1. Menurut Goyal (2003:78), terdapat beberapa indikator kualitas informasi. Berikut adalah
beberapa indikatornya:
1. Kebenaran dan akurasi informasi. Indikator ini mengacu pada tingkat kebenaran dan
keakuratan informasi yang disampaikan. Informasi yang benar dan akurat akan memberikan
keandalan kepada pembaca atau pendengar.
2. Kelengkapan informasi. Indikator ini mencakup sejauh mana informasi yang disampaikan
menjangkau berbagai aspek dan memperhatikan segala informasi yang relevan. Informasi yang
lengkap akan memberikan pemahaman yang komprehensif kepada pembaca atau pendengar.
3. Kredibilitas sumber informasi. Indikator ini berkaitan dengan kepercayaan dan reputasi
sumber informasi yang digunakan. Sumber yang kredibel dan memiliki integritas tinggi akan
memberikan keyakinan kepada masyarakat.
4. Objektivitas informasi. Indikator ini mengacu pada tingkat keberpihakan atau netralitas
informasi yang disampaikan. Informasi yang objektif akan memberikan perspektif yang
seimbang dan tidak memihak.
Dalam konteks berita di atas, program JARKOM yang diselenggarakan oleh Kemkominfo
bertujuan untuk meningkatkan kualitas informasi dan komunikasi publik. Program ini mencakup
pelatihan jurnalistik kepada ASN yang bertugas pengelola media instansi di seluruh Indonesia.
Melalui program ini, indikator-indikator kualitas informasi menurut Goyal dapat dikaitkan
sebagai berikut:
- Program ini juga diharapkan dapat meningkatkan kelengkapan informasi yang disampaikan
kepada masyarakat. Melalui pelatihan pembuatan konten seperti berita, foto, video, dan grafis
terkait program pemerintah, ASN akan lebih mampu menyajikan informasi yang lebih
komprehensif dan memperhatikan berbagai aspek yang relevan.
- Pelatihan jurnalistik ini juga berkontribusi pada peningkatan kredibilitas sumber informasi.
ASN yang mengikuti pelatihan akan diberikan pemahaman tentang pentingnya sumber
informasi yang kredibel dan dapat dipercaya, sehingga informasi yang disampaikan lebih
terpercaya oleh masyarakat.
- Dalam pembuatan konten, para ASN juga akan diajarkan tentang objektivitas informasi.
Mereka akan belajar untuk menyajikan informasi dengan perspektif yang berimbang dan tidak
memihak, sehingga informasi yang disampaikan lebih objektif.
Sumber referensi:
2. Menurut Anthony (sebagaimana dikutip dalam Goyal, 2003), struktur sistem informasi
manajemen dapat dikategorisasikan berdasarkan tingkatan aktivitas manajemen menjadi tiga,
yaitu:
1. Sistem Informasi Manajemen Tingkat Operasional. Sistem ini berkaitan dengan aktivitas
operasional sehari-hari dalam organisasi. Fokusnya adalah pada pemrosesan transaksi rutin dan
pengumpulan, penyimpanan, dan pengambilan data operasional yang relevan. Contoh dari
sistem informasi manajemen tingkat operasional adalah sistem penjualan, penggajian, atau
persediaan.
2. Sistem Informasi Manajemen Tingkat Taktis. Sistem ini berfokus pada keputusan yang
bersifat taktis dan pengelolaan sumber daya organisasi. Informasi yang dihasilkan oleh sistem
ini digunakan oleh manajer tingkat menengah untuk membantu dalam perencanaan dan
pengawasan. Contoh dari sistem informasi manajemen tingkat taktis adalah sistem
perencanaan keuangan, sistem pengelolaan rantai pasokan, atau sistem penganggaran.
3. Sistem Informasi Manajemen Tingkat Strategis. Sistem ini terhubung dengan keputusan
strategis dan pengambilan keputusan tingkat eksekutif. Informasi yang dihasilkan oleh sistem
ini menjadi dasar untuk penetapan tujuan organisasi, pengembangan strategi, dan pengawasan
kinerja jangka panjang. Contoh dari sistem informasi manajemen tingkat strategis adalah sistem
analisis pasar, sistem perencanaan strategis, atau sistem pemantauan kompetitor.
Dalam konteks artikel berita di atas, Kementerian Lingkungan Hidup Jawa Barat
mengembangkan sistem informasi yang mendukung pelaksanaan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup. Program Green Leadership dan kolaborasi melalui Pendekatan
Pentahelix adalah upaya untuk menciptakan sistem informasi yang memadai dan efektif dalam
menghadapi isu lingkungan di Jabar.
