Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KRITERIA PEMIMPIN DALAM KEPEMIMPINAN ISLAM

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Al-Qur’an dan Hadis

Dosen Pengampu : Dr. Hamim Ilyas M. Ag.

Oleh
Faisal Nuja Abdillah (23203011139)

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2023
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai makhluk sosial yang memiliki kecenderugan untuk hidup saling

berdampingan kehadiran seorang pemimpin bagi umat manusia sangat lah penting,

dengan adanya pemimpin akan mempermudah masyarakat untuk mencapai sebuah

tujuan bersama yang membawa kemaslahatan bagi kehidupan manusia. Manusia

diciptakan dengan berbagai macam kondisi, dengan adanya perbedaan suku, agama,

ras, dan cara berfikir tentu menjadikan manusia untuk dapat saling menghormati

dan dapat menyatukan sebuah visi bersama untuk mewujudkan kehidupan yang

baik. Pemimpin harus menanggapi dengan bijak segala macam perbedaan yang ada,

agar perbedaan tersebut membawa sebuah dampak positif dalam kehidupan

bermasyarakat dan menjadi kekuatan yang dapat mewujudkan suatu kemaslahatan

dalam kehidupan manusia. Jika perbedaan yang ada tidak ditanggapi dengan bijak

maka perbedaan tersebut bisa membawa dampak buruk bahkan membawa

kekacauan bagi kehidupan manusia.

Selain sebagai agama, Islam merupakan sebuah sistem kehidupan sehingga

perhatian Islam tidak hanya sebatas pada hubungan ibadah manusia dengan Allah

semata, akan tetapi Islam juga memperhatikan kehidupan sosial masyarakat. Selain

memberi petunjuk, Islam juga memberikan pengaruh terhadap segala lini

kehidupan manusia dengan ajaran-ajarannya. Seorang muslim tidak dijamin dapat

mengatur kehidupannya sesuai dengan aturan Islam kecuali jika ada pemimpin

2
yang menaungi dan melindunginya, sehingga keamanan diri dan agamanya dapat

terjamin.1 Oleh karena itu kehadiran pemimpin bagi umat muslim begitu penting.

Pemimpin memiliki tanggung jawab yang besar, amanah yang diembannya

pasti akan dipertanggung jawabkan dihadapan Allah SWT. Setiap manusia

dilahirkan sebagai seorang pemimpin, baik pemimpin bagi dirinya sendiri maupun

pemimpin bagi orang lain. Dalam konteks bermasyarakat atau bernegara, seorang

pemimpin memikul kepercayaan dan amanah yang cukup besar, kepentingan umat

dan kemaslahatan bagi umat tentu menjadi prioritasnya. Suatu negara atau

masyarakat akan sejahtera apabila penduduknya bertaqwa dan memiliki pemimpin

yang taat kepada Allah dan dapat memberikan suri tauladan yang baik bagi

penduduknya, karena pada hakikatnya kepemimpinan ialah sebuah amanah dari

Allah dan akan dipertanggung jawabkan dihadapannya. Oleh karena itu, pada

makalah ini penulis akan membahas mengenai syarat-syarat atau kriteria pemimpin

dalam Islam sesuai dengan Al-Qur’an dan sunnah nabi Muhammad SAW,

mengingat pemimpin merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia,

khususnya bagi umat muslim untuk mewujudkan kehdiupan bersama yang sejahtera

dan membawa kemaslahatan bagi seluruh umat manusia.

B. Rumusan Masalah

a Bagaimana kepemimpinan dalam Islam ?

b Bagaimana prinsip kepemimpinan Islam ?

c Bagaimana kriteria pemimpin dalam kepemimpinan Islam ?

1
Devi Pramitha, “Kajian Tematis Al-Quran dan Hadist Tentang Kepemimpinan”, Jurnal Pendidikan
Agama Islam Vol 3 No. 1 Desember 2016, hlm. 10

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kepemimpinan dalam Islam

Pemimpin berasal dari kata ‘pimpin’ dalam bahasa inggris lead yang berarti

bimbing dan tuntun. Sedangkan jika ditambah awalan ‘pe’ menjadi ‘pemimpin’

dalam bahasa inggris leader berati orang yang menuntun atau membimbing. Secara

etimologi pemimpin merupakan orang yang mampu mempengaruhi serta

membujuk pihak lain untuk melakukan tindakan untuk mencapai tujuan bersama.2

Dengan demikian ada dua pihak yang terlibat yaitu pemimpin dan yang dipimpin

sehingga hal ini menjadi awal mula terbentuknya struktur dan proses kelompok.

Secara terminologi banyak pakar mendefinisikan pemimpin menurut pandangan

pribadi mereka.

