Anda di halaman 1dari 26

A.

Definisi Farmakoepidemiologi
Farmakoepidemiologi berasal dari dua kata yang terdiri dari
“pharmaco” yang berarti obat dan “epidemiology” yang berarti populasi
besar. Dengan kata lain farmakoepidemiologi adalah studi yang mempelajari
hubungan pengaruh klinis suatu obat terhadap suatu populasi. Cakupan area
studi farmakoepidemiologi dimulai dari efek samping obat, pola
kebermanfaatan obat, efikasi obat, dan pemantauan pemasaran obat. Studi
yang menghubungkan ilmu epidemiologi, farmasi klinik, farmakologi,
biostatistik, demografi, dan sains sosial telah berkembang pesat.
Farmakoepidemiologi sangat berperan dalam pengambilan keputusan
terapi yang paling tepat untuk pasien . Hal yang mendasar yang menjadi
tantangan dalam pengembangan farmakoepidemiologi adalah kurangnya
sumber daya praktisi yang berkemampuan akibat ketiadaan edukasi yang
memadai.
1. Epidemiologi Deskriptif
Epidemiologi Deskriptif merupakan studi epidemiologi yang bertujuan
untuk menggambarkan pola distribusi penyakit dan determinannya menurut
populasi, letak geografik, serta waktu. Indikator yang digunakan dalam
epidemiologi Deskriptif adalah Faktor sosial ekonomi, seperti umur, jenis
kelamin, ras, status perkawinan, pekerjaan maupun variabel gaya hidup,
seperti jenis makanan, pemakaian obat dan perilaku seksual.
Beberapa manfaat dari Studi Epidemiologi Deskriptif adalah :
a. Relatif murah daripada studi Epidemiologi Analitik.
b. Memberikan masukan tentang pengalokasian sumber daya dalam
rangka perencanaan yang efisien.
c. Memberikan petunjuk awal untuk merumuskan hipotesis bahwa suatu
variabel merupakan faktor resiko penyakit.
Pembagian Studi Epidemiologi Deskriptif antara lain adalah :
a. Laporan kasus dan seri kasus
Laporan kasus merupakan rancangan studi yang menggambarkan
kejadian satu kasus baru yang menarik yang dilakukan oleh satu orang
peneliti atau lebih untuk mendapatkan gejala atau tanda-tanda spesifik,
misalnya terjadi kasus keracunan merthyl mercuri di Teluk Minimata
Jepang.
Tujuan studi kasus adalah untuk mengenal karakteristik kasus .
Setelah karakteristik dikenal baru kemudian disusun gejala-gejala dan
tanda-tanda. Misalnya yang termasuk gejala subjektif, tanda-tandanya
ditemukan dari anamnese, sedangkan gejala yang bersifat objektif
ditemukan dari hasil pemeriksaan laboratorium.
Serial kasus merupakan rancangan studi yang menggambarkan
kejadian sekumpulan kasus baru dengan diagnosis serupa, dengan
mendistribusikan pada variabel-variabel tertentu untuk melihat
kecenderungan-kecenderungan tertentu. misal pada tahun 1985 ditemukan
penyakit break dancing neck.
Tujuannya adalah untuk melihat kecenderungan-kecenderungan
tertentu. Tidak ada batasan jumlah kasus dalam kasus seri. Kasus seri
dilaporkan dalam bentuk proporsi (rancangan kasus seri bukan ukuran
frekuensi). Dalam kasus seri perlu juga didapat data populasi. Secara
sistematis variabel dikelompokkan kedalam tiga kelompok besar yaitu :
1) Kelompok orang, meliputi; demografi, genetik dan umur. Kelompok
demografi meliputi alamat, umur, sex, sosial ekonomi, ras,
pendidikan, pekerjaan, status. Kelompok orang dari segi genetik
meliputi riwayat keluarga. Sedangkan dari kelompok prilaku
meliputi morokok, minuman keras, hobby, olahraga dan tidur.
2) Kelompok tempat, meliputi alamat, lingkungan kerja, dataran tinggi
– rendah.
3) Kelompok waktu, meliputi pagi - siang – malam; bulan; musim
(panas-hujan).
Kelemahan studi ini adalah :
1) Tidak ada grup kontrol
2) Tidak dapat dilakukan studi hipotesa

