Anda di halaman 1dari 8

KOMUNIKASI ALAM BEBAS

Oleh
M Fachrul Latief (M-939-UI)

Salah satu faktor yang menjadikan kegiatan di alam bebas menjadi berbahaya adalah akses para
penggiatnya terhadap informasi yang dibutuhkan untuk menghadapi suatu medan tertentu atau
mengantisipasi setiap perubahan kondisi alam yang mempengaruhi perubahan rencana kegiatan. Jika
dalam kehidupan sehari-hari kita melakukan komunikasi dengan para pemilik informasi untuk mengatasi
keterbatasan atas informasi yang kita miliki, maka hal yang sama juga dilakukan oleh seorang atau
sekelompok penggiat alam yang membutuhkan beragam informasi untuk memastikan bahwa aktivitas
yang sedang dilakukan dapat terlaksana tanpa musibah akibat perubahan kondisi alam yang dapat terjadi
kapan saja dari pihak lain yang sedang tidak bersama dengan mereka. Komunikasi yang dilakukan oleh
para penggiat alam bebas ini juga bertujuan untuk memberikan informasi tentang kondisi dialam bebas
kepada pihak lain yang juga membutuhkan informasi. Dengan demikian komunikasi menjadi sangat
penting dmi terciptanya relasi saling menguntungkan antar pemilik informasi maka komunikasi perlu
dilakukan.

A. PRINSIP KOMUNIKASI ALAM BEBAS


Pada dasarnya komunikasi yang dilakukan sama seperti kita berkomunikasi pada umumnya tapi
bagaimana caranya agar informasi yang ingin disampaikan ataupun ingin diketahui dapat berjalan
dengan baik oleh karena itu dibutuhkan sebuah prinsip agar komunikasi antara pihak yang berada di
alam bebas dengan pihak yang berada ditempat lain menjadi lebih efektif. Adapun prinsip-prinsip
tersebut adalah TEPAT, JELAS, dan SINGKAT. Agar prinsip tersebut dapat dipenuhi maka ada
beberapa hal yang perlu dipastikan :
1. Sifat dan jenis informasi : Pastikan jenis informasi yang ingin disampaikan atau diterima
(Rahasia,darurat,informasi cuaca,medis, dll)
2. Identitas pihak yang diajak berkomunikasi : Pastikan untuk berkomunikasi dengan pihak yang
tepat, yang memiliki kompetensi untuk memberikan atau mengolah informasi yang akan diterima
atau disampaikan.
3. Bahasa dalam berkomunikasi : Pastikan bahwa yang digunakan dalam proses komunikasi tidak
menyebabkan kesalahpahaman dan mudah dimengerti. Dalam kondisi tertentu, seperti
komunikasi melalui radio transceiver atau dalam keadaan tertentu membutuhkan tingkat
kerahasiaan tinggi diperlukan suatu sandi yang sebelumnya telah disepakati oleh kedua pihak
atau lebih yang berkomunikasi.

Dalam hal ini Mapala UI menyepakati untuk memudahkan mekanisme control/koreksi dan
pengolahan terhadap informasi yang akan dan telah disampaikan adalah dengan membuat suatu
table informasi. Baik informasi keluar atau masuk. Tabel informasi ini pun dibuat dan ditempatkan
oleh kedua pihak atau lebih yang sedang berkomunikasi. Contoh tabel informasi :
Hari,Tanggal Waktu Pengirim Penerima Media Isi Pesan Keterangan
Kamis,25 13.00 Anto Budi VHF (koordinat,rencana (tindak lanjut
des 2016 Trancei pergerakan,kondisi yang perlu
ver/HT kesehatan peserta dilakukan dan
/Telpo perjalanan, kondisi atau hal lain yang
n/SMS cuaca, informasi perlu diketahui)
khusus yang perlu
disampaikan)

B. SISTEM KOMUNIKASI
Sistem komunikasi lebih kurang mirip dengan system birokrasi. Sistem yang bertahap tahap ini
berguna untuk menghindari kesalahpahaman dan menyeleksi informasi yang akan di-relay (jika
diperlukan). Sistem komunikasi di alam bebas ini pun sangat erat hubungannya dengan system
perjalanan.

Sehingga sistem ini dibagi menjadi dua berdasarkan bentuk kegiatan dan sistem jalannya yaitu
sistem Himalayan dan sistem Alpine. Secara garis besar sistem komunikasi di alam bebas terdiri dari
dua bagian yaitu komunikasi internal dan eksternal. Seperti diagram diatas jelas bagaimana system
komunikasi dilapangan dibentuk. Dalam berkegiatan di Mapala UI, tim base camp tidak selalu berada
di sekretariat Mapala UI. Terkadang jarak dan akses yang berbeda di tiap daerah dapat memungkinkan
base camp berada di sekitar tempat berkegiatan dan sekretariat Mapala UI dapat berperan sebagai
pusat informasi kedua yang berfungsi untuk mengbackup data saja bukan sebagai pusat kordinasi.