Pemimpin ialah seorang yang mampu menciptakan keadaan dengan

menggunakan kekuatannya, perbuatannya, kata hatinya, dan karakter diri sehingga

orang yang dipimpinnya dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.

Pemimpin semestinya memiliki kepribadian karakter yang baik, selain itu

pemimpin juga harus mampu untuk mengetahui karakteristik dari yang

dipimpinnya agar memudahkan pemimpin dalam mengarahkan, membina, dan

memerintahkan para anggotanya.3

2
Amin, S., & Siregar, F. M. “Pemimpin dan Kepemimpinan dalam al-Qur’an” Tanzil Jurnal Studi Al-
Quran, Vol 1 No. 1 2015, hlm. 33-46.
3
Sukatin dkk, “Kepemimpinan Dalam Islam”, Jurnal Educational Leadership, Vol 2 No. 1 Februari
2022, hlm. 74

4
Pemimpin dalam Islam berarti umara’ atau yang biasa disebut dengan ulil

amri, umara atau penguasa merupakan orang yang memperoleh amanah untuk

mengurus orang lain, dengan kata lain pemimpin ialah orang yang mendapatkan

amanah untuk mengurus kepentingan rakyat atau juga disebut sebagai khadimul

ummah (pelayan umat). Seorang pemimpin harus menempatkan diri sebagai

pelayan masyarakat, dengan demikian seorang pemimpin harus sanggup dan

bersedia menjalankan amanah Allah SWT untuk mengurus dan melayani umat.4

Terkait dengan hukum mendirikan sebuah pemerintahan, dikalangan ulama masih

terdapat perbedaan pendapat. Menurut jumhur golongan Ahli Sunnah, Murji’ah,

Syiah dan sebagian besar Mu’tazilah dan Khawarij berpendapat bahwa mendirikan

sebuah pemerintahan ialah wajib. Menurut Ibn Hazm didalam umat Islam harus

mempunyai sistem pemerintahan agar dapat menegakkan hukum Allah serta

pengaturan sistem kemasyarakatan yang sesuai dengan syariat untuk mencapai

sebuah kemaslahatan. 5 Golongan diatas melandaskan pendapatnya pada firman

Allah surah An-Nisa’ ayat 59 :

َ ‫سو َل َوأ ُ ۟ولى أٱْل َ أمر من ُك أم ۖ فَإن تَنَزَ أعت ُ أم فى‬


‫ش أىءٍ فَ ُردُّوهُ إلَى‬ ُ ‫ٱلر‬ ۟ ُ‫ٱَّلل َوأَطيع‬
َّ ‫وا‬ ۟ ُ‫يََٰٓأَيُّ َها ٱلَّذينَ َءا َمنُ َٰٓو ۟ا أَطيع‬
َ َّ ‫وا‬

ً ‫س ُن ت َأأو‬
‫يل‬ ‫ٱَّلل َو أٱليَ أوم أ‬
َ ‫ٱل َءاخر ۚ ذَلكَ َخي ٌأر َوأَحأ‬ َّ ‫سول إن ُكنت ُ أم تُؤأ منُونَ ب‬
ُ ‫ٱلر‬ َّ
َّ ‫ٱَّلل َو‬

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul

(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat

tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul

4
Kurniawan dkk, “Konsep Kepemimpinan Dalam Islam”, Jurnal Produ Vol 2 No. 1, Desember 2020,
hlm. 6
5
Wahbah al-Zuhaili, Nihamu Islam, (Libanon: Beirut, 1993) cet. 2 hlm. 171

5
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.

Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

Terdapat beberapa bentuk istilah kepemimpinan dalam Islam, yakni

khilafah, imamah, imarah, wilayah, sultan, mulk dan ri’asah. Setiap istilah ini

mengandung arti kepemimpinan secara umum, namun istilah yang sering

digunakan dalam konteks kepemimpinan pemerintahan dan kenegaraan yakni,

Khilafah (khalifah), Imamah (imam), dan imarah (amr).

a Khilafah

Khilafah berasal dari kata khalafa-yakhlifu-khalfun yang memiliki

arti al-balad yakni mengganti yang pada mulanya berarti belakang. Adapun

yang mengganti disebut dengan khalifah jama’ dari kata khulafa’ yang

berarti wakil atau pengganti.6 Khalifah dapat diartikan sebagai pengganti,

karena orang yang menggantikan datang sesudah orang yang digantikan dan

ia menempati tempat dan kedudukan orang tersebut. Khalifah juga bisa

berarti seorang yang diberi wewenang untuk bertindak dan berbuat sesuai

dengan ketentuan orang yang memberi wewenang.7

Jika merujuk pada konteks kebahasaan, khalifah yang dimaksudkan

dalam surat Al Baqarah ayat 30 adalah wakil Allah dibumi. Manusia sebagai

wakil Allah bisa dipahami sebagai salah satu perangkat untuk pengelolaan

bumi, dengan kata lain Allah memberikan kepercayaan kepada manusia

6
Taufiq Rahman, Moralitas Pemimpin dalam Perspektif Al-Qur’an, (Bandung: Pustaka Setia, 1999),
hlm. 21
7
Ibid

6
untuk menggunakan potensinya dalam menjaga dan merawat bumi.

