Anda di halaman 1dari 8

BUKU JAWABAN TUGAS MATA

KULIAH TUGAS 2

Nama Mahasiswa : Nurlia

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 043146355

Kode/Nama Mata Kuliah : ADPU4442/Sistem Informasi Manajemen

Kode/Nama UPBJJ : 82/Palu

Masa Ujian : 2023/2024 Ganjil (2023.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
JAWABAN NOMOR 1

Program JARKOM adalah program pelatihan jurnalistik dan komunikasi publik yang
diselenggarakan oleh Kominfo RI untuk meningkatkan kualitas informasi dan komunikasi publik
yang disampaikan oleh ASN di seluruh Indonesia. Program ini didasarkan pada Inpres No. 9 Tahun
2015 tentang Pengelolaan Komunikasi Publik, yang menginstruksikan kepada para Menteri, Kepala
Lembaga Non Kementerian, Gubernur, dan Bupati/Wali Kota untuk mendukung pelaksanaan
komunikasi publik sesuai tugas, fungsi, dan kewenangan dari masing-masing K/L.

Menurut Goyal (2003:78), ada tujuh indikator atau atribut informasi yang mempengaruhi kualitas
informasi, yaitu:
1. Ketepatan waktu (timeliness): informasi harus mencapai penerima dalam jangka waktu yang
ditentukan atau sesuai dengan kebutuhan pengambilan keputusan.
2. Akurasi (accuracy): informasi harus bebas dari kesalahan, bias, atau penyesatan, dan harus jelas
mencerminkan maksudnya.
3. Relevansi (relevance): informasi harus sesuai dengan kepentingan, tujuan, atau konteks penerima
atau pengguna informasi.
4. Kecukupan (adequacy): informasi harus memenuhi kuantitas atau volume yang dibutuhkan oleh
penerima atau pengguna informasi.
5. Kelengkapan (completeness): informasi harus mencakup semua aspek atau dimensi yang berkaitan
dengan masalah atau situasi yang dihadapi oleh penerima atau pengguna informasi.
6. Kejelasan (explicitness): informasi harus disajikan dengan cara yang mudah dipahami, ditafsirkan,
dan digunakan oleh penerima atau pengguna informasi.
7. Berbasis pengecualian (exception based): informasi harus menyoroti atau menekankan hal-hal
yang menyimpang dari norma, standar, atau harapan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Indikator-indikator kualitas informasi tersebut dapat dikaitkan dengan peningkatan kualitas informasi
dan komunikasi publik yang menjadi program Kominfo RI, sebagai berikut:
1. Ketepatan waktu: informasi tentang program JARKOM yang diselenggarakan oleh Kemkominfo
merupakan informasi yang terkini dan relevan dengan perkembangan teknologi informasi saat ini.
program JARKOM juga bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan jurnalistik
ASN dalam pembuatan konten terkait program pemerintah, sehingga informasi tersebut dapat
disampaikan kepada masyarakat secara cepat dan tepat sesuai dengan perkembangan situasi dan
kebutuhan publik.
2. Akurasi: informasi tentang program JARKOM disajikan dengan data dan fakta yang akurat, seperti
tujuan, sasaran, pelaksanaan, dan manfaat dari program tersebut. Informasi ini juga tidak
mengandung kesalahan, bias, atau penyesatan yang dapat merugikan pihak-pihak yang terkait.
program JARKOM juga bertujuan untuk meningkatkan kemampuan teknis ASN dalam
mengembangkan dan mengelola informasi pada instansi masing-masing, sehingga informasi
tersebut dapat bebas dari kesalahan, bias, atau penyesatan, dan dapat mencerminkan keadaan yang
sebenarnya.
3. Relevansi: program JARKOM didasarkan pada Inpres No. 9 Tahun 2015 tentang Pengelolaan
Komunikasi Publik, yang menginstruksikan kepada para Menteri, Kepala Lembaga Non
Kementerian, Gubernur, dan Bupati/Wali Kota untuk mengambil langkah-langkah yang
diperlukan sesuai tugas, fungsi, dan kewenangan dari masing-masing K/L dalam rangka
mendukung pelaksanaan komunikasi publik. Hal ini menunjukkan bahwa program JARKOM
sesuai dengan kepentingan, tujuan, atau konteks pemerintah dan masyarakat dalam hal
penyampaian informasi. khususnya ASN yang bertugas sebagai pengelola media instansi di
seluruh Indonesia. Informasi ini juga dapat memberikan wawasan dan pengetahuan tentang
jurnalistik dan komunikasi publik yang dibutuhkan oleh ASN tersebut.
4. Kecukupan: informasi tentang program JARKOM memadai untuk tujuan penggunaan, yaitu untuk
memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat tentang program pemerintah dalam bidang
komunikasi publik. Informasi ini juga tidak berlebihan atau kurang, tetapi sesuai dengan
keseimbangan antara kuantitas dan kualitas informasi. program JARKOM diikuti oleh ASN yang
bertugas pengelola media instansi di seluruh Indonesia, sehingga diharapkan dapat memenuhi
kuantitas atau volume informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat di berbagai daerah dan sektor.
5. Kelengkapan: informasi tentang program JARKOM mencakup semua aspek yang penting, seperti
latar belakang, tujuan, sasaran, pelaksanaan, manfaat, dan dampak dari program tersebut.
Informasi ini juga tidak ada yang terlewatkan, tetapi memberikan gambaran yang utuh dan
menyeluruh tentang program tersebut. program JARKOM meliputi pelatihan jurnalistik dalam hal
pembuatan konten berita, foto, video, dan grafis, sehingga diharapkan dapat mencakup semua
aspek atau dimensi yang berkaitan dengan program pemerintah yang ingin disampaikan kepada
masyarakat.
6. Kejelasan: informasi tentang program JARKOM jelas, mudah dipahami, dan tidak ambigu atau
samar-samar. program JARKOM mengajarkan ASN untuk menyajikan informasi dengan cara
yang mudah dipahami, ditafsirkan, dan digunakan oleh masyarakat, dengan menggunakan bahasa
yang sederhana, jelas, dan dengan ilustrasi atau visualisasi yang menarik serta menggunakan
media yang sesuai dan efektif.
7. Berbasis pengecualian: informasi tentang program JARKOM menyoroti hal-hal yang tidak normal,
penting, atau mendesak, seperti tantangan dan solusi yang dihadapi oleh pemerintah dalam bidang
komunikasi publik, serta prestasi dan inovasi yang dicapai oleh Kemkominfo dalam program
tersebut. Informasi ini juga tidak mencampurkan dengan hal-hal yang rutin atau biasa, tetapi
memberikan nilai tambah dan diferensiasi kepada masyarakat.

