Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha
menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya
( Best,1982:119). Penelitian ini juga sering disebut noneksperimen, karena pada
penelitian ini penelitian tidak melakukan kontrol dan manipulasi variabel
penelitian. Dengan metode deskriptif, penelitian memungkinkan untuk melakukan
hubungan antar variabel, menguji hipotesis, mengembangkan generalisasi, dan
mengembangkan teori yang memiliki validitas universal (west, 1982).
Di samping itu, penelitian deskriptif juga merupakan penelitian, dimana
pengumpulan data untuk mengetes pertanyaan penelitian atau hipotesis yang
berkaitan dengan keadan dan kejadian sekarang. Mereka melaporkan keadaan
objek atau subjek yang diteliti sesuai denganapaadanya.
Penelitian lazim dilakukan oleh kalangan akademisi, mahasiswa hendak
mengerjakan tugas akhirnya, maupun para praktisi dunia bisnis, sosial, dan ilmu
pasti. Dengan kata lain, penelitian adalah hal lumrah yang dilakukan oleh banyak
pihak. Perbedaan dari penelitian yang dilakukan oleh masing-masing pihak adalah
pada metode yang dipilih. Sebuah metode yang dipilih berdasarkan jenis, tujuan
dan latar belakang penelitian.
Secara garis besar, ada dua jenis metode penelitian, yaitu metode kualitatif
dan kuantitatif. Metode kuantitatif terdiri dari eksperimental dan non
eksperimental. Eksperimental terdiri dari eksperimental murni, eksperimental
kuasi, eksperimental lemah dan subyek tunggal. Non eksperimental terdiri dari
deskriptif, komparatif, korelasional, survey dan tindakan. Metode kualitatif terdiri
dari interaktif dan non interaktif. Interaktif terdiri dari etnografis, historis,
fenomenologis, studi kasus dan studi kritis. Non interaktif terdiri dari analisis
konsep, analisis kebijakan dan analisis historis.
Salah satu jenis penelitian dari penjabaran penelitian kuantitatif adalah
penelitian deskriptif. Menurut Budiarto (2002), menyebutkan bahwa rancangan
penelitian deskriptif adalah rancangan penelitian yang sederhana berupa sampling
survey dan merupakan suatu rancangan penelitian non experimental. Oleh karena
itu, rancangan ini tidak membutuhkan kelompok control dan hipotesis yang
spesifik.
Metode deskriptif dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan-
keadaan nyata sekarang (sementara berlangsung). Metode ini tidak terlepas dari
penggambaran kekinian, dalam artian bahwa metode ini wujud dari
pendeskripsian dari sesuatu yang akan di tinjau secara apa adanya.
Dalam Wikipedia, Penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang
tujuannya untuk menyajikan gambaran lengkap mengenai setting sosial atau
hubungan antara fenomena yang diuji. Dalam penelitian ini, peneliti telah
memiliki definisi jelas tentang subjek penelitian dan akan menggunakan
pertanyaan “siapa” dalam menggali informasi yang dibutuhkan.
Tujuan dari penelitian deskriptif adalah menghasilkan gambaran akurat
tentang sebuah kelompok, menggambarkan mekanisme sebuah proses atau
hubungan, memberikan gambaran lengkap baik dalam bentuk verbal atau
numerikal, menyajikan informasi dasar akan suatu hubungan, menciptakan
seperangkat kategori dan mengklasifikasikan subjek penelitian, menjelaskan
seperangkat tahapan atau proses, serta untuk menyimpan informasi bersifat
kontradiktif mengenai subjek penelitian.
Metode penelitian ini sangat menarik untuk dibahas. Sehingga pada makalah
ini dijabarkan secara mendalam mengenai metode penelitian deskriptif. Tentang
pengertian penelitian deskriptif dari berbagai pakar dan sebagainya.
B. Rumusan Masalah
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pendahuluan
Penelitian Deskriptif adalah Suatu Penelitian yang dilakukan dengan tujuan
utama untuk memberikan Gambaran atau Deskripsi tentang suatu keadaan secara
Objektif. Desain penelitian ini digunakan untuk Memecahkan atau Menjawab
Permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang.

Penelitian deskriptif juga berarti penelitian yang dimaksudkan untuk


menjelaskan fenomena atau karakteristik individual, Situasi atau kelompok
tertentu secara Akurat. Dengan kata lain penelitian deskriptif dilakukan untuk
mendeskripsikan seperangkat peristiwa atau kondisi populasi saat ini.

