Isriani : 1906003014
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran ALLAH S.W.T berkat rahmat, karunia dan kemurahannya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang konsep kepemimpinan dalam perspektif
hadits tepat pada waktunya.Makalah konsep kepemimpinan dalam perspektif hadits ini
disusun dari berbagai sumber baik dari hadits, buku dan internet sehingga menghasilkan
makalah yang baik dan bisa kami pertanggung jawabkan isinnya.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan
dan kelemahannya. 0leh karena itu, kritik dan saran akan kami terima dengan senang hati
demi penyempurnaan makalah ini.Dengan ini kami menyusun mempersembahkan makalah
ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga ALLAH SWT memberkahi makalah ini
sehingga dapat memperikan mamfaat.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
“Hai orang orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuhku dan musuhmu
menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka {berita-berita muhammad}
karena kasih sayang padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang
datang kepadamu, mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu karena kamu beriman
kepada allah. Tuhanmu jika kamu benar-benar keluar untukberjihad di jalanku dan mencari
keridhoan (janganlah kamu berbuat demikian).Kamu memberikan secara rahasia (berita
muhammad) kepada mereka, karena rasa kasih sayang. Aku lebih mengetahui apa yang kamu
sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Dan barang siapa diantara kamu yang
melakukannya maka sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang lurus.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kepemimpinan
Kata pemimpin dalam bahasa arab sering digunakan dalam beberapa terminologi
yaitu:
1. Ra’in
Rā‟in ( ) ساعIstilah al-rā'in pada dasarnya berarti penggembala yang bertugas
memelihara binatang, baik yang terkait dengan pemberian makanan maupun dengan
perindungan dari bahaya. Dalam perkembangan selanjutnya, kata tersebut juga
dimaknai pemimpin, karena tugas pemimpin sebenarnya hampir sama dengan tugas
penggembala yaitu memelihara, mengawasi dan melindungi orangorang yang
dipimpinnya.
2. Khalifah
Kata khalifah berasal dari akar kata خهفyang berarti di belakang. Dari akar kata
tersebut, lahir beberapa kata yang lain, seperti فتٛ( خهpengganti), khilaf ( ) خالفlupa
atau keliru, dan khalafa ( ). خهفKhusus untuk kata khalifah, secara harfiyah berarti
pengganti. Makna ini mengacu kepada arti asal yaitu di belakang. Disebut khalifah
karena yang menggantikan selalu berada di belakang atau datang di belakang, sesudah
yang digantikan.
Dalam al-qur’an, kata khalifah disebut pada dua konteks. Pertama, dalam konteks
pembicaraan tentang nabi Adam as. Konteks ayat ini menunjukkan bahwa manusia
dijadikan khalifah diatas bumi bertugas memakmurkannya atau membangunnya
sesuai dengan konsep yang ditangkap oleh Allah. Kedua, ini menunjukkan bahwa
Daud as. Konteks menunjukkan bahwa Daud menjadi khalifah yang diberi tugas
untuk mengelola wilayah yang terbatas. Melihat penggunaan ini lebih dikonotasikan
pada pemimpin yang diberi kekuasaan untuk mengelola suatu wilayah dubumi. Dalam
mengelola wilayah kekuasaan itu, seorang khalifah tidak boleh berbuat sewenang-
wenang atau mengikuti hawa nafsunya.
3. Amir
Kata amir merupakan bentuk isim fa'il dari akar kata أيشyang berarti
memerintahkan atau menguasai. 17 Pada dasarnya kata tersebut memiliki lima makna
pokok, yaitu antonim kata larangan, tumbuh atau berkembang, urusan, tanda, dan
sesuatu yang menakjubkan.
4. Imamah
Kata tersebut merupakan bentuk dari kata dari akar kata yang berarti “pergi
menuju, bermaksud kepada, dan menyengaja”. Menurut ibnu manzur kata imama
mempunyai beberapa arti diantaranya berarti setiap orang yang diikuti oleh suatu
kaum, baik untuk menuju jalan yang lurus maupu untuk menuju jalan yang sesat.
Disamping itu Iman jugan berarti mitsal (contoh, teladan). Imam juga dapatberarti
‘benang yang dibentangkan diatas bangunan untuk dibangun dan guna menyamakan
bangunan tersebut. Sedangkan ibnu faris menyebutkan bahwa kaata imam memiliki
dua makna dasarnyitu “setiap orang yang diikuti jejaknya dan di dahulukan urusannya.