JAWABAN NOMOR 2
Sistem informasi manajemen (SIM) adalah sistem yang mengintegrasikan teknologi informasi, orang,
dan proses untuk mengumpulkan, menyimpan, memproses, dan menyebarkan informasi yang relevan
dan berkualitas bagi para pengambil keputusan di berbagai tingkatan manajemen dalam suatu
organisasi
Struktur Sistem Informasi Manajemen Berdasarkan Tingkatan Aktivitas Manajemen menurut
Anthony sebagaimana yang dikutip dalam Goyal (2003) adalah sebagai berikut:
1. Tingkat operasional: aktivitas manajemen yang berhubungan dengan pengelolaan operasi sehari-
hari dari organisasi, seperti transaksi, proses, dan rutinitas. Sistem informasi yang mendukung
tingkat operasional disebut sistem informasi operasional (operational information systems), yang
bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasi dengan menyediakan informasi
yang akurat, tepat waktu, dan relevan bagi para pelaksana operasi. Contoh SIO adalah sistem
informasi akuntansi, sistem informasi sumber daya manusia, sistem informasi persediaan, dan
sistem informasi pemasaran.
2. Tingkat manajemen: aktivitas manajemen yang berhubungan dengan pengawasan, pengendalian,
dan pengkoordinasian operasi organisasi, serta perencanaan jangka pendek dan menengah. Sistem
informasi yang mendukung tingkat manajemen disebut sistem informasi manajemen (management
information systems), yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan
manajerial dengan menyediakan informasi yang cukup, lengkap, dan berbasis pengecualian bagi
para manajer. Contoh SIM adalah sistem informasi anggaran, sistem informasi laporan kinerja,
sistem informasi proyek, dan sistem informasi perencanaan.
3. Tingkat strategis: aktivitas manajemen yang berhubungan dengan perumusan, evaluasi, dan
pemilihan strategi organisasi, serta perencanaan jangka panjang. Sistem informasi yang
mendukung tingkat strategis disebut sistem pendukung keputusan (decision support systems),
yang bertujuan untuk meningkatkan kreativitas dan inovasi manajerial dengan menyediakan
informasi yang jelas, fleksibel, dan interaktif bagi para pembuat keputusan strategis. Contoh Sisem
pendukung keputusan adalah sistem informasi eksekutif, sistem informasi geografis, sistem pakar,
dan sistem analitik bisnis.

