Definisi Farmakoepidemiologi
Farmakoepidemiologi berasal dari dua kata yang terdiri dari
“pharmaco” yang berarti obat dan “epidemiology” yang berarti populasi
besar. Dengan kata lain farmakoepidemiologi adalah studi yang mempelajari
hubungan pengaruh klinis suatu obat terhadap suatu populasi. Cakupan area
studi farmakoepidemiologi dimulai dari efek samping obat, pola
kebermanfaatan obat, efikasi obat, dan pemantauan pemasaran obat. Studi
yang menghubungkan ilmu epidemiologi, farmasi klinik, farmakologi,
biostatistik, demografi, dan sains sosial telah berkembang pesat.
Farmakoepidemiologi sangat berperan dalam pengambilan keputusan
terapi yang paling tepat untuk pasien . Hal yang mendasar yang menjadi
tantangan dalam pengembangan farmakoepidemiologi adalah kurangnya
sumber daya praktisi yang berkemampuan akibat ketiadaan edukasi yang
memadai.
1. Epidemiologi Deskriptif
Epidemiologi Deskriptif merupakan studi epidemiologi yang bertujuan
untuk menggambarkan pola distribusi penyakit dan determinannya menurut
populasi, letak geografik, serta waktu. Indikator yang digunakan dalam
epidemiologi Deskriptif adalah Faktor sosial ekonomi, seperti umur, jenis
kelamin, ras, status perkawinan, pekerjaan maupun variabel gaya hidup,
seperti jenis makanan, pemakaian obat dan perilaku seksual.
Beberapa manfaat dari Studi Epidemiologi Deskriptif adalah :
a. Relatif murah daripada studi Epidemiologi Analitik.
b. Memberikan masukan tentang pengalokasian sumber daya dalam
rangka perencanaan yang efisien.
c. Memberikan petunjuk awal untuk merumuskan hipotesis bahwa suatu
variabel merupakan faktor resiko penyakit.
Pembagian Studi Epidemiologi Deskriptif antara lain adalah :
a. Laporan kasus dan seri kasus
Laporan kasus merupakan rancangan studi yang menggambarkan
kejadian satu kasus baru yang menarik yang dilakukan oleh satu orang
peneliti atau lebih untuk mendapatkan gejala atau tanda-tanda spesifik,
misalnya terjadi kasus keracunan merthyl mercuri di Teluk Minimata
Jepang.
Tujuan studi kasus adalah untuk mengenal karakteristik kasus .
Setelah karakteristik dikenal baru kemudian disusun gejala-gejala dan
tanda-tanda. Misalnya yang termasuk gejala subjektif, tanda-tandanya
ditemukan dari anamnese, sedangkan gejala yang bersifat objektif
ditemukan dari hasil pemeriksaan laboratorium.
Serial kasus merupakan rancangan studi yang menggambarkan
kejadian sekumpulan kasus baru dengan diagnosis serupa, dengan
mendistribusikan pada variabel-variabel tertentu untuk melihat
kecenderungan-kecenderungan tertentu. misal pada tahun 1985 ditemukan
penyakit break dancing neck.
Tujuannya adalah untuk melihat kecenderungan-kecenderungan
tertentu. Tidak ada batasan jumlah kasus dalam kasus seri. Kasus seri
dilaporkan dalam bentuk proporsi (rancangan kasus seri bukan ukuran
frekuensi). Dalam kasus seri perlu juga didapat data populasi. Secara
sistematis variabel dikelompokkan kedalam tiga kelompok besar yaitu :
1) Kelompok orang, meliputi; demografi, genetik dan umur. Kelompok
demografi meliputi alamat, umur, sex, sosial ekonomi, ras,
pendidikan, pekerjaan, status. Kelompok orang dari segi genetik
meliputi riwayat keluarga. Sedangkan dari kelompok prilaku
meliputi morokok, minuman keras, hobby, olahraga dan tidur.
2) Kelompok tempat, meliputi alamat, lingkungan kerja, dataran tinggi
– rendah.
3) Kelompok waktu, meliputi pagi - siang – malam; bulan; musim
(panas-hujan).
Kelemahan studi ini adalah :
1) Tidak ada grup kontrol
2) Tidak dapat dilakukan studi hipotesa
Treatmen
Kelas Pretest Posttest
t
R Eksperimen T1 X T2
R Kontrol 1 T1 - T2
R Kontrol 2 - X T2
2.1 Pendahuluan
Dalam hal kekuatan hubungan sebab akibat, studi kasus-kontrol ada di bawah
desain eksperimental dan studi kohort, namun lebih kuat daripada studi cross-
sectional, karena pada studi kasus-kontrol terdapat dimensi waktu, sedangkan
studi cross-sectional tidak. Desain kasus-kontrol mempunyai berbagai kelemahan,
namun juga memiliki beberapa keuntungan. Dengan perencanaan yang baik,
pelaksanaan yang cermat, serta analisis yang tepat, studi kasus-kontrol dapat
memberikan sumbangan yang bermakna dalam berbagai bidang kedokteran klinik,
terutama untuk penyakit-penyakit yang jarang ditemukan.
2.2 Definisi
Studi kasus control mengikuti paradigma yang menelusuri dari efek ke penyebab.
Di dalam studi kasus control, individual dengan kondisi khusus atau berpenyakit
(kasus) dipilih untuk dibandingkan dengan sejumlah indivual yang tak memiliki
penyakit (kontrol). Kasus dan kontrol dibandingkan dalam hal sesuatu yang telah
ada atau atribut masa lalu atau pajanan menjadi sesuatu yang relevan dengan
perkembangan atau kondisi penyakit yang sedang dipelajari.