Islam menetapkan tujuan dan tugas utama pemimpin adalah untk melaksanakan
ketaatan kepada allah dan Rasulnya serta melaksanakan perintah perintah. Ibnu
Taimyah mengungkapkan bahwa kewajiban seorang pemimpin yang telah di tunjuk di
pandang dari segi agama dan segi ibadah adalah untuk mendekatkan diri kepada
Allah adalah dengan menaati peraturan peraturannya dan Rasulnya. Namun hal itu
lebih sering disalahkan gunakan oleh orang orang yang ingin mencapai kedudukan
dan harta
Setiap orang adalah pemimpin meskipun pada saat yang sama setiap orang
membutuhkan pemimpin ketika ia harus berhadapan untuk menciptakan solusi hidup
dimana kemampuan, keahlian dan kekuatannya dibatasi oleh sekat yang ia cipakan
sendiri dalam posisinya sebagai sebagian dari komunikasi.
1). Penguasa yang Adil
Setiap orang berhak mengeluarkan pendapat dan seorang pemimpin
berkewajiban mendengarkan. Ia wajib menjalankan hasil musyawarah. Setiap
keputusan yang telah disepakati bersama wajib dilaksanakan karena itu merupakan
amanat yang dibebankan kepadany.
2). Wajib menaati perintah
Dalam sebuah komunikasi, masyarakat dan agama setiap manusia memiliki
sistem yang mengatur mereka maka wajar sebagai sebagian dari sistem tersebut untuk
mematuhi aturan aturan yang berlaku. Namun ketaatan tersebut tidak serta merta
menjadi sikap yang selalu taklid terhadap pemimpin. Dalam islam diajarkan tidak
diperbolehkan taat atau mematuhi pemimpin kecuali dalam batas batas yang telah
dijelaskan Allah dalam al-qur’an dan hadits bahwa tidak wajib mematuhi seseorang
pemimpin melainkan karena allah.
3). Larangan meminta jabatan dan mengangkat pejabat karena memintanya
Kepemimpinan adalah sesuatu yang muncul dari dalam dan merupakan buah dari
keputusan seseorang untuk mau menjadi pemimpin, baik bagi dirinya sendiri, bagi
keluarganya, bagi lingkungan pekerjaannya, maupun bagi lingkungan sosial dan
bahkan bagi negarnnya. Dan kepemimpinan adalah tanggung jawab yang dimulai dari
dalam diri kita. Kepemimpinan menurut suatu transformasi dari dalam hati dan
perubahan karakter. Pemimpin sejati dimulai dari dalam dan kemudian bergerakn
kedalam dan kemudian bergerak keluar untuk bertanggung jawab kepada yang
dipimpin. Disinilah pentingnya karakter dan integrasi seorang pemimpin untuk
menjadi pemimpin sejati menjadi dan diterima oleh masyarakat atau komunitas yang
dipimpinnya. Kembali betapa banyak kita saksikan para pemipin yang ngaku wakil
rakyat ataupun pejabat public, justru tidak memiliki integrasi sama sekali, karena apa
yang diucapkan dan dijajikan ketika kampanye dalam pemilu tidak sama dengan yang
dilakukan ketika sudah duduk nyaman dan kursinya.
2). dalam artu liinguitik, kontek adalah bagian suatu uraian atau kalimat yg dapat
mendukung atau menambah kejelasan suatu makna
Dengan demikina kontekstual di sini adalah memahami suatu teks dengan melihat
suatu susunan kalimat teks tersebut serta peristiwa kejadianya agar mendapatkan
makna yang lebih jelas. Selanjutnya istilah pemimpin dalam Lisanul Arab, memakai
kata alqaudu “memimpin atau menuntun” lawan dari kata as-sauqu “menggiring”
seperti perkataan menuntun binatang dari depan dan menggiring binatang dari
belakang. Selain itu, juga diistilahkan dengan kata Imam, amir, shulthan, khalifah,
malik, umara atau ulil amri dan lain sebagainya. Imam ibarat dari khilafah seseorang
dari beberapa orang di dalam menjalankan undang-undang syar’i, menjaga tabi’at
agama, pada sisi kewajiban mengikuti atas keseluruhan umatnya. Kemudian, Imam
dalam al-Qur’an, baik dalam bentuk mufrad/tunggal maupun dalam bentuk jama’ atau
yang diidhofahkan tidak kurang dari 12 kali disebutkan. Kata imam menunjukkan
kepada bimbingan kebaikan, meskipun kadang-kadang dipakai untuk seorang
pemimpin suatu kaum dalam arti yang tidak baik
C. Analisis kontekstual petunjuk Nabi Muhammad SAW tentang pemimpin
Kepemimpinan Islam pada zaman Nabi Muhammad SAW dimulai sejak pindah
dari Mekkah ke Yathrib (Madinah). Dalam kehidupan seharihari sukar dibedakan
antara petunjuk-petunjuk mana yang beliau sampaikan sebagai utusan Allah SWT dan
mana yang beliau berikan sebagai pemimpin masyarakat atau kepala Negara.
