Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. CLINICAL SISTEM INFORMASI DALAM KEPERAWATAN


Clinical sistem informasi adalah sistem berbasis komputer yang dirancang
untuk mengumpulkan dan menyimpan, manipulasidan membuat klinis tersedia
informasi kesehatan yang penting untuk proses pengiriman. Beberapa manfaat
clinical sistem informasi antara lain :
1. Akses mudah ke data pasien : dapa memberikan kemudahan untuk
mengakses data pasienke catatan medis disemua tempat perawatan. Dapat
meningkatkan cuantitas perawatan.
2. Informasi structured : informasi dapat diatur dengan baik sehingga dapa
dengan mudah mempertahankan dan cepat untuk mencari informasi yang
relevan
3. Peningkatan narkoba obat dan keselamatan pasien : sistem informasi clinik
meningkatkan obat dan dosing ini mengarah kepenurunan interaksi obat
adverse sambil mempromosikan lebih tepat utilisation farmasi.

B. HOSPITAL SISTEM INFORMASI DALAM KEPERAWATAN


Sistem informasi rumah sakit merupakan suatu pengelolaan informasi
diseluruh seluruh tingkat rumah sakit secara sistematis dalam rangka
penyelengggaraan pelayanan kepada masyarakat. Pada umumnya saat ini
sistem informasi yang ada di beberapa rumah sakit dapat digambarkan sebagai
berikut :
1. Masing-masing program memiliki sistem informasi sendiri yang belum
terintegrasi. Sehingga bila diperlukan informasi yang menyeluruh
diperlukan waktu yang cukup lama.
2. Terbatasnya perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) di
berbagai jenjang, padahal kapabilitas untuk itu dirasa memadai.
3. Terbatasnya kemampuan dan kemauan sumber daya manusia untuk
mengelola dan mengembangkan sistem informasi
4. Masih belum membudayanya pengambilan keputusan berdasarkan data
atau informasi.
5. Belum adanya sistem pengembangan karir bagi pengelola sistem
informasi, sehingga seringkali timbul keengganan bagi petugas untuk
memasuki atau dipromosikan menjadi pengelola sistem informasi.