Gulo (2000) juga menyatakan bahwa penelitian ini didasarkan pada


pertanyaan dasar yang kedua, yaitu bagaimana. Pertanyaan deskriptif yang akan
mengungkapkan suatu keadaan yang sebenarnya. Keadaan dimana suatu obyek
penelitian itu ada. Informasi yang didapatkan akan berupa penjelasan serta uraian
logis secara lengkap mengenai suatu peristiwa, kejadian atau gejala.

Penelitian Deskriptif merupakan cara untuk menemukan Makna Baru,


Menjelaskan Sebuah Kondisi Keberadaan, Menentukan Frekuensi Kemunculan
Sesuatu, dan Mengkategorikan Informasi.

Maryati (2006) menjelaskan juga bahwa penelitian deskriptif menghasilkan


penelitian yang tarafnya memberikan penjelasan mengenai gambaran tentang ciri-
ciri suatu gejala yang dihadapi yang kemudian diteliti.

Penelitian Deskriptif dilakukan dengan memusatkan perhatian kepada aspek-


aspek tertentu dan sering menunjukkan hubungan atara berbagai variabel.
Rancangan Penelitian Deskriptif bertujuan untuk menerangkan atau
menggambarkan masalah penelitian yang terjadi berdasarkan karakteristik Orang,
Tempat dan Waktu.

Jenis penelitian ini diambil, apabila peneliti ingin mengetahui variabel


mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan
atau menghubungkan variabel lain (Sugiyono, 2006). Fokus penelitian ini
menjadi lebih terpusat pada variabel yang akan ditinjau lebih lanjut. Tinjauan
meliputi pengamatan/observasi. Pengamatan/observasi ini pada akhirnya akan
mengungkapkan keadaan yang sebenarnya atau peristiwa apasaja yang terjadi
pada variabel penelitian.

Penelitian deskriptif ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena


yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena
itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan,
dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya
(Sukmadinata, 2010)

Penelitian deskriptif berusaha menggambarkan suatu gejala sosial. Dengan


kata lain penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah
berlangsung pada saat studi.

Metode kualitatif ini memberikan informasi yang lengkap sehingga


bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta lebih banyak dapat
diterapkan pada berbagai masalah. Metode penyelidikan deskriptif tertuju pada
pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang.

Hal senada juga dijabarkan oleh Irawan (1999), bahwa tujuan dari penelitian
deskriptif adalah untuk mengggambarkan secara tepat sifat–sifat suatu individu,
keadaan, gejala atau kelompok tertentu atau untuk mendeskripsikan atau
menjelaskan sesuatu seperti apa adanya.
Metode ini menuturkan, menganalisa, dan mengklasifikasi serta menyelidiki
dengan teknik survey, interview, angket, observasi, atau dengan teknik test Bisa
disimpulkan bahwa metode deskriptif ini ialah metode yang menuturkan dan
menafsirkan data yang ada, misalnya tentang situasi yang dialami, satu hubungan,
kegiatan, pandangan, sikap yang menampak, atau tentang satu proses yang sedang
berlangsung, pengaruh yang sedang bekerja, kelainan yang sedang muncul,
kecenderungan yang menampak, pertentangan yang meruncing, dan sebagainya.

B. Proses Penelitian Hipotika-Deskriptif


Banyak jenis penelitian yang termasuk sebagai penelitian deskriptif. Setiap
ahli penelitian sering dalam memberikan infomasi tentang pengelompokan jenis
penelitian deskriptif, cenderung sedikit bervariasi. Perbedaan itu biasanya
dipengaruhi oleh pandangan dan pengetahuan yang menjadi latar belakang para
ahli tersebut. Perbedaan pandangan tersebut, salah satu diantaranya bila dilihat
dari apek bagaimana proses pengumpulan data dalam penelitian deskriptif
dilakukan oleh peneliti.
Purwanto (2009), menyatakan bahwa dari aspek bagaimana proses
pengumpulan data dilakukan macam-macam penelitian deskriptif minimal dapat
dbedakan menjadi tiga macam, yaitu laporan diri atau self-report, studi
perkembangan, studi lanjutan (follow-up study), dan studi sosiometrik. Berikut
penjelasannya:

1. Penelitian Laporan Dari (Self-report research)


Dari kaitannya dengan data yang dikumpulkan maka penelitian
deskriptif mempunyai beberapa macam jenis termasuk di antaranya laporan
diri dengan menggunakan observasi. Dalam penelitian self-report, informasi
dikumpulkan oleh orang tersebut yang juga berfungsi sebagai peneliti.
Dalam penelitian self-report ini penelitian dianjurkan menggunakan
teknik observasi secara langsung, yaitu individu yang diteliti dikunjungi dan
dilihat kegiatanya dalam situasi yang alami. Tujuan obsevasi langsung adalah
untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan permasalahan dan tujuan
penelitian. Dalam penelitian self-report, peneliti juga dianjurkan
menggunakan alat bantu lain untuk memperoleh data, termasuk misalnya
dengan menggunakan perlengkapan lain seperti catatan, kamera, dan rekaman.
Alat-alat tersebut digunakan terutama untuk memaksimalkan ketika mereka
harus menjaring data dari lapangan.
Purwanto (2009) juga menegaskan bahwa yang perlu diperhatikan oleh
para peneliti yang dengan model self-report adalah bahwa dalam
menggunakan metode observasi dalam melakukan wawancara, para peneliti
harus dapat menggunakan secara simultan untuk memperoleh data yang
maksimal.
2. Studi Perkembangan (Developmental Study)
Studi perkembangan atau developmental study banyak dilakukan oleh
peneliti di bidang pendidikan atau bidang psikologi yang berkaitan dengan
tingkah laku, sasaran penelitian perkembangan pada umumnya menyangkut
variabel tingkah laku secara individual maupun dalam kelompok.
Dalam penelitian perkembangan tersebut peneliti tertarik dengan
variabel yang utamakan membedakan antara tingkat umur, pertumbuhan atau
kedewasaan subjek yang diteliti.
Studi perkembangan biasanya di lakukan dalam periode longitudinal
dengan waktu tertentu, bertujuan guna menemukan perkembangan demensi
yang terjadi pada seorang respoden.
Demensi yang sering menjadi perhatian peneliti ini, misalnya:
intelektual, fisik, emosi, reaksi terhadapan tertentu, dan perkembangan sosoial
anak. Studi perkembangan ini biasa dilakukan baik secara cross-sectional atau
logitudinal.
Jika penelitian dilakukan dengan model cross-sectional, peneliti pada
waktu yang sama dan disimultan menggunakan berbagi tingkatan variabel
untuk diselidiki. Data yang diperoleh dari masing-masing tingkat dapat
dideskripsi dan kemudian di komparasi atau dicari tingkat asosiasinya.
Dalam penelitian perkembangan model longitudinal, peneliti
menggunakan responden sebagai sampel tertentu, misalnya: satu kelas satu
sekolah, kemudian dicermati secara intensif perkembangannya secara
continue dalam jangka waktu tertentu seperti tiga bulan, enam bulan, satu
tahun. Semua fenomena yang muncul didokumentasi untuk digunakan sebagai
informasi dalam menganalisis guna mencapai hasil penelitian.
3. Studi Kelanjutan (Follow-up study)
Study kelanjutan dilakukan oleh peneliti untuk menentukan status
responden setelah beberapa periode waktu tertentu memproleh perlakuan,
misalnya rogram pendidikan. Studi kelanjutan ini di lakukan untuk melakukan
evaluasi internal maupun evaluasi eksteral, setelah subjek atau responden
menerima program di suatu lembaga pendidikan. Sebagai contoh Badan
Akreditasi Nasional menganjurkan adanya informasi tingkat serapan alumni
dalam memasuki dunia kerja, setelah mereka selesai program pendidikannya.
Dalam penelitian studi kelanjutan biasanya peneliti mengenal istilah antara
output dan outcome. Out (keluran) berkaitan dengan informasi hasil akhir
setelah suatu program yang diberikan kepada subjek sasaran di selesaikan.
Sedangkan yang dimaksud dengan data yang di ambil dari outcome (hasil)
biasanya menyangkut pengaruh suatu perlakuan, misalnya program
pendidikan kepada subjek yang di teliti setelah mereka kembali ke tempat asal
yaitu masyarakat.
4. Studi Sosiometrik (Sociometric study)
Pengertian sosiometrik adalah analisis hubungan antarpribadi dalam
suatu kelompok individu. Melalui analisis pilihan individu atas dasar idola
atau penolakan sesorang terhadap orang lain dalam suatu kelompok dapat di
tentukan.
Prinsif teori studi sosiometrik pada dasarnya adalah penanyakan pada
masing-masing anggota kelompok yang diteliti untuk menentukan denga siapa
dia paling suka, untuk bekerja sama dalam kegiatan kelompok. Pada kasus ini,
dia dapat memilih satu atau tiga dalam kelompoknya. Dari setiap anggota,
peneliti akan memperoleh jabatan yang bervariasi. Dengan menggunakan
gambar sosiogram, posisi seseorang akan dapat diterangkan kedudukannya
dalam kelompok organisasi.
Dalam bidang pendidikan, sosiometrik telah banyak digunakan untuk
menentukan hubungan variabel status seseorang misalnya pemimpin formal,
pemimpin dalam lembaga pendidikan atau posisi seseorang dalam
kelompoknya dengan variabel dalam kegiatan pendidikan. Penelitian
deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarlkan
objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya, dengan tujuan
menggambarkan secara sistematis fakta dan karakeristik objek yang di teliti
secara tepat.
Namun, karena cara pengambilan sampel dilakukan dalam rangka