b. Studi ekologi / korelasi


Studi Korelasi merupakan studi epidemiologi yang bertujuan untuk 
mendeskripsikan hubungan korelatif antara penyakit dengan karakteristik
suatu populasi pada waktu yang sama atau pada populasi yang sama pada
waktu yang berbeda.
Karakteristik dari populasi yang akan di teliti biasanya tergantung
pada minat seorang peneliti, misalnya, mengenai jenis kelamin, umur,
kebiasaan mengkonsumsi makanan tertentu, obat-obatan, rokok, aktifitas,
tempat tinggal dan lain-lain. Contohnya adalah :
1) Hubungan antara tingkat penjualan obat anti asma dengan jumlah
kematian yang diakibatkan oleh penyakit ashma.
2) Hubungan antara jumlah konsumsi rokok pada satu wilayah dengan
jumlah kematian yang diakibatkan oleh penyakit paru.
Kelebihan dari Studi korelasi adalah sangat tepat bila digunakan
sebagai dasar penelitian untuk melihat hubungan antara fakor paparan
dengan penyakit, karena mudah dilakukan dengan informasi yang tersedia
sehingga dapat muncul hipotesis kausal dan selanjutnya dapat diuji dengan
rancangan studi epidemiologi analitik.
Kelemahan dari studi korelasi adalah studi korelasi mengacu pada
populasi (kelompok), sehingga tidak dapat mengidentifikasikan kondisi
per individu dalam kelompok tersebut. Selain itu dalam studi korelasi juga
tidak dapat mengontrol faktor perancu yang potensial, misalnya dalam
studi korelasi mengenai hubungan antara jumlah perokok dengan jumlah
penderita kanker paru, pada studi korelasi tidak mampu untuk
mengidentifikasikan faktor perancu lain seperti, faktor polusi, jenis
pekerjaan, aktifitas, dan lain-lain.
c. Cross sectional
Merupakan rancangan studi epidemiologi yang mempelajari
hubungan penyakit dengan paparan(pajanan) secara acak terhadap satu
individu dimana faktor pencetus dan status penyakit diteliti pada waktu
yang sama.
Ciri khas rancangan cross sectional :
1) Peneliti melakukan observasi atau pegukuran variabel pada satu
saat tertentu.
2) Status seorang individu atas ada atau tidaknya kedua faktor baik
pemajanan (eksposur) maupun penyakit yang dinilai pada waktu
yang sama. Variabelnya bebas dan terikat yang dikumpulkan dalam
waktu yang sama.
3) Hanya menggambarkan asosiasi bukan sebab -akibat.
4) Apabila penerapannya pada studi deskriptif, peneliti tidak
melakukan tindak lanjut terhadap pengukuran yang dilakukan.
5) Desain ini dapat digunakan pada deskriftif dan analitik.
Tujuan dari kegiatan ini:
1) Mempelajari angka kejadian suatu penyakit /masalah kesehatan.
2) Mempelajari hubungan antara suatu faktor resiko dengan angka
kejadian suatu penyakit.
Keuntungan :
1) Mudah dan murah dilakukan, cepat diperoleh hasil.
2) Dilakukan pada satu waktu.
3) Memungkinkan penggunaan populasi dari masyarakat umum.
4) Dapat meneliti banyak variabel.
5) Dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.
6) Menggambarkan hubungan dan kondisi satu penyakit dan
pemicunya.
7) Tidak hanya terhadap individu yang mendapatkan pengobatan.
Kerugian :
1) Tidak tepat untuk meneliti hubungan kausal antara penyakit dengan
pemicunya karena penelitian dilakukan pada satu waktu.
2) Hanya akurat bila dilaksanakan pada individu yang representatif.
3) Tidak dapat dilaksanakan pada semua kasus.