Dalam system komunikasi ini yang memiliki peran penting adalah tim base camp. Tim base camp
memiliki peran sebagai pusat koordinasi dan pusat informasi utama. Tim base camp berperan sebagai
jembatan antara tim yang ada di lapangan dan pihak luar. Untuk memenuhi fungsinya tersebut, tim
base camp harus :
- Responsive dan siaga
- Teliti, disiplin, rinci, dan tidak mudah panic
- Memiliki pembuat keputusan yang handal
- Memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi dengan berbagai pihak
- Memiliki peralatan komunikasi yang baik
- Berada di tempat yang mudah diakses orang lain. Setidaknya berada di sekitar pemukiman warga
C. SKENARIO KOMUNIKSI
- Komunikasi Internal
Skenario komunikasi internal ini hanya dilakukan antar personal dalam kelompok yang sedang
bergiat di alam bebas. Sistem komunikasi dan alat komunikasi yang digunakan pun bergantung
dari jumlah personal dalam kelompok,jenis kegiatan (panjat tebing, arung jeram,telusur gua,
menyelam, dan mendaki gunung). Namun terlepas dari sistem dan alat komunikasi yang
digunakan, komunikasi internal bertujuan untuk memastikan kondisi tiap personal dalam tim yang
akan digunakan sebagai acuan oleh pemimpin perjalanan (penanggung jawab teknis) dalam
mengambil keputusan dalam kondisi tertentu. Selain itu data yang telah dikumpulkan pun
berguna sebagai referensi dalam memberikan laporan mengenai kondisi tim kepada pihak
eksternal. Sehingga selain sebagai sarana bersosialisasi, sistem komunikasi yang dibentuk pun
dapat digunakan sebagai sumber informasi. Contoh diagram skenario komunikasi internal :

- Komunikasi Eksternal
Pada dasarnya pihak eksternal ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu pihak eksternal (pihak kedua)
yang berfungsi untuk memantau kegiatan yang ada di lapangan sekaligus untuk merelay
informasi-informasi yang dianggap perlu untuk diketahui orang lain, dan pihak lain (pihak ketiga)
yang tidak melakukan hubungan komunikasi langsung (memantau) dengan penggiat alam
tersebut . Terkadang pihak eksternal (pihak kedua) ini pun berperan untuk menyampaikan
informasi penting yang mungkin tidak diketahui oleh tim yang ada di lapangan. Misalnya kondisi
social politik di desa atau pemukiman yang akan dilalui (seperti perang saudara) atau mungkin
mengenai prakiraan cuaca yang informasinya sulit di akses oleh tim lapangan. Di Mapala UI pihak
eksternal ini biasa disebut sebagai tim base camp. Tim base camp ini beranggotakan anggota
Mapala UI yang bertugas untuk memantau kegiatan tersebut. Sebagai bentuk kontrolnya, Mapala
UI selalu membuat log book komunikasi yang harus diisi secara rutin sesuai dengan kesepakatan.
Pihak eksternal yang lainnya (pihak ketiga) adalah pihak-pihak terkait yang dianggap perlu
menerima informasi-informasi tertentu. Pihakpihak tersebut antara lain: orang tua atau kerabat
dekat personal yang sedang bergiat di lapangan, BASARNAS, ORARI, RAPI, Rumah Sakit,
Kepolisian, dll. Pihak-pihak ini tidak berkewajiban untuk memantau terus menerus kegiatan yang
dilakukan di lapangan. Informasi-informasi hanya perlu diketahui oleh pihak ini dalam kondisi
tertentu saja, yang biasanya dinilai darurat. Pihak ini disebut sebagai pihak ketiga. Contoh diagram
skenario komunikasi eksternal :

- Komunikasi Emergency
Dalam sebuah kegiatan perjalanan alam bebas mungkin saja terjadi insiden yang membutuhkan
penanganan yang cepat dan tepat sehingga diperlukan alur komunikasi yang efektif sehingga
keputusan dapat diambil dengan cepat dan mendapatkan penanganan yang tepat. Salah satu
contoh alur komunikasi emergency yang sering digunakan Mapala UI dalam berkegiatan di alam
bebas seperti dibawah.