Nabi menempuh dua cara dalam menghadapi ini:
1) Menata intern dengan mempersaudarakan kaum Anshar dan Muhajirin,
berdasarkan agama islam.
2) Mempersatukan kaum muslimin dengan kaum Yahudi bersama sekutu-sekutunya
dengan piagam Madinah.
Dalam pembicaraan bagian ini penulis menekankan pada aspek kajian hadits
Nabi Muhammad SAW tentang pemimpin dan kepemimpinan dengan membagi
menjadi sub-sub tema 3 bagian: pertama kali membahas hadits-hadits dari hal-hal
pokok-pokok yang berkaitan dengan pemimpin dan kepemimpinan, kedua tentang
wilayah pemimpin, dan terakhir bagaimana karakteristik dari konsep-konsep
kepemimpinan yang baik.
Adapun hadis tentang tidak boleh ada dua pemimpin terdapat pada (HR
Muslim, 1983:1480, No. Hadis 1853 Kitab al-Imrah, jilid III) yang artinya:
Adapun hadits tentang ketaatan pada kepemimpinan terdapat pada (HR al-
Bukhari, 1992:445, No. Hadits 7144 Kitab al-Hukm, Juz VII)
“Ada tujuh golongan yang dinaungi Allah SWT, di bawah naungan-Nya, pada
hari qiyamah yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, yang pertama adalah
imam yang adil...” (HR Muslim,tt:93 No.Hadits 2427 Bab Fadhlu Ikhfai alShadaqah )
Adapun pemimpin yang tidak baek adalah: : (1) diktator, penggertak dan tidak
konsisten, (2) merasa terancam oleh opini yang berbeda-beda dan akan dikelilingi
oleh orang yang memiliki pandangan serupa, (3) menyembunyikan informasi dan
menggunakan kekuasaannya untuk mempengaruhi perubahan, (4) menikmati untuk
mengintimidasi staf dan seringkali otokratik, (5) tidak memiliki dimensi tunggal, (6)
lebih suka memadamkan konflik daripada menarik keluar perbedaanperbedaan, dan
(7) sedikit suka bekerja bila ada kedekatan hubungan.
3. Kemestian pemimpin berfungsi sebagai perisai, tidak hanya berfungsi sebagai alat
untuk menyerang, tetapi juga berfungsi sebagai alat untuk berlindung: Adapun
hadisnya yang artinya:
(2) pandangan terhadap manusia, ada satu sisi memandang manusia dari pernyataan X
Theory, menjelaskan bahwa manusia pada umumnya tidak menyukai pekerjaan dan
sedapat mungkin menghindari pekerjaan. Karena manusia tidak suka bekerja, maka
perlu dipaksa, diarahkan dan diancam dengan hukuman, agar mencapai hasil sesuatu.
Sementara di sisi lain pernyataan Y Theory, mendasarkan bekerja merupakan hal
yang alamiah seperti bermain dan istirahat. Dalam hal ini ancaman atau hukuman
tidak berlaku
Teori tersebut bisa menyikapi dari hadis setiap diri manusia pemimpi sebagaimana
banyak ilmuwan yang menjelaskan tentang model kepemimpinan, ada tiga model
Teori tersebut bisa menyikapi dari hadis setiap diri manusia pemimpi sebagaimana
banyak ilmuwan yang menjelaskan tentang model kepemimpinan, ada tiga model
kepemimpinan yakni, demokrasi, autoritarian, dan laisez-faire (kepemimpinan yakni,
demokrasi, autoritarian, dan laisez-faire
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Al- Amidi, Saifuddin, 1992, al-Amamah min Akbar al-afkar fi Ushul al-
Din,Beirut:Dar al-Kitab al-Arabi,cet.,I
Bukhari, Imam, 2000, Hukum Tata Negara dan Kepemimpinan dalam takaran
islam , Jakarta: Gema Insan Press, Cet .,I.