3. Desain Epidemiologi eksperimental


a) Definisi Desain Eksperimen
Desain eksperimen merupakan langkah-langkah lengkap yang perlu
diambil jauh sebelum eksperimen dilakukan agar supaya data yang
semestinya diperlukan dapat diperoleh sehingga akan membawa kepada
analisis obyektif dan kesimpulan yang berlaku untuk persoalan yang
sedang dibahas.
Rancangan studi eksperimen adalah jenis penelitian yang
dikembangkan untuk mempelajari fenomena dalam kerangka korelasi
sebab-akibat. Menurut Bhisma Murti rancangan studi ini digunakan ketika
peneliti atau oranglain dengan sengaja memperlakukan berbagai tingkat
variabel independen kepada subjek penelitian dengan tujuan mengetahui
pengaruh variabel independen tersebut terhadap variabel dependen.
Berdasarkan penelitian tersebut studi eksperimen (studi perlakuan
atau intervensi dari situasi penelitian ) terbagi dalam dua macam yaitu
rancangan eksperimen murni dan quasi eksperimen.
Tujuan dari penelitian eksperimental itu sendiri adalah Untuk
memperoleh atau mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang
diperlukan dan berguna dalam melakukan penelitian persoalan yang akan
dibahas. Dengan cara: Desain yang sederhana dan Efisien
Tujuan lain dari penelitian experimental adalah untuk mengukur efek
dari suatu intervensi terhadap hasil tertentu yang diprediksi sebelumnya.
Desain ini merupakan metode utama untuk menginvestigasi terapi baru.
Misal, efek dari obat X dan obat Y terhadap kesembuhan penyakit Z atau
efektivitas suatu program kesehatan terhadap peningkatan kesehatan
masyarakat. Beberapa contoh penelitian dengan desain experimental,
seperti; mengukur efektivitas penggunaan antibiotik terhadap perawatan
wanita dengan gejala infeksi saluran urin dengan hasil tes urine negatif 
/negative urine dipstict testing dan  efektivitas program MEND (Mind,
Exercise, Nutrition, Do it) terhadap tingkat obesitas pada anak-anak 
b) Prinsip-Prinsip dasar Desain eksperimental
Prinsip dasar dalam DE yang lazim digunakan yaitu: Replikasi,
Pengacakan dan Kontrol local.
1) Replikasi
Merupakan pengulangan eksperimen dasar, dimaksudkan untuk:
 Memberikan taksiran kekeliruan eksperimen, untuk menentukan
panjang interval konfidens (selang kepercayaan) atau dapat
digunakan sebagai satuan dasar pengukuran untuk penetapan
taraf signifikan
 Menghasilkan taksiran yang lebih akurat untuk kekeliruan
eksperimen
 Memungkinkan untuk memperoleh taksiran yang lebih baik
mengenai efek rata-rata suatu factor
Kekeliruan eksperimen yaitu Menyatakan kegagalan dari dua unit
eksperimen identik yang dikenai perlakuan untuk memberikan hasil
yang sama. Contoh: kekeliruan waktu menjalankan eksperimen,
kekeliruan pengamatan, variasi bahan eksperimen, variasi antara
unit eksperimen dan pengaruh gabungan semua faktor tambahan
Untuk mengurangi kekeliruan dapat menggunakan bahan
eksperimen yang homogen, menggunakan informasi yang sebaik-
baiknya tentang variabel yang telah ditentukan dengan tepat,
melakukan eksperimen dengan teliti, menggunakan DE yang lebih
efisien
Efek dan interaksi Dalam keperluan desain eksperimen,
variabel bebas dinamakan faktor, dan nilai-nilai atau klasifikasi-
klasifikasi dari sebuah faktor dinamakan taraf faktor. Faktor-faktor
dinyatakan dengan huruf kecil a, b, c, d, dst.., sedangkan taraf faktor
dinyatakan dengan angka 1, 2, 3, dst yang dituliskan sebagai indeks
untuk faktor yang bersangkutan. Contohnya Ketika meneliti metoda
pengajaran terhadap mahasiswa. Maka hasilnya akan bergantung
pada faktor-faktor jenis kelamin, cara mengajar, lama mengajar, dan
waktu pelajaran yang diberikan. Yang merupakan taraf faktor dari
faktor a (jenis kelamin) adalah laki-laki (1) dan perempuan (2)
Jika ada 3 cara mengajar maka diperoleh taraf faktor b1, b2, b3.
Jika lama mengajar diklasifikasikan selam enam bulan dan satu
tahun maka taraf faktornya adalah c1, c2 Jika waktu pelajaran yang
diberikan adalah pagi, siang, sore, dan malam hari, maka taraf
faktornya adalah d1, d2, d3, d4.
2) Pengacakan
Berpedoman pada prinsip sampel acak yang diambil dari sebuah
populasi atau berpedoman pada perlakuan acak terhadap unit
eksperimen, maka pengujian dapat dijalankan seakan-akan asumsi
yang diambil telah terpenuhi Pengacakan tidak menjamin terjadinya
independen, melainkan hanya memperkecil adanya korelasi antar
pengamatan Pengacakan juga merupakan suatu cara menghilangkan
bias.
Unit eksperimen Yang dimaksud adalah unit yang dikenai
perlakuan tunggal dalam sebuah replikasi eksperimen dasar Seorang
karyawan merupakan unit eksperimen dalam percobaan meneliti
pengaruh kondisi lingkungan kerja terhadap produktivitas karyawan
Perlakukan adalah sekumpulan kondisi eksperimen yang akan
digunakan terhadap unit eksperimen dalam ruang lingkup desain
yang dipilih Perlakuan dapat berbentuk tunggal atau kombinasi.
Contoh percobaan efek lingkungan kerja terhadap produktivitas
kerja karyawan, maka perlakuan bisa berbentuk: Suhu, noise,
pencahayaan, fasilitas kerja, sirkulasi udara.
3) Kontrol local
Merupakan langkah-langkah atau usaha-usaha yang berbentuk
penyeimbangan, pemblokan, dan pengelompokan unit-unit
eksperimen yang digunakan dalam desain. Kontrol lokal
menyebabkan desain lebih efisien, yaitu menghasilkan prosedur
pengujian dengan kuasa yang lebih tinggi.
Penyemimbangan adalah Usaha memperoleh unit eksperimen,
usaha pengelompokan, pemblokan dan penggunaan perlakuan
sedemikian sehingga dihasilkan konfigurasi formasi yang seimbang.
Pemblokan adalah Pengalokasian unit-unit eksperimen ke dalam
blok sehingga unit-unit dalam blok secara relatif bersifat homogen
sedangkan sebagian besar dari variasi yang dapat diperkirakan di
antara unit-unit telah terbaur dengan blok. Variasi yang dapat diduga
tidak menjadi bagian daripada kekeliruan eksperimen, sehingga
desain lebih efisien. Contohnya ada 12 komponen mesin. Enam jenis
X, tiga jenis Y, dan tiga jenis Z. Jenis diambil sebagai blok. Blok
pertama terdiri dari 6 buah komponen jenis X. Blok kedua terdiri
dari 3 buah komponen jenis Y. Blok ketiga terdiri dari 3 buah
komponen jenis Z.
Pengelompokan adalah Penempatan sekumpulan unit
eksperimen ke dalam kelompok-kelompok agar kelompok yang
berbeda memungkinkan untuk mendapatkan perlakuan yang berbeda
pula. Contohnya ketika meneliti pengaruh tiga macam cara
penyampaian materi terhadap mahasiswa. Terdapat 11 mahasiswa,
yang dibagi menjadi 3 kelompok, (4-4-3). Penempatan atau
pemilihan mahasiswa ke dalam kelompokkelompok dilakukan secara
acak. Masing-masing kelompok diberikan materi dengan cara
berbeda (A-B-C)
c) Jenis-jenis Desain Epidemiologi Eksperimental
Secara garis besar, desain eksperimental dalam epidemiologi, dibagi
menjadi dua kelompok besar; 1) penelitian eksperimen /randomised
controlled trial (RCT) dan 2) penelitian eksperimen klaster / cluster
randomised controlled trial (Cluster RCT). Eksperimen dengan desain
RCT umumnya dilakukan untuk intervensi secara individu seperti
percobaan obat baru, efektivitas vaksin sedangkan kluster RCT dilakukan
untuk intervensi secara kelompok (cluster) seperti untuk melihat
efektivitas promosi dan pelayanan kesehatan. Dalam perhitungan analisa
statistik dan perhitungan sampel, korelasi dan jumlah kluster lebih harus
diperhitungkan dibandingkan desain RCT yang berasumsi setiap individu
itu mandiri. Berikut perbedaaan RCT dan cluster RCT secara umum
a) Eksperimen dengan kontrol random (Randomized Controlled Trial
/RCT)
Eksperimen murni adalah suatu bentuk rancangan yang
memperlakukan dan memanipulasi sujek penelitian dengan kontrol
secara ketat. Penelitian eksperimen mempunyai ciri :
1)   Ada perlakuan, yaitu memperlakukan variabel yang diteliti
(memanipulasi suatu variabel).
2) Ada randominasi, yaitu penunjukan subjek penelitian secara acak
untuk mendapatkan salah satu dari berbagai tingkat faktor
penelitian.
3)  Semua variabel terkontrol, eksperimen murni mampu mengontrol
hampir semua pengaruh faktor penelitian terhadap variabel hasil
yang diteliti
Kelebihan penelitian experimental adalah memungkinkan untuk
dilakukan randomisasi dan melakukan penilaian penelitian
dengan double-blind. Teknik randomisasi hanya dapat dilakukan pada
penelitian intervensi dibandingkan penelitian observasional. Dengan
teknik randomisasi, peneliti bisa mengalokasikan sampel penelitian ke
dalam dua atau lebih kelompok berdasarkan kritieria yang telah
ditentukan peneliti (gambar 1, 2) lalu diikuti ke depan. Teknik
randomisasi bertujuan untuk menciptakan karakteristik antar kelompok
hampir sama dalam penelitian. Kemudian, desain ini juga
memungkinkan peneliti melakukan double-blind, dimana peneliti
maupun responden tidak mengetahui status responden apakah
termasuk dalam kelompok intervensi atau non-intervensi.  Kekuatan
desain ini bisa meminimalisir faktor perancu yang dapat menyebabkan
bias dalam hasil penelitian. Kelemahan penelitian experimental
berkaitan dengan masalah etika, waktu dan masalah pengorganisasian
penelitian
Bentuk- Bentuk Desain True Experiments (eksperimen Murni),
diantaranya sebagai berikut:
1) Pretest-Posttes Control Group Design
Terdapat dua grup yang dipilih secara random kemudian
diberi pretest untuk mengetahui perbedaan keadaan awal antara
group eksperimen dan grup kontrol, kemudian grup eksperimen
diberikan perlakuan sedangkan grup kontrol tidak, selanjutnya
pada beberapa waktu diberi postest pada kedua kelompok tersebut.
Hasil pretest yang baik adalah jika nilai grup eksperimen tidak
berbeda secara signifikan. Bagan dari desain penelitian tersebut
adalah sebagai berikut

Kelas Pretest Treatment Posttest


R Eksperimen T1 X T2
R kontrol T1  - T2

Pada penelitian ini karena dilakukan randomisasi, maka


kedua kelompok mempunyai sifat yang sama sebelum dilakukan
perlakuan, sehingga perbedaan hasil postes pada kedua kelompok
tersebut dapat disebut sebagai pengaruh dari perlakuan. Desain ini
merupakan desain yang terkuat di dalam mengontrol ancaman-
ancaman terhadap validitas, tetapi desainini sulit dilakukan di
lapangan karena dari segi etika, karena melakukan perlakuan pada
kelompok yang satu dan tidak melakukan perlakuan pada
kelompok lain. Rancangan ini dapat diperluas dengan melibatkan
lebih dari satu variabel independent, artinya perlakuan pada lebih
dari satu kelompok dengan bentuk perlakuan yang berbeda. Pada
desain ini kesimpulan mengenai efek perbedaan antara perlakuan
satu sama dengan lainnya dicapai tanpa menggunkan kelompok
kontrol.3
2) Posttest-Only Control Group Design
Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing
dipilih secara random (R). Grup pertama diberi perlakuan (X) dan
grup yang lain tidak. Bagan penelitian ini adalah sebagai berikut.

Kelas Treatment Posttest


R Eksperimen X T2
R Kontrol  - T2

Dalam penelitian tersebut, pengaruh perlakuan dianalisis


dengan uji beda menggunakan statistik t-test. Jika ada perbedaan
yang signifikan antara grup eksperimen dan grup kontrol maka
perlakuan yang diberikan berpengaruh secara signifikan.
Pada penelitianini peneliti dapat mengukur pengaruh
perlakuan pada kelompok eksperimen dengan cara
membandingkan kelompok tersebut dengan kelompok kontrol,
tetapi peneliti tidak dapat menentukan sejauh mana atau seberapa
besar perubahan itu terjadi, sebab pretest tidak dilakukan untuk
data awal. 
3) The Salomon Three Group
Dalam desain ini dipilih tiga kelompok secara random. Dua
kelompok diberikan pretest dan satu kelompok tidak. Kemudian
satu dari kelompok yang  diberikan pretest dan kelompok yang
tidak diberikan pretest diberikan perlakuan eksperimen. Setelah itu
ketiga kelompok ini diberi posttest.

Treatmen
Kelas Pretest Posttest
t
R Eksperimen T1 X T2
R Kontrol 1 T1 - T2
R Kontrol 2 -  X T2

4) Randomized Solomon Four-Group Design.


Dalam desain ini dipilih tiga kelompok secara random. Dua
kelompok diberi pretest dan dua kelompok tidak. Kemudian satu
dari kelompok pretest dan satu dari kelompok yang tidak diberikan
pretest diberi perlakuan eksperimen. Setelah itu keempat
kelompok ini diberi posttest.
Treatmen
Kelas Pretest Posttest
t
R Eksperimen T1 X T2
R Kontrol 1 T1 - T2
R Kontrol 2 -  X T2
R Kontrol 3 -  - T2

