiologi analitik adalah epidemiologi yang menekankan pada pencarian jawaban
terhadap penyebab terjadinya frekuensi, penyebaran serta munculnya suatu masalah
kesehatan. Studi analitik digunakan untuk menguji hubungan sebab akibat dan berpegangan
pada pengembangan data baru. Kunci dari studi analitik ini adalah untuk menjamin bahwa
studi di desain tepat sehingga temuannya dapat dipercaya (reliabel) dan valid.
b. TujuanStudi Epidemiologi Analitik
Epidemologi Analitik adalah riset epidemiologi yang bertujuan untuk:
1) Menjelaskan faktor-faktor resiko dan kausa penyakit.
2) Memprediksikan kejadian penyakit
3) Memberikan saran strategi intervensi yang efektif untuk pengendalian penyakit.
c. JenisStudi Epidemiologi Analitik
Berdasarkan peran epidemiologi analitik dibagi 2 :
1) Studi Observasional
a) Studi potong lintang (Cross sectional)
Rancangan cross sectionaladalah suatu rancangan epidemiologi yang mempelajari
hubungan penyakit dan faktor penyebab yang mempengaruhi penyakit tersebut dengan
mengamati status faktor yang mempengaruhi penyakit tersebut secara serentak pada individu
atau kelompok pada satu waktu.
Penelitian cross sectional adalah suatu penelitian dimana variabel-variabel yang termasuk
faktor resiko dan variabel-variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada waktu
yang sama.
i. Mengidentifikasi variabel-variabel penelitian dan mengidentifikasi faktor resiko dan faktor efek.
ii. Menetapkan subjek penelitian.
iii. Melakukan observasi atau pengukuran variabel-variabel yang merupakan faktor resiko dan efek sekaligus
berdasarkan status keadaan variabel pada saat itu (pengumpulan data).
iv. Melakukan analisi korelasi dengan cara membandingkan proporsi antar kelompok-kelompok hasil observasi
(pengukuran)
Contoh : Ingin mengetahui hubungan antara anemia besi pada ibu hamil dengan Berat Badan Bayi Lahir
(BBL) denagn menggunakan rancanagn atau pendekatan cross sectional.
2. Prevalence Ratio
Studi cross-sectional membandingkan proporsi orang-orang yang terpapar yang mengalami
penyakit (a/(a+b)) dengan orang-orang yang tidak terpapar yang mengalami penyakit
(c/(c+d)). Prevalence Ratio (PR) menunjukkan peran faktor risiko dalam terjadinya efek pada
studi potong lintang. PR dapat dihitung secara sederhana yaitu dengan menggunakan table
2x2 sebagai berikut:
Faktor Risiko Penyakit Total
Ya Tidak
Terpapar a B a+b
Tidak Terpapar c D c+d
Total a+c b+d a+b+c+d=N
Rumus untuk menghitung prevalence ratio (PR) adalah sebagai berikut :
PR = a/ (a+b)
c/ (c+d)
PR harus selalu disertai nilai interval kepercayaan (confidence interval) yang dikehendaki,
misalnya interval kepercayaan 95%. Interpretasi hasil PR adalah :
1) Jika nilai PR = 1 maka variabel yang diduga sebagai faktor risiko tidak ada pengaruh dalam
terjadinya efek/penyakit.
2) Jika nilai PR > 1 maka variabel tersebut sebagai faktor risiko terjadinya efek/penyakit.
3) Jika nilai PR < 1 maka faktor yang diteliti merupakan faktor protektif terjadinya
efek/penyakit.
c) Kohort
B. Design Studi Kohort
Studi kohort adalah rancangan studi yang mempelajari hubungan antara paparan dan
penyakit dengan cara membandingkan kelompok terpapar dengan kelompok tidak terpapar
berdasarkan status penyakit. Kemudian diikuti sepanjang suatu periode waktu tertentu untuk
melihat berapa banyak subjek dalam masing-masing kelompok yang mengalami
efek/penyakit. Studi kohort termasuk jenis design studi prospektif atau longitudinal, dimana
subjek diikuti selama periode tertentu. Dengan menggunakan design studi kohort, maka
peneliti mengetahui lebih dari satu efek/penyakit tetapi sedikit paparan.
Berdasarkan waktu kronologis antara kejadian fenomena sesungguhnya dan waktu
penelitian, studi kohort dibagi menjadi dua jenis yaitu kohort prospektif dan kohort
retrospektif. (Rothman, 2002; Eric, 2002).
1) Kohort Prospektif
Dikatakan kohort prospektif dikarenakan peneliti melakukan identifikasi paparan di awal
penelitian kemudian dilakukan follow up untuk melihat kejadian penyakit di masa yang akan
dating (Gordis, 1996).