Yang menentukan keputusan akhir adalah penanggung jawab teknis dimana sebelum pj.teknis
menentukan keputasan yang ia ambil, ia harus mendapatkan informasi lengkap tentang apa yang
dialami si korban kemudian apakah perlu untuk di evakuasi atau tidak. Jika perlu melakukan
evakuasi maka pj.teknis akan berkordinasi dengan pj.komunikasi untuk menyiapkan apa saja yang
dibutuhkan agar evakuasi dapat berjalan dengan baik. Pj.komunikasi akan berkoordinasi dengan
tim base camp untuk menghubungi pihak terkait seperti rumah sakit, kendaraan untuk
menjemput dan pihak-pihak pendukung lainnya.
Berikut adalah panduan dan pertimbangan yang biasa digunakan oleh Mapala UI dalam
melakukan komunikasi saat bergiat di alam bebas:
o Selalu melakukan briefng bersama dan memberikan rencana perjalanan (termasuk planB)
kepada tim base camp yang bertugas memantau kegiatan tersebut.
o Selalu menjadikan rencana perjalanan dan informasi terakhir sebagai acuan dalam
mengambil keputusan.
o Tidak cepat panik.
o Tidak mencari bantuan ke pihak lain selama belum terdapat kejelasan dan tim masih
berada dalam waktu yang direncanakan sebelumnya.
o Tim base camp harus melakukan analisa (peta, cuaca, peralatan, dan data terakhir) yang
berguna untuk memprediksi kondisi tim dalam kondisi kehilangan kontak (lost contact)
o Jika tim yang ada di lapangan mengalami keterlambatan dalam kepulangan (menuju exit
point atau emergency point seperti yang telah direncanakan sebelumnya), maka tim base
camp harus memberi waktu 2 X 24 jam dan melakukan persiapan jika ternyata setelah 2
X 24 jam tim di lapangan tidak tiba di titik yang ditentukan atau tidak melakukan kontak
dengan tim base camp
o Dalam kondisi kehilangan kontak tim di lapangan harus tetap melakukan kegiatan sesuai
apa yang telah direncanakan sebelumnya.

D. JENIS JENIS ALAT KOMUNIKASI & PERHITUNGANNYA


Keragaman alat komunikasi yang tersedia masa kini memberi kita banyak kemudahan dalam memilih
jenis alat komunikasi tertentu. Namun, seperti halnya sistem komunikasi, pilihan atas jenis alat
komunikasi yang akan digunakan pun ditentukan oleh banyak variabel. Variabel tersebut antara lain
adalah bentuk permukaan bumi (topograf), perubahan suhu, dan cuaca pada umumnya, total beban
keseluruhan (logistik dan peralatan lainnya) yang akan dibawa, lama perjalanan, dan budget yang
digunakan. Sehingga perencanaan dan riset pra perjalanan sangat dibutuhkan dalam menentukan
jenis alat komunikasi yang akan digunakan. Berikut adalah tabel perbandingan yang dapat membantu
kita dalam memilih jenis alat komunikasi.

1. Telepon Satelit
Telepon satelit adalah suatu layanan telekomunkasi berupa telepon tanpa kabel yang
menempatkan base transceiver station (BTS) nya di udara sehingga memiliki jangkauan lebih luas
disbanding telepon berbasis GSM yang menempatkan BTS-nya di darat. Karena memiliki
jangkauan yang luas. Telepon satelit dapat digunakan di daerah pegunungan, pedalaman hingga
di tengah lautan. Berbeda dengan telepon GSM yang jangkauannya terbatas. Telepon satelit tidak
menggunakan insfrastruktur yang ada di bumi untuk melakukan panggilan.
a. Jenis telepon satelit
Telepon satelit dibagi menjadi dua jenis, di antaranya :
o Telepon satelit genggam
Telepon ini dapat digunakan seperti telepon genggam biasa yang memiliki jangkauan
lebih luas namun harus tetap berada di luar ruangan. Digunakan oleh petualang,
pertolongan darurat, dan daerah terjadi bencana.
o Telepon satelit menetap
Telepon ini mirip dengan telepon rumah dan dapat digunakan didalam ruangan karena
antenna dipasang diluar ruangan yang terlihat dari langit.

2. Radio komunikasi
Berdasarkan panjang gelombang yang digunakan, radio komunikasi dibagi ke dalam beberapa
bagian :

a. Radio Bergerak
Beberapa contoh radio bergerak adalah hand talky(HT) dan walkie talky(WT). Untuk radio
bergerak biasanya kita menggunakan HT sebagai media komunikasi yang digunakan
penggiat yang ada dilapangan untuk berkomunikasi.

b. Radio Base station


Dalam berkegiatan dialam bebas Mapala UI sering menggunakan radio base station
sebagai tempat yang mengolah informasi yang disampaikan oleh penggiat yang ada
dialam bebas. Kemudian informasi ini yang akan disampaikan ke pihak-pihak terkait.
Untuk mendirikan atau membangun sebuah base station diperlukan beberapa persiapan
dan alat yang harus digunakan. Adapun beberapa alat yang digunakan seperti berikut :
 Radio rig
 Antena
 Power supply
 Kabel coax
 SWR meter

Sebelum mendirikan base station perlu ada perhitungan yang dilakukan terhadap radio,
antena dan panjang kabel yang digunakan agar ketiga alat tersebut matching dengan
frekuensi yang ingin kita gunakan.

1. Riset frekuensi kosong yang bisa digunakan untuk daerah kegiatan yang akan
berlangsung.
2. Setelah menemukan frekuensi yang ingin digunakan maka kita akan menghitung
kabel jumper. Dimana kabel jumper ini nanti digunakan untuk menghitung panjang
kelipatan ganjil kabel yang ingin digunakan sesuai kebutuhan. Cara menghitungnya
dengan menggunakan formula seperti berikut :
300
∗ 𝑣𝑒𝑙𝑜𝑐𝑖𝑡𝑦 = 𝑥 (𝑚)
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖
Keterangan :
 velocity = merupakan ukuran dari type(merk) kabel yang ingin digunakan.
 x = hasil yang didapat diatas dalam ukuaran 1 lamda

Dan yang akan digunakan pada kabel jumper adalah ukuran “setengah lamda”
sehingga hasil yang didapat tadi harus di bagi 2. Maka itu adalah ukuran kabel jumper
yang akan digunakan. Formula :
𝑥
= 𝑡 (𝑐𝑚)
2
Keterangan :
 t = hasil yang didapat dalam ukuran setengah lamda

3. Karena ukuran panjang dari kabel jumper sudah diketahui maka kita bisa mengetahui
berapa panjang kabel yang kita butuhkan dari antenna sampai ke meja kerja radio.
Formula sebagai berikut :
𝑥 ∗ 𝑝 = 𝑞 (𝑚)
Keterangan :
 p = kelipatan ganjil
 q = ukuran kabel coax yang dibutuhkan

4. Dan terkahir yang harus dihitung adalah ukuran antenna yang ingin digunakan.
Formula untuk ukuran antenna.
300
∗ 0.95 ∗ 𝑐 = 𝑧 (𝑐𝑚)
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖
Keterangan :
 0.95 = rambatan untuk logam dan kuningan
 c = ukuran antenna yang ingin digunakan ( bisa 5/8 lamda, 1/4lamda, atau 1,2 lamda)
 z = ukuran panjang antenna
Setelah semua perhitungan telah selesai dihitung kemudian base station siap untuk
digunakan.

E. PERENCANAAN KOMUNIKASI

Dalam setiap kegiatan alam bebas komunikasi juga memiliki perenan penting dalam kelancaran dan
keberhasilan. Oleh karena itu perencanan komunikasi harus dipersiapan semaksimal mungkin. Hal
yang paling utama yang harus dilakukan adalah riset yang mendalam tentang tempat yang akan
menjadi area berkegiatan. Beberapa hal yang harus di persiapkan :
1. Data semua lokasi penyedia layanan kesehatan seperti puskemas, klinik, dan rumah sakit.
Kemudian lakukan koordinasi agar layanan kesehatan terdekat dapat memberikan pertolongan
pertama jika terjadi kejadian emergency pada saat kegiatan.
2. Koordinasi dengan oraganisasi atau lembaga radio amatir sehingga dapat saling membackup
saluran komunikasi jika terjadi masalah dengan alat komunikasi yang dimiliki.
3. List setiap kebutuhan alat yang akan digunakan dan pastikan kembali h-2 sebelum keberangkatan
sehingga tidak ada barang yang tertinggal.
4. Selalu koordinasi dengan penanggung jawab teknis mulai dari jalur, daerah evakuasi, perkiraan
lama kegiatan.
5. Dalam base station minimal ada 3 personil yang menempati dan tunjuk satu penanggung jawab
untuk base station.

F. MANAJEMEN ALAT KOMUNIKASI

Setiap alat komunikasi juga memiliki masa pakai yang harus diperhatikan layaknya alat elektronik pada
umumnya. Oleh karena itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menjaga dan merawat
alat-alat komunikasi sehingga dapat digunakan semaksimal mungkin dalam rentang waktu yang telah
ditentukan.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perawatan alat komunikasi :


1. Setelah selesai berkegiatan dialam bebas, semua alat harus dicek kembali kondisinya seperti pada
saat dibawa untuk berkegiatan.
2. Untuk kabel-kabel yang digunakan setidaknya dalam 3 bulan sekali harus diluruskan sehingga
kabel tidak selalu terlipat didalam ruang penyimpanan.
3. Khusus untuk HT pada saat disimpan usahakan kapasitas baterai tidak dalam kondisi penuh
maupun habis total, upayakan maksimal dalam kondisi 20% terisi.
4. Upayakan dalam pengemasan alat-alat komunikasi yang ingin digunakan menuju tempat
berkegiatan diperhatikan dengan baik agar tidak terbentur satu sama lain, kemudian untuk
antenna diberikan tempat khusus agar tidak mudah patah.

Anda mungkin juga menyukai