Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM

OLEH:
KELOMPOK 2

WILDA (001604332022)
AZISAH FADHILAH (002504332022)
SITI REZIYAH KAMELIA PRATIWI (004804332022)
FADIAH AL WAFI IBRAHIM (000104332022)

MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2022/2023

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
karuniaNya kami dapat menyelesaikan Pandangan islam tentang kepemimpinan”. Tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan kepada pembaca di bidang
agama Islam, khususnya dalam peran manusia sebagai khalifah di muka bumi. Di samping
itu, makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Syariah dan
kepemimpinan

Manusia, sebagai makhluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna harus sadar
akan keberadaan dirinya, tidak takut untuk mengubah kehidupannya untuk menjadi lebih
baik, dan tidak berhenti untuk terus menimba ilmu dalam kehidupan guna keluar dari
kebodohan imannya dan menuju peningkatan nilai dan kecerdasan takwa dirinya kepada
Sang Maha Pencipta.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan ini. Dengan segala
kerendahan hati penulis mengharap kritik dan saran.

Tak ada gading yang tak retak, kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT semata.
Semoga makalah ini menjadi pelita bagi individu yang ingin mengembangkan kepribadian
dirinya. Amin.

01 April 2023

ii
Kelompok 4

DAFTAR ISI

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup,
manusia selalau berinteraksi dengan sesama serta dengan lingkungan. Manusia hidup
berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil. Hidup
dalam kelompok tentulah tidak mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan yang
harmonis anggota kelompok haruslah saling menghormati dan menghargai.
Keteraturan hidup perlu selalu dijaga. Hidup yang teratur adalah impian setiap insan.
Menciptakan dan menjaga kehidupan yang harmonis adalah tugas manusia.
Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi dibanding makhluk Tuhan
lainnya. Manusia dianugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk memilah
dan memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Dengan kelebihan itulah manusia
seharusnya mampu mengelola lingkungan dengan baik. Allah SWT menjadikan
manusia sebagai khalifah di muka bumi hanya untuk menyembah dan beribadah
kepadaNya. Mengerjakan segala perintahNya, mulai dari shalat, puasa, zakat, dan
segala hal yang mendatangkan kemaslahatan bagi diri manusia itu sendiri dan
menjauhi laranganNya agar dapat mencegah kerusakan di muka bumi.
Tidak hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan baik, kehidupan sosial
manusiapun perlu dikelola dengan baik. Untuk itulah dibutuhkan sumber daya
manusia yang berkualitas. Sumber daya yang berjiwa pemimpin, paling tidak untuk
memimpin dirinya sendiri.
Dengan berjiwa pemimpin, manusia akan dapat mengelola diri, kelompok dan
lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relative
pelik dan sulit. Di sinilah dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil
keputusan agar masalah dapat terselesaikan dengan baik.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana pandangan kepemimpinan dalam islam
C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui bagaimana pandangan kepemimpinan dalam islam

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Kepemimpinan
Dalam kehidupan sehari – hari, baik di lingkungan keluarga, organisasi,
perusahaan sampai dengan pemerintahan sering kita dengar sebutan pemimpin,
kepemimpinan serta kekuasaan. Ketiga kata tersebut memang memiliki hubungan
yang berkaitan satu dengan lainnya. Pemimpin adalah orang yang mendapat amanah
serta memiliki sifat, sikap, dan gaya yang baik untuk mengurus atau mengatur orang
lain.
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi
orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi
proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku
pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan
budayanya. Sedangkan kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang
lain untuk mau melakukan apa yang diinginkan pihak lainnya. Kepemimpinan adalah
seni untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang – orang sedemikian rupa untuk
memperoleh kepatuhan, kepercayaan, respek, dan kerjasama secara royal untuk
menyelesaikan tugas – Field Manual (22-100).
Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau
melakukan apa yang diinginkan pihak lainnya. Ketiga kata yaitu pemimpin,
kepemimpinan serta kekuasaan yang dijelaskan sebelumnya tersebut memiliki
keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya
berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil
hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau
pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat –
sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang
mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang
akan diterapkan.
B. Kriteria Pemimpin

Adapun kriteria pemimpin itu sendiri, yakni:

a. Pemimpin yang mukmin.


b. Tegas dalam menjalankan perintah Tuhan.