Analisis perbedaan ketiga tingkatan struktur sistem informasi manajemen tersebut adalah
sebagai berikut:
2. Tingkat taktis mencakup keputusan dan pengelolaan sumber daya yang lebih luas, yang
digunakan oleh manajer tingkat menengah untuk perencanaan dan pengawasan. Informasi
pada tingkat ini membantu manajer dalam mengambil langkah-langkah untuk mencapai tujuan
dan sasaran yang taktis.
3. Tingkat strategis adalah tingkat tertinggi dalam struktur sistem informasi manajemen, yang
terkait dengan pengambilan keputusan strategis dan penetapan tujuan organisasi. Informasi
pada tingkat ini digunakan oleh manajer eksekutif untuk perencanaan jangka panjang dan
pengembangan strategi organisasi.
Program Green Leadership yang dilakukan oleh pemerintah Jawa Barat dapat dikategorikan
pada tingkat taktis dalam struktur sistem informasi manajemen. Program ini bertujuan untuk
mengatasi isu lingkungan di Jabar melalui perencanaan dan pengurusan sumber daya yang
berkelanjutan.
Sumber referensi:
3. Berikut adalah lima kelemahan utama dari sistem pemrosesan file dengan pendekatan
tradisional:
1. Kesulitan dalam mengakses data: Sistem pemrosesan file tradisional seringkali menghadapi
kesulitan dalam mengakses data karena data tersimpan dalam file terpisah. Proses mencari dan
memperbarui data menjadi lebih rumit dan memakan waktu.
2. Duplikasi data: Dalam sistem pemrosesan file tradisional, data sering kali direplikasi di
beberapa file yang berbeda. Hal ini dapat menyebabkan data ganda dan tidak konsisten.
Duplikasi data juga dapat menghabiskan ruang penyimpanan yang berlebihan.
Analisis terkait dengan kelemahan-kelemahan utama dari sistem pemrosesan file dengan
pendekatan tradisional:
- Sistem pemrosesan file tradisional juga rentan terhadap masalah keamanan, seperti
kerusakan data atau pencurian. Ketidakmampuan dalam melakukan pembaruan data secara
bersamaan dapat menyebabkan ketidakakuratan dan menghambat kinerja organisasi.
- Selain itu, kurangnya fleksibilitas dalam mengakomodasi perubahan dapat menjadi hambatan
untuk adaptasi dan inovasi. Dalam konteks sistem informasi satu data vaksinasi COVID-19,
pendekatan tradisional mungkin sulit untuk mengintegrasikan data dari berbagai sumber dan
menghindari informasi data ganda.
Sumber referensi:
1. Kemampuan pemrosesan data yang lebih cepat dan efisien: Dalam sistem pendukung
perencanaan berbasis komputer, data dapat diproses dengan cepat dan efisien. Hal ini
memungkinkan perencanaan dan analisis yang lebih baik dalam waktu yang lebih singkat.
3. Kemudahan dalam akses dan berbagi informasi: Melalui sistem pendukung perencanaan
berbasis komputer, informasi dapat dengan mudah diakses dan dibagikan oleh semua pihak
terkait. Hal ini mempermudah kolaborasi dan komunikasi antar tim perencanaan.
4. Kemampuan analisis yang lebih baik: Dalam sistem pendukung perencanaan berbasis
komputer, terdapat berbagai alat analisis yang dapat digunakan untuk memeriksa dan
mengevaluasi berbagai skenario perencanaan. Hal ini memungkinkan pengambilan keputusan
yang lebih baik dan berbasis data.
Menurut Davis (1993), Sistem Pendukung Perencanaan berbasis komputer dapat membantu
meminimalisir kesulitan dan kendala dalam perencanaan dengan beberapa cara:
- Meningkatkan kesadaran akan kendala dan tantangan: Sistem pendukung perencanaan dapat
membantu dalam mengidentifikasi dan menganalisis kendala serta tantangan yang mungkin
dihadapi dalam perencanaan. Dengan begitu, langkah-langkah strategis dapat diambil untuk
mengatasinya.
- Mengoptimalkan alokasi sumber daya: Dalam sistem pendukung perencanaan, analisis dan
pemodelan dapat dilakukan untuk mengoptimalkan alokasi sumber daya yang tersedia. Hal ini
dapat membantu dalam mengambil keputusan yang lebih cerdas dan efektif.
Referensi: