Nur Azizah
e-Mail: dzakiyahazizah12@gmail.com
Abstrak
Artikel ini membahas tentang konsep kepemimpinan profetik/kenabian
(spiritual) dan implementasinya di lembaga pendidikan islam pondok pesantren
Raudhatul Muttaqien Yogyakarta. Berbagai krisis kepemimpinan yang terjadi
seperti krisis nilai-nilai ketuhanan/religius, moral, psikologi dan sosial,
menunjukkan bahwa semakin berkurangnya integritas seorang pimpinan. Nabi
Muhammad SAW sebagai role model kepemimpinan Islam dan berbasis spiritual
menjadi upaya membangkitkan semangat kepemimpinan yang rahmatan lil
‘alamin dan mengatasi masalah kepemimpinan yang terjadi. Pondok pesantren
Raudhatul Muttaqien memiliki program utama pendidikan dan pelatihan
pengembangan potensi kenabian (prophetic leadership) yang langsung dididik
oleh K.H. Hamdani Bakran Adz-Dzakiey. Beliau merupakan ahli di bidang
psiokologi propetik, sehingga dalam kepemimpinannya beliau menerapkan
kepemimpinan propetik.
Pendahuluan
Kepemimpinan secara umum diartikan sebagai proses mempengaruhi
sebuah kelompok yang terorganisasi untuk mencapai tujuan kelompok tersebut
dan proses ketika pemimpin dan pengikut berinteraksi secara dinamis dalam
lingkungan atau situasi tertentu.1 Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin menuturkan
bahwa kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan yang mampu membawa
organisasi seusai dengan asas-asas manajemen modern, sekaligus bersedia
memberikan kesejahteraan dan kebahagiaan kepada bawahan dan mayarakat
luas.2
Islam sebagai agama dan sebuah keyakinan memiliki ciri khas
kepemimpinan sendiri, yaitu apa yang dikenal dengan sebutan kepemimpinan
Islam. Kepemimpinan tersebut dilandasi dengan sumber Alquran dan Hadis, dan
Nabi Muhammad SAW sebagai model pemimpin yang menerapkan nilai-nilai
yang berasal dari sumber tersebut dalam proses pelaksanaannya. Akan tetapi,
1
Richard L.Hughes, dkk, Leadership: Memperkaya Pelajaran dari Pengalaman, ed.7, (Jakarta:
Salemba Humanika, 2012) hlm.35.
2
Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Leadership: Membangun Super Leadership Melalui
Kecerdasan Spiritual, cet.ke-1, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm.7
Nur Azizah
16 Kepemimpinan Profetik di Pondok Pesantren Raudhatul Muttaqien Yogyakarta
pengertian ini tidaklah sesuai dengan kenyataannya, umumnya saat ini yang
dinamakan kepemimpinan Islam berpedoman pada teori kepemimpinan barat
yang ditambahkan dengan ayat Alquran jika ada kondisi yang sesuai dengan ayat
tersebut, sehingga pelaksanaan kepemimpinan itu jauh dari unsur-unsur
keislaman. Hal ini didukung oleh adanya indikasi krisis esensial kepemimpinan
yang dituliskan oleh Hamdani Bakran Adz-Dzakiey, yaitu krisis nilai-nilai
ketuhanan, spiritual atau religius, krisis nilai-nilai moral, krisis nilai-nilai
psikologis (mental), dan krisis nilai-nilai sosial. 3 Muhammad Syafi’i Antonio
menambahkan adanya krisis keteladanan sebagai krisis terbesar di dunia ini
dalam kepemimpinan.4
Krisis kepemimpinan yang terjadi tersebut bersumber dari sisi spiritual,
mental dan moral pimpinan yang tidak sehat dan sedang atau telah mengalami
krisis, sehingga menyebabkan hasil dari kepemimpinannya mengandung
penyakit dan malapetaka bagi siapa dan apa yang berada dibawah kekuasaannya. 5
Oleh karena itu, upaya yang bisa dilakukan untuk mengembalikan jiwa religius,
rasa kemanusiaan, keadilan dan memiliki peradaban yang tinggi dan mulia, ialah
melalui prophetic leadership atau kepemimpinan kenabian. Kepemimpinan
kenabian ialah model pengembangan pemimpin dan kepemimpinan dengan cara
memperoleh daya pengaruh ketuhanan sebagaimana yang telah dialami oleh para
nabi dan rasul, khususnya Nabi Muhammad SAW.6
Kepemimpinan kenabian ini merupakan proses kepemimpinan yang
dipraktikkan oleh Nabi Muhammad SAW, yang kemudian bisa di
implementasikan sebagai upaya menerapkan kepemimpinan islam
sesungguhnya. Penulis akan mencoba untuk menguraikan konsep kepemimpinan
kenabian (prophetic leadership) itu dan bagaimana implementasinya di lembaga
pendidikan Islam pondok pesantren Raudhatul Muttaqien Yogyakarta.