Analisis perbedaan ketiga tingkatan aktivitas manajemen dan sistem informasi yang mendukungnya
adalah sebagai berikut:
1. Perbedaan antara tingkat operasional dan tingkat manajemen terletak pada ruang lingkup,
frekuensi, dan kompleksitas aktivitas manajemen. Tingkat operasional lebih fokus pada aktivitas
yang bersifat rutin, sering, dan sederhana, sedangkan tingkat manajemen lebih fokus pada aktivitas
yang bersifat nonrutin, jarang, dan kompleks. Sistem informasi operasional lebih menekankan
pada aspek ketepatan waktu, akurasi, dan relevansi informasi, sedangkan sistem informasi
manajemen lebih menekankan pada aspek kecukupan, kelengkapan, dan berbasis pengecualian
informasi.
2. Perbedaan antara tingkat manajemen dan tingkat strategis terletak pada tingkat ketidakpastian,
risiko, dan dampak aktivitas manajemen. Tingkat manajemen lebih berhadapan dengan situasi
yang relatif pasti, rendah risiko, dan berdampak jangka pendek, sedangkan tingkat strategis lebih
berhadapan dengan situasi yang sangat tidak pasti, tinggi risiko, dan berdampak jangka panjang.
Sistem informasi manajemen lebih menekankan pada aspek penyajian informasi yang terstruktur,
standar, dan periodik, sedangkan sistem pendukung keputusan lebih menekankan pada aspek
penyajian informasi yang tidak terstruktur, khusus, dan ad hoc.
3. Perbedaan antara tingkat operasional dan tingkat strategis terletak pada sumber, tujuan, dan jenis
informasi. Tingkat operasional lebih mengandalkan informasi yang berasal dari dalam organisasi,
bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasi, dan bersifat detail, spesifik, dan
historis, sedangkan tingkat strategis lebih mengandalkan informasi yang berasal dari luar
organisasi, bertujuan untuk meningkatkan kreativitas dan inovasi strategi, dan bersifat agregat,
umum, dan prediktif.

Kesimpulan dari analisis ini adalah bahwa struktur SIM berdasarkan tingkatan aktivitas manajemen
menunjukkan adanya perbedaan dan keterkaitan antara sistem informasi operasional, sistem
informasi manajemen, dan sistem pendukung keputusan, yang masing-masing memiliki karakteristik,
fungsi, dan tujuan yang berbeda, namun saling mendukung dan melengkapi satu sama lain dalam
rangka mencapai tujuan organisasi secara keseluruhan. Implikasi dari analisis ini adalah bahwa para
pengambil keputusan di berbagai tingkatan manajemen harus memahami dan memanfaatkan sistem
informasi yang sesuai dengan kebutuhan, situasi, dan kondisi mereka, serta berkolaborasi dan
berkoordinasi dengan pengambil keputusan di tingkatan lainnya untuk menciptakan sinergi dan
harmoni dalam organisasi. Rekomendasi dari analisis ini adalah bahwa organisasi harus terus
mengembangkan dan meningkatkan sistem informasi yang dimilikinya, dengan memperhatikan
aspek-aspek kualitas informasi, seperti ketepatan waktu, akurasi, relevansi, kecukupan, kelengkapan,
kejelasan, dan berbasis pengecualian, serta aspek-aspek teknis, organisasional, dan sosial yang
berpengaruh terhadap sistem informasi.