Desain penelitian ini dapat mengatasi kelemahan eksternal


validitas yang ada pada desain pretest-postest with control group.
Apabila pretes mungkin mempengaruhi subjek sehingga mereka
menjadi lebih sensitif terhadap perlakuan dan mereka bereaksi
secara berbeda dari subjek yang mengalami pretes, maka
eksternal validitas terganggu dan kita tidak dapat membuat
generalisasi dari penelitian itu untuk populasi, demikian pula
kalau ada interaksi antara pretes dengan perlakuan. 1
5) Pretest Control Group Design
RO1 X O2
RO3     O4
Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok yang dipilh
secara random kemudian diberi pretest untuk mengetahui adakah
perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Hasil prestes yang baik bila nilai kelompok eksperimen tidak
berbeda secara signifikan. Pengaruh perlakuan adalah (O2-O1)-
(O4-O3). 
b) Quasi Eksperimen
Quasi Eksperimen (eksperimen semu) adalah eksperimen yang
dalam mengontrol situasi penelitian tidak terlalu ketat atau
menggunakan rancangan tertentu dan atau penunjukkan subjek
penelitian secara tidak acak untuk mendapatkan salah satu dari
berbagai tingkat faktor penelitian. Quasi experiments disebut juga
dengan eksperimen pura-pura. Bentuk desain ini merupakan
pengembangan dari true experimental design yang sulit dilaksanakan.
Desain ini mempunyai variabel kontrol tetapi tidak digunakan
sepenuhnya untuk mengontrol variabel luar yang mempengaruhi
pelaksanaan eksperimen. Desain digunakan jika peneliti dapat
melakukan kontrol atas berbagai variabel yang berpengaruh, tetapi
tidak cukup untuk melakukan eksperimen yang sesungguhnya. Dalam
eksperimen ini, jika menggunakan random tidak diperhatikan aspek
kesetaraan maupun grup kontrol. Dibagi atas beberapa jenis
diantaranya sebagai berikut;
1. Desain Rangkaian Waktu (Time Series Design)
Desain penelitian ini seperti pada desain pretes-postes, tetapi
mempunyai keuntungan dengan melakukan pengukuran yang
berulang-ulang sebelum dan sesudah perlakuan. Dengan
menggunakan serangkaian pengukuran maka validitasnya lebih
tinggi, dan pengaruh faktor luar dapat dikurangi karena pengukuran
dilakukan lebih dari satu kali, baik sebelum maupun sesudah
perlakuan, tetapi dalam desain ini tidak ada kelompok kontrol.
Ciri desain ini adalah grup yang digunakan tidak dapat dipilih
secara random. Sebelum diberi perlakuan, grup diberi pretest
sampai empat kali, dengan maksud untuk mengetahui kestabilan.
O1O2O3O4 X O5O6O7O8
Dalam desain ini kelompok yang digunakan untuk penelitian
tidak dapat dipilih secara random. Sebelum diberi perlakuan,
kelompok diberi pretest sampai empat kali dengan maksud untuk
mengetahui kestabilan dan kejelasan keadaan kelompok sebelum
diberi perlakuan. Bila hasil pretestselama empat kali ternyata
nilainya berbeda-beda, berarti kelompok tersebut keadaannya labil,
tidak menentu, dan tidak konsisten Setelah kestabilan keadaan
kelompok dapat diketahui dengan jelas, maka baru
diberi treatment/perlakuan. Desain penelitian ini hanya
menggunakan satu kelompok saja, sehingga tidak memerlukan
kelompok kontrol.
Hasil pretest yang baik adalah O1=O2=O3=O4 dan hasil
perlakuan yang baik adalah O5=O6=O7=O8. Besarnya pengaruh
perlakuan adalah  (O5+O6+O7+O8)-(O1+O2+O3+O4). 
2. Non-Equivalen Group Desain
Desain ini hampir mirip dengan pretest-postest control group
design, tetapi pada desain ini kelompok ekperimen dan kelompok
kontrol tidak dipilih secara random. Dalam desain ini, baik
kelompok eksperimental maupun kelompok kontrol dibandingkan,
kendati kelompok tersebut dipilih dan ditempatkan tanpa melalui
random. Dua kelompok yang ada diberi pretes, kemudian diberikan
perlakuan, dan terakhir diberikan posttest..
O1 X O2
O3     O4
Desain ini dilakukan untuk membandingkan hasil intervensi
program kesehatan di suatu kontrol yang serupa, tetapi tidak perlu
kelompok yang benar-benar sama, sehingga sering dilakukan dalam
penelitian lapangan.
Contoh desain tersebut adalah dilakukan penelitian untuk
mencari pengaruh adanya tambahan dosis obat pada sekelompok
pasien terhadap tekanan jantung. Dalam desain penelitian dipilih
satu kelompok pasien, yang separo diberi perlakuan dengan
ditambah dosis obat tertentu dan yang separo tidak. O 1 dan
O3 merupakan tekanan jantung sebelum ditambah dosis.
O2 merupakan tekanan jantung setelah ditambah dosis. O4 tekanan
jantung yang tidak diberi tambahan dosis. Pengaruh tambahan
dosis terhadap tekanan jantung adalah (O2-O1)-(O4-O3).3
3. Desain Rangkaian Waktu dengan Kelompok Pembanding (Control
Time Series Design)
 Desain ini sama sperti pada desain rangkaian waktu, tetapi
dengan menggunakan kelompok pembanding (kontrol).
Keuntungan desain ini adalah lebih menjaminadanya validitas
internal yang tinggi, karena lebih memungkinkan adanya kontrol
terhadap validitas internal.1
4. Desain Separate Sample Pretest-Postest
Dalam desain penelitian ini pengukuran pertama (pretest)
dilakukan terhadap sampel yang dipilih secara random dari
populasi tertentu, kemudian dilakukan perlakuan atau program
pada seluruh populasi. Selanjutnya dilakukan pengukuran kedua
(postest) padakelompok sampel lain, yang juga dipilih secara
random dari populasi yang sama. Desain ini sangat baik untuk
menghindari pengaruh atau efek dari test. Desain penelitian ini
sering digunakan dalam penelitian-penelitian kesehatan dan
keluarga berencana. 
Ciri dari quasi eksperimen :
1) Tidak ada randominasi, yaitu penunjukkan sujek penelitian
secara tidak acak untuk mendapatkan salah satu dari berbagai
tingkat faktor penelitian. Hal ini disebabkan karena ketika
pengalokasian faktor penelitian kepada subjek penelitian tidak
mungkin, tidak etis, atau tidak praktis menggunakan
randominasi.
2) Tidak semua variabel terkontrol karena terkait dengan
pengalokasian faktor penelitian kepada subjek penelitian tidak
mungkin, tidak etis, atau tidak praktis menggunakan
randominasi sehingga sulit mengontrol variabel secara ketat
Tujuan penelitian experimen semu adalah untuk memperkirakan
kondisi eksperimen murni dalam keadaan tidak memungkinkan untuk
mengontrol dan atau  memanipulasi semua variabel yang relevan.
Penelitian  ini bertujuan untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat
dengan cara melibatkan kelompok kontrol disamping kelompok
eksperimen, namun pemilahan kedua kelompok tersebut tidak dengan
teknik random. Penelitian eksperimental semu bertujuan untuk
menjelaskan hubungan-hubungan, mengklarifikasi penyebab
terjadinya suatu peristiwa, atau keduanya. Desain penelitian quasi
eksperimen sering digunakan pada penelitian lapangan. Berikut adalah
langkah-langkah eksperimen quasi :
1) Melakukan tinjauan literature, terutama yang berhubungan
dengan masalah yang akan di teliti.
2) Mengidentifikasi dan membatasi masalah penelitian
3) Merumuskan hipotesis-hipotesis penelitian
4)  Menyusun rencana eksperimen, yang biasanya mencakup
5) Melakukan pengumpalan data tahap pertama
6) Melakukan pengumpalan data tahap pertama (pretest)
7) Melakukan eksperimen
8)  Mengumpulkan data tahap kedua (posttest)
9) Mengolah dan menganalisis data.
10) Menyusun  laporan
4. STUDI RETROSPEKTIF (KASUS-KONTROL)