Kepemimpinan Profetik
Kepemimpinan berbasis spiritual oleh Tobroni merupakan kepemimpinan
yang menjadikan nilai-nilai spiritual sebagai core belief, core values, dan filosofi
dalam perilaku kepemimpinannya.7 Kepemimpinan yang berparadigma pada
etika religius dalam perilaku kepemimpinannya. Etika religius dalam artian tidak
hanya etika yang dieksplorasi dari keyakinan religius, melainkan juga etika yang
lahir dari pengalaman spiritual seorang pemimpin dan/spiritualitas yang hidup
dalam aktivitas keseharian.8
3
Hamdani Bakran Adz-Dzakiey, Kepemimpinan Kenabian (Prophetic Leadership), cet.ke-1,
(Yogyakarta: AL-Manar, 2009), hlm. xix-xxi
4
Muhammad Syafi’I Antonio, Muhammad SAW The Super Leader Super Manager, (Jakarta:
ProLM Center, 2007), hlm.3.
5
Ibid.,
6
Imam Sujangi, “Penerapan Prophetic Leadership di Pondok Pesantren Raudhatul Muttaqien
Babadan Purwomartani Kalasan Sleman Yogyakarta”, Skripsi, Fakultas dakwah dan komunikasi, hlm.53.
7
Tobroni, The Spiritual Leadership-Pengefektifan Organisasi Noble Industry Melalui Prinsip-
Prinsip Spiritual Etis, (malang: UMM press,2010), hlm.12.
8
Ibid., hlm 17-18.
Nur Azizah
Kepemimpinan Profetik di Pondok Pesantren Raudhatul Muttaqien Yogyakarta 17
14
Ibid.,
15
Ibid., hlm.285-286.
Nur Azizah
20 Kepemimpinan Profetik di Pondok Pesantren Raudhatul Muttaqien Yogyakarta
2. Amanah
Kata amanah dalam arti khusus berarti pengembalian seseorang akan
harta benda atau lainnya kepada orang yang menitipkan kepadanya atau
mempercayakan kepadanya, karena ia harus menjaga dan
bertanggungjawab terhadap barang tersebut. Sedangkan amanah dalam
17
Sakdiah, ”Karakteristik Kepemimpinan dalam Islam (Kajian Historis Filosofis) Sifat-sifat
Rasulullah”, Jurnal Al-Bayan, Vol.22, No.33, 2016, hlm. 38.
18
Tobroni, “Spiritual Leadership: A Solution of The Leadership Crisis in Islamic Education in
Indonesia”, British Journal of Education, Vol.3, No.11,2015, Published by European Centre for Research
Training and Development UK, hlm. 42.
19
Ahmad Muhammad Al-Hufy, Akhlak Nabi Muhammad SAW, (Bandung: Gema Risalah Press,
1995), hlm.176.