2
c. Takut kepada Allah swt sewaktu mengurusi orang-orang yang dipimpinnya.
d. Tidak menzalimi siapapun.
e. Tidak memerkosa hak-hak orang lain.
f. Menegakkan dan bukan melecehkan hudud Allah swt.
g. Membahagiakan rakyatnya dengan mengharap rida Allah swt.
h. Orang kuat di sisinya menjadi lemah sehingga si lemah dapat mengambil kembali
haknya yang direbut si kuat.
i. Orang lemah di sisinya menjadi kuat sehingga haknya dapat terlindungi.
j. Menampakkan kepatuhan kepada Allah swt dalam menetapkan kebijakan yang
berhubungan dengan hajat hidup orang banyak sehingga dirinya dan orang-orang
yang dipimpinnya merasa bahagia.
k. Semua orang hidup aman dan tenteram.
l. Sangat mencintai manusia, begitu pula sebaliknya.
m. Selalu mendoakan manusia, begitu pula sebaliknya. Kriteria di atas menjadi
indikator bagi pemimpin yang terbaik dan termulia di sisi Allah swt dan manusia.
C. Ciri-ciri pemimpin dalam islam
Adapun ciri-ciri pemimpin menurut islam adalah sebagai berikut :
1. Niat Yang Tulus
Apabila menerima suatu tanggung jawab, hendaklah didahului dengan niat sesuai
dengan apa yang telah Allah perintahkan. Iringi hal itu dgn mengharapkan
keredhaan-Nya sahaja. Kepemimpinan atau jabatan adalah tanggung jawab dan
beban, bukan kesempatan dan kemuliaan.
2. Laki-laki
Wanita sebaiknya tidak memegang tampuk kepemimpinan. Rasulullah
Shalallahu’alaihi wa sallam bersabda,”Tidak akan beruntung kaum yang
dipimpim oleh seorang wanita (Riwayat Bukhari dari Abu Bakarah
Radhiyallahu’anhu).
3. Tidak memimta jabatan
Rasullullah bersabda kepada Abdurrahman bin Samurah
Radhiyallahu’anhu,”Wahai Abdul Rahman bin samurah! Janganlah kamu
meminta untuk menjadi pemimpin. Sesungguhnya jika kepemimpinan diberikan
kepada kamu karena permintaan, maka kamu akan memikul tanggung jawab
sendirian, dan jika kepemimpinan itu diberikan kepada kamu bukan karena

3
permintaan, maka kamu akan dibantu untuk menanggungnya.” (Riwayat Bukhari
dan Muslim).

4. Berpegang Dan Konsisten Pada Hukum Allah


Ini salah satu kewajiban utama seorang pemimpin. Allah berfirman,

”Dan hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka menurut apa yang
diturunkan Allah, dan jaganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka.” (al-
Maaidah:49).
Jika ia meninggalkan hukum Allah, maka seharusnya dilucutkan dari jabatannya.
5. Memutuskan perkara dengan adil
Rasulullah bersabda,”Tidaklah seorang pemimpin mempunyai perkara kecuali ia
akan datang dengannya pada hari kiamat dengan keadaan terikat, entah ia akan
diselamatkan oleh keadilan, atau akan dijerusmuskan oleh kezalimannya.”
(Riwayat Baihaqi dari Abu Hurairah dalam kitab Al-Kabir).
6. Senantiasa Ada Ketika Diperlukan Rakyat
Hendaklah selalu membuka pintu utk setiap pengaduan dan permasalahan rakyat.
Rasulullah bersabda,”Tidaklah seorg pemimpin atau pemerintah yg menutup
pintunya terhadap keperluan, hajat, dan kemiskinan kecuali Allah akan menutup
pintu-pintu langit terhadap keperluan, hajat, dan kemiskinannya.” (Riwayat Imam
Ahmad dan At-Tirmidzi).
7. Menasihati rakyat
Rasulullah bersabda,”Tidaklah seorg pemimpin yg memegang urusan kaum
Muslimin lalu ia tidak bersungguh-sungguh dan tidak menasihati mereka, kecuali
pemimpin itu tidak akan masuk syurga bersama mrk (rakyatnya).”
8. Tidak menerima hadiah
Seorang rakyat yg memberikan hadiah kepada seorang pemimpin pasti
mempunyai maksud tersembunyi, entah ingin mendekati atau mengambil hati.