2.1 Pendahuluan

Penelitian kasus-kontrol (case-control study), atau yang sering juga disebut


sebagai case-comparison study, case-compeer study, case-referent study, atau
retrospective study, meupakan penelitian epidemiologis analitik observasional
yang menelaah hubungan antara efek (penyakit atau kondisi kesehatan) tertentu
dengan faktor-faktor risiko tertentu. Desain penelitian kasus-kontrol dapat
digunakan untuk menilai berapa besar peran faktor risiko dalam kejadian penyakit
(cause-effect relationship), seperti hubungan antara kejadian kanker serviks
dengan perilaku seksual, hubungan antara tuberkulosis pada anak dengan
vaksinasi BCG, atau hubungan antara status gizi bayi berusia 1 tahun dengan
pemakaian KB suntik pada ibu.

Dalam hal kekuatan hubungan sebab akibat, studi kasus-kontrol ada di bawah
desain eksperimental dan studi kohort, namun lebih kuat daripada studi cross-
sectional, karena pada studi kasus-kontrol terdapat dimensi waktu, sedangkan
studi cross-sectional tidak. Desain kasus-kontrol mempunyai berbagai kelemahan,
namun juga memiliki beberapa keuntungan. Dengan perencanaan yang baik,
pelaksanaan yang cermat, serta analisis yang tepat, studi kasus-kontrol dapat
memberikan sumbangan yang bermakna dalam berbagai bidang kedokteran klinik,
terutama untuk penyakit-penyakit yang jarang ditemukan.

2.2 Definisi

Penelitian kasus-kontrol adalah suatu penelitian analitik yang menyangkut


bagaimana faktor risiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan retrospektif,
dimulai dengan mengidentifikasi pasien dengan efek atau penyakit tertentu
(kelompok kasus) dan kelompok tanpa efek (kelompok kontrol), kemudian diteliti
faktor risiko yang dapat menerangkan mengapa kelompok kasus terkena efek,
sedangkan kelompok kontrol tidak. 1,3,4,5
Desain penelitian ini bertujuan mengetahui apakah suatu faktor risiko tertentu
benar berpengaruh terhadap terjadinya efek yang diteliti dengan membandingkan
kekerapan pajanan faktor risiko tersebut pada kelompok kasus dengan kelompok
kontrol. Jadi, hipotesis yang diajukan adalah : Pasien penyakit x lebih sering
mendapat pajanan faktor risiko Y dibandingkan dengan mereka yang tidak
berpenyakit X. Pertenyaan yang perlu dijawab dengan penelitian ini adalah :
apakah ada asosiasi antara variabel efek (penyakit, atau keadaan lain) dengan
variabel lain (yang diduga mempengaruhi terjadi penyakit tersebut) pada populasi
yang diteliti.

Studi kasus control mengikuti paradigma yang menelusuri dari efek ke penyebab.
Di dalam studi kasus control, individual dengan kondisi khusus atau berpenyakit
(kasus) dipilih untuk dibandingkan dengan sejumlah indivual yang tak memiliki
penyakit (kontrol). Kasus dan kontrol dibandingkan dalam hal sesuatu yang telah
ada atau atribut masa lalu atau pajanan menjadi sesuatu yang relevan dengan
perkembangan atau kondisi penyakit yang sedang dipelajari.
Studi kasus kontrol merupakan salah satu rancangan riset epidemiologi yang
paling popular belakangan ini karena kekuatan yang dimilikinya. Kekuatan studi
kasus kontrol anatara lain, relatif murah, relatif cepat, hanya membutuhkan
perbandingan subjek yang sedikit, tak menciptakan subjek yang berisiko, cocok
untuk studi dari penyakit yang aneh ataupun penyakit yang memiliki periode laten
lama, dan sebagainya.
Pada studi kasus kontrol dicoba untuk menjawab pertanyaan tentang hubungan
antara sifat indifidu dengan paparan yang bertanggung jawab terhadap terjadinya
perubahan lingkungan.akan diteliti mengenai perbedaan keadaan masyarakat/
individu yang terpapar atau tidak terhadap polutan lingkungan tertentu.
Dipandang dari sudut ekonomi dan waktu , maka studi ini termasuk cukup murah
dan dapat dilaksanakan dalam waktu relative singkat. Namun tetap tergantung
pada keadaan individu sasarn dan control dalam hal memberikan keterangan yang
jelas pada peneliti.