Kekhalifahan ini mengimplikasikan bahwa manusia ialah agent of God

dibumi, suatu peran yang menunjukkan kehendak bebasnya, kebebasan

untuk bertindak sesuai dengan pemahaman terhadap misi Ilahi. Barangkali

dengan pemahaman ini, bermunculanlah spekulasi pendapat tentang sistem

politik pemerintahan Islam yang dipandang sebagai pengewantahan

“teokrasi” yang memposisikan Tuhan sebagai “The Ultimate Law” melalui

perantara manusia.8

b Imamah

Kata imamah berasal dari akar kata amma-yaummu-ammun yang

berarti al-taqaddum yaitu berada di depan atau mendahului, juga bisa berarti

menjadi imam atau pemimpin. Sedangkan imam merupakan ism fa’il yang

memiliki arti setiap orang yang memimpin suatu kaum menuju jalan yang

lurus maupun sesat. Istilah imamah ini sering digunakan dalam

menyebutkan negara dalam kajian keislaman. Menurut Al Mawardi imam

ialah khalifah, raja, sultan atau kepala negara, beliau memberi pengertian

imamah sebagai lembaga yang dibentuk untuk menggantikan Nabi dalam

tugasnya menjaga agama dan mengatur dunia.9

Terdapat beberapa tugas yang harus dilakukan oleh seorang imam,

diantaranya ialah :10

8
Moch. Fachruroji, “Trilogi Kepemimpinan Islam”, Jurnal Ilmu Dakwah Vol 4 No. 12, hlm. 296
9
Al Mawardi, Al-Ahkam al-Sulthaniyyah (Beirut: Dar al-Fikr), hlm. 3
10
Ryzka Dwi Kurnia, “Konsep Ideal Imamah (Kepemimpinan) Menurut Al-Mawardi”, Jurnal
Politica Vol 6 No. 1 Juni 2019, hlm. 81-82

7
1. Melindungi keutuhan agama sesuai dengan prinsip-prinsipnya.

Bila mana muncul pembuat bid’ah, imam menjelaskan hujjah

kepadanya kemudian meniadakannya sesuai dengan hak dan

hukum yang berlaku.

2. Menerapakan dua hukum kepada pihak yang berperkara dan

menghentikan perseteruan diantara dua pihak yang berselisih agar

keadilan menyebar secara merata.

3. Melindungi wilayah negara dan tempat-tempat suci agar

masyarakat dapat leluasa melakukan aktivitas dengan aman dari

segala macam gangguan.

c Imarah

Imarah berasal dari kata “amr” yang berarti perintah, persoalan,

urusan atau dapat pula dipahami sebagai kekuasaan. Amir adalah orang

yang memerintah, orang yang menangani persoalan, orang yang mengurus

atau penguasa. 11 Itulah sebabnya muncul ungkapan ulama dan umara’.

Umara’ merupakan istilah untuk menyebut orang-orang yang bertindak

sebagai pemimpin legal-formal dalam suatu negara atau sekumpulan

manusia. Konsep Imarah memiliki nuansa sosial yang cukup kuat dan

hampir tidak berhubungan dengan aspek doktrin Islam. Sistem nilai dan

prinsip-prinsip kepemimpinan seorang amirlah yang menentukan

kepemimpinan itu bernuansa Islami atau tidak.

11
Thoyib I.M. dan Sugiyanto, Islam dan Pranata Sosial Kemasyarakatan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2002), hlm. 183

8
Konsep amir ini dapat dipahami lebih umum dalam seluruh pola

kepemimpinan, termasuk penguasa politik pemerintahan, pemimpin

organisasi, perkumpulan dan sebagainya. Dalam proses pemilihannya lebih

banyak melibatkan unsur sosial kemasyarakatan ketimbang doktrin. Artinya

seorang amir ditentukan oleh masyarakat secara umum melalui kepercayaan

yang diberikan kepada seorang amir.12

B. Prinsip-Prinsip Kepemimpinan Islam

Pada sebuah kepemimpinan pasti terdapat prinsip-prinsip yang dijadikan

sebagai acuan dalam jalannya roda kepemimpinan. Kepemimpinan Islam tentu

dilandasi oleh ajaran Al-Qur’an dan Hadis. Kekuasaan dalam Islam memiliki tujuan

menjamin tegaknya keadilan dan mewujudkan kesejahteraan umat manusia, Al-

Qur’an telah meletakkan konsep dan prinsip-prinsip umum yang berkaitan dengan

pemerintahan, di antaranya :

a Musyawarah

Musyawarah merupakan bentuk mengambil dan mengeluarkan sebuah

pendapat yang terbaik dengan menimbang satu pendapat dengan pendapat

yang lain untuk mendapatkan sebuah keputusan yang disepakati bersama.