penghematan biaya, tenaga, dan waktu. Namun, karena cara pengambilan sampel

beranekaragam maka cara pengambilan sampel harus disesuaikan berdasarkan tujuan

penelitian dan kondisi populasi, seperti luas, sebaran, dan sebagainya.

2.1 Metode pengambilan sampel

Sampling adalah teknik cara atau teknik yang dipergunakan untuk mengambil

sampel. Pada dasarnya ada dua cara pengambilan sampel (Random sampling dan non

random sampling) (DJarwanto, 1985 : 114).

Keuntungan utama dari sampling dibandingkan dengan pencatatan

menyeluruh (sensus) adalah :


1. Penyelidikan biaya yang terbatas (reduced cost) : Oleh karena data yang

diteliti itu lebih kecil maka ongkos-ongkos dan biaya penyelidikannya

jauh lebih sedikit.

2. Menghemat waktu dan tenaga (greater spreeder), data dapat dikumpulkan,

diolah dan diselidiki hingga hasilnya dengan cepat dapat

dipergunakan.berapa jenis survai membutuhkan biaya yang lama

3. Penghematan pada hal-hal khusus: Beberapa jenis survai membutuhkan

wawancara yang lama dan padat sehingga tidak mungkin dilakukan

dengan cara lain kecuali dengan sampel. Dengan memakai sampel,

memungkinkan perhatian tertuju pada sejumlah hal-hal yang ditentukan.

4. Greater accurancy : Meskipun data yang diselidiki itu hanya merupakan

bagian dari populasi namun kualitasnya atau hasil-hasilnya dapat lebih

baik dan lebih tepat daripada sensus, sebab pengolahan data tidak

memerlukan tenaga yang banyak, sehingga pengolahan datanya

diserahkan kepada tenaga yang betul-betul ahli dan terlatih.

Kelemahan-kelemahan sampling

Dalam keadaan tertentu faedah dari sampling menimbulkan keragua-raguan.

Tiga kaedah pokok dapat disebutkan sebagai berikut :

1. Jika data yang diperlukan dari wilayah-wilayah yang amat kecil maka

diperlukan sampel yang relatif besar populasinya

2. Jika data yang dibutuhkan adalah untuk beberapa periode waktu yang

teratur dan diperlukan untuk mengukur perubahan yang sangat kecil dari
suatu period ke periode berikutnya, sampel yang besar mungkin

dibutuhkan.

3. Jika dalam survai, pengambilan sampel harus dikeluarkan biaya

administrasi yang besarnya luarbiasa disebabkan oleh pekerjaan pemilihan

sampel, pengawasan dan sebagainya, sampling mungkin tidak praktis.

Jenis random sampling :

1. Pengambilan sampel acak sederhana (Simple random sampling)

2. Pengambilan sampel acak stratifikasi (Stratified random sampling)

3. Pengambilan sampel acak bertahap (Multistage random sampling)

4. Pengambilan sampel secara acak sistematik (Sistimatic random

sampling)

5. Pengambilan sampel acak kelompok (cluster random sampling)

Pengambilan sampel dilakukan secara acak sedemikian rupa sehingga

probabilitas setiap unit sampel diketahui, sedangkan pengambilan sampel tanpa acak

dilakukan sedemikian rupa sehingga probabilitas setiap unit sampel tidak diketahui

dan faktor subjek memegang peran penting. Oleh karena itu, pengambilan sampel

tanpa acak ini, walaupun dilakukan sedemikian rupa sehingga mempunyai tingkat

kewakilan yang tinggi, tetap dapat diwakili secara objektif. Pengambilan sampel

tanpa secara acak ini digunakan bila kita ingin mengambil sampel yang sangat kecil

pada populasi yang sangat besar karena dengan cara apapun tidak mungkin

mendapatkan sampel
Suatu cara pengambilan sampel disebut random apabila kita tidak memilih-

milih individu yang akan dijadikan anggota sampel. Seluruh individu dalam populasi

m memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan anggota.