4
Oleh kerena itu, hendaklah seorang pemimpin menolak pemberian hadiah dari
rakyatnya. Rasulullah bersabda,” Pemberian hadiah kepada pemimpin adalah
pengkhianatan.” (Riwayat Thabrani).
9. Mencari pemimpin yang baik
Rasulullah bersabda,”Tidaklah Allah mengutus seorang nabi atau menjadikan
seorang khalifah kecuali ada bersama mereka itu golongan pembantu, yaitu
pembantu yang menyuruh kepada kebaikan dan mendorongnya kesana, dan
pembantu yang menyuruh kpd kemungkaran dan mendorongnya ke sana. Maka
org yg terjaga adalah orang yang dijaga oleh Allah,” (Riwayat Bukhari dari Abu
said Radhiyallahu’anhu.
10. Lemah lembut
Doa Rasullullah,’ Ya Allah, barangsiapa mengurus satu perkara umatku lalu ia
mempersulitnya, maka persulitlah ia, dan barang siapa yg mengurus satu perkara
umatku lalu ia berlemah lembut kepada mereka, maka berlemah lembutlah
kepadanya.
11. Tidak meragukan rakyat
Rasulullah bersabda,” Jika seorang pemimpin menyebarkan keraguan dalam
masyarakat, ia akan merusak mereka.” (Riwayat Imam Ahmad, Abu Dawud, dan
Al-hakim).
12. Terbuka untuk menerima ide/kritikan
Salah satu prinsip Islam adalah kebebasan bersuara. Kebebasan bersuara ini
adalah platform bagi rakyat utk memberi idea atau kritikan kepada kerajaan &
pemimpin agar sma mngembling tenaga & ijtihad kearah pembentukn negara yg
maju. Saidina Abu Bakar berucap ketika dilantik menjadi khalifah, beliau
menegaskan "..saya berlaku baik, tolonglah saya, dan apabila saya berlaku buruk,
betulkn saya..", manakala Khalifah Umar prnah ditegur oleh seorang wanita
ketika memberi arahan di masjid, dan beliau menerima teguran tersebut.
13. Profesional
“Sesungguhnya Allah sangat senang pada pekerjaan salah satu seorang diantara
kalian jika dilakukan dengan profesional (HR Bukhari)”.
14. Tidak aji mempung / KKN
D. Pokok-pokok kepemimpinan islam
Yamani dalam bukunya Filsafat Politik Islam (2002 : 15-16), mengemukakan
pokok-pokok kepemimpinan dalam Islam didasarkan atas empat dasar falsafi

5
(philosophische grondslagen), antara lain : Pertama, Allah adalah hakim mutlak
seluruh alam semesta dan segala isinya. Allah adalah malik an-nas, pemegang
kedaulatan, pemilik kekuasaan, pemberi hukum. Manusia harus dipimpin dengan
kepemimpinan Ilahiyah. Kedua, Kepemimpinan manusia (qiyadah abasyariyyah)
yang mewujudkan hakimiyah Allah di bumi ini ialah nubuwwah.
Nabi tidak hanya menyampaikan al-qanun al-ilahi dalam bentuk Kitabullah,
tetapi juga pelaksana qanun itu. Supaya hukum sanggup menjamin kebahagiaan dan
kebaikan manusia, diperlukan adanya kekuatan eksekutif atau pelaksana.' Ketiga,
garis imamah melanjutkan garis nubuwwah dalam memimpin umat. Setelah zaman
para nabi berakhir dengan wafatnya Rasulullah Saw., kepemimpinan umat dilanjutkan
oleh para imam yang diwariskan oleh Rasulullah dan ahl-al-bait-nya. Setelah zaman
para nabi, dating zaman 'para imam.' Keempat, para faqih adalah khalifah para imam
dan kepemimpinan umat dibebankan kepada mereka. Kepemimpinan Islam adalah
kepemimpinan yang berdasarkan hukum Allah. Oleh karena itu, pemimpin haruslah
orang yang paling tahu tentang hukum Ilahi. Setelah para imam tiada, kepemimpinan
harus dipegang oleh para faqih yang memenuhi syarat-syarat syariat berikut :
Pertama, Faqahah; yakni mencapai derajat mujtahid muthlaq yang sanggup
melakukan istinbath hukum dari sumber-sumbernya. Kedua, Istiqamah, Al-Shalah,
dan Tadayyun; yakni memperlihatkan ketinggian kepribadian, dan bersih dari watak
buruk. Ketiga, Kafa'ah, yakni memiliki kemampuan untuk memimpin umat;
mengetahui ilamu yang berkaitan dengan pengaturan masyarakat, cerdas, matang
secara kejiwaan dan rohani. Nah, bila tak seorang pun faqih yang memenuhi syarat,
maka harus dibentuk 'majelis fukaha'. Wallahu 'Alam Bisshawab. (*)
E. Kepemimpinan dalam islam
Dalam ajaran agam Islam, hadits nabi menyebutkan bahwa setiap manusia
adalah seorang pemimpin, apakah ia sebagai kepala keluarga, sebagai imam suatu
umat, seorang wanita yang kedudukannya sebagai ibu rumah tangga dan bahkan
seorang pembantu sekalipun ia adalah seorang pemimpin.
Hal ini didasarkan pada hadits Nabi yang berbunyi :Artinya : Abu Nu’man
menceritakan hadits kepada kami, Hammad ibnu Zaid menceritakan hadits kepada
kami dari Ayyub, dari Nafi’, dari Abdillah berkata: Rasulullah SAW. Bersabda
“setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan dimintai pertanggungjawaban.
Oleh karena itu seorang imam adalah pemimpin dan dia akan dimintai
pertanggungjawaban, dan seorang laki-laki adalah seorang pemimpin atas

6
keluarganya, dan setiap kamu akan dimintai pertanggungjawaban. Dan seorang
wanita (istri) adalah pemimpin atas rumah suaminya dan setiap kamu akan dimintai
pertanggungjawaban. Dan seorang hamba (pembantu) adalah pemimpin atas harta
tuannya dan setiap kamu akan dimintai pertanggungjawaban.
Maka ingatlah bahwa setiap kamu adalah pemimpin dan akan diminati
pertanggungjwaban atas kepemimpinannya” . Kecuali sebagai Nabi, Muhammad
SAW. adalah pemimpin yang tangguh dan paling efektif. Segala macam kualitas yang
dibutuhkan untuk tampil sebagai figur kepemimpinan berhimpun pada pribadi
Muhammad SAW.. Kita dapat mencatat umpamanya beberapa hal persyaratan yang
telah dimiliki beliau : Beliau adalah pribadi yang mempunyai sifat-sifat terpuji,
diantaranya adalah siddiq54. Selaku pimpinan beliau memiliki kesabaran yang tinggi
ketika diuji dengan harta, dengan kedudukan dan dengan wanita. Beliau tangguh dan
tidak tergoyahkan.
Meski beliau memiliki pengetahuan, kecerdasan dan wawasan pandangan
yang luas, namun beliau tidak meninggalkan musyawarah dan diskusi dengan para
sahabatnya dalam memutuskan suatu perkara yang rumit. Bahkan lebih dari itu,
terkadang ide orang lain bahkan ide musuh-musunya kalau dianggap baik beliau
mengambilnya.
Hal ini dilakukan dengan prinsip nisfu aqlika fi ‘aduwwika yang artinya
sebagian dari ide anda dapat diperoleh dari taktik atau gagasan musuh-musuhmu.
Konsep kepemimpinan (leadership) dalam pandangan agama Islam berdasarkan
firman Allah SWT. surat Al Baqoroh ayat 30 yang berbunyi :Artinya : Ingatlah ketika
Tuhanmu kepada para Malaikat :”Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di
muka bumi" (QS. Al Baqoroh, 30) Kandungan ayat tersebut menjelaskan nikmat-
nikmat Allah SWT. yang dengan nikmat tersebut menjauhan dari maksiat dan kufur
serta dapat memotivasi seseorang untuk beriman kepada Allah SWT.. Diciptakannya
Nabi Adam AS. dalam bentuk yang sedemikian rupa disamping kenikmatan memiliki
ilmu dan berkuasa penuh untuk mengatur alam semesta serta berfungsi sebagai
khalifah Allah SWT. di bumi. Hal tersebut merupakan nikmat yang paling agung dan
harus disyukuri oleh keturunannya dengan cara taat kepada Allah SWT. dan tidak
ingkar kepadaNya, termasuk menjauhi kemaksiatan yang dilarang oleh Allah
SWT.Sedangkan penjelasan dari ayat ini adalah bahwa sesungguhnya kami (Allah
SWT.) akan menjadikan Adam sebagai khalifah dan pengganti makhluk lain yang

7
dulu menghuni bumi, mereka itu telah musnah karena saling menumpahkan darah,
sekarang Adam adalah pengganti mereka.
Sebagian mufassirin berpendapat yang dimaksud dengan khalifah disini adalah
sebagai pengganti Allah Allah SWT. dalam memberikan perintah-perintah Nya
kepada manusia. Karenanya, istilah yang mengatakan bahwa “manusia adalah
khalifah Allah di bumi” sudah sangat populer. Pengangkatan khalifah ini menyangkut
pula pengertian pengangkatan sebagian manusia yang diberi wahyu oleh Allah
tentang syariat-syariat Nya. Pengangkatan khalifah ini juga mencakup seluruh mahluk
(manusia) yang berciri mempunyai kemampuan berfikir yang luar biasa .
Berbicara tentang kepemimpinan dalam pandangan agama Islam, maka kita
akan merujuk terhadap pribadi dan pola kepemimpinan yang ditampilkan oleh Nabi
Muhammad SAW. yang lebih dikenal dengan istilah uswatun khasanah yang artinya
teladan yang mulia atau baik. Keteladanan nabi muhammad SAW. ini telah dijamin
oleh Allah SWT. dengan firman Nya dalam Al Qur’an yang berbunyi :Artinya :

Sesunggu
hnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri taulada yang baik bagimu, yaitu bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari qiamat dan dia banyak
menyebut Allah. (QS. Al Ahzab, 21)
Keteladanan Nabi Muhammad SAW. sangat tepat jika dicontoh oleh manusia
pada umumnya dan para pemimpin pada khsusnya. Pengaruh kepemimpinan beliau
masih tetap kuat, dan bagi umat Islam beliau merupakan figure keteladanan yang
paling utama dalam berbagai segi kehidupan.
Beliau dengan sangat teliti dan hati-hati mencontohkan semua perbuatan baik
dan menjauhkan diri dari melakukan perbuatan buruk dengan sangat teliti dan jelas.
Sesungguhnya banyak hal yang bisa dijabarkan dari sifat Rasulullah SAW namun
semoga 4 sifat teladan ini sungguh menjelaskan betapa sifat kepempimpinan beliau
mengakar kepada kita walau beliau telah wafat beberapa abad yang lalu, sifat
kepemimpinan beliau disegani kawan dan dihormati lawan sekalipun.
1. Shiddiq (Jujur). Ini adalah sifat kejujuran yang sangat ditekankan Rasul baik
kepada dirinya maupun pada para sahabat-sahabatnya (Semoga kita juga

8
meneladaninya).Adalah ciri seorang muslim untuk jujur. Sehingga Islam bukan
saja menjadi sebuah agama namun juga peradaban besar.
2. Amanah(bisa dipercaya). Sifat ini ditanamkan khususnya kepada para sahabat
yang ditugaskan di semua hal apa saja untuk bisa berbuat amanah, tidak curang
(atau juga korupsi di zaman sekarang) dalam hal apa saja. Sesuatu yang sekarnag
menjadi sangat langka di negeri muslim sekalipun (miris).
3. Tabligh (Menyampaikan yang benar). Ini adalah sebuah sifat Rasul untuk tidak
menyembunyikan informasi yang benar apalagi untuk kepentingan umat dan
agama. Tidak pernah sekalipun beliau menyimpan informasi berharga hanya
untuk dirinya sendiri. Subhanallah
4. Fathonah (Cerdas).Sifat Pemimpin adalah cerdas dan mengetahui dengan jelas
apa akar permasalahan yang dia hadapi serta tindakan apa yang harus dia ambbil
untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada umat. Dengan mengenal
beberapa sifat tadi, kita mungkin bisa sedikit mengerti kenapa Seorang Rasulullah
yang ummi (tidak bisa membaca) mampu menjadi seorang Nabi, Rasul,Kepala
Keluarga, Ayah, Suami, Imam Shalat, Pimpinan Umat, Pimpinan Perang menjadi
sangat sukses dalam setiap hal yang beliau geluti. Semoga menjadi landasan bagi
kita dan para pemimpin muslim untuk mampu meneladani apa-apa yang telah
dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
F. Hubungan Kepemimpinan dengan Ayat
Adapun hubungan QS Yunus ayat 14 dengan Kepemimpinan, yakni :
1. Kalimat ”Kemudian Kami jadikan kamu pengganti-pengganti (mereka) di muka
bumi sesudah mereka,…”. Dalam kalimat ini mengandung makna bahwa setelah
umat-umat yang terdahulu hancur. Maka Allah mengganti dengan umat
Muhammad saw., umat yang mengikuti agama Islam, agama yang membawa
manusia kepada kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Masyarakat Arab, sebelum kelahiran dan kerasulan Nabi Muhammad
SAW, dikenal dengan sebutan jahiliyah. Jika merujuk pada arti kata jahiliyah
(yang berasal dari bahasa Arab dari kata jahala yang berarti bodoh), maka secara
harfiyah bisa disimpulkan bahwa masyarakat jahiliyah adalah masyarakat yang
bodoh.
Dalam sejarah Islam dijelaskan bahwa Rasulullah diturunkan oleh Allah
ke dalam suatu komunitas masyarakat yang dikenal dengan istilah masyarakat
Arab Jahiliyah. Secara lingustik istilah jahilyiah berasal dari kata Bahasa Arab

