Anda di halaman 1dari 14

Penjelasan Tentang Hujan Darah India tersebut adalah sel hidup, maka para ilmuwan

mengajukan teori, partikel merah itu adalah darah. Menurut mereka, kemungkinan batu
meteor yang meledak di udara telah membantai sekelompok kelelawar di udara. Namun, teori
Hujan Darah ditolak karena tidak adanya bukti-bukti yang mendukung, umpama sayap
kelelawar yang jatuh ke bumi.

Dengan menghubungkan antara suara ledakan dan cahaya yang mendahului Hujan Darah di
India tersebut, Louis mengemukakan teori bahwa sel-sel merah tersebut adalah makhluk
ekstraterestrial (ET). Louis menyimpulkan, materi merah tersebut datang dari sebuah komet
yang memasuki atmosfer bumi dan meledak di atas langit India.

Sebuah studi yang dilakukan mahasiswa doktoral dari Universitas Queen, Irlandia, bernama
Patrick McCafferty, menemukan catatan sejarah yang menghubungkan hujan berwarna
dengan ledakan meteor. McCafferty menganalisis 80 laporan mengenai hujan berwarna, 20
laporan air berubah menjadi darah dan 68 contoh fenomena mirip seperti Hujan Darah hitam,
hujan susu, atau Hujan Darah madu yang turun dari langit. Sebanyak 36 persen dari contoh
tersebut ternyata terhubung dengan aktivitas meteor atau komet.

Peristiwa-peristiwa Hujan Darah terjadi mulai dari Romawi kuno, Irlandia, dan Inggris abad
pertengahan, hingga ke Kalifornia pada abad 19. Jadi, apakah hujan merah di Kerala berasal
dari luar bumi? Sebagian ilmuwan yang skeptis serta merta menolak teori ini.

Namun, sebagian ilmuwan lain yang belum menemukan jawabannya segera melirik kembali
ke sebuah teori usang yang diajukan ahli fisika Sir Fred Hoyle dan Dr Chandra
Wickramasinghe. Teori Hujan Darah mereka disebut Panspermia, yang menyatakan bahwa
kehidupan di bumi berasal dari luar angkasa.

Sampai kini belum ada jawaban pasti mengenai penyebab hujan merah ini. Jawaban yang ada
masih sebatas teori. Dan The Sky is Bleeding sepertinya bakal terus menjadi sebuah misteri.
Mungkin juga, kali ini di Simeulue Travel Jakarta Bandung yang warganya memiliki
kewaspadaan yang amat tinggi terhadap bahaya smong alias tsunami.

Analisa Hujan Darah di India


August 26, 2010

Michelle F. Kezia Facts, News, Strange Things 1 Comment

Hujan hewan dan darah. Ini adalah salah satu topik yang paling sering dibahas oleh para
blogger misteri. Namun fenomena ini menjadi lebih familiar di telinga kita akhir-akhir ini
karena siaran-siaran televisi mengkaitkannya dengan fenomena mistik (walaupun fenomena
yang disinggung sebenarnya telah berlangsung beberapa tahun yang lalu). Karena itu, tidak
ada salahnya kita kembali mereview fenomena ini dan melihat kaitannya dengan dunia sains.
Fenomena ini tidak terbatas pada jatuhnya hewan-hewan saja, melainkan juga materi-materi
organik lainnya seperti daging atau darah.

Walaupun baru dihebohkan akhir-akhir ini oleh beberapa siaran televisi, catatan mengenai
keberadaan fenomena ini sebenarnya telah berlangsung sejak ribuan tahun yang lalu.
Contohnya Pliny the elder, seorang sejarawan Romawi kuno yang hidup pada abad ke-1
Masehi, pernah menyebutkan mengenai adanya badai kodok dan ikan.

Jadi, fenomena ini jelas bukan sesuatu yang baru.

Lalu, apa yang menyebabkannya? apakah fenomena ini berkaitan dengan peristiwa mistik?
Jawabannya: tentu saja tidak.

Penyebab Fenomena
Pernahkah kalian menonton film berjudul Twister?

Setelah beberapa lama terbang di langit, ketika kekuatan tornado melemah, benda-benda
yang diterbangkannya akan terhempas kembali ke bumi. Dengan kata lain terjadi hujan
puing, pohon, truk dan tentu saja sapi.