Pemimpin sangat dianjurkan untuk menerapkan prinsip musyawarah dalam

menghadapi dan menyelesaikan persoalan yang terjadi dalam masyarakat.

Sebagaimana firman Allah sebagai berikut :

َ‫ورى بَ أينَ ُه أم َوم َّما َرزَ أقنَ ُه أم يُنفقُون‬


َ ‫ش‬ُ ‫صلَوة َ َوأ َ أم ُرهُ أم‬ ۟ ‫ُوا ل َربه أم َوأَقَا ُم‬
َّ ‫وا ٱل‬ ۟ ‫َوٱلَّذينَ ٱ أست َ َجاب‬

12
Moch. Fachruroji, “Trilogi Kepemimpinan Islam”, Jurnal Ilmu Dakwah Vol 4 No. 12, hlm. 302

9
Artinya : Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan

Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan)

dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari

rezeki yang Kami berikan kepada mereka. (Q.S Asy-Syura 38)

b Persamaan Hak (Al-Musawah)

Al-Musawah merupakan sebuah prinsip mengenai persamaan hak sesama

manusia tanpa memandang warna kulit, ras, suku, bangsa, bahasa dan

sebagainya, karena pada dasarnya semua manusia dihadapan Allah adalah

hamba dan yang membedakan diantaranya hanyalah ketaqwaannya.

Persamaan derajat dalam Islam mencangkup persamaan secara umum,

persamaan didepan hukum, dan persamaan hak-hak sosial.

c Kebebasan Berpendapat

Kebebasan berpendapat sangat dihargai dalam Islam. Dalam Islam, setiap

individu memiliki kebebasan dalam berfikir secara mandiri tentang segala

sesuatu yang berada disekitarnya, fenomena yang terlintas dalam pikirannya,

berpegang pada hasil pemikirannya dan mengemukakan pendapatnya


13
dengan berbagai cara. Beberapa bentuk kebebasan diantaranya :

kebebasan beragama, kebebasan berfikir dan mengemukakan pendapat,

kebebasan berkehendak.

d Prinsip Ukhuwah Islamiyah

13
Muh. In’amuzzahidin, “Konsep Kebebasan Dalam Islam” Jurnal At-Taqaddum Vol 7 No. 2
November 2015 hlm. 264

10
Prinsip ini merupakan prinsip untuk menggalang dan mengukuhkan

semangat persatuan diantara umat Islam.14 Hal ini didasarkan firman Allah

dalam surat Al-Imran ayat 103 yang berbunyi :

َ َّ‫علَ أي ُك أم إذأ ُكنت ُ أم أَ أعدَآَٰ ًء فَأَل‬


‫ف َبيأنَ قُلُوب ُك أم‬ ۟ ‫وا ۚ َوٱذأ ُك ُر‬
َّ َ‫وا ن أع َمت‬
َ ‫ٱَّلل‬ ۟ ُ‫ٱَّلل َجمي ًعا َو ََل تَف ََّرق‬ ۟ ‫َوٱ أعت َص ُم‬
َّ ‫وا ب َحبأل‬

‫ٱَّللُ لَ ُك أم َءا َيتهۦ لَ َعلَّ ُك أم‬


َّ ‫شفَا ُح أف َرةٍ منَ ٱلنَّار فَأَنقَذَ ُكم م أن َها ۗ َكذَلكَ يُ َبي ُن‬
َ ‫علَى‬ ‫فَأ َ أ‬
َ ‫ص َب أحتُم بن أع َمت َٰٓهۦ إ أخ َونًا َو ُكنت ُ أم‬

َ‫تَ أهتَدُون‬

Artinya : Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan

janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu

ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah

mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-

orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu

Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan

ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.

C. Kriteria dan Karakter Kepemimpinan dalam Islam

Kepemimpinan Islam bukanlah kepemimpinan yang absolut ataupun

kepemimpinan yang otoriter, karena Islam telah menunjukan cirinya yang berada

ditengah-tengah dengan prinsip keseimabangan. Kekhasan kepemimpinan Islam

berada pada keseimbangan dengan adanya penerapan syura atau musyawarah,

Rasulullah Saw., mencontohkan dengan selalu menerapkan musyawarah ini dalam

setiap urusan seperti kenegaraan, peperangan maupun kemaslahatan umum. 15 .