9
jahala yang berarti bodoh dan tidak mengetahui atau tidak mempunyai
pengetahuan.
Namun, dalam realitas yang sesungguhnya, secara faktual saat itu
masyarakat Arab yang dihadapi oleh Rasulullah bukanlah masyarakat yang bodoh
atau tidak mempunyai pengetahuan. Buktinya pada saat itu sastra dan syair
berkembang dengan pesat di kalangan mereka. Setiap tahun diadakan festival-
festival pembacaan puisi dan syair, ini membuktikan bahwa orang-orang Arab
ketika itu sudah banyak yang mengetahui baca dan tulis. Selain itu mereka juga
mampu membuat tata kota dan tata niaga yang sangat baik. Hal ini semakin
menguatkan bahwa mereka kaum Quraisy bukanlah orang-orang bodoh dan tidak
berpengetahuan. Dapat dipahami, bahwa sebenarnya mereka adalah masyarakat
yang sedang berkembang peradabannya.
Masyarakat yang dihadapi oleh Nabi Muhammad diistilahkan dengan
jahiliyah bukan karena bodoh atau tidak berpengetahuan, atau dalam istilah lain
lemah dalam aspek intelektualnya. Yang dimaksud dengan ”kejahiliyan”
(ketidaktahuan) mereka ada pada dua aspek utama, pertama aspek akidah. Pada
saat Rasulullah diutus oleh Allah, khurafat dan mitos-mitos yang berkembang
pada saat itu telah menyeret manusia untuk menjauh dari kehidupan yang alami
dan manusiawi. Dalam kondisi seperti itulah, Allah mengutus duta terakhirnya,
yaitu Nabi Muhammad SAW. Beliau membawa agama Islam sebagai hadiah bagi
umat manusia sedunia serta memberikan penafsiran baru terhadap kehidupan
manusia, selain itu beliau juga datang dengan membawa misi untuk memberantas
akar kebodohan dalam masyarakat, yakni syirik kepada Allah.

Sedangkan yang kedua adalah aspek akhlak. Pada masa itu, akhlak atau
moral sama sekali tidak mendapat tempat dalam masyarakat jahiliah. Pada saat itu
mereka melakukan berbagai perbuatan keji tanpa merasa takut atau bersalah, di
antaranya kebiasaan mengubur bayi perempuan hidup-hidup, minum-minuman
keras, berzina, membunuh, dan lain sebagainya. Rasulullah diturunkan oleh Allah
untuk memperbaiki akhlak. Beliau menyeru masyarakat agar berpegang teguh
kepada nilai-nilai moral. Selain itu beliau juga mengajarkan kepada mereka
akhlak yang mulia.