Sama seperti apa yang digambarkan di film tersebut, fenomena hujan hewan kebanyakan
disebabkan oleh angin tornado, baik yang terbentuk di darat atau di perairan (waterspout).
Salah satu deskripsi yang meneguhkan kesimpulan ini dapat ditemukan pada cuplikan berita
yang dimuat di sebuah harian di Minneapolis, Amerika Serikat, pada Juli 1901:

“Ketika badai sedang bertiup dengan kencang-kencangnya, terlihat sebuah kumpulan besar
berwarna hijau seperti sedang turun dari langit, lalu terdengar suara rintik-rintik aneh. Ketika
badai reda, para penduduk menemukan berbagai jenis katak menutupi area seluas lebih dari
empat blok, bahkan di beberapa ruas jalan, jumlah katak sangat banyak sehingga jalan itu
tidak dapat dilewati.”

Dalam kondisi badai petir, sebuah tornado mini bisa terbentuk. Ketika tornado mini ini
bergerak melewati air dimana terdapat ikan atau kodok, angin ini akan mengangkat hewan-
hewan tersebut hingga sejauh beberapa mil. Cepat atau lambat, hewan-hewan tersebut akan
jatuh ke bumi. Dalam beberapa kasus, ada hewan yang masih hidup ketika jatuh ke bumi.
Dalam kasus lain, hewan-hewan tersebut sudah berada dalam kondisi mati atau membeku.

Selain karena tornado yang terbentuk di darat, Hujan hewan juga bisa disebabkan oleh
tornado yang terbentuk di perairan yang biasa disebut waterspout. Kolom udara ini
diperkirakan telah menghisap hewan-hewan yang ada di air dan membawanya terbang hingga
menjatuhkannya ke tempat lain yang berjarak cukup jauh. Ini bisa menjelaskan mengapa
dalam banyak kasus hujan hewan, hanya ditemukan hewan-hewan air tanpa adanya benda-
benda darat seperti rumput atau kayu.

Hujan hewan lainnya


Dari antara fenomena hujan hewan, hujan ikan adalah yang paling umum terjadi. Misalnya,
peristiwa hujan ikan di Singapura yang terjadi pada tahun 1861. Lalu di Rhode Island pada
tahun 1900 atau di India pada tahun 2009.

Yang menarik adalah, fenomena hujan ikan yang terjadi setiap tahun antara bulan Mei dan
Juli di Honduras dan telah berlangsung selama lebih dari 100 tahun. Sebelum hujan ikan
terjadi, memang para penduduk selalu melaporkan adanya badai petir yang mendahului.
Selain ikan, hewan lainpun tidak luput dari cengkeraman sang tornado.

Pada tahun 1894, di kota Bath, Inggris, terjadi hujan ubur-ubur.

Pada tanggal 6 April 2007, terjadi hujan laba-laba di propinsi Salta, Argentina.

Pada tanggal 11 Juli 2007, terjadi hujan cacing di Louisiana, Amerika Serikat. Cacing-cacing
ini dipercaya terbawa semburan angin dari Lacassine Bayou yang jaraknya 5 mil dari lokasi
peristiwa.
Pada Juni 2009, terjadi hujan ikan dan kecebong di perfektur Ishikawa, Jepang. peristiwa
Ishikawa ini adalah peristiwa yang paling banyak diberitakan oleh televisi Indonesia akhir-
akhir ini.

Lalu, pada tanggal 11 Maret 2010, saya memposting mengenai peristiwa jatuhnya lebih dari
100 ekor burung jalak di Somerset, Inggris, yang dilaporkan oleh seorang perempuan
bernama Julie Knight. Walaupun peristiwa ini belum tentu disebabkan oleh angin, tetapi
peristiwa inipun bisa disebut sebagai “hujan burung”.

Hujan Materi Organik


Sama dengan fenomena hujan hewan, masih ada bagian-bagian dari fenomena hujan organik
yang belum dapat dipahami sepenuhnya oleh para peneliti.