Desain Studi Kasus Kontrol


Masalah saat sekarang Saat sekarang

Ada Tidak ada KASUS


faktor faktor risiko
risiko Ada
penyakit

Populasi dengan ada kasus


penyakit

KASUS
Ada Tidak ada
faktor faktor risiko Ada
risiko penyakit

Populasi dengan ada kasus


penyakit

Ciri-ciri spesifik studi-kasus kontrol:


 Studi berciri lebih menarik (modest);
 Mempunyai resiko menimal;
 Cukup murah;
 Hasilnya cukup baik;
 Mempunyai kecenderungan menimbulkan bias.
BiasDalam Studi Kasus Kontrol
Bias merupakan kesalahan sistematis yang menyebabkan hasil penelitian tidak
sesuai dengan kenyataan. Pada penelitian kasus-kontrol terdapat tiga kelompok
bias yang dapat mempengaruhi hasil, yaitu :
a. Bias seleksi
b. Bias informasi
c. Bias perancu (confounding bias)
Penyebab bias di antaranya adalah :
1. Informasi tentang faktor risiko atau faktor perancu (confounding factors)
mungkin terlupa oleh subyek penelitian atau tidak tercatat dalam catatan medik
kasus (recall bias)
2. Subyek yang terkena efek (kasus), karena ingin mengetahui penyebab
penyakitnya lebih sering melaporkan faktor risiko dibandingkan dengan subyek
yang tidak terkena efek (kontrol)
3. Peneliti kadang sukar menentukan dengan tepat apakah pajanan suatu agen
menyebabkan penyakit ataukah terdapatnya penyakit menyebabkan subyek lebih
terpajan oleh agen
4. Identifikasi subyek sebagai kasus maupun kontrol yang representatif seringkali
sangat sukar.

2.3 Langkah-langkah pada Penelitain Kasus kontrol


Tahapan kegiatan dalam penelitian kasus-kontrol adalah sebagai berikut :
1. Memilih sampel dari populasi yang ada kasusu penyakit.
2. Memilih sampel dari populasi yang mempunyai resiko, tetapi tidak
menderita penyakit (kontrol).
Ada beberapa cara untuk memilih kontrol yang baik :
 Memilih kasus dan kontrol dari populasi yang sama
 Memilih kontrol dengan karakteristik yang sama dengan kasus
dalam semua variabel yang mungkin berperan sebagai faktor risiko
kecuali variabel yang diteliti (matching)
 Memilih lebih dari satu kelompok control

3. Menghitung variable prediktor.


A. Studi kasus-kontrol tanpa matching
Rasio odds (RO) pada studi kasus-kontrol dapat diartikan sama dengan risiko
relatif (RR) pada studi kohort. Pada penelitian kasus-kontrol terdapat kelompok
kasus (a+c) dan kelompok kontrol (b+d). Dalam hal ini, yang dapat dinilai adalah
berapa sering terdapat pajanan pada kasus dibandingkan pada kontrol, disebut
dengan rasio odds (RO).

RO = odds pada kelompok kasus : odds pada kelompok kontrol


(proporsi kasus dengan faktor risiko) / (proporsi kasus tanpa faktor risiko)
----------------------------------------------------------------------------
(proporsi kontroldengan faktor risiko) / (proporsi kontrol tanpa faktor risiko)

B. Studi kasus-kontrol dengan matching


Pada studi kasus-kontrol dengan matching individual, harus dilakukan analisis
dengan menjadikan kasus dan kontrol sebagai pasangan-pasangan. Hasil
pengamatan studi kasus-kontrol biasanya disusun dalam tabel 2 x 2 dengan
keterangan sebagai berikut :
Sel a : kasus mengalami pajanan, kontrol mengalami pajanan
Sel b : kasus mengalami pajanan, kontrol tidak mengalami pajanan
Sel c : kasus tidak mengalami pajanan, kontrol mengalami pajanan
Sel d : kasus dan kontrol tidak mengalami pajanan
Kontrol
Kasus Risiko + Risiko -
Risiko + a b
Risiko - c d

Rasio odds pada studi kasus-kontrol dengan matching ini dihitung dengan
mengabaikan sel a karena baik kelompok kasus maupun kontrolnya terpajan, dan
sel d karena baik kelompok kasus maupun kontrolnya tidak terpajan. Rasio odds
dihitung dengan formula :
RO = b / c
RO dapat dianggap mendekati risiko relatif apabila :
1. Insidens penyakit yang diteliti kecil, tidak lebih dari 20% populasi terpajan
2. Kelompok kontrol merupakan kelompok representatif dari populasi dalam hal
peluangnya untuk terpajan faktor risiko
3. Kelompok kasus harus representatif
RO > 1 menunjukkan bahwa faktor yang diteliti memang merupakan faktor risiko,
bila RO = 1 atau mencakup angka 1 berarti bukan merupakan faktor risiko, dan
bila RO < par =" p(r-1)+1" p =" proporsi" r =" rasio"> 1
2.4 Kelebihan dan Kelemahan Penelitian Kasus Kontrol
Kelebihan
1. Studi kasus kontrol kadang atau bahkan menjadi satu-satunya cara untuk
meneliti kasus yang jarang atau yang masa latennya panjang, atau bila penelitian
prospektif tidak dapat dilakukan karena keterbatasan sumber atau hasil diperlukan
secepatnya.
2. Hasil dapat diperoleh dengan cepat.
3. Biaya yang diperlukan relatif lebih sedikit sehingga lebih efisien.
4. Memungkinkan untuk mengidentifikasi berbagai faktor risiko sekaligus dalam
satu penelitian (bila faktor risiko tidak diketahui).
5. Tidak mengalami kendala etik seperti pada penelitian eksperimen atau kohort.
Kelemahan
1. Data mengenai pajanan faktor risiko diperoleh dengan mengandalkan daya
ingat atau catatan medik. Daya ingat responden menyebabkan terjadinya recall
bias, baik karena lupa atau responden yang mengalami efek cenderung lebih
mengingat pajanan faktor risiko daripada responden yang tidak mengalami efek.
Data sekunder, dalam hal ini catatan medik rutin yang sering dipakai sebagai
sumber data juga tidak begitu akurat (objektivitas dan reliabilitas pengukuran
variabel yang kurang).
2. Validasi informasi terkadang sukar diperoleh.
3. Sukarnya meyakinkan bahwa kelompok kasus dan kontrol sebanding karena
banyaknya faktor eksternal / faktor penyerta dan sumber bias lainnya yang sukar
dikendalikan.
4. Tidak dapat memberikan incidence rates karena proporsi kasus dalam penelitian
tidak mewakili proporsi orang dengan penyakit tersebut dalam populasi.
5. Tidak dapat dipakai untuk menentukan lebih dari satu variabel dependen, hanya
berkaitan dengan satu penyakit atau efek.
6. Tidak dapat dilakukan untuk penelitian evaluasi hasil pengobatan.
5. Epidemiologi prospektif
Studi cohort adalah rancangan studi yang mempelajari hubungan antara
paparan dengan penyakit dengan cara membandingkan kelompok terpapar
(faktor penelitian) dan kelompok tidak terpapar berdasarkan status penyakit.
Ciri-ciri studi cohort adalah pemilihan subjek berdasarkan status paparannya
dan kemudian dilakukan pengamatan dan pencatatan apakah subyek dalam
perkembangannya mengalami penyakit yang diteliti atau tidak.
Pada saat mengidentifikasi status paparan, semua subyek harus bebas dari
penyakit yang diteliti. Jadi, kelompok terpapar maupun kelompok tidak
terpapar berasal dari satu populasi atau dua populasi yang bebas penyakit
tersebut. Jika ada dua populasi maka kedua populasi tersebut harus memiliki
karakteristik yang sama. Dalam studi cohort peneliti hanya mengamati dan
mencatat paparan dan penyakit tanpa sengaja membuat subyek terpapar.
Rancangan Penelitian Cohort :

