Anda di halaman 1dari 9

UNIVERSITAS INDONESIA

RESUME HAK PRIVILEGE


HUKUM KEBENDAAN PERDATA (KELAS REGULER B)

Rara Vasya Putri (1906384674)


Talitha Mumtaz (1906384680)
Alvin Prima Ramadani (​1906384693)
Marsyaa Ramadhani (1906384724)
Lydia Christina Angela S. (1906384743)
Aufa Rido Widagdo (1906384756)
Yasmin Nadhira (1906384775)
M. Rafi Doliandro (1906384844)
Ardheva Khalish Adiwena (1906384895)
Mohammad Fahri (1906384913)
Dupuis Sola Scriptura (1906384926)
Syahdan Dafa Qatrunnada (1906384932)
Maura Dinda Helmina (1906384945)
Elfina Dewi Roseningrum (1906384983)
Seana Imam Pambudi (1906385001)
Nico Noverian (1906385046)
Berliana Dewi Rahmawati (1906385071)
Deandra Ramadhan P. (1906385172)
I Putu Aditya Wahyu P. (1906385185)
Aurelia Cellin Bahtera (1906385203)

FAKULTAS HUKUM
PROGRAM SARJANA REGULER
DEPOK
I. Pengertian
Privilege termasuk jenis piutang yang diberikan keistimewaan atau piutang
yang lebih didahulukan (​bevoorrechte schulden​) dalam hal ada pelelangan (​executie​)
dari harta kekayaan debitur dan dalam hal terjadi kepailitan. Hak untuk didahulukan
diantara orang-orang yang berpiutang menurut ketentuan Pasal 1133 KUH Perdata
timbul dari hak istimewa (​privilege)​ , disamping gadai dan hipotik.​1
Selanjutnya, Pasal 1134 KUH Perdata mengatakan hal-hal sebagai berikut:​2
1. Hak istimewa (​privilege​) adalah suatu hak yang oleh undang-undang diberikan
kepada seorang berpiutang sehingga tingkatnya lebih tinggi daripada orang
berpiutang lainnya, semata-mata berdasarkan sifat piutangnya.
2. Gadai dan Hipotik adalah lebih tinggi daripada hak istimewa, kecuali dalam
hal-hal dimana oleh Undang-Undang ditentukan sebaliknya.
Dari perumusan dalam pasal 1134 KUH Perdata, tampak bahwa hak istimewa
diberikan oleh undang-undang, artinya: piutang-piutang tertentu, yang disebutkan
oleh undang-udang, secara otomatis mempunyai kedudukan yang didahulukan. Hak
privillege ini bersifat​ accesoir​ dan tidak dapat berdiri sendiri.​3
Hak istimewa merupakan hak yang diberikan oleh undang-undang terhadap
orang yang berpiutang sehingga tingkatannya lebih tinggi dari pada kreditur lainnya.
Sedangkan hak gadai dan hipotik merupakan bagian dari jaminan kebendaan perdata
yang memiliki ​asas droit de preference dan ​droit de suite​.4​ Pada perkembangannya
dengan dipengaruhi oleh hukum kepailitan, kreditur dibagi kedalam 3 (tiga) kategori:
separatis pemegang hak tanggungan, preferen istimewa, dan konkuren
Kreditur separatis dan preferen istimewa sama-sama memiliki hak
mendahului. Hak mendahului kreditur separatis melebihi hak mendahului kreditur
preferen istimewa, kecuali ditentukan sebaliknya berdasarkan pasal 1134 ayat (2)
KUHPerdata. Hak istimewa sebagai hak yang lahir dari undang- undang