Hal yang perlu diperhatikan dalam tabel bilangan random:

Misalnya,

1. Besarnya populasi 800 diambil 3 kolom lalu urutkan ke bawah sampai

jumlah sampel yang diinginkan

2. Bila diperoleh angka yang lebih besar dari populasi maka angka tersebut

tidak digunakan

3. Demikian pula bila memperoleh angka yang sama dua kali maka satu

angka tidak digunakan

Tabel bilangn random terlampir di belakang.

2.1.1 Random Sampling

1. Pengambilan sampel secara acak sederhana (Simple random sampling)

Pengambilan sampel secara acak sederhana adalah pengambilan sampel

sedemikian rupa sehingga sehingga setiap unit dasar (individu) mempunyai

kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel. ----- Syarat

1. Harus mempunyai unit dasar atau sampling

2. Populasi tersebar

-Keuntungan :

Pengambilan sampel acak sederhana mempunyai beberapa keuntungan antara

lain :
1. Ketepatan yang tinggi artinya setiap unit sampel mempunyai probabilitas yang

sama untuk diambil sebanyak untuk diambil sebagai sampel

2. Kesalahan sampling dapat ditentukan secara kuantitatif.

3. Dapat dilakukan pada populasi yang besar.

-Kelemahan

Pengambilan sampel secara acak sederhana membutuhkan waktu, tenaga,

biaya yang sangat besar.

-Teknik pelaksanaan pengambilan sampel

Cara pengambilan sampel tergantung besar populasi

1. Bila populasi kecil (dilakukan secara lotre) dibuat daftar semua unit sampel

2. Beri nomor secara berurutan

3. Semua unit sampel di tulis pada gulungan kertas

Sedangkan pengambilan sampel dengan populasi besar dilakukan

dengan menggunakan tabel bilangan random dengan cara sebagai berikut :

1. Tentukan besarnya populasi studi

2. Buat daftar unit sampling (sampling frame)

3. Semua sampling unit diberi nomor urut agar mudah dalam mencocokkan

4. Pengambilan sampel pertama, tentukan sembarang angka yang terdapat

pada tabel nomor random kemudian ambil kolom sebelahnya yang

sesuainya dengan banyaknya digit populasi.

Random sampling
Suatu cara pengambilan sampel disebut random apabila kita tidak

memilih-milih individu yang akan dijadikan anggota sampel. Seluruh

individu dalam populasi m memiliki kesempatan yang sama untuk

dijadikan anggota sampel. Sering Hal yang perlu diperhatikan dalam tabel

bilangan random: Misalnya,

1. Besarnya populasi 800 diambil 3 kolom lalu urutkan ke bawah sampai

jumlah sampel yang diinginkan

2. Bila diperoleh angka yang lebih besar dari populasi maka angka tersebut

tidak digunakan

3. Demikian pula bila memperoleh angka yang sama dua kali maka satu

angka tidak digunakan.

Bila tidak mempunyai bil random , pengambilan sampel dapat

dilakukan dengan menggunakan gulungan kertas yang ditulis darii 0

sampai 9 atau disesuaikan dengan besarnya populasi kemudian diambil

sesuai dengan jumlah digit

Probabilitas teoritis karena besarnya peluang suatu kejadian dapat

ditentukan berdasarkan logika atau teori sebelum peristiwanya terjadi.

Probabilitas suatu even adalah jumlah hasil yang diharapkan terjadi

pada sejumlah event (n) dibagi dengan jumlah semua kemungkinan yang

dapat terja

Pengambil sampel tanpa acak (Non Random Sampling) yang akan

diuraikan adalah sebagai berikut :


1. Pengambil sampel seadanya (Accidental sampling)

2. Pengambil sampel berjatah (quota sampling)

3. Pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan (purposive sampling)

2 Pengambilan Sampel Acak Stratifikasi (Stratified Random Sampling)

Populasi dibagi-bagi menjadi beberapa bagian/ subpopulasi/ stratum. Angota-

anggota dari sub-populasi (stratum) dipilih secara random, kemudian dipilih secara

random, kemudian dijumlahkan

1. Pengambilan sampel dilakukan dengan membagi populasi ke dalam beberapa

strata, dimana setiap strata adalah homogen. Antar strata ada sifat yang

2. Berbeda kemudian dilakukan dengan pengambilan sampel pada setiap strata

yang berbeda

 Ciri-ciri:

1. Deviasi standar lebih kecil dibandingkan dengan pengambilan sampel acak

sederhana. Hal ini dapat terjadi bila pengelompokan dilakukan sedemikian rupa

sehingga dalam satu kelompok mempunyai perbedaan yang sangat kecil mungkin,

sedangkan perbedaan antarkelompok yang sebesar mungkin dan pengambilan

sampel dilakukan secara proposional.