Risiko Relatif (RR) adalah perbandingan antara insidensi penyakit yang muncul dalam
kelompok terpapar dan insidensi penyakit yang muncul dalam kelompok tidak terpapar.
Berdasarkan tabel 2x2 diatas, peneliti dapat menghitung rumus RR sebagai berikut :
RR = a/a+b
c/ c+d
RR harus disertai nilai interval kepercayaan (confidence interval) yang dikehendaki, misalnya
interval kepercayaan 95%. Interpretasi hasil RR adalah:
a) Jika nilai RR =1 maka variabel yang diduga sebagai faktor risiko tidak ada pengaruh dalam
terjadinya efek atau dengan kata lain bukan sebagai faktor risiko terjadinya efek (penyakit /
masalah kesehatan)
b) Jika nilai RR >1 dan rentang interval kepercayaan tidak mencakup angka 1 maka variabel
tersebut sebagai faktor risiko terjadinya efek (penyakit/masalah kesehatan)
c) Jika nilai RR <1 dan rentang interval kepercayaan tidak mencakup angka 1 maka faktor yang
kita teliti merupakan faktor protektif untuk terjadinya efek (penyakit/masalah kesehatan)
Risiko atribut (attributable risk AT) adalah selisih antara insidensi penyakit yang diderita
kelompok terpapar dan insidensi penyakit yang diderita kelompok yang tidak terpapar.
Berdasarkan tabel 2x2, peneliti juga dapat menghitung attributable risk sebagai berikut :
𝒂 𝒄
AT = ( )−( )
𝒂+𝒃 𝒄+𝒅
Dalam studi kohort, dapat juga dihitung laju insidensi (incidence density) yaitu kecepatan
kejadian baru penyakit pada populasi. Rumus menghitung laju insidensi adalah sebagai
berikut :
Laju insidensi = jumlah kasus baru penyakit
Jumlah orang yang berisiko x lama waktu berisiko
2. Studi Eksperimental
1. Randomized Controlled Clinical Trials (RCT)
Randomized Controlled Clinical Trials adalah suatu jenis penelitian epidemiologi
dimana subyek dari suatu populasi dikelompokkan secara acak ke dalam grup yang biasa
disebut dengan kelompok studi dan kelompok kontrol, untuk menerima dan tidak menerima
suatu tindakan preventif, terapeutik, manuver dan intervensi. Jenis penelitian ini biasanya
digunakan untuk mengetahui efektivitas suatu obat.
RCT sendiri dapat dibagi menjadi beberapa jenis, diantaranya:
1. Open trial: peneliti dan subyek penelitian mengetahui obat apa yang diberikan
2. Single mask (single blind): salah satu pihak tidak mengetahui obat apa yang diberikan, bisa
saja peneliti atau subyek penelitian.
3. Double mask (double blind): kedua pihak ( peneliti dan subyek penelitian) tidak mengetahui
pengobatan yang diberikan, demi menghindari terjadinya berbagai bias
4. Triple mask (triple blind): peneliti, subyek penelitian, dan penilai tidak mengetahui obat apa
yang diberikan.
Karakteristi dari RCT adalah:
1. Adanya randomisasi
2. Memberikan tingkat perlakuan yang berbeda pada subyek penelitian
3. Adanya blinding (teknik untuk membuat subyek dan atau pengamat dan atau peneliti tidak
mengetahui tentang status intervensi dari subyek penelitian. Hal ini untuk mencegah bias
informasi)
4. Adanya restriksi (menerapkan kriteria inklusi dan eksklusi dalam memilih subjek untuk
penelitian, sehingga semua subjek penelitian memiliki level atau kategori faktor perancu atau
confounding factor yang sama)
5. Intention to threat analysis (semua subjek yang menerima maupun tidak menerima
intervensi, menyelesaikan maupun tidak menyelesaikan intervensi dianalisis, sesuai dengan
hasil randomisasi)
Cara perhitungan sampel pada RCT:
n1 dan n2 : Jumlah subjek kelompok perlakuan dan placebo
Zα : Deviat baku normal untuk kesalahan tipe 1
Zβ : Deviat baku normal untuk kesalahan tipe 2
P1 : Proporsi efek standar (dari pustaka)
P2 : Proporsi efek yang diteliti (ditetapkan peniliti)
P : Setengah x (P1 + P2)
Teknik analisis dari RCT dapat dilakukan dengan:
• Chi square
• ANOVA
• T-test
• Survival analysis
Kelebihan dari desain studi RCT adalah:
1. Faktor bias dapat dikontrol secara efektif karena faktor perancu telah dibagi secara seimbang.
2. Telah dilakukan kriteria inklusi.
3. Dari segi statistika lebih efektif karena jumlah kelompok perlakuan dan kontrol sebanding.
4. Pemilihan peserta secara random sangat menguntungkan uji klinis secara teori.