Salah satu peristiwa yang berhubungan dengan hujan materi organik adalah peristiwa hujan
daging segar yang terjadi pada tanggal 9 Maret 1876 di Olympia Springs, Amerika Serikat.
Menurut saksi mata bernama Allen Crouch, potongan-potongan daging kecil berjatuhan dari
langit di halaman rumahnya seperti butiran salju. Dua pria yang meneliti gumpalan daging itu
menyimpulkan kalau daging itu kemungkinan adalah daging menjangan atau domba.
Sebagian orang menduga kalau daging itu berasal dari domba-domba yang tercincang ketika
terbawa angin.

Hujan darah Kerala

Pada tanggal 13 Mei 2009, saya pernah memposting mengenai topik ini secara ringkas.
Namun, pada tulisan tersebut saya memang belum menyampaikan hasil kesimpulan resmi
para peneliti. Karena itu saya akan sedikit membahasnya kembali.

Pertama kita harus tahu kalau istilah “hujan darah” tidak berarti benar-benar terjadi hujan
darah hewan atau manusia. istilah “darah” hanya digunakan untuk merujuk kepada materi air
yang berwarna merah. Walaupun langka, namun peristiwa “hujan darah” bukan sesuatu yang
asing dalam dunia sains. Contohnya, peristiwa serupa juga pernah terjadi di Columbia pada
tahun 2008.

Beberapa peneliti telah mengajukan teori mengenai hujan merah Kerala. Salah satunya adalah
teori yang mengatakan kalau materi merah yang bercampur dengan air hujan itu adalah darah
sejumlah besar kelelawar yang terbunuh ketika melewati badai.
Sebagian lain percaya kalau warna merah itu adalah pasir gurun yang terbawa angin dan jatuh
bersamaan dengan hujan.

Lalu, ada lagi teori yang menyebutkan kalau partikel merah itu sebenarnya adalah debu
meteor. Pada kasus “Hujan darah” yang terjadi di Sisilia pada tahun 1872, peneliti berhasil
menemukan adanya kandungan besi merah yang membuat mereka mengambil kesimpulan
kalau partikel merah itu diakibatkan oleh debu meteor.

Sebagian lagi percaya kalau warna merah itu mungkin disebabkan oleh sejenis bakteri karena
peristiwa serupa (walaupun bukan berupa hujan) pernah terlihat di Antartika dimana saljunya
mengeluarkan cairan merah seperti darah. Saya pernah memposting mengenai ini pada
tanggal 14 Mei 2010.

Namun, mengenai hujan darah Kerala sendiri, pemerintah India bersama Centre for earth
Science Studies telah mengeluarkan pernyataan resmi kalau penyebab warna merah tersebut
adalah spora sejenis alga yang termasuk ke dalam genus Trentepohlia. Alga jenis ini memang
banyak terdapat di wilayah Kerala.

Penemuan ini didukung oleh Seffield University yang bersama dengan Dr.Chandra
Wickramasinghe telah lama mempelajari spora stratosferik secara mendalam.
Dr.Wickramasinghe mengatakan kalau partikel merah pada hujan Kerala mirip seperti jamur
karat dan ia juga menegaskan tidak adanya darah pada hujan tersebut.

Namun, walaupun penyebab warna merah pada air hujan telah diketahui, para peneliti masih
belum bisa memastikan bagaimana spora itu bisa menyebar dalam jumlah besar. Tetapi
paling tidak, kita tahu kalau peristiwa ini sama sekali tidak berhubungan dengan sesuatu yang
mistik.

Peristiwa Nelayan Jepang dan Sapi Langit


Sebelum saya akhiri tulisan ini, saya ingin menceritakan sebuah kisah untuk kalian para
pembaca. Kisah ini mengenai seekor sapi yang jatuh dari langit.

Pada tahun 1997, Tim penyelamat Jepang berhasil menyelamatkan sejumlah nelayan yang
telah berpegangan di puing-puing kapal mereka di laut lepas selama beberapa jam.

Yang menarik adalah, pengakuan mereka mengenai penyebab tenggelamnya kapal mereka.

Menurut nelayan-nelayan itu, seekor sapi telah jatuh dari langit, menimpa kapal mereka dan
menyebabkannya tenggelam. Pihak berwenang yang mendengar pengakuan ini mengira
mereka sedang bercanda dan segera menjadi gusar. Lalu, para nelayan yang malang itu
segera dimasukkan ke dalam penjara.