1
Frieda Husni Hasbullah, ​Hukum Kebendaan Perdata: Hak-Hak Yang Memberi Jaminan​, cet. 3
(Jakarta:Ind Hill-Co., 2009), hlm. 175.
2
Ibid.
3
J. Satrio, Hukum Jaminan, Hak- Hak Kebendaan​, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2009), hlm.
28-29.
4
​Sentosa Sembiring, ​Hukum Kepailitan Dan Peraturan Perundang-Undangan Yang Terkait Dengan
Kepailitan​, cet. 1 (Bandung: Nuansa Aulia, 2006), hlm. 18.
mengakibatkan jumlah hak istimewa terus bertambah seiring adanya aturan dalam
undang-undang baru yang mengatur tentang hak mendahului.​5
Selain itu, menurut Prof. Subekti, meskipun ​privilege mempunyai sifat-sifat
yang menyerupai ​pand dan ​hypotheek,​ tetapi kita belum dapat menamakannya suatu
hak kebendaan, karena ​privilege itu barulah timbul apabila suatu kekayaan yang telah
disita ternyata tidak cukup untuk melunasi semua utang dan karena ​privilege itu tidak
memberikan sesuatu kekuasaan terhadap suatu benda.​6
Dalam pembagiannya, ​privilege ​terbagi dalam dua macam, yaitu​7​:
1. Privilege ​khusus yang tercantum dalam Pasal 1139 KUH Perdata ada 9,
merupakan ​privilege yang diberikan terhadap benda-benda tertentu dari
debitur:
a. Biaya perkara yang disebabkan suatu penghukuman untuk
melelang suatu benda bergerak dan tidak bergerak. Biaya ini
dibayar dari pendapatan penjualan benda tersebut lebih dahulu
dibandingkan piutang-piutang lainnya yang diistimewakan
b. Uang-uang sewa dari benda tidak bergerak, biaya-biaya
perbaikan yang menjadi kewajiban penyewa, dan segala apa
yang mengenai kewajiban memenuhi persetujuan sewa
c. Harga pembelian benda-benda bergerak yang belum dibayar
d. Biaya yang dikeluarkan untuk menyelamatkan suatu benda
e. Biaya untuk melakukan suatu pekerjaan pada suatu barang
yang masih harus dibayarkan kepada tukang
f. Apa yang telah diserahkan oleh seorang pengusaha rumah
penginapan kepada seorang tamu
g. Upah-upah pengangkutan dan biaya tambahan
h. Apa yang harus dibayar kepada tukang-tukang batu,
tukang-tukang kayu, dan tukang-tukang lain untuk
pembangunan, penambahan, dan perbaikan benda tidak
bergerak. Asal piutang tersebut tidak lebih tua dari tiga tahun

5
​Pahrur Rozi Dalimunthe, “Kedudukan Kreditur Pemegang Hak Tanggungan Kreditur Pemegang
Hak Istimewa Pajak dan Kreditur Pemegang Hak Istimewa Pekerja,” (Skripsi Sarjana Universitas Indonesia,
Depok, 2014), hlm. 9-10.
6
​P.N.H. Simanjuntak, ​Pokok-Pokok Hukum Perdata Indonesia,​ (Jakarta: Penerbit Djambatan, 1999),
hlm. 233.
7
Hasbullah, ​Hukum Kebendaan Perdata: Hak-Hak Yang Memberi Jaminan, h​ lm. 176.
dan hak milik atas persil yang bersangkutan masih tetap berada
pada si berutang
i. Penggantian serta pembayaran yang harus dipikul oleh pegawai
yang memangku suatu jabatan umum karena suatu kelalaian,
kesalahan, pelanggaran, dan kejahatan yang dilakukan dalam
jabatannya
2. Privilege ​umum diatur dalam Pasal 1149 KUH Perdata ada 7, merupakan
privilege ​yang diberikan terhadap semua kekayaan debitur:
a. Biaya perkara yang semata-mata disebabkan suatu
penghukuman untuk melelang suatu benda bergerak maupun
tidak bergerak
b. Biaya penguburan dengan tidak mengurangi kekuasaan hakim
untuk menguranginya, jika biaya-biaya itu terlampau tinggi
c. Semua biaya perawatan dan pengobatan dari sakit yang
penghabisan
d. Upah para buruh selama tahun lalu dan upah yang sedang
dibayar dalam tahun yang sedang berjalan, beserta jumlah uang
kenaikan upah menurut pasal 1602 q; jumlah uang
pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan oleh si buruh guna si
majikan; jumlah uang majikan yang harus dibayarkan kepada si
buruh berdasarkan pasal 1602 v ayat (4), pasal 7 KUH Perdata,
atau ayat o dari “Peraturan tambahan tentang Pengusaha
perkebunan”; Jumlah uang yang harus dibayarkan majikan
untuk si buruh pada waktu akhir kerja berdasarkan pasal 1603
atau 1603 s bis KUH Perdata; Jumlah uang yang harus
dibayarkan majikan untuk keluarga buruh pada waktu buruh
meninggal berdasarkan pasal 13 ayat (4) “Peraturan tambahan
tentang Pengusaha perkebunan”; Jumlah uang yang harus
dibayar majikan kepada buruh atau anak buah kapal atau sanak
keluarga yang ditinggalkan berdasarkan “Peraturan kecelakaan
anak buah kapal 1940” dan piutang berdasarkan “Peraturan
mengembalikan buruh 1939”
e. Piutang karena penyerahan bahan-bahan makanan yang
dilakukan kepada yang berhutang beserta keluarganya, selama
waktu enam bulan terakhir
f. Piutang-piutang para pengusaha sekolah berasrama untuk tahun
penghabisan
g. Piutang anak-anak yang belum dewasa dan orang-orang yang
terampu terhadap wali dan pengampu mereka mengenai
pengurasan mereka, sekadar piutang-piutang itu tidak dapat
diambilkan pelunasan dari hipotik atau lain jaminan
Di antara privilege khusus dan privilege umum, berdasarkan pasal 1138 KUHPerdata, yang
lebih didahulukan adalah pembayaran privilege khusus.