2. Kalimat “…supaya Kami memperhatikan bagaimana kamu berbuat. ”


dimaksudkan bahwa Allah memberikan peringatan bagi kaum Muslimin agar

10
selalu berhati-hati tentang apa yang akan dilakukan dan mengingat akan tugas-
tugas yang diberikan Allah swt. kepada manusia sebagai khalifah Allah di bumi.
Di antara tugas khalifatullah fil ardi ialah menegakkan hak dan keadilan di
muka bumi, membersihkan alam ini dari perbuatan najis, syirik, fasik serta
meninggikan kalimat Allah. Allah akan memperhatikan dan mencatat semua
perbuatan manusia dalam melaksanakan tugasnya itu, apakah sesuai dengan yang
diperintahkan-Nya atau tidak. Allah menjadikan kita sebagai khalifah di muka
bumi, tidak lain hanyalah untuk melihat amal-amal kita, maka perlihatkanlah
kepada Allah amalanamalan kita yang baik di malam dan di siang hari. Jika kita
berlaku zalim pula seperti bangsa dahulu kala itu. Niscaya kita akan lenyap pula
dari muka bumi. Secara umum, seorang pemimpin berkewajiban menjalankan hal-
hal sebagai berikut:
a. Menjaga agama agar tetap pada porosnya yang abadi. Seandainya muncul
seorang mubtadi’ (yang mengada-ada dalam urusan agama), ia (pemimpin)
harus menjelaskan kebenaran kepadanya, memberinya landasan dan
menjalankan hak serta hudud agar agama tetap terlindungi dari kerancuan
sekaligus mencegah umat dari ketergelinciran (ke jurang kesesatan).
b. Melaksanakan hukum dan memutuskan perkara pihak-pihak yang bertikai
sehingga keadilan menjadi tegak, orang zalim tidak dapat berbuat seenaknya,
dan orang yang dizalimi tidak merasa lemah.
c. Menjaga Islam dan menjamin keamanan agar orang-orang dapat saling
berhubungan dan hidup dalam kondisi nyaman yang berhubungan dengan jiwa
dan harta benda.
d. Menegakkan hudud demi menjaga dan melindungi hak-hak para hamba.
e. Melindungi kaum muslimin dengan benteng yang kokoh serta kekuatan yang
mampu menangkal setiap serangan musuh-musuh yang sangat berpotensi
menghancurkan atau menumpahkan darah kaum muslimin atau orang-orang
nonmuslim yang berada di bawah perlindungan pemerintahan Islam.
f. Melancarkan jihad terhadap orang yang telah diberi keterangan tentang ajaran
Islam namun kemudian melakukan penentangan-sampai dirinya memeluk
Islam atau memilih di bawah tanggungan pemerintah Islam.
g. Menyertakan orang-orang terpercaya (amanah) dalam pemerintahannya serta
mengikuti nasihat orang-orang yang layak menasihati. Ini dimaksudkan agar

11
kecakapan dijadikan tolak ukur pemberian amanat dan harta kekayaan dapat
terlindungi.
h. Menjalankan pengawasan social.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemimpin adalah orang yang mendapat amanah serta memiliki sifat, sikap,
dan gaya yang baik untuk mengurus atau mengatur orang lain. Kepemimpinan adalah
kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk melakukan
sesuatu sesuai tujuan bersama.
Menyatakan bahwa dalam menjadi pemimpin di muka bumi maka manusia
harus bisa menjalankan apa yang telah diamanatkan oleh Allah dan di setiap langkah
sebagai seorang pemimpin, Allah akan memberikan peringatan bagi kaum Muslimin
agar selalu berhati-hati tentang apa yang akan dilakukan sebagai khalifah Allah di
bumi.
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan yang perlu ditambah dan diperbaiki. Untuk itu kami mengharapkan
inspirasi dari para pembaca dalam hal membantu menyempurkan makalah ini. Untuk
terakhir kalinya kami berharap agar dengan hadirnya makalah ini akan memberikan
ilmu tambahan bagi para pembaca, serta skami berharap saran terkait makalah ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ridwan, Akbar . “Perspektif Kepemimpinan Dalam Islam” 3 April 2015.


http://www.dakwatuna.com/2015/04/03/66836/perspektif-kepemimpinan-dalam-
islam/
Fauzy, Rohman. “Kepemimpinan Dalam Islam Menurut Al-Quran dan Hadist” 26 November
2013. http://siponline.blogspot.co.id/2013/11/kepemimpinan-dalam-islam-menurut-
al.html
Varista, Suci. “Kepemimpinan Dalam Islam”. 15 Agustus 2015 .
http://www.academia.edu/11907159/Kepemimpinan_Dalam_Islam
Aryono, Dedy. “Kepemimpinan Dalam Islam, Ciri Pribadi Rasulullah”. 31 Maret 2014.
https://dedyaryono.wordpress.com/kepemimpinan-dalam-islam-cermin-pribadi-
rasulullah/
Manhaj. “Tujuan Kepemimpinan Dalam Islam”. 22 Desember 2014.
http://www.kiblat.net/2014/11/28/tujuan-kepemimpinan-alam-islam/

13

Anda mungkin juga menyukai