Tidak lama kemudian, angkatan udara Rusia menginformasikan kepada pihak otoritas Jepang
kalau salah satu kru mereka telah mencuri seekor sapi untuk dipotong. Sapi itu kemudian
dimasukkan ke dalam pesawat dan dibawa terbang. Ketika pesawat sedang mengudara, sapi
itu menjadi marah dan mulai mengacaukan situasi, mungkin karena panik atau mabuk udara.

Untuk menyelamatkan pesawat yang sedang terbang, para kru memutuskan untuk melempar
sapi itu keluar.

Dan akhirnya, kita mendapatkan sebuah kapal penangkap ikan yang tenggelam dan para
nelayannya yang berjuang memegang puing-puing kapal sambil berusaha merenungkan
peristiwa yang baru saja menimpa mereka.
Artikel ke dua :

Penjelasan Tentang Hujan Darah India tersebut adalah sel hidup, maka para ilmuwan
mengajukan teori, partikel merah itu adalah darah. Menurut mereka, kemungkinan batu
meteor yang meledak di udara telah membantai sekelompok kelelawar di udara. Namun, teori
Hujan Darah ditolak karena tidak adanya bukti-bukti yang mendukung, umpama sayap
kelelawar yang jatuh ke bumi.

Dengan menghubungkan antara suara ledakan dan cahaya yang mendahului Hujan Darah di
India tersebut, Louis mengemukakan teori bahwa sel-sel merah tersebut adalah makhluk
ekstraterestrial (ET). Louis menyimpulkan, materi merah tersebut datang dari sebuah komet
yang memasuki atmosfer bumi dan meledak di atas langit India.

Sebuah studi yang dilakukan mahasiswa doktoral dari Universitas Queen, Irlandia, bernama
Patrick McCafferty, menemukan catatan sejarah yang menghubungkan hujan berwarna
dengan ledakan meteor. McCafferty menganalisis 80 laporan mengenai hujan berwarna, 20
laporan air berubah menjadi darah dan 68 contoh fenomena mirip seperti Hujan Darah hitam,
hujan susu, atau Hujan Darah maduyang turun dari langit. Sebanyak 36 persen dari contoh
tersebut ternyata terhubung dengan aktivitas meteor atau komet.

Peristiwa-peristiwa Hujan Darah terjadi mulai dari Romawi kuno, Irlandia, dan Inggris abad
pertengahan, hingga ke Kalifornia pada abad 19. Jadi, apakah hujan merah di Kerala
berasaldari luar bumi? Sebagian ilmuwan yang skeptis serta merta menolak teori ini.

Namun, sebagian ilmuwan lain yang belum menemukan jawabannya segera melirik kembali
ke sebuah teori usang yang diajukan ahli fisika Sir Fred Hoyle dan Dr Chandra
Wickramasinghe. Teori Hujan Darah mereka disebut Panspermia, yang menyatakan bahwa
kehidupan di bumi berasal dari luar angkasa.

Sampai kini belum ada jawaban pasti mengenai penyebab hujan merah ini. Jawaban yang ada
masih sebatas teori. Dan The Sky is Bleeding sepertinya bakal terus menjadi sebuah misteri.
Mungkin juga, kali ini di Simeulue Travel Jakarta Bandung yang warganya memiliki
kewaspadaan yang amat tinggi terhadap bahaya smong alias tsunami.

sumber : www.kaskus.us

Hujan Darah di India

Video Hujan Darah di India – Sudah pada melihat kejadian aneh tentang
adanya Video Hujan Darah di India youtube, nah jika belum melihat peristiwa hujan darah
silakan masuk. Hujan Darah di India lebih dipersempit lagi ada di kota Kerala India, adalah
sebuah fenomena alam yang sewajarnya jika menurut beberapa sumber. Tetapi karena telah
masuk kedalam berita Nasional dan ditayangkan oleh stasiun mivo tv Nasional sudah pasti
akan menjadi sebuah opini publik.