Studi kasus kontrol merupakan salah satu rancangan riset epidemiologi yang
paling popular belakangan ini karena kekuatan yang dimilikinya. Kekuatan studi
kasus kontrol anatara lain, relatif murah, relatif cepat, hanya membutuhkan
perbandingan subjek yang sedikit, tak menciptakan subjek yang berisiko, cocok
untuk studi dari penyakit yang aneh ataupun penyakit yang memiliki periode laten
lama, dan sebagainya.
Pada studi kasus kontrol dicoba untuk menjawab pertanyaan tentang hubungan
antara sifat indifidu dengan paparan yang bertanggung jawab terhadap terjadinya
perubahan lingkungan.akan diteliti mengenai perbedaan keadaan masyarakat/
individu yang terpapar atau tidak terhadap polutan lingkungan tertentu.
Dipandang dari sudut ekonomi dan waktu , maka studi ini termasuk cukup murah
dan dapat dilaksanakan dalam waktu relative singkat. Namun tetap tergantung
pada keadaan individu sasarn dan control dalam hal memberikan keterangan yang
jelas pada peneliti.
KASUS
Ada Tidak ada
faktor faktor risiko Ada
risiko penyakit
Rasio odds pada studi kasus-kontrol dengan matching ini dihitung dengan
mengabaikan sel a karena baik kelompok kasus maupun kontrolnya terpajan, dan
sel d karena baik kelompok kasus maupun kontrolnya tidak terpajan. Rasio odds
dihitung dengan formula :
RO = b / c
RO dapat dianggap mendekati risiko relatif apabila :
1. Insidens penyakit yang diteliti kecil, tidak lebih dari 20% populasi terpajan
2. Kelompok kontrol merupakan kelompok representatif dari populasi dalam hal
peluangnya untuk terpajan faktor risiko
3. Kelompok kasus harus representatif
RO > 1 menunjukkan bahwa faktor yang diteliti memang merupakan faktor risiko,
bila RO = 1 atau mencakup angka 1 berarti bukan merupakan faktor risiko, dan
bila RO < par =" p(r-1)+1" p =" proporsi" r =" rasio"> 1
2.4 Kelebihan dan Kelemahan Penelitian Kasus Kontrol
Kelebihan
1. Studi kasus kontrol kadang atau bahkan menjadi satu-satunya cara untuk
meneliti kasus yang jarang atau yang masa latennya panjang, atau bila penelitian
prospektif tidak dapat dilakukan karena keterbatasan sumber atau hasil diperlukan
secepatnya.
2. Hasil dapat diperoleh dengan cepat.
3. Biaya yang diperlukan relatif lebih sedikit sehingga lebih efisien.
4. Memungkinkan untuk mengidentifikasi berbagai faktor risiko sekaligus dalam
satu penelitian (bila faktor risiko tidak diketahui).
5. Tidak mengalami kendala etik seperti pada penelitian eksperimen atau kohort.
Kelemahan
1. Data mengenai pajanan faktor risiko diperoleh dengan mengandalkan daya
ingat atau catatan medik. Daya ingat responden menyebabkan terjadinya recall
bias, baik karena lupa atau responden yang mengalami efek cenderung lebih
mengingat pajanan faktor risiko daripada responden yang tidak mengalami efek.
Data sekunder, dalam hal ini catatan medik rutin yang sering dipakai sebagai
sumber data juga tidak begitu akurat (objektivitas dan reliabilitas pengukuran
variabel yang kurang).
2. Validasi informasi terkadang sukar diperoleh.
3. Sukarnya meyakinkan bahwa kelompok kasus dan kontrol sebanding karena
banyaknya faktor eksternal / faktor penyerta dan sumber bias lainnya yang sukar
dikendalikan.
4. Tidak dapat memberikan incidence rates karena proporsi kasus dalam penelitian
tidak mewakili proporsi orang dengan penyakit tersebut dalam populasi.
5. Tidak dapat dipakai untuk menentukan lebih dari satu variabel dependen, hanya
berkaitan dengan satu penyakit atau efek.
6. Tidak dapat dilakukan untuk penelitian evaluasi hasil pengobatan.
5. Epidemiologi prospektif
Studi cohort adalah rancangan studi yang mempelajari hubungan antara
paparan dengan penyakit dengan cara membandingkan kelompok terpapar
(faktor penelitian) dan kelompok tidak terpapar berdasarkan status penyakit.
Ciri-ciri studi cohort adalah pemilihan subjek berdasarkan status paparannya
dan kemudian dilakukan pengamatan dan pencatatan apakah subyek dalam
perkembangannya mengalami penyakit yang diteliti atau tidak.
Pada saat mengidentifikasi status paparan, semua subyek harus bebas dari
penyakit yang diteliti. Jadi, kelompok terpapar maupun kelompok tidak
terpapar berasal dari satu populasi atau dua populasi yang bebas penyakit
tersebut. Jika ada dua populasi maka kedua populasi tersebut harus memiliki
karakteristik yang sama. Dalam studi cohort peneliti hanya mengamati dan
mencatat paparan dan penyakit tanpa sengaja membuat subyek terpapar.
Rancangan Penelitian Cohort :
Ukuran analisis
Interpretasi
a. RR = 1, risiko kelompok terpapar sama dengan kelompok tidak terpapar
b. RR > 1, terpapar menyebabkan sakit
RR < 1, terpapar mencegah sakit