Seorang pemimpin merupakan panutan dari masyarakat yang dipimpinnya,

15
Olifiansyah, M., Hidayat, W., Dianying, B. P., & Dzulfiqar, “Kepemimpinan dalam Perspektif
Islam”, EL-HIKMAH Jurnal Kajian dan Penelitian Pendidikan Islam, Vol 14 No. 1 2020, hlm. 98-111.

11
kemaslahatan dan kesejahteraan suatu kelompok masyarakat tergantung pada

akhlak pemimimpinnya.

Pemimpin adalah amanah yang tidak dapat dilepaskan dari prinsip-prinsip

akhlak. Pemimpin mempunyai hak dan kewajiban moral yang timbal balik antara
16
rakyat dan pemimpin. Mengingat besarnya tanggung jawab dari seorang

pemimpin maka perlu mempunyai kepribadian dan karakter yang sesuai dengan

kepemimpinannya. Syariat Islam mengajarkan kehidupan bermasyarakat dengan

baik dan benar sesuai yang dicontohkan Rasulullah Saw., secara langsung, maka

dari itu hendaknya kita sebagai umat muslim meneladani serta menerapkan dalam

kehidupan bermasyarakat agar tercipta tatanan Islam yang baik dan nyaman bagi

seluruh masyarakat pada umumnya.

Sejalan dengan uraian-uraian sebelumnya, maka dapat dirumuskan

beberapa kriteria seorang pemimpin yang dipahami. Adapun menurut Saputra,

kualifikasi pemimpin ada beberapa diantaranya17:

1. Beragama Islam. Terutama jika dia berada pada wilayah yang mayoritas

penduduknya muslim, maka ia wajib beragama Islam.

2. Laki-laki. Sudah sejak jaman dulu, orang menyadari dan mengakui

adanya perbedaan. Adapun perbedaan yang jelas antara laki-laki dan

perempuan pada fisik maupun psikis.

16
Siregar, S. F., Fuady, Y., Fadli, M., Al-Bukhori, A., Lubis, P. N., Nasution, S. N., & Suryani, “Karakter
dan Akhlak Pemimpin dalam Perspektif Islam” Journal of Education, Humaniora and Social Sci, 2018
17
Saputra, “Pemimpin Dari Beberapa Tafsir” Taqaddumi Journal of Quran and Hadith Studies, Vol
2 No. 2 2022, hlm. 68-78.

12
3. Kecakapan Intelektual. Kemampuan intelektual hanya dimiliki manusa,

dengan ini manusia memiliki posisi sebagai makhluk terunggul yang

diciptakan oleh Allah Swt., karena berkat kecakapan ini dapat dibuat

memimpin sebuah negara.

4. Kekuatan. Manusia diciptakan dengan sebaik-baik ciptaan, kesempurnaa

itulah yang menjadikan sebagai makhluk Tuhan yang pantas untuk

mengemban amanah sebagai khalifah di muka bumi.

5. Amanah. amanah merupakan sesuatu yang diberikan kepada pihak lain

untuk dipelihara dan dikembalikan pada saatnya atau diminta oleh

pemiliknya.

6. Adil. keadilan merupakan risalah Nabi Saw., sebagai pewaris yang turut

mengemban di muka bumi.

7. Jujur. Kejujuran merupakan kesesuaian antara suara hati dengan ucapan,

sehingga jika salah satu syarat itu hilang maka tidak dapat dikatakan

sebagai kejujuran.

8. Bijaksana. Dilihat dari sisi etimologi, kata bijaksana berarti: selalu

menggunakan akal budaya, arif, tajam pikiran, pandai dan cermat ketika

menghadapi kesulitan.

Sedangkan kriteria seorang pemimpin yang dipahamu melalui ayat-ayat al-

Qur’an berdasarkan pendekatan tafsir maudhu’iy sebagai berikut:18

18
Hamzah, A. “Kriteria Pemimpin Menurut Al-Qur’an”, Al-Qalam Jurnal Kajian Islam Dan
Pendidikan, Vol 10 No. 2 2018, hlm. 13-27.

13
1. Beriman. Dalam pandangan taba’taba’i bahwa seorang imam haruslah

beriman dan dalam posisinya sebagai pemimpin telah memperoleh

hidayah, hal tersebut sebagai salah satu bagian dari imamah itu sendiri.