20
Afzalur Rahman, Nabi Muhammad Sebagai Seorang Pemimpin Militer, (Jakarta: Bumi Aksara,
1991), hlm.68.
21
Abdul Wahid Khan, Rasulullah di Mata Sarjana Barat, terj. Muh.Muhaimin, (Yogyakarta:
Mitra Pustaka, 2001), hlm.16.
22
Abu Abdurrahman Al-Mishri, Air Mata Nabi: Sad Management Ala Nabi, (Jakarta: AMZAH,
2008), hlm.67.
Nur Azizah
22 Kepemimpinan Profetik di Pondok Pesantren Raudhatul Muttaqien Yogyakarta
ِإَّن ٱَهَّلل َي ۡأ ُم ُر ُك ۡم َأن ُت َؤ ُّد وْا ٱَأۡلَٰم َٰن ِت ِإَلٰٓى َأۡه ِلَه ا َو ِإَذ ا َح َك ۡم ُتم َبۡي َن ٱلَّن اِس َأن
٥٨ َتۡح ُك ُم وْا ِبٱۡل َع ۡد ِۚل ِإَّن ٱَهَّلل ِنِع َّم ا َيِع ُظُك م ِبۗٓۦِه ِإَّن ٱَهَّلل َك اَن َسِم يَۢع ا َبِص يٗر ا
3. Tabligh
Tabligh merupakan bagian dari dakwah untuk menyampaikan ajaran
Islam, yakni mengajak pada kebaikan dan mencegah pada kemungkaran.
Kewajiban untuk ber-amar ma’ruf nahyi munkar merupakan bentuk dari
tabligh.27
Muhammad mendapat panggilan menjadi rasul ketika ia berusia 40
tahun. Hal ini sebagai bukti bahwa beliau adalah penyampai risalah
Tuhan. Wahyu pertama turun pada tanggal 17 Ramadhan tahun ke-41 sejak
kelahiran beliau. Saat itu beliau sedang berada di dalam gua hira untuk
berkhalwat dan berepatan dengan tanggal 6 Agustus 610 M. 28 Semenjak
turunnya wahyu pertama Q.S.Al-Alaq ayat 1-5, beliau menjadi utusan Allah
SWT yang menyeru, mengajak dan memperingatkan manusia agar hanya
menyembah kepada Allah SWT.
Satu istilah yang disandang Nabi Muhammad SAW pemberian Allah
yang dituliskan Muhamamd Rasjid Ridho dalam bukunya yaitu mundhir
(pemberi peringatan) diutusnya Nabi Muhammad SAW sebagai orang
yang memberi peringatan yakni untuk membimbing umat, memperbaiki
dan mempersiapkan manusia untuk mencapai kebahagian dunia dan
akhirat.29
Penyelenggaraan proses dakwah yang dilakukan Rasulullah benar-
benar dihasilkan dari hasil pemikiran dan perhitungan yang cermat
mengenai beberapa kejadian yang akan terjadi serta melakukan
pengamatan terhadap situasi dan kondisi yang ada. Beliau juga
memperhatikan cara-cara yang teratur dan logis untuk mengungkapkan
permasalahan yang akan disampaikan, seperti mula-mula menentukan
tempat yang kondusif, memanggil orang-orang yang akan diseur, dan
kemudian beliau mengungkapkan persoalan yang tidak mungkin
diperselisihkan oleh siapa pun.30
4. Fathonah
Fathanah merupakan sifat Rasul yang keempat, yaitu akalnya
panjang, sangat cerdas sebagai pemimpin yang selalu berwibawa.
Kesuksesan Nabi Muhammad SAW sebagai pimpinan umat telah dibekali
Allah SWT dengan kecerdasan. Kecerdasan ini tidak saja diperlukan untuk
27
Rahmat Ceha, dkk., “Pemetaan Kinerja Relatif Kepemimpinan Kepala Daerah terhadap Sifat
Kepemimpinan Rasulullah SAW”, Jurnal MIMBAR, Vol. 28, No.2, 2012, hlm. 238.
