PEMBAHASAN
Faktor risiko
+
Efek -
Populasi Sampel Dianalisis
Efek +
Faktor risiko
-
Efek -
Keterangan:
n = besar sampel
p = proporsi yang diinginkan. Apabila proporsi
sampel tidak diketahui, maka dapat diambil
proporsi terbesar yaitu p = 0,5
q = 1-p
𝑧𝛼2 = simpangan dari rata-rata distribusi normal standar
pada derajat kemaknaan α
𝑧𝛼2 = 1,64 untuk derajat kepercayaan 90%
𝑧𝛼2 = 1,96 untuk derajat kepercayaan 95%
𝑧𝛼2 = 2,58 untuk derajat kepercayaan 99%
L = kesalahan sampling yang masih dapat ditoleransi
(5% = 0,05)
Faktor Risiko +
Kontrol (Kelompok
Subjek dengan Efek -)
Faktor Risiko -
𝑏
𝑃2 =
𝑏+𝑑
𝑎/(𝑎+𝑐):𝑐/(𝑎+𝑐)
𝑂𝑅 = 𝑏/(𝑏+𝑑):𝑑/(𝑏+𝑑)
𝑎/𝑐
= 𝑏/𝑑
𝑎𝑑
= 𝑏𝑐
𝑃1 + 𝑃2
𝑃= 2
0,42+0,27
𝑃= = 0,35
2
3. Studi Kohort
Studi kohort adalah studi yang mempelajari hubungan antara faktor
risiko dan efek (penyakit atau masalah kesehatan) dengan memilih
kelompok studi berdasarkan perbedaan faktor risiko. Kemudian mengikuti
sepanjang suatu periode waktu tertentu untuk melihat berapa banyak subjek
dalam masing-masing kelompok mengalami efek (penyakit atau masalah
kesehatan). Pada awal penelitian, subjek harus bebas dari penyakit yang
diteliti. Faktor risiko diidentifikasi terlebih dahulu, kemudian subjek diikuti
sampai periode tertentu untuk melihat terjadinya efek atau penyakit yang
diteliti pada kelompok subjek dengan faktor risiko dan tanpa faktor risiko.
Hasil penelitian dianalisis dengan teknik tertentu sehingga dapat
disimpulkan apakah ada hubungan antara faktor risiko dengan kejadian
penyakit atau efek yang terjadi (Nugraheni, 2011).
Studi kohort merupakan metode epidemiologi yang dapat
digunakan untuk mengidentifikasi suatu populasi berdasarkan kriteria
tertentu, seperti usia atau paparan yang dialami individu, atau dapat dengan
menggunakan cara atau sifat suatu pengelompokkan individu lainnya
berdasarkan tujuan penelitian. Kelompok dari suatu populasi studi dapat
ditetapkan untuk mengkaji apakah setiap kelompok telah atau akan terkena
penyakit atau efek yang kita teliti. Pengamatan kohort dapat dilakukan
secara intermiten atau kontinu. Periode waktu follow up umumnya beberapa
tahun atau bahkan dasawarsa untuk memberi waktu yang cukup kepada
sebagian penyakit (terutama kanker) untuk memanifestasikan diri secara
klinis (Nugraheni, 2011).
Studi kohort dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kohort prospektif
dan retrospektif. Kohort prospektif merupakan studi kohort apabila faktor
risiko atau faktor penelitian diukur pada awal penelitian, kemudian
dilakukan follow up untuk melihat kejadian penyakit di masa akan datang.
Lamanya follow up dapat ditentukan berdasarkan lamanya waktu terjadinya
penyakit. Kejadian penyakit atau efek dapat ditentukan melalui wawancara
dengan anggota kohort, anggota keluarganya, hasil pemeriksaan
laboratorium atau memeriksa catatan medik responden. Sedangkan, kohort
retrospektif merupakan studi kohort apabila faktor risiko dan efek atau
penyakit sudah terjadi di masa lampau sebelum dimulainya penelitian.
Dengan demikian, variabel tersebut diukur melalui catatan historis
(Nugraheni, 2011). Prinsip studi kohort retrospektif tetap sama dengan
kohort prospektif, namun pada studi ini pengamatan dimulai saat efek sudah
terjadi. Hal yang penting diperhatikan dalam studi kohort adalah populasi
yang diamati tetap memenuhi syarat populasi kohort dan yang diamati
adalah faktor risiko masa lalu yang diperoleh melalui pencatatan data yang
lengkap. Dengan demikian, studi kohort retrospektif hanya dapat dilakukan
apabila data tentang faktor risiko tercatat dengan baik sejak terjadinya
paparan pada populasi yang sama hingga efek yang ditemukan pada awal
pengamatan. Skema studi kohort dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Efek +
Faktor risiko
Follow up
+
Efek -
Populasi
Populasi dengan efek Efek +
-
Faktor risiko
- Follow up
Efek -
Keterangan:
n = besar sampel minimal
𝑍1𝛼/2 = nilai Z pada derajat kepercayaan 1-α
Z = 1,64 untuk derajat kepercayaan 90%
Z = 1,96 untuk derajat kepercayaan 95%
Z = 2,58 untuk derajat kepercayaan 99%
𝑍1−𝛽 = nilai Z pada kekuatan uji (power) 1-β
Z = 1,28 untuk kekuatan uji 90%
Z = 1,64 untuk kekuatan uji 95%
Z = 2,33 untuk kekuatan uji 99%
P1 = proporsi yang terkena penyakit pada kelompok terpapar
P2 = proporsi yang terkena penyakit pada kelompok tidak
terpapar
𝑎/(𝑎 + 𝑏)
𝑅𝑅 =
𝑐/(𝑐 + 𝑑)
300/(310)
𝑅𝑅 = = 30
20/(620)
Hal ini berarti orang yang merokok akan mengalami kemungkinan
menderita kanker paru 30 kali lebih besar daripada orang yang tidak
merokok. Pada contoh di atas risiko atributnya adalah:
𝑎 𝑐
𝐴𝑅 = ( )− ( )
𝑎+𝑏 𝑐+𝑑
300 20
𝐴𝑅 = ( )− ( ) = 0,965 (965 ‰)
310 620
Hal ini berarti, dari 1000 orang yang merokok akan ditemukan 965
orang diantaranya menderita kanker paru karena merokok.