Imam juga sebagai pembimbing bagi setiap manusia, sebagaimana Nabi

Saw., menjadi pembimbing bagi setiap manusia untuk mencapai akidah

yang kuat dan untuk sampai pada amal-amal shalih. Ditegaskan dalam

QS. Fatir [35]; 39 bahwa orang kafir tidak boleh dangkat menjadi seorang

pemimpin.
ٰۤ
‫ض فَ َم أن َكف ََر فَعَلَيأه ُك أف ُر ۗه َو ََل يَز أيدُ أالكفريأنَ ُك أف ُرهُ أم ع أندَ َربه أم ا ََّل‬ َ ‫ف فى أ‬
ۗ ‫اَل أر‬ ‫ه َُو الَّذ أ‬
َ ‫ي َجعَلَ ُك أم خَل ِٕى‬

.‫ارا‬
ً ‫س‬َ ‫َم أقتًا َۚو ََل يَز أيدُ أالكفريأنَ ُك أف ُرهُ أم ا ََّل َخ‬

Artinya:

“Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi.

Barangsiapa kafir, maka (akibat) kekafirannya akan menimpa dirinya

sendiri. Dan kekafiran orang-orang kafir itu hanya akan menambah

kemurkaan di sisi Tuhan mereka. Dan kekafiran orang-orang kafir itu

hanya akan menambah kerugian mereka belaka.” QS. Fatir [35]: 39.

2. Adil dan Amanah. Adil merupakan kriteria pemimpin yang ditemukan

dalam QS. Shad [38]: 26

َ َ‫اَل أرض فَاحأ ُك أم بَيأنَ النَّاس ب أال َحق َو ََل تَتَّبع أال َهوى فَيُضلَّك‬
َ ‫ع أن‬
ۗ ٰ ‫سبيأل‬
‫ّللا‬ َ ‫يدَاودُ انَّا َجعَ ألنكَ خَل أيفَةً فى أ‬

َ ‫س أوا يَ أو َم أالح‬
.‫سا‬ َ ‫ّللا لَ ُه أم‬
ُ َ‫عذَابٌ شَد أيدٌ ۢ ب َما ن‬ َ َ‫ا َّن الَّذيأنَ يَضلُّ أون‬
َ ‫ع أن‬
ٰ ‫سبيأل‬

Artinya:

(Allah berfirman,) “Wahai Daud, sesungguhnya Kami menjadikanmu

khalifah (penguasa) di bumi. Maka, berilah keputusan (perkara) di antara

14
manusia dengan hak dan janganlah mengikuti hawa nafsu karena akan

menyesatkan engkau dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang

sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka

melupakan hari Perhitungan.” QS. Shad [38]: 26

sejalan dengan QS. al-Nisa [4]: 58 yang memerintahkan pemimpin

berlaku adil dan di dahului dengan perintah untuk menjalankan amanah.

َٰٓ َ ‫ّللا يَأ أ ُم ُر ُك أم ا َ أن ت ُ َؤدُّوا أ‬


َ ٰ ‫اَلمنت الى ا َ أهل َه ۙا َواذَا َح َك أمت ُ أم بَيأنَ النَّاس ا َ أن تَ أح ُك ُم أوا ب أال َعد ۗأل ا َّن‬
‫ّللا نع َّما‬ َ ٰ ‫ا َّن‬

َ َ‫ّللا َكان‬
‫سم أيعًا ۢ بَصي ًأرا‬ ُ ‫يَع‬
َ ٰ ‫ظ ُك أم ب ۗه ا َّن‬

Artinya:

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada

pemiliknya. Apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia,

hendaklah kamu tetapkan secara adil. Sesungguhnya Allah memberi

pengajaran yang paling baik kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha

Mendengar lagi Maha Melihat. QS. al-Nisa [4]: 58

Penetapan hukum adil tidak hanya ditujukan kepada kelompok sosial

tertentu dalam masyarakat muslim, tetapi juga ditujukan kepada setiao

orang yang mempunyai kekuasaan memimpin orang lain, seperti suami

terhadap istri dan orang tua terhadap anaknya.

3. Rasuliy, berkepribadian seperti Rasulullah Saw., merujuk pada ayat-ayat

yang telah dikutip bahwa yang dimaksud adalah Nabi Ibrahim as., dan

Nabi Muhammad Saw., sebagaimana sebagaimana dalam QS. al-

Baqarah [2]: 124.

15
ٍ ‫َواذ ا أبتَلَٰٓى ابأره َم َربُّه بكَلم‬
‫ت فَا َت َ َّم ُه َّن ۗ قَا َل ان أي َجاعلُكَ للنَّاس ا َما ًما ۗ قَا َل َوم أن ذُريَّت أي ۗ قَا َل ََل يَنَا ُل‬

ٰ ‫ع أهدى ال‬
َ‫ظلميأن‬ َ

Artinya:

(Ingatlah) ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu

dia melaksanakannya dengan sempurna. Dia (Allah) berfirman,

“Sesungguhnya Aku menjadikan engkau sebagai pemimpin bagi seluruh

manusia.” Dia (Ibrahim) berkata, “(Aku mohon juga) dari sebagian

keturunanku.” Allah berfirman, “(Doamu Aku kabulkan, tetapi) janji-Ku

tidak berlaku bagi orang-orang zalim.” QS. al-Baqarah [2]: 124.