Kelebihan studi cohort:


a. Kesesuaian dengan logika studi ekpsrimental dalam membuat inferensi
kausal, yaitu dengan menentukan faktor penyebab terlebih dahulu
kemudian baru diikuti dengan akibat
b. Peneliti menghitung laju insidensi.
c. Studi cohort sesuai untuk meneliti paparan yang langka (misal, fakto-
faktor lingkungan).
d. Memungkinkan peneliti mempelajari sejumlah fakta secara serentak dari
sebuah paparan.
e. Bersifat observasional, sehingga tidak ada subyek yang merasa
dirugikan karena mendapat paparan faktor yang merugikan.
f. Dapat mengatur komparabilitas antar dua kelompok (kelompok kasus
dan kelompok kontrol) sejak awal penelitian.
g. Dapat secara langsung menetapkan besarnya angka resiko dari suatu
waktu ke waktu yang lain.
h. Ada keseragaman observasi, baik terhadap factor resiko maupun efek
dari waktu ke waktu.
Kelemahan studi cohort:
a. Membutuhkan biaya yang mahal dan waktu yang lama.
b. Tidak efisien dan tidak praktis untuk mempelajari penyakit yang langka,
kecuali ukuran sampel yang besar dan prevalensi penyakit pada
kelompok terpapar cukup tinggi.
c. Kemungkinan adanya subjek penelitian yang drop out dan akan
mengganggu analisis hasil. Hilangnya subyek selama penelitian karena
migrasi, tingkat partisipasi yang rendah atau meninggal, dan
sebagainya.
d. Karena faktor penelitian sudah ditentukan terlebih dahulu pada awal
penelitian, maka studi cohort tidak bisa digunakan untuk penyakit yang
lainnya.
e. Karena faktor risiko yang ada pada subjek akan diamati sampai
terjadinya efek (mungkin penyakit) maka hal ini berarti kurang atau
tidak etis.

Contoh penelitian cohort:


Penelitian untuk membuktikan adanya hubungan antara cancer paru
dengan merokok. Tahapan penelitian ini adalah:
1. Tahap pertama.
Menidentifikasi variabel-variabel yang akan diteliti dan kedudukannya :
a. Variabel efek (dependen) = cancer paru
b. Variabel risiko (independen) = merokok
c. Variabel pengendali = umur pekerjaan dan sebagainya
2. Tahap kedua.
Menetapkan subjek penelitian, yaitu populasi dan sample penelitian.
Misalnya yang menjadi populasi adalah semua pria di wilayah tertentu ,
dengan umur 30-50 tahun, baik yang merokok dan tidak merokok.
6. Tahap ketiga.
Mengidentifikasi subjek yang merokok (resiko positif) dari populasi
tersebut dan subjek yang tidak merokok (resiko negatif) dengan jumlah
yang sama dengan kelompok merokok.
4. Tahap keempat
Mengamati perkembangan efek pada kelompok orang yang merokok
(risiko positif) pada kelompok kasus dan kelompok yang tidak merokok
(risiko negatif) pada kelompok kontrol tersebut dalam kurun waktu
tertentu, misalnya 10 tahun.
5. Tahap kelima
Mengolah dan menganalisis data. Analisis hasil dengan
membandingkan proporsi orang-orang yang menderita cancer paru dengan
orang-orang yang tidak menderita cancer paru pada kelompok merokok
dan tidak merokok

Ukuran analisis

a. Insiden Risk ( IR ) = a/ (a+b)


b. Relative Risk ( RR ) = IR kelompok terpapar : IR kelompok tidak
terpapar = (a/a + b) : (c/c + d)
c. Attributable Risk = IR kelompok terpapar – IR kelompok tidak terpapar

Interpretasi
a. RR = 1, risiko kelompok terpapar sama dengan kelompok tidak terpapar
b. RR > 1, terpapar menyebabkan sakit
RR < 1, terpapar mencegah sakit

Anda mungkin juga menyukai