2. Ciri-ciri/Sifat ​Privilege
1. Privilege baru terjadi penyitaan barang dan hasil penjualan tidak cukup untuk
membayar seluruh hutang terhadap kreditur.
2. Privilege​ tidak memberikan kekuasaan langsung terhadap suatu benda.
3. Merupakan hak terhadap debitur.
4. Merupakan hak yang didahulukan dalam pelunasannya.

Oleh karena itu, ​Privilege bukanlah termasuk jaminan kebendaan karena pada hak
kebendaan mempunyanyi ciri-ciri sebagai berikut​8​:
1. Hak itu sudah ada tanpa harus menunggu ada penyitaan barang debitur
terlebih dahulu.
2. Hak kebendaan memberikan kekuasaan langsung terhadap suatu benda.
3. Hak kebendaan merupakan hak terhadap suatu benda.

Namun, demikian ternyata privilege diatur dalam buku II KUHPer sejajar dengan hak
kebendaan. Hal ini disebabkan ​Privilege juga memiliki sifat ​droit de suite dan
merupakan hak yang memberikan jaminan seperti gadai dan hipotik. Namun, para
sarjana menganggap bahwa pengaturan ​privilege dalam buku II tersebut kurang tepat,
sebab menurut mereka ​privilege bukan merupakan hak kebendaan melainkan hanya
merupakan hak untuk lebih didahulukan dalam pelunasan/pembayaran piutangnya.

8
​ ​Ibid., h​ lm. 177.
Oleh karena itu, sebaiknya ​privilege diatur di luar KUHPer, yaitu dalam Hukum
Acara Perdata yang termasuk ​Executie Recht sebab arti pentingnya ​privilege atau hak
didahulukan itu adalah dalam hal adanya ​executie ​(pelelangan) harta kekayaan debitur
dan dalam hal debitur jatuh pailit.

Oleh karena itu, privilege juga bukan merupakan jaminan perorangan sebab hak
perorangan itu timbul pada saat suatu perjanjian terjadi misalnya, jual beli, sewa
menyewa dan lain-lain, sedangkan ​privilege timbul bila barang-barang yang disita
tidak mencukupi untuk melunasi bayar hutang. Disamping itu hak perorangan
langsung memberikan suatu tuntutan/tagihan terhadap seorang, sedangkan ​privilege
baru ada tuntutan dalam hal debitur pailit.

Selain itu, meskipun ​privilege memberikan jaminan, tetapi ada perbedaannya dengan
Gadai dan Hipotik, yaitu adanya Gadai dan Hipotik adalah karena diperjanjikan,
sedangkan privilege diberikan./ditentukan dalam oleh Undang-Undang. Kemudian
Gadai dan Hipotik lebih didahulukan daripada ​privilege,​ kecuali dalam hal ditentukan
sebaliknya oleh Undang-Undang. Sementara itu antara Gadai dan Hipotik tidak di
persoalkan mana yang harus didahulukan sebab Gadai berkaitan dengan bergerak,
sedangkan Hipotik dikaitkan dengan benda tidak bergerak. Selanjutnya pada Gadai
para pihak bebas menjamin dengan dengan Gadai terhadap piutang apapun juga,
sedangkan ​privilege​, Undang-Undang mengaitkan ​privilege itu pada
hubungan-hubungan tertentu.

Meskipun Gadai dan Hipotik berada dalam urutan di atas ​Privilege artinya hak
utama yang diperjanjikan berada di atas hak utama menurut undang-undang namun
ada pengecualiannya yaitu dalam hal undang-undang menentukan sebaliknya;
termasuk di dalamnya antara lain hutang-hutang sebagai berikut​9​ :
1. Ongkos-ongkos dalam rangka eksekusi
2. Uang sewa
3. Ongkos-ongkos yang dikeluarkan untuk pemeliharaan benda-benda
yang bersangkutan sesudah benda-benda tersebut digadaikan.

9
​Ibid.​, hlm. 179.
4. Beberapa ​Privileg​e lainnya seperti pajak-pajak, bea-cukai dan
lain-lain.
5. Hak-hak utama dalam pasal 318 KUH Dagang dan lain-lain.

Kemudian menurut Pasal 1140 KUHPerdata seseorang (pemilik) yang


menyewakan tanah dan rumahnya dapat melaksanakan hak istimewanya atas segala
sesuatu yang melekat pada tanah, yang berada di atas tanah seperti barang-barang
perabot rumah yang digunakan untuk menghiasi rumah sewaan atau untuk mengolah
maupun mengerjakan tanahnya untuk uang sewa yang belum dibayar dengan tidak
mempedulikan apakah benda-benda tersebut di atas kepunyaan si penyewa ataupun
ataupun milik orang lain yang menitipkannya. Namun demikian jika si penyewa
secara sah telah menyewakan lagi sebagian dari barang sewaannya kepada orang lain
maka pihak yang menyewakan (penyewa) tidak dapat melaksanakan hak istimewa
atas benda-benda tersebut berdasarkan pertimbangan bagian yang dioper oleh si
penyewa kedua tersebut dan dalam hal ini si penyewa kedua itu dapat menunjukan
bahwa ia telah membayar uang sewanya menurut persetujuan.
Selanjutnya berdasarkan Pasal 1142 KUHPerdata pihak yang menyewakan
(pemilik) dapat meminta dikembalikannya benda-benda bergerak tersebut dan
menyitanya jika benda-benda itu dipindahkan ketempat lain tanpa izinnya dan ia tetap
memiliki hak istimewa atas benda-benda yang bersangkutan meskipun telah
digadaikan kepada orang lain asal ia menggunakan haknya menuntut ke Pengadilan
dalam waktu 40 (empat puluh) hari untuk benda-benda yang dipakai dalam suatu
perkebunan, atau 14 (empat belas) hari untuk benda-benda yang dipakai menghiasi
sebuah rumah. Hak istimewa dari pihak penyewa (pemilik) tersebut meliputi segala
uang sewa yang sudah dapat ditagih tersebut meliputi segala uang sewa yang sudah
dapat ditagih selama tiga tahun terakhir dan tahun yang sedang berjalan.

3. Hak Reklame
Menurut Pasal 1145 KUH Perdata, hak reklame adalah hak yang diberikan kepada
penjual untuk menuntut kembali barang-barangnya selama barang tersebut masih berada di
tangan pembeli (hak meminta kembali).​10 Jual-beli (menurut B. W.) adalah suatu perjanjian
bertimbal-balik dalam mana pihak yang satu (si penjual) berjanji untuk menyerahkan hak

10
Wibowo T. Tunardi, “Hak Reklame dan Rentetie,” ​Jurnal Hukum​,
https://www.jurnalhukum.com/hak-reklame-dan-hak-retentie/​, diakses pada 3 Oktober 2020.
milik atas suatu barang, sedang pihak yang lainnya (si pembeli) berjanji untuk membayar
harga yang terdiri atas sejumlah uang sebagai imbalan dari perolehan hak milik tersebut.​11
Menurut pasal 1474 KUH Perdata, kewajiban utama penjual ada dua yaitu
menyerahkan dan menjamin keamanan (​Crijwaren)​ benda itu dari gugatan pihak ketiga serta
menjamin tidaknya cacat tersembunyi, sedangkan menurut pasal 1513 KUH Perdata
kewajiban utama pembeli ialah membayar harga benda yang dibeli.​12 Namun, apabila
pembeli tidak memenuhi prestasinya, yaitu membayar harga barang, maka penjual berhak
menuntut kembali barangnya sesuai pasal 230 KUH Dagang. Jika penjualan telah dilakukan
secara tunai, maka selama barang-barang tersebut masih berada di tangan si pembeli, si
penjual berhak menuntut kembali barang-barangnya asal saja permintaan kembali dilakukan
dalam kurun waktu 30 hari setelah penyerahan barang kepada si pembeli dan barang tersebut
masih berada dalam keadaan semula.​13 Hak reklame dimaksudkan untuk jual beli barang
kecil-kecilan dan secara tunai. Selain KUH Perdata, hak reklame juga terdapat dalam Pasal
230 KUH Dagang dan seterusnya. Namun, peraturan yang terdapat dalam KUH Dagang
hanya dimaksudkan apabila si pembeli mengalami status pailit dan dimaksudkan lebih
banyak untuk jual beli barang-barang dalam jumlah besar yang pada umumnya dilakukan
secara kredit. Secara umum, si penjual berhak untuk menuntut kembali atau melakukan hak
reklamenya apabila barang-barangnya yang sifatnya sebagai barang-barang bergerak telah
dijual dan diserahkan namun harganya tidak dibayar sepenuhnya dan mengakibatkan si
penjual tersebut memiliki status pailit. Dalam hal si pembeli telah membayar sebagian
harganya namun si penjual meminta kembali barang-barangnya maka ia wajib
mengembalikan uang yang telah diterimanya kepada ​Weeskamer (Balai Harta Peninggalan).
Demikian juga dalam hal pembeli menggadaikan barang-barang tersebut, maka si penjual
dapat meminta kembali barang-barang tersebut dari pemegang gadai asal ia mengembalikan
uang pinjaman beserta bunganya​14​. Dengan demikian, Prof Subekti pada hakekatnya
menyebutkan hak reklame merupakan suatu hak dari si penjual untuk membatalkan
perjanjian jual beli.

11
R. Subekti, ​Aneka Perjanjian, ​cet. 9 (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2014), hlm. 1.
12
H.M.N. Purwosutjipto, ​Pengertian Hukum Dagang Indonesia 8​, cet. 3 (Jakarta: Djambatan, 1992),
hlm. 144.
13
​Hasbullah, ​Hukum Kebendaan Perdata: Hak-Hak Yang Memberi Jaminan​, hlm. 180.
14
​Ibid​. Hal 181-182
REFERENSI

Dalimunthe, Pahrur Rozi. “Kedudukan Kreditur Pemegang Hak Tanggungan Kreditur


Pemegang Hak Istimewa Pajak Dan Kreditur Pemegang Hak Istimewa Pekerja.”
Skripsi Sarjana Universitas Indonesia, Depok, 2014.

Hasbullah, Frieda Husni. ​Hukum Kebendaan Perdata: Hak-Hak Yang Memberi


Jaminan.​ Cet. 3. Jakarta:Ind Hill-Co., 2009.

Satrio, J. ​Hukum Jaminan, Hak- Hak Kebendaan​. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,
2009.

Purwosutjipto, H.M.N. ​Pengertian Hukum Dagang Indonesia 8​. Cet. 3. Jakarta:


Djambatan, 1992.

Sembiring, Sentosa. ​Hukum Kepailitan Dan Peraturan Perundang-Undangan Yang


Terkait Dengan Kepailitan.​ Cet. 1. Bandung: Nuansa Aulia, 2006.

Simanjuntak, P.N.H. ​Pokok-Pokok Hukum Perdata Indonesia.​ Jakarta: Penerbit


Djambatan, 1999.

​ et. 9. Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2014.


Subekti, R. ​Aneka Perjanjian. C

T. Tunardi, Wibowo. “Hak Reklame dan Rentetie.” ​Jurnal Hukum​.


https://www.jurnalhukum.com/hak-reklame-dan-hak-retentie/​. Diakses pada 3
Oktober 2020.

Anda mungkin juga menyukai