Dalam sirah Nabi Muhammad Saw., dia adalah pemimpin negara yang

mampu mempersatukan semua kelompok etnis, suku, dan penganut

agama –agama ketika membangun Madinah. Ini berarti bahwa termasuk

kriteria pemimpin yang diharpkan adalah memiliki sikap tasamuh. QS.

al-Nisa [4]: 83.

َ ‫س أول َوالَٰٓى اُولى أ‬


ُ‫اَل أمر م أن ُه أم لَعَل َمه‬ َ ‫َواذَا َج ٰۤا َءهُ أم ا َ أم ٌر منَ أ‬
َّ ‫اَل أمن اَو أالخ أَوف اَذَاع أُوا ب ۗه َولَ أو َرد أُّوهُ الَى‬
ُ ‫الر‬

‫شيأطنَ ا ََّل قَلي ًأل‬


َّ ‫علَ أي ُك أم َو َرحأ َمتُه ََلتَّبَ أعت ُ ُم ال‬ ٰ ‫ض ُل‬
َ ‫ّللا‬ ُ ‫الَّذيأنَ يَ أست َ ۢ أنب‬
‫ط أونَه م أن ُه ۗ أم َولَ أو ََل فَ أ‬

Artinya:

Apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan

(kemenangan) atau ketakutan (kekalahan), mereka menyebarluaskannya.

Padahal, seandainya mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ululamri

(pemegang kekuasaan) di antara mereka, tentulah orang-orang yang

ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya (secara

16
resmi) dari mereka (Rasul dan ululamri). Sekiranya bukan karena karunia

dan rahmat Allah kepadamu, tentulah engkau mengikuti setan, kecuali

sebagian kecil saja (di antara kamu). QS. al-Nisa [4]: 83.

Pada literatur karya ulama terdahulu sebenarnya telah banyak

disebutkan karakter bagi calon pemimpin yang ideal yang dapat

diharapkan keamanatanya serta membawa keadilan bagi seluruh

rakyatnya. Sebagaimana yang disebutkan oleh Imam al mawardi dalam

kitabnya yang berjudul al ahkam as sulthaniyah syarat seorang pemimpin

sebagai berikut:19

1. Bersikap Adil beserta dengan syarat-syaratnya. Sepanjang riwayat

hidupnya merupakan orang yang istiqomah, menjauhi perbuatan dan

kondisi pribadi yang mengarah pada kefasikan dan kemaksiatan.

2. Memiliki ilmu yang memadai untuk berijtihad dan mampu

mengimplementasikan syariat islam, menghilangkan syubhat aqidah

Islam, memberi fatwa dan menerbitkan hukuk-hukum yang bersandar

pada nash al-Qur’an dan as-Sunnah.

3. Sehat panca indera seperti pendengaran, penglihatan dan lisan

sehingga dapat secara langsung menangani persoalan yang ada.

4. Sehat secara fisik (anggota tubuhnya) dan terhindar dari cacat yang

dapat menghalangi sesuatu untuk menjalankan tugas dengan baik dan

cepat.

19
Yovenska, L., & Darmadi, O. “Karakteristik Pemimpin dalam Islam” Al Imarah Jurnal
Pemerintahan dan Politik Islam, Vol 4 No. 2 2019, hlm. 150-162.

17
5. Memiliki pandangan Visi dan mengatur kebijakan untuk kemaslahatan

rakyat dan mengelola kepentingan umum.

6. Keberanian untuk melindungi wilayah kenegaraan dan melindungi

rakyatnya serta berjihad memerangi musuh.

7. Memiliki Nasab (hendaknya dari golongan orang quraisy jika

memungkikan) berdasarkan nash dan ijma. Akan tetapi, persyaratan

tersebut digugurkan karena melemahnya kemampuan dari suku

quraisy.

Berbicara tentang kriteria lain bagi seoranag pemimpin menurut

ketentuan al-Qur’an, sangatlah luas di samping yang telah dikemukakan

sebelumnya. Rasulullah Saw., memiliki beberapa karakter utama yang

bisa dijadikan tauladan yaitu shiddiq, amanah, fathanah dan tablig

(Wijikongko, 2020). 20 Sedangkan menurut sunnah, hadist Nabi Saw.,

antara lain ‘pemimpin adalah dari suku quraisy’. Suku quraisy di zaman

Nabi Saw., sangat disegani dan dihormati, kuat, berwawasan luas,

memiliki pengaruh dan massa yang kuat. Artinya bahwa kriteria seorang

pemimpin harus berwibawa, sehat jasmani dan rohani, tidak cacat tubuh,

berilmu, memiliki solidaritas dan berpengaruh besar di tengah

masyarakat.