Berikut sekilas penjelasan tentang Hujan Darah di India, Lebih 500.000 meter kubik air
hujan berwarna merah membasahi ke bumi. Pada awalnya para ilmuwan hanya mengira air
hujan berwarna merah itu dikarenakan polusi oleh pasir gurun, tetapi para Ilmuwan
menemukan sesuatu yang mengejutkan, unsur merah darah di dalam air hujan tersebut adalah
kumpulan berjuta sel hidup, sel yang bukan berasal dari bumi tapinya!
Hujan Darah yang pertama jatuh di distrik Kottayam dan Idukki di wilayah selatan India.
Tidak hanya hujan berwarna merah, sebelumnya tepat 10 hari pertama dilaporkan adanya
turun hujan berwarna kuning, hijau lalu pernah hujan berwarna hitam. Setelah 10 hari berulah
intensitas curah hujan aneh tersebut mereda hingga September.

Contoh air hujan darah tersebut langsung dibawa untuk diteliti oleh pemerintah India dan
ilmuwan setempat. Salah satu ilmuwan independen India yang melakukan penelitian yang
bernama Godfrey Louis dan Santosh Kumara dari Universitas Mahatma Gandhi. Mereka
telah mengumpulkan lebih dari 120 laporan dari para penduduk India setempat dan
mengumpulkan contoh air hujan darah dari wilayah sepanjang 100 km. Sungguh merupakan
kejadian aneh bukan, seperti adanya gosip Video Malaikat yang juga sempat menghebohkan
kita semu

Misteri Hujan Berwarna di Kerala


radhite

Uncategorized

46077 views

Tidak ada yang mengerti apa yang sedang terjadi, Pada saat itu,
25 Juli 2001, hujan lebat dengan air berwarna merah menghujani negara bagian Kerala di
India. Hujan itu berlangsung hingga September 2001.

Lebih dari 500.000 meter kubik air hujan berwarna merah tercurah ke bumi. Pada mulanya
ilmuwan mengira air hujan yang berwarna merah itu disebabkan oleh pasir gurun, namun
para Ilmuwan menemukan sesuatu yang mengejutkan, unsur merah di dalam air tersebut
adalah sel hidup, sel yang bukan berasal dari bumi !

Hujan yang pertama jatuh di distrik Kottayam dan Idukki di wilayah selatan India. Bukan
hanya hujan berwarna merah, 10 hari pertama dilaporkan turunnya hujan berwarna kuning,
hijau dan bahkan hitam. Setelah 10 hari, intensitas curah hujan mereda hingga September.

Hujan tersebut turun hanya pada wilayah yang terbatas dan biasanya hanya berlangsung
sekitar 20 menit per hujan. Para penduduk lokal menemukan baju-baju yang dijemur berubah
warna menjadi merah seperti darah. Penduduk lokal juga melaporkan adanya bunyi ledakan
dan cahaya terang yang mendahului turunnya hujan yang dipercaya sebagai ledakan meteor.
Contoh air hujan tersebut segera dibawa untuk diteliti oleh pemerintah India dan ilmuwan.
Salah satu ilmuwan independen yang menelitinya adalah Godfrey Louis dan Santosh Kumara
dari Universitas Mahatma Gandhi.

Mereka mengumpulkan lebih dari 120 laporan dari penduduk setempat dan mengumpulkan
sampel air hujan merah dari wilayah sepanjang 100 km. Pertama kali mereka mengira bahwa
partikel merah di dalam air adalah partikel pasir yang terbawa dari gurun Arab.

Hal ini pernah terjadi pada Juli 1968 dimana pasir dari gurun sahara terbawa angin hingga
menyebabkan hujan merah di Inggris. Namun mereka menemukan bahwa unsur merah di
dalam air tersebut bukanlah butiran pasir, melainkan sel-sel yang hidup.

Komposisi sel tersebut terdiri dari 50% Karbon, 45% Oksigen dan 5% unsur lain seperti besi
dan sodium, konsisten dengan komponen sel biologi lainnya, dan sel itu juga membelah diri.
Sel itu memiliki diameter antara 3-10 mikrometer dengan dinding sel yang tebal dan
memiliki variasi nanostruktur didalam membrannya.

Namun tidak ada nukleus yang dapat diidentifikasi. Setiap meter kubik sampel yang diambil,
terdapat 100 gram unsur merah. Jadi apabila dijumlah, maka dari Juli hingga September
terdapat 50 ton partikel merah yang tercurah ke Bumi.