28
Muhammad Ridha, Sirah Nabawiyah, terj. Anshori Umar Sitanggal Abu Farhan, (Bandung:
Irsyad Baitus Salam, 2010), hlm. 140.
29
Muhammad Rasjid Ridho, Wahyu Ilahi kepada Nabi Muhammad, dalam Sakdiah, ”Karakteristik
Kepemimpinan dalam Islam (Kajian Historis Filosofis) Sifat-sifat Rasulullah”, Jurnal Al-Bayan, Vol.22,
No.33, 2016, hlm. 43.
30
M.Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, Cet. IV, (Jakarta: Kencana, 2015), hlm. 87.
Nur Azizah
24 Kepemimpinan Profetik di Pondok Pesantren Raudhatul Muttaqien Yogyakarta
31
Sakdiah, ”Karakteristik Kepemimpinan dalam Islam…, hlm. 45.
32
Rahmat Ceha, dkk., “Pemetaan Kinerja Relatif…, hlm. 238.
33
Iffa Amalia, “Implementasi Nilai Tabligh Pada Tenaga Pengajar Dalam Proses Belajar Mengajar
Di Madrasah Aliyah Negeri Mojokerto”, Jurnal JESIT Vo. 2, No.10, 2015, hlm. 836.
Nur Azizah
Kepemimpinan Profetik di Pondok Pesantren Raudhatul Muttaqien Yogyakarta 25
setelah shalat isya yang dimulai dengan shalat sunnah tasbih dan hajat kemudian
membaca wirid secara berjamaah.34
Di dalam kegiatan belajar PPRM, terjadi proses penyucian jiwa, pikiran,
dan kalbu pada diri santri, karena pimpinan yang memberikan ilmunya telah
melaksanakannya sendiri, sehingga energi positif itu tersalurkan dengan baik.
Sedangkan untuk kesucian dan kebersihan spiritual, dilakukan melalui kegiatan
ibadah, yakni shalat berjamaah, mujahadah, zikir, membaca alquran, dan doa
(wirid).
Hal utama yang ditekankan oleh kyai ialah senantiasa menjaga kebersihan
diri dan adab dalam beribadah, agar memperoleh berkahnya ibadah. Ibadah tidak
hanya sekedar menggugurkan kewajiban dan syarat sahnya ibadah, tetapi sebagai
proses penyucian jiwa dan sarana mengembangkan kecerdasan spiritual diri
sendiri. Sebagai contoh, ibadah shalat. Shalat ialah ibadah yang diwajibkan Allah
dan mampu menjadi amar ma'ruf nahi maungkar. Banyak saat ini shalat hanyalah
sebagai rutinitas keseharian, sehingga berkahnya shalat hilang seperti buih
dilautan. Ketika shalat itu membawa keberkahan bagi yang melaksanakannya,
maka dia akan mampu menjauhi hal-hal yang di larang Allah, dan mampu
menegakkan kebaikan di atas dunia ini.35
Berdasarkan penjelasan pada implementasi kecerdasan propetik dalam
kepemimpinan sebelumnya, pimpinan pondok yaitu K.H Hamdani Bakran Adz-
Dzakiey mencerminkan pelaku pengimplementasian kecerdasan itu. Hal ini
dapat dilihat dari kepemimpinannya, yaitu beliau sebagai assessor, problem
solver, psikoterapis, guru, manajer, dan sebagai Imam.