20
Wijokongko, D., & Al-Hafizd, M. F. “Kategori kepemimpinan dalam Islam” Jurnal Edukasi
Nonformal, Vol 1 No. 1 2020, hlm. 171-189.

18
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Pemimpin ialah seorang yang mampu menciptakan keadaan dengan

menggunakan kekuatannya, perbuatannya, kata hatinya, dan karakter diri sehingga

orang yang dipimpinnya dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.

Pemimpin dalam Islam berarti umara’ atau yang biasa disebut dengan ulil amri,

umara atau penguasa merupakan orang yang memperoleh amanah untuk mengurus

orang lain, dengan kata lain pemimpin ialah orang yang mendapatkan amanah

untuk mengurus kepentingan rakyat atau juga disebut sebagai khadimul ummah

(pelayan umat). Terdapat beberapa bentuk istilah kepemimpinan dalam Islam,

yakni khilafah, imamah, imarah, wilayah, sultan, mulk dan ri’asah. Al-Qur’an telah

meletakkan konsep dan prinsip-prinsip umum yang berkaitan dengan pemerintahan

diantaranya musyawarah, persamaan hak, kebebasan berpendapat, ukhuwah

islamiyah.

19
DAFTAR PUSTAKA

Devi Pramitha, “Kajian Tematis Al-Quran dan Hadist Tentang Kepemimpinan”,


Jurnal Pendidikan Agama Islam Vol 3 No. 1 Desember 2016.
Kurniawan dkk, “Konsep Kepemimpinan Dalam Islam”, Jurnal Produ Vol 2 No.
1, Desember 2020.
Wahbah al-Zuhaili, Nihamu Islam, (Libanon: Beirut, 1993) cet. 2
Taufiq Rahman, Moralitas Pemimpin dalam Perspektif Al-Qur’an, (Bandung:
Pustaka Setia, 1999).
Moch. Fachruroji, “Trilogi Kepemimpinan Islam”, Jurnal Ilmu Dakwah Vol 4 No.
12.
Al Mawardi, Al-Ahkam al-Sulthaniyyah (Beirut: Dar al-Fikr).
Ryzka Dwi Kurnia, “Konsep Ideal Imamah (Kepemimpinan) Menurut Al-
Mawardi”, Jurnal Politica Vol 6 No. 1 Juni 2019.
Thoyib I.M. dan Sugiyanto, Islam dan Pranata Sosial Kemasyarakatan, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2002)
Moch. Fachruroji, “Trilogi Kepemimpinan Islam”, Jurnal Ilmu Dakwah Vol 4 No.
12.
Muh. In’amuzzahidin, “Konsep Kebebasan Dalam Islam” Jurnal At-Taqaddum Vol
7 No. 2 November 2015.
Olifiansyah, M., Hidayat, W., Dianying, B. P., & Dzulfiqar, M, “Kepemimpinan
dalam Perspektif Islam” EL-HIKMAH Jurnal Kajian dan Penelitian
Pendidikan Islam, Vol 14 No. 1 2020.
Siregar, S. F., Fuady, Y., Fadli, M., Al-Bukhori, A., Lubis, P. N., Nasution, S. N.,
& Suryani, I, “Karakter dan Akhlak Pemimpin dalam Perspektif Islam”,
Journal of Education, Humaniora and Social Sci, 2018
Saputra, D. “Pemimpin Dari Beberapa Tafsir”, Taqaddumi Journal of Quran and
Hadith Studies, Vol 2 No. 2 2022.
Hamzah, A. “Kriteria Pemimpin Menurut Al-Qur’an”, Al-Qalam Jurnal Kajian
Islam Dan Pendidikan, Vol 10 No. 2 2018.
Yovenska, L., & Darmadi, O. “Karakteristik Pemimpin dalam Islam”, Al Imarah
Jurnal Pemerintahan dan Politik Islam, Vol 4 No. 2 2019.

20
Wijokongko, D., & Al-Hafizd, M. F. “Kategori kepemimpinan dalam Islam”,
Jurnal Edukasi Nonformal, Vol 1 No. 1 2020.
Sukatin dkk, “Kepemimpinan Dalam Islam”, Jurnal Educational Leadership, Vol
2 No. 1 Februari 2022.
Amin, S., & Siregar, F. M. “Pemimpin dan Kepemimpinan dalam al-Qur’an” Tanzil
Jurnal Studi Al-Quran, Vol 1 No. 1 2015.

21

Anda mungkin juga menyukai