JAWABAN NOMOR 3

Sistem pemrosesan file dengan pendekatan tradisional adalah sistem yang menggunakan file-file
terpisah untuk menyimpan dan mengelola data. Sistem ini memiliki beberapa kelemahan utama,
yaitu:

1. Data redundansi dan inkonsistensi. Duplikasi data dalam banyak file, yang menyebabkan informasi
data yang berbeda untuk atribut yang sama. Misalnya, data nama dan alamat penerima vaksin bisa
berbeda di file yang berbeda. Hal ini dapat menyulitkan untuk mengetahui data yang mana yang
benar dan terbaru, serta meningkatkan risiko kesalahan atau ketidaksesuaian dalam pelaporan atau
pengambilan keputusan terkait vaksinasi
2. Kesulitan dalam mengakses data. Untuk mengambil data yang dibutuhkan, diperlukan program
khusus yang harus ditulis atau dimodifikasi oleh programmer. Misalnya, untuk mengetahui jumlah
penerima vaksin di suatu daerah, diperlukan program yang dapat membaca dan menggabungkan
data dari beberapa file. Hal ini dapat memakan banyak waktu, biaya, dan sumber daya, serta
mengurangi fleksibilitas dan efisiensi dalam mengelola data.
3. Isolasi data. Data yang terkait dengan satu aplikasi atau fungsi tertentu tidak mudah diakses oleh
aplikasi atau fungsi lain. Misalnya, data distribusi vaksin tidak mudah diakses oleh aplikasi
pendaftaran vaksin atau aplikasi pemantauan hasil vaksinasi. Hal ini dapat menghambat kerjasama
dan koordinasi antara berbagai pihak yang terlibat dalam program vaksinasi, serta mengurangi
kualitas dan keterandalan data.
4. Masalah integritas. Tidak ada mekanisme untuk memastikan bahwa data yang disimpan memenuhi
batasan atau aturan tertentu. Misalnya, tidak ada mekanisme untuk memastikan bahwa setiap
penerima vaksin hanya mendapatkan satu dosis vaksin, atau bahwa setiap penerima vaksin
memiliki nomor identitas yang valid. Hal ini dapat menyebabkan data yang tidak valid, tidak
lengkap, atau tidak konsisten, yang dapat mempengaruhi efektivitas dan efisiensi program
vaksinasi.
5. Masalah keamanan. Tidak ada mekanisme untuk mengontrol akses atau otorisasi terhadap data
yang disimpan. Misalnya, tidak ada mekanisme untuk membatasi siapa saja yang dapat melihat
atau mengubah data penerima vaksin, atau untuk melacak aktivitas atau perubahan yang terjadi
pada data. Hal ini dapat menimbulkan ancaman atau pelanggaran terhadap privasi, kerahasiaan,
dan integritas data, yang dapat merugikan penerima vaksin, penyedia vaksin, atau pemerintah.

Analisis saya terkait dengan kelemahan-kelemahan utama dari sistem pemrosesan file dengan
pendekatan tradisional adalah sebagai berikut:
Sistem pemrosesan file dengan pendekatan tradisional tidak cocok untuk mengelola data yang
berkaitan dengan vaksinasi COVID-19, karena data tersebut bersifat dinamis, kompleks, dan sensitif.
Data tersebut harus dapat diakses, diproses, dan dianalisis dengan cepat, akurat, dan aman oleh
berbagai pihak yang terlibat dalam program vaksinasi, seperti pemerintah, rumah sakit, puskesmas,
laboratorium, dan masyarakat.
Sistem pemrosesan file dengan pendekatan tradisional juga tidak efisien dan tidak ekonomis, karena
membutuhkan banyak sumber daya, seperti ruang penyimpanan, waktu pemrosesan, dan tenaga kerja.
Sistem tersebut juga rentan terhadap kesalahan, kerusakan, atau kehilangan data, yang dapat
berdampak negatif terhadap kualitas dan kredibilitas data.
Oleh karena itu, sistem pemrosesan file dengan pendekatan tradisional harus digantikan dengan
sistem basis data, yaitu sistem yang menggunakan basis data terpusat untuk menyimpan dan
mengelola data. Sistem basis data memiliki banyak keunggulan, seperti:
 Mengurangi data redundansi dan inkonsistensi. Data disimpan dalam satu tempat, yang dapat
diakses dan dimodifikasi oleh berbagai aplikasi atau fungsi. Data juga diorganisir dalam
struktur yang logis dan normalisasi, yang menghindari duplikasi atau konflik data. Misalnya,
data penerima vaksin disimpan dalam satu tabel, yang memiliki atribut-atribut yang unik dan
relevan, seperti nomor identitas, nama, alamat, jenis vaksin, dan tanggal vaksinasi
 Memudahkan akses dan manipulasi data. Data dapat diambil, dimasukkan, diubah, atau
dihapus dengan menggunakan bahasa query yang standar dan mudah dipelajari, seperti SQL
(Structured Query Language). Data juga dapat diolah dan ditampilkan dalam berbagai format,
seperti tabel, grafik, laporan, atau dashboard, yang sesuai dengan kebutuhan atau preferensi
pengguna. Misalnya, data penerima vaksin dapat diquery dengan menggunakan kriteria
tertentu, seperti lokasi, usia, atau jenis vaksin, dan dapat ditampilkan dalam bentuk grafik
yang menunjukkan persentase atau jumlah penerima vaksin.
 Meningkatkan integritas dan keamanan data. Data dapat diberikan batasan atau aturan yang
harus dipenuhi, seperti kunci primer, kunci asing, atau ketergantungan fungsional, yang
menjamin validitas, kelengkapan, dan konsistensi data. Data juga dapat dilindungi dari akses
atau modifikasi yang tidak sah, dengan menggunakan mekanisme otorisasi, enkripsi, atau
audit, yang menentukan siapa saja yang dapat melihat atau mengubah data, serta mencatat
aktivitas atau perubahan yang terjadi pada data. Misalnya, data penerima vaksin dapat
diberikan kunci primer berupa nomor identitas, yang memastikan bahwa setiap penerima
vaksin hanya memiliki satu baris data, dan dapat dilindungi dengan menggunakan password
atau biometrik, yang membatasi siapa saja yang dapat mengakses atau mengubah data.
 Mendukung berbagai aplikasi dan fungsi yang berhubungan dengan data. Data dapat
diintegrasikan dan digunakan oleh berbagai aplikasi atau fungsi yang berbeda, yang dapat
meningkatkan kerjasama dan koordinasi antara berbagai pihak yang terlibat dalam program
vaksinasi, serta menghasilkan informasi atau pengetahuan yang lebih bermanfaat dan
berguna. Misalnya, data penerima vaksin dapat digunakan oleh aplikasi pendaftaran vaksin,
yang dapat memverifikasi data penerima vaksin sebelum memberikan vaksin, atau oleh
aplikasi pemantauan hasil vaksinasi, yang dapat mengukur efektivitas atau efek samping dari
vaksin.

JAWABAN NOMOR 4
Keunggulan dari Sistem Pendukung Perencanaan berbasis komputer menurut Davis (1993) adalah
sebagai berikut¹:
1. Sistem Pendukung Perencanaan dapat membantu pengguna dalam mengidentifikasi, menganalisis,
dan mengevaluasi berbagai alternatif perencanaan yang mungkin, dengan menggunakan model-
model matematis, statistik, dan simulasi yang sesuai dengan masalah yang dihadapi.
2. Sistem Pendukung Perencanaan dapat membantu pengguna dalam mengintegrasikan berbagai
sumber data dan informasi yang relevan dengan perencanaan, baik yang berasal dari dalam
maupun luar organisasi, dengan menggunakan teknologi informasi yang canggih, seperti basis
data, jaringan, dan internet.
3. Sistem Pendukung Perencanaan dapat membantu pengguna dalam mengkomunikasikan,
mengkoordinasikan, dan mengimplementasikan hasil perencanaan, dengan menggunakan fasilitas-
fasilitas interaktif, grafis, dan multimedia yang memudahkan penyajian dan penyampaian
informasi kepada pihak-pihak terkait.
4. Sistem Pendukung Perencanaan dapat membantu pengguna dalam meningkatkan kualitas,
kecepatan, dan kreativitas dalam pengambilan keputusan perencanaan, dengan menggunakan
antarmuka yang ramah pengguna, fleksibel, dan adaptif, yang dapat menyesuaikan diri dengan
preferensi, gaya, dan tingkat keahlian pengguna.

Analisis keunggulan dari Sistem Pendukung Perencanaan berbasis komputer dalam rangka
meminimalisir kesulitan maupun kendala dalam perencanaan menurut Davis (1993) adalah sebagai
berikut:
1. Dengan menggunakan Sistem Pendukung Perencanaan, pengguna dapat mengatasi kesulitan dalam
menghadapi masalah perencanaan yang kompleks, dinamis, dan tidak terstruktur, yang
membutuhkan pemrosesan data dan informasi yang besar, cepat, dan akurat, serta pemilihan
alternatif yang optimal, rasional, dan berdasarkan kriteria yang objektif. Sistem Pendukung
Perencanaan berbasis komputer dapat membantu pengguna dalam mengidentifikasi, menganalisis,
dan mengevaluasi berbagai alternatif perencanaan yang mungkin, dengan menggunakan model-
model matematis, statistik, dan simulasi yang sesuai dengan masalah yang dihadapi, serta
menyediakan informasi yang relevan, lengkap, dan mudah dipahami.
2. Dengan menggunakan Sistem Pendukung Perencanaan, pengguna dapat mengatasi kendala dalam
mengakses, mengintegrasikan, dan mengelola data dan informasi yang beragam, tersebar, dan
tidak konsisten, yang berasal dari berbagai sumber dan format, serta membutuhkan pengolahan
dan penyajian yang sesuai dengan kebutuhan perencanaan. Sistem Pendukung Perencanaan
berbasis komputer dapat membantu pengguna dalam mengintegrasikan berbagai sumber data dan
informasi yang relevan dengan perencanaan, baik yang berasal dari dalam maupun luar organisasi,
dengan menggunakan teknologi informasi yang canggih, seperti basis data, jaringan, dan internet,
serta menyediakan fasilitas-fasilitas interaktif, grafis, dan multimedia yang memudahkan
penyajian dan penyampaian informasi kepada pihak-pihak terkait.
3. Dengan menggunakan Sistem Pendukung Perencanaan, pengguna dapat mengatasi hambatan
dalam berkolaborasi, berkomunikasi, dan berkoordinasi dengan pihak-pihak lain yang terlibat
dalam perencanaan, baik yang berasal dari dalam maupun luar organisasi, serta membutuhkan
penyampaian dan penerimaan informasi yang efektif, efisien, dan tepat waktu. Sistem Pendukung
Perencanaan berbasis komputer dapat membantu pengguna dalam mengkomunikasikan,
mengkoordinasikan, dan mengimplementasikan hasil perencanaan, dengan menggunakan fasilitas-
fasilitas interaktif, grafis, dan multimedia yang memudahkan penyajian dan penyampaian
informasi kepada pihak-pihak terkait, serta menyediakan mekanisme umpan balik, evaluasi, dan
revisi yang diperlukan.
4. Dengan menggunakan Sistem Pendukung Perencanaan, pengguna dapat mengatasi tantangan
dalam meningkatkan kinerja, kompetensi, dan kompetitivitas dalam perencanaan, baik yang
bersifat individu maupun kelompok, serta membutuhkan peningkatan kemampuan, keterampilan,
dan pengetahuan dalam menghadapi perubahan lingkungan dan persaingan. Sistem Pendukung
Perencanaan berbasis komputer dapat membantu pengguna dalam meningkatkan kualitas,
kecepatan, dan kreativitas dalam pengambilan keputusan perencanaan, dengan menggunakan
antarmuka yang ramah pengguna, fleksibel, dan adaptif, yang dapat menyesuaikan diri dengan
preferensi, gaya, dan tingkat keahlian pengguna, serta menyediakan bantuan, saran, dan
rekomendasi yang dibutuhkan.

Sumber Referensi:
https://creatormedia.my.id/indikator-kualitas-informasi-menurut-para-ahli/
https://slidetodoc.com/struktur-sistem-informasi-manajemen-sistem-informasi-manajemen-sistem/
https://slidetodoc.com/struktur-sistem-informasi-manajemen-sistem-informasi-manajemen-sistem/
https://www.kompasiana.com/rikkizemzem/57185b2a2423bd2905dc1683/keunggulan-sistem-
informasi-berbasis-komputer.

Anda mungkin juga menyukai