Pada aspek pimpinan sebagai assessor, beliau mampu menilai sejauh mana
kualitas hakikat dirinya. Beliau sebagai problem solver dan psikoterapis, karena
beliau ahli di bidang psikologi propetik, banyak orang yang berobat melalui
terapi kepada beliau dan Alhamdulillah dengan izin Allah SWT secara perlahan
yang berobat diberi kesembuhan oleh Allah, serta beliau mampu untuk
mencarikan solusi bagi permasalahan seseorang. Beliau adalah manajer dan
imam di PPRM. Manajer yakni mengelola pondok pesantren hingga perlahan
mampu berkembang dengan baik dan mempertahankan kekhasannya, dan Imam
yakni beliau lebih dahulu mampu mengalami dan mengetahui baik dan buruknya
sesuatu hal, dan mampu membuat orang lain datang dan ingin mengikuti jejak
perjalanannya kepada hakikat hidup dan kehidupan yang sesungguhnya,
sehingga tidak ada alasan untuk santrinya untuk tidak mentaati. Beliau adalah
seorang guru, yakni mampu menanamkan nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan,
moral dan perjuangan melalui kisah yang dialami oleh beliau sendiri. 36
Model kepemimpinan di PPRM adalah model kepemimpinan dengan
pendekatan psikologi propetik. Dari beberapa artikel yang penulis baca, PPRM
34
Hasil wawancara dengan K.H. Hamdani Bakran Adz-Dzakiey pada tanggal 19 Maret 2018.
35
Hasil observasi penulis sebagai salah satu santri intelektual di PPRM pada tanggal 18 Maret
2018.
36
Hasil wawancara dengan salah satu santri intelektual yaitu Siti Fraisya pada tanggal 26 Maret
2018.
Nur Azizah
26 Kepemimpinan Profetik di Pondok Pesantren Raudhatul Muttaqien Yogyakarta
saat ini lebih berfokus pada implementasi prikologi propetik dalam rangka
mendekatkan diri kepada Allah, sehingga PPRM tidak memiliki lembaga
pendidikan seperti madrasah sebagaimana tahun-tahun sebelumnya. Kini PPRM
memiliki santri intelektual disamping masih ada beberapa orang santri yang
masih tinggal di PPRM. Melalui kajian setiap hari minggunya, pimpinan pondok
K.H. Hamdani Bakran Adz-Dzakiey senantiasa menekankan pada pelaksanaan
ibadah untuk mengembangkan potensi kenabian yang pada setiap individu,
karena setiap umat manusia adalah keturunan Nabi, yaitu Nabi Adam A.S.
Potensi ini kemudian akan dikembangkan secara bertahap dan perlahan. Akan
tetapi, potensi ini bisa dimiliki jika rutin dan istiqomah dalam melaksanakannya.
Simpulan
Kepemimpinan (spiritual) propetik merupakan model pengembangan
pemimpin dan kepemimpinan dengan cara memperoleh daya pengaruh
ketuhanan sebagaimana yang telah dialami oleh para nabi dan rasul, khususnya
Nabi Muhammad SAW. Kemampuan propetik yang menghasilkan model
kepemimpinan spiritual ini hanya bisa dimiliki oleh orang-orang yang sangat
dekat kepada Allah. Model kepemimpinan K.H. Hamdani Bakran Adz-Dzakiey
yang diterapkan di PPRM ialah kepemimpinan dengan pendekatan psikologi
propetik. Hal ini tercermin dari proses dari program-program yang dilaksanakan
disana yang disusun sedemikian rupa dan diajarkan kepada santri untuk
kemudian diamalkan oleh para santri. Dari sinilah terlihat bahwa kepemimpinan
propetik yang ada dalam diri pimpinan, mampu mengembangkan jiwa spiritual
para santrinya sehingga berusaha untuk meraih dan memiliki kecerdasan
propetik, yakni ketakwaan kepada Allah dan memperoleh penyucian jiwa.
Daftar Pustaka
Adz-Dzakiey, Hamdani Bakran, Kepemimpinan Kenabian (Prophetic
Leadership), Yogyakarta: Al-Manar, 2009.
Al Sarhi, Naji Zuhair, dkk., “The West and Islam Prespective of Leadership”,
Paper International Affairs and Global Strategy, Vol.18, 2014.
Nur Azizah
Kepemimpinan Profetik di Pondok Pesantren Raudhatul Muttaqien Yogyakarta 27