Di Universitas Sheffield, Inggris, seorang ahli mikrobiologis bernama Milton Wainwright


mengkonfirmasi bahwa bahwa unsur merah tersebut adalah sel hidup. Hal ini dinyatakan
karena Wainwright berhasil menemukan adanya DNA dari unsur sel tersebut walaupun ia
belum berhasil mengekstraknya.

Karena partikel merah tersebut adalah sel hidup, maka para ilmuwan mengajukan teori bahwa
partikel merah itu adalah darah. Menurut mereka, kemungkinan batu meteor yang meledak di
udara telah membantai sekelompok kelelawar di udara. Namun teori ini ditolak karena tidak
adanya bukti-bukti yang mendukung seperti sayap kelelawar yang jatuh ke bumi.

Dengan menghubungkan antara suara ledakan dan cahaya yang mendahului hujan tersebut,
Louis mengemukakan teori bahwa sel-sel merah tersebut adalah makhluk ekstra terestrial.
Louis menyimpulkan bahwa materi merah tersebut datang dari sebuah komet yang memasuki
atmosfer bumi dan meledak di atas langit India.

Sebuah studi yang dilakukan oleh mahasiswa doktoral dari Universitas Queen, Irlandia yang
bernama Patrick McCafferty menemukan catatan sejarah yang menghubungkan hujan
berwarna dengan ledakan meteor.

McCafferty menganalisa 80 laporan mengenai hujan berwarna, 20 laporan air berubah


menjadi darah dan 68 contoh fenomena mirip seperti hujan hitam, hujan susu atau madu yang
turun dari langit.

36 persen dari contoh tersebut ternyata terhubung dengan aktivitas meteor atau komet.
Peristiwa-peristiwa tersebut terjadi mulai dari Romawi kuno, Irlandia dan Inggris abad
pertengahan dan bahkan Kalifornia abad ke-19.

McCafferty mengatakan, "kelihatannya ada hubungan yang kuat antara laporan hujan
berwarna dengan aktivitas meteor, Hujan merah Kerala cocok dengan pola-pola tersebut dan
tidak dapat diabaikan begitu saja."

Jadi, apakah hujan merah di Kerala berasal dari luar bumi ? Sebagian ilmuwan yang skeptis
serta merta menolak teori ini. Namun sebagian ilmuwan lain yang belum menemukan
jawabannya segera melirik kembali ke sebuah teori usang yang diajukan oleh ahli fisika Sir
Fred Hoyle dan Dr Chandra Wickramasinghe, teori yang disebut Panspermia, yaitu sebuah
teori yang menyatakan bahwa kehidupan di bumi ini berasal dari luar angkasa.

Menurut kedua ilmuwan tersebut pada mulanya di luar angkasa terdapat awan gas antar
bintang yang mengandung bakteri. Ketika awan itu mengerut karena gravitasi untuk
membentuk sistem bintang, bakteri yang ada di dalamnya tetap bertahan hidup di dalam
komet.

Ketika komet itu terkena sinar matahari, panas matahari mencairkan permukaan es pada
komet, bakteri-bakteri tersebut lolos dan tersapu ke planet-planet terdekat. Teori ini juga
didasarkan pada argumen Charles darwin bahwa sesungguhnya bakteri memiliki karakteristis
"luar bumi".

Mungkinkah mereka benar ?

Video hujan darah di India. Orang India menyangka bahwa warna merah darah pada hujan
ini karena pasir gurun Arab yang terbawa dan tercampur air. Seperti kejadian pada tahun
1968 dimana partikel gurun pasir Arab bercampur dengan air hujan dan menyebabkan hujan
serupa di Inggris saat itu.

Namun hujan darah di Kerala India sangat berbeda karena warna merah yang awalnya di
dikira percampuran pasir dan air, ternyata merupakan sel hidup, sehingga muncul anggapan
bahwa sel tersebut adalah sel alien.

Dan sel ini mempunyai komposisi 45% oksigen, 50% karbon dan selebihnya yakni 5% lagi
ialah unsur lain seperti sodium dan besi.
Tidak hanya itu, sel ini juga mampu membelah diri seperti amuba. Dan berdiameter umum
antara 3 hingga 10 mikrometer yang di perkuat dengen ketebalan dinding sel.