2. Pengambilan sampel acak dengan stratifikasi akan lebih efekti bila dalam distribusi

populasi terdapat nilai ekstrim dianrtara kelompok itu sendiri.

3. Setiap unit mempunyai peluang yang sama untuk diambil sebagai sampel.

 Keuntungan
Keuntungan menggunakan pengambilan acak dengan stratifikasi adalah

ketepatan yang lebih tinggi dengan simpangan baku

1. Proportionate stratified random sampling

Suatu cara pengambilan sampel yang digunakan bila anggota populasi tidak

homogen yang terdiri atas kelompok homogen atau berstrata yang kurang secara

proporsional.

2. Dispropotinate stratified random sampling

Suatu cara pengambilan sampel yang digunakan bila anggota populasi tidak

homogeny terdiri atas kelompok homogen atau berstrata kurang secara proporsional.

Misalkan kita bermaksud memperkirakan penghasilan rata-rata pertahun dari

(N = 30.000) kepala keluarga yang bermukim di suatu wilayah pedesaan atau

pertanian. Perkiraan penghasilan rata-rata ini akan didasarkan pada sebuah sampel

berukuran (η = 60). Misalnya populasi itu dapat dibagi-bagi menjadi beberapa strata,

yakni : petani, buruh tani, dan lain-lain.

Stratum Macam Pekerjaan Banyaknya

1 Petani 15.000

2 Buruh Tani 10.000

3 Lain-lain 5.000

Jumlah 30.000

Dari stratum pertama kemudian diambil sebuah sampel random, dari statum

kedua juga diambil sebuah sampel random demikian juga pada stratum ke tiga.
Hasilnya kemudian digabungkan menjadi sebuah sampel yang diperlukan untuk

memperkirakan penghasilan rata-rata pertahun.

Apabila pengambilan banyak individu dari setiap stratum ditentukan

sebanding dengan ukuran-ukuran tiap stratum dan pengambilannya dilakukan secara

random, dinamakan (Proportional Random Sampling). Misalnya dari contoh tersebut

populasi sebanyak 30.000 akan diambil sebuah sampel berukuran 60. Anggota sampel

sebesar 60 ini adalah 1/5 % dari ukuran populasi. Maka dari stratum petani perlu

diambil secara random sebanyak 1/5% dari 15.000 atau 30 orang, dari stratum buruh

tani sebanyak 1/5% dari 10.000 atau 20 orang dan dari stratum lain-lain sebanyak

1/5% dan dari stratum laim-lain sebanyak 1/5 % dari sebanyak 1/5 % dari 5000 orang

atau 10 orang. Jumlah seluruhnya 60 orang, sebanyak sampel yang dikehendaki

(Djarwanto, 1985 : 86).

Misalnya kita menghendaki sebuah sampel berukuran 85 dari sebuah populasi

yang berukuran 850. Setelah setiap individu dari populasi itu diberi nomor urut 001

sampai dengan 850. Maka bagilah individu menjadi 85 kumpulan (sub-populasi)

dimana setiap kumpulanSub-populasi pertama berisi individu bernomor 001 sampai

dengan 010 sampai dengan 010, sub populasi kedua berisi individu dengan nomor

011 sampai dengan 020 dan seterusnya sampai sub populasi yang ke-85 berisi

individu dengan nomor 841 sampai dengan 850. Dari subpopulasi pertama kita

gunakan “tabel bilangan random” untuk mendapatkan sebuah anggota dari sampel

yang dikehendaki. Misalkan jatuh pada nomor 005, maka dari subpopulasi kedua
diambil individu dengan nomor 005 + 010 = 015, dari kumpulan ketiga individu

bernomor =015 + 010 = 025 dan seterusnya.

Jika dari subpopulasi pertama, individu yang diambil secara random jatuh

pada nomor 003, maka individu berikutnya perlu diselidiki untuk sampel itu adalah

yang bernomor 013, 023, 033….dan seterusnya.

3 Teknik sampling sistimatik (Systimatik random sampling)

Prosedur :

1) Diberikan nomor pengenal kepada individu populasi yang homogen secara

merata dan berurutan

2) Ditentukan proporsi sampel yang akan diambil, misalnya untuk populasi 100

dengan sampel sejumlah 10, berarti proporsinya 10/100 =1/10 atau 10%

3) Sampel yang pertama ditentukan satu di antara 10 nomor urut pertama secara

acak sederhana, misalnya nomor 5, maka sampel berikutnya adalah nomor 15,

25, 35, 45, 55, 65, 75, 85, 95

Metode “systematic sampling” dapat digunakan dalam keadaan (Teken, 1965 :

71)

1. Apabila nama atau identifikasi dari satuan-satuan individu dalam

populasi itu terdapat dalam suatu daftar, sehingga satuan-satuan

tersebut dapat diberi nomor urut.

2. Apabila populasi itu mempunyai pola beraturan, seperti blok-blok

dalam kota itu dapat diberi nomor urut, sedang rumah- rumah pada
suatu jalan biasanya sudah mempunyai nomor urut (Djarwanto,

dkk, 1985 : 116).

Keuntungannya :

a. Dapat dipilih apabila acak sederhana tidak mungkin untuk

dilaksanakan

b. Unit sampel dapat secara teratur penyebarannya dalam

populasi sehingga dapat lebih dapat mewakili populasi dibanding

dengan acak sederhana.

c. Pada kondisi-kondisi tertentu, rumus-rumus untuk

penghitungan parameter dan varians dari acak sederhana dapat

digunakan untuk acak sistimatik

Kekurangannya :

a. Kesalahan besar dapat terjadi karena kerangka sampling dibuat

berdasarkan siklus yang tertentu dengan sebagai jarak dari siklus

tersebut. Misalnya, melakukan recall 24 jam secara berulang untuk

hari tertentu dalam 1 minggu. Secara acak sistimatik dari angka 1

(Minggu) sampai 7 (Sabtu) terpilih angka 4 (Rabu), sehingga recall

dilakukan hanya untuk hari Rabu saja, sehingga tidak dapat

mewakili hari-hari dalam seminggu.

b. Mempunyai kesulitan di lapangan seperti juga pada acak

sederhana.
Misalnya kita menghendaki sebuah sampel berukuran 85 dari

sebuah populasi yang berukuran 850. Setelah setiap individu dari

populasi itu diberi nomor urut 001 sampai dengan 850. Maka

bagilah individu menjadi 85 kumpulan (sub-populasi) dimana

setiap kumpulanSub-populasi pertama berisi individu bernomor

001 sampai dengan 010, sub populasi kedua berisi individu

dengan nomor 011 sampai dengan 020 dan seterusnya sampai sub

populasi yang ke-85 berisi individu dengan nomor 841 sampai

dengan 850. Dari subpopulasi pertama kita gunakan “tabel

bilangan random” untuk mendapatkan sebuah anggota dari sampel

yang dikehendaki. Misalkan jatuh pada nomor 005, maka dari

subpopulasi kedua diambil individu dengan nomor 005 + 010 =

015, dari kumpulan ketiga individu bernomor =015 + 010 = 025

dan seterusnya (Djarwanto, dkk, 1985 : 226).

c. Jika dari subpopulasi pertama, individu yang diambil secara

random jatuh pada nomor 003, maka individu berikutnya perlu

diselidiki untuk sampel itu adalah yang bernomor 013, 023,

033….dan seterusnya.

Jenis-jenis metode pengambilan sampel berdasarkan stratifikasi

Misalkan kita bermaksud memperkirakan penghasilan rata-rata pertahun dari (N =

30.000) kepala keluarga yang bermukim di suatu wilayah pedesaan atau pertanian.

Perkiraan penghasilan rata-rata ini akan didasarkan pada sebuah sampel berukuran
(η = 60). Misalnya populasi itu dapat dibagi-bagi menjadi beberapa strata, yakni :

petani, buruh tani, dan lain-lain.

Stratum Macam Pekerjaan Banyaknya

1 Petani 15.000

2 Buruh Tani 10.000

3 Lain-lain 5.000

Jumlah 30.000

4. Pengambilan sampel acak secara bertahap (Multistage Random Sampling)

Cara ini merupakan salah satu model pengambilan sampel secara acak yang

pelaksanaannya dilakukan dengan membagi populasi menjadi beberapa fraksi

yang dihasilkan dibagi lagi menjadi fraksi-fraksi yang lebih kecil kemudian

diambil sampelnya. Pembagian menjadi fraksi ini dilakukan terus sampai pada

unit sampel yang diinginkan. Unit sampel pertama disebut Primary Sampling

Unit (PSU).

PSU dapat berupa fraksi besar atau fraksi kecil. Pengambilan sampel acak

setingkat ini biasanya digunakan bila kita ingin mengambil sampel dengan

jumlah yang tidak banyak pada populasi yang besar.