Sempat muncul teori bahwa darah yang tercampur dengan air hujan merupakan darah
kelelawar yang terkena ledakan meteor. Namun teori tersebut di bantah, karena tidak
ditemukan adanya bangkai kelelawar, atau indikasi yang mendukung teori itu.

Para ilmuwan silang pendapat mengenai masalah ini, sebagian lain menganggap hujan darah
India adalah pasir Arab yang tercampur air hujan dan ada yang bilang darah kelelawar.
Namun pendapat tersebut dibantah oleh ilmuwan yang meyakini bahwa hujan tersebut
mengandung sel hidup, salah satunya ialah ahli mikrobiologis Milton Wainwright dari
Universitas Sheffield, Inggris.

Wainwright menemukan bahwa unsur merah yang ada pada hujan ini adalah murni sel hidup.
Karena ia menemukan keberadaan DNA dari sel tersebut, meskipun ia belum berhasil
memecahkannya.

Bagi yang belum menyaksikan video hujan darah di India tepatnya di Kerala ini dia
videonya:

Kejadian ini mempopulerkan kembali teori Panspermia, yakni teori yang meyakini bahwa
kehidupan di bumi kita ini asalnya dari luar angkasa, dan Panspermia cenderung mendukung
teori dasar Charles Darwin bahwa bakteri yang hidup di bumi mempunyai karakteristik luar
bumi.

Hujan Darah Di India. Video Hujan Darah di India beserta Foto Hujan darah di india.
Berbagai fenomena aneh dan beragam yang terjadi di berbagai belahan dunia saat ini
memang sangat / kurang bisa dimengerti dengan akal pikiran. Walaupun itu tidak semuanya.
Fenomena kali ini mengenai kejadian Hujan Darah (ada juga yang menyebut Hujan Alien)
dimana, hujan yang pada umumnya berisi Air bening, tapi di Negara Bagian Kerala di India
mengalami hujan yang aneh yaitu mengeluarkan / meneteskan Air berwarna merah
(menyerupai darah).

Hujan Darah yang terjadi Di daerah India tersebut, tepatnya di Negara Bagian Kerala
sudah terjadi sejak sekitar 25 Juli 2001 hingga september 2001. Hmm, lumayan lama juga
yah hujan darah tersebut melanda daerah kerala di india. . Lebih dari 500.000 meter kubik
air hujan yang aneh yaitu air hujan yang berwarna merah menetes ke bumi. Awalnya
ilmuwan mengira air hujan yang berwarna merah tersebut disebabkan oleh pasir gurun,
namun para Ilmuwan menemukan sesuatu yang mengejutkan, unsur merah di dalam air
tersebut adalah sel hidup, sel yang bukan berasal dari bumi ! (Jadi kira-kira itu apaan ya?)

Hujan Darah Di India


Hujan darah yang pertama jatuh di distrik Kottayam dan Idukki di wilayah selatan India.
Bukan hanya hujan berwarna merah, 10 hari pertama dilaporkan turunnya hujan
berwarna kuning, hijau dan bahkan hitam. Setelah 10 hari, intensitas curah hujan mereda
hingga September. Hujan tersebut turun hanya pada wilayah yang terbatas dan biasanya
hanya berlangsung sekitar 20 menit per hujan. Para penduduk lokal menemukan baju-baju
yang dijemur berubah warna menjadi merah seperti darah. Penduduk lokal juga melaporkan
adanya bunyi ledakan dan cahaya terang yang mendahului turunnya hujan yang dipercaya
sebagai ledakan meteor.

Contoh air hujan darah tersebut segera dibawa untuk diteliti oleh pemerintah India dan
ilmuwan. Salah satu ilmuwan independen yang menelitinya adalah Godfrey Louis dan
Santosh Kumara dari Universitas Mahatma Gandhi. Mereka mengumpulkan lebih dari 120
laporan dari penduduk setempat dan mengumpulkan sampel air hujan merah dari wilayah
sepanjang 100 km. Pertama kali mereka mengira bahwa partikel merah di dalam air adalah
partikel pasir yang terbawa dari gurun Arab. Hal ini pernah terjadi pada Juli 1968 dimana
pasir dari gurun sahara terbawa angin hingga menyebabkan hujan merah di Inggris. Namun
mereka menemukan bahwa unsur merah di dalam air tersebut bukanlah butiran pasir,
melainkan sel-sel yang hidup.

Komposisi sel tersebut terdiri dari 50% Karbon, 45% Oksigen dan 5% unsur lain seperti besi
dan sodium, konsisten dengan komponen sel biologi lainnya, dan sel itu juga membelah diri.
Sel itu memiliki diameter antara 3-10 mikrometer dengan dinding sel yang tebal dan
memiliki variasi nanostruktur didalam membrannya. Namun tidak ada nukleus yang dapat
diidentifikasi. Setiap meter kubik sampel yang diambil, terdapat 100 gram unsur merah. Jadi
apabila dijumlah, maka dari Juli hingga September terdapat 50 ton partikel merah yang
tercurah ke Bumi.

Di Universitas Sheffield, Inggris, seorang ahli mikrobiologis bernama Milton Wainwright


mengkonfirmasi bahwa bahwa unsur merah tersebut adalah sel hidup. Hal ini dinyatakan
karena Wainwright berhasil menemukan adanya DNA dari unsur sel tersebut walaupun ia
belum berhasil mengekstraknya.

Karena partikel merah tersebut adalah sel hidup, maka para ilmuwan mengajukan teori bahwa
partikel merah itu adalah darah. Menurut mereka, kemungkinan batu meteor yang meledak di
udara telah membantai sekelompok kelelawar di udara. Namun teori ini ditolak karena tidak
adanya bukti-bukti yang mendukung seperti sayap kelelawar yang jatuh ke bumi.

Dengan menghubungkan antara suara ledakan dan cahaya yang mendahului hujan darah
tersebut, Louis mengemukakan teori bahwa sel-sel merah tersebut adalah makhluk ekstra
terestrial. Louis menyimpulkan bahwa materi merah tersebut datang dari sebuah komet yang
memasuki atmosfer bumi dan meledak di atas langit India.

Sebuah studi yang dilakukan oleh mahasiswa doktoral dari Universitas Queen, Irlandia yang
bernama Patrick McCafferty menemukan catatan sejarah yang menghubungkan hujan
berwarna dengan ledakan meteor. McCafferty menganalisa 80 laporan mengenai hujan
berwarna, 20 laporan air berubah menjadi darah dan 68 contoh fenomena mirip seperti hujan
hitam, hujan susu atau madu yang turun dari langit. 36 persen dari contoh tersebut ternyata
terhubung dengan aktivitas meteor atau komet. Peristiwa-peristiwa tersebut terjadi mulai dari
Romawi kuno, Irlandia dan Inggris abad pertengahan dan bahkan Kalifornia abad ke-19.
McCafferty mengatakan, “kelihatannya ada hubungan yang kuat antara laporan hujan
berwarna dengan aktivitas meteor, Hujan merah Kerala cocok dengan pola-pola tersebut dan
tidak dapat diabaikan begitu saja.”

Jadi, apakah hujan merah di Kerala berasal dari luar bumi ? Sebagian ilmuwan yang skeptis
serta merta menolak teori ini. Namun sebagian ilmuwan lain yang belum menemukan
jawabannya segera melirik kembali ke sebuah teori usang yang diajukan oleh ahli fisika Sir
Fred Hoyle dan Dr Chandra Wickramasinghe, teori yang disebut Panspermia, yaitu sebuah
teori yang menyatakan bahwa kehidupan di bumi ini berasal dari luar angkasa.

Menurut kedua ilmuwan tersebut pada mulanya di luar angkasa terdapat awan gas antar
bintang yang mengandung bakteri. Ketika awan itu mengerut karena gravitasi untuk
membentuk sistem bintang, bakteri yang ada di dalamnya tetap bertahan hidup di dalam
komet. Ketika komet itu terkena sinar matahari, panas matahari mencairkan permukaan es
pada komet, bakteri-bakteri tersebut lolos dan tersapu ke planet-planet terdekat. Teori ini juga
didasarkan pada argumen Charles darwin bahwa sesungguhnya bakteri memiliki karakteristis
“luar bumi”.

Foto foto mengenai Hujan Darah di India:

Foto Hujan Darah di India


foto hujan darah di India

Anda mungkin juga menyukai