Pada pengambilan acak dengan PSU besar akan mempunyai keuntungan sebagai

berikut :

1. Varian yang relatif kecil untuk biaya setiap unit

2. Kontrol terhadap kesalahan tak sampling menjadi lebih baik


3. Penelitian ulang membutuhkan biaya yang relatif kecil

4. Kontrol terhadap liputan penelitian lebih mudah dilakukan

Pengambilan dengan PSU kecil mempunyai ketepatan yang lebih tinggi

dibandingan dengan PSU besar, karena populasi dibagi menjadi menjadi fraksi-

fraksi kecioll yang banyak jumlahnya hingga pengambilan sampel dapat

dilakukan secara merata pada seluruh populasi.

Kerugian

Pada PSU besar, penggambaran terhadap kurang baik, sedangkan dengan

PSU kecil hanya dapat dilakukan bila individu dalam populasi tersebar dan

transportasi mudah (Budiarto, eko : 2005 :21).

5. Cluster random sampling

Pengambilan sampel acak dengan kelompok dilakukan apabila kita akan

mengadakan suatu penelitian dngan mengambil kelompok unit dasar sebagai

sampel.

Cluster sampling dapat dilakukan denga membagi populasi menjadi

bebeapa blok sebagai cluster dan dilakukan pangambilan sampel kelompok

tersebut.

Misalnya kita akan mengadakan penelitian tentang status gizi anak Sekolah

Dasar di suatu kotaa maka diambil sampel sekolah sebagai unti sampel. Bila

seluruh murid SD sampel diteiliti status gizinya maka disebut one stage Simple

Cluster Sampling. Namun, bila diperoleh sampel sekolah dilakukan pengambilan

sampel lagi maka disebut Two Stage Simple Cluster Sampling.


Sampel yang diperlukan terdiri atas individu-individu (anggota) yang berada

dalam kelompok yang terpilih itu. Jika kelompok-kelompok tersebut merupakan

pembagian daerah-daerah geografis, maka cluster sampling ini disebut juga area

sampling (Djarwanto, 1985 : 87).

Misalkan kita ingin memilih sebuah sampel berukuran 100 kepala keluarga

dengan cara cluster sampling dari populasi dari poopulasi tentang perumahan

2.1.2 Metode pengambilan sampel non random sampling

1. Pengambilan sampel seadanya (accidental sampling)

Pengambilan sampel berdasarkan kebetulan bertemu. Sebagai contoh, dalam

menentukan sampel apabila dijumpai ada, maka sampel tersebut diambil dan

langsung dijadikan sebagai sampel utama (Hidayat, AA Aziz ‘Alimul, 82)

2. (quota sampling)

Menurut KBBI quota artinya jatah. Pengambilan sampel berdasarkan

pertimbangan)

Cara pengambilan sampel dengan jatah hampir sama dengan pengambilan sampel

seadanya, tetapi dengan kontrol yang lebih baik untuk mengurangi terjadinya bias.

Pelaksanaan pengambilan sampel dengan jatah sangat tergantung pada peneliti,

tetapi dengan kriteria dengan jumlah yang telah ditentukan sebelumunya.

Contoh tentang tingkat pendidikan masyarakat. Dalam hal ini telah ditentukan

jumlahnya, yaitu sebanyak 100 orang dengan kriteia 50 orang laki-laki dan 50

orang wanita yang berumur 20 sampai dengan 35 tahun, tetapi 50 orang laki-laki
dan 50 orang wanita mana yang akan diteliti tergantung sepenuhnya pada peneliti (

(Budiarto, eko, 2002 : 26).

3. Pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan (purposif sampling)

Adalah pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu sehingga

keterwakilannya ditentukan peneliti berdasarkan pertimbangan orang yang telah

berpengalaman berbagai pihak.

Cara ini lebih baik dari 2 cara sebelumnya karena berdasarkan pengalaman

berbagai pihak.

Sampel diambil berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu dari penyelidik.

Dalam kuota sampling, para pencaca diminta untuk wawancara dengan sejumlah

individu yang mempunyai karakteristik atau sifat-sifat tertentu (Jarwanto,dkk,

1985 :119). Misalnya untuk mengetahui pendapat umum tentang sesuatu hal yang

sedang diselidiki, sipeneliti dapat berwawancara dengan 18 orang keturunan Cina

yang mempunyai penyakit Diabetes Militus, 25 orang India yang tinggal di

Indonesia yang mempunyai penyakit ISPA, 76 orang Indonesia yang mempunyai

penyakit Diare.

Anda mungkin juga menyukai