Sistem Informasi Rumah sakit harus dibangun untuk mengatasi


kekurangan maupun ketidakkompakan antar unit kerja. Dalam melakukan
pengembangan sistem informasi secara umum, ada beberapa konsep dasar
yang harus dipahami oleh para pengembang atau pembuat rancang bangun
sistem informasi (designer). Konsep-konsep tersebut antara lain:
1. Sistem informasi tidak identik dengan sistem komputerisas
Pada dasarnya sistem informasi tidak bergantung kepada penggunaan
teknologi komputer. Sistem informasi yang memanfaatkan teknologi
komputer dalam implementasinya disebut sebagai Sistem Informasi
Berbasis Komputer (Computer Based Information System). Yang
dimaksudkan dengan sistem informasi adalah sistem informasi yang
berbasis komputer. Isu penting yang mendorong pemanfaatan teknologi
komputer atau teknologi informasi dalam sistem informasi suatu
organisasi adalah :
a. Pengambilan keputusan yang tidak dilandasi dengan informasi.
b. Informasi yang tersedia, tidak relevan.
c. Informasi yang ada, tidak dimanfaatkan oleh manajemen.
d. Informasi yang ada, tidak tepat waktu.
e. Terlalu banyak informasi.
f. Informasi yang tersedia, tidak akurat.
g. Adanya duplikasi data (data redundancy).
h. Adanya data yang cara pemanfaatannya tidak fleksibel.
2. Sistem informasi organisasi adalah suatu sistem yang dinamis
Dinamika sistem informasi dalam suatu organisasi sangat ditentukan oleh
dinamika perkembangan organisasi tersebut. Oleh karena itu perlu
disadari bahwa pengembangan sistem informasi tidak pernah berhenti.
3. Sistem informasi sebagai suatu sistem harus mengikuti siklus hidup
sistem
Panjang pendeknya umur layak guna sistem informasi tersebut ditentukan
diantaranya oleh:
a. Perkembangan organisasi
Makin cepat organisasi tersebut berkembang, maka kebutuhan
informasi juga akan berkembang sedemikian rupa sehingga sistem
informasi yang sekarang digunakan sudah tidak bisa lagi memenuhi
kebutuhan organisasi tersebut
b. Perkembangan teknologi informasi
Perkembangan teknologi informasi yang cepat menyebabkan
perangkat keras maupun perangkat lunak yang digunakan untuk
mendukung beroperasinya sistem informasi tidak bisa berfungsi
secara efisien dan efektif. Hal ini disebabkan :
1) Perangkat keras yang digunakan sudah tidak di produksi lagi,
karena teknologinya ketinggalan jaman (outdated) sehingga
layanan pemeliharaan perangkat keras tidak dapat lagi dilakukan
oleh perusahaan pemasok perangkat keras.
2) Perusahaan pembuat perangkat lunak yang sedang digunakan,
sudah mengeluarkan versi terbaru. Versi terbaru itu umumnya
mempunyai feature yang lebih banyak, melakukan optimasi
proses dari versi sebelumnya dan memanfaatkan feature baru dari
perangkat keras yang juga telah berkembang.
c. Perkembangan tingkat kemampuan pengguna (user) sistem informasi.
Sistem informasi yang baik, akan dikembangkan berdasarkan tingkat
kemampuan dari para pemakai, baik dari sisi :
1) Tingkat pemahaman mengenai teknologi informasi,
2) Kemampuan belajar dari para pemakai, dan
3) Kemampuan beradaptasi terhadap perubahan sistem.
4. Daya guna sistem informasi sangat ditentukan oleh tingkat integritas
sistem informasi itu sendiri.
Sistem informasi yang terpadu (integrated) mempunyai daya guna
yang tinggi, jika dibandingkan dengan sistem informasi yang
terfragmentasi. Usaha untuk melakukan integrasi sistem yang ada didalam
suatu organisasi menjadi satu sistem yang utuh merupakan usaha yang
berat dengan biaya yang cukup besar dan harus dilakukan secara
berkesinambungan. Sinkronisasi antar sistem yang ada dalam sistem
informasi itu, merupakan prasyarat yang mutlak untuk dapat mendapatkan
sistem informasi yang terpadu.
Sistem informasi, pada dasarnya terdiri dari minimal 2 aspek yang
harus berjalan secara selaras, yaitu aspek manual dan aspek yang
terotomatisasi (aspek komputer). Pengembangan sistem informasi yang
berhasil apabila dilakukan dengan mengembangkan kedua aspek tersebut.
Sering kali pengembang sistem informasi hanya memfokuskan diri
pada pengembangan aspek komputernya saja, tanpa memperhatikan aspek
manualnya. Hal ini di akibatkan adanya asumsi bahwa aspek manual lebih
mudah diatasi dari pada aspek komputernya. Padahal salah satu faktor
penentu keberhasilan pengembangan sistem informasi adalah
dukunganperilaku dari para pengguna sistem informasi tersebut, dimana
para pengguna sangat terkait dengan sistem dan prosedur dari sistem
informasi pada aspek manualnya.
5. Keberhasilan pengembangan sistem informasi sangat bergantung pada
strategi yang dipilih untuk pengembangan sistem tersebut.
Strategi yang dipilih untuk melakukan pengembangan sistem
sangat bergantung kepada besar kecilnya cakupan dan tingkat
kompleksitas dari sistem informasi tersebut. Untuk sistem informasi yang
cakupannya luas dan tingkat kompleksitas yang tinggi diperlukan
tahapan pengembangan seperti: Penyusunan Rencana Induk
Pengembangan, Pembuatan Rancangan Global, Pembuatan Rancangan
Rinci, Implementasi dan Operasionalisasi.
Dalam pemilihan strategi harus dipertimbangkan berbagai faktor
seperti keadaan yang sekarang dihadapi, keadaan pada waktu sistem
informasi siap dioperasionalkan dan keadaan dimasa mendatang,
termasuk antisipasi perkembangan organisasi dan perkembangan
teknologi. Ketidaktepatan dalam melakukan prediksi keadaan dimasa
mendatang, merupakan salah satu penyebab kegagalam implementasi dan
operasionalisasi sistem informasi.
6. Pengembangan Sistem Informasi organisasi harus menggunakan
pendekatan fungsi dan dilakukan secara menyeluruh (holistik).
Pada banyak kasus, pengembangan sistem informasi dilakukan
dengan menggunakan pendekatan struktur organisasi dan pada umumnya
mereka mengalami kegagalan, karena struktur organisasi sering kali
kurang mencerminkan semua fungsi yang ada didalam organisasi. Sebagai
pengembang sistem informasi hanya bertanggung jawab dalam
mengintegrasikan fungsi-fungsi dan sistem yang ada didalam organisasi
tersebut menjadi satu sistem informasi yang terpadu.
Pemetaan fungsi-fungsi dan sistem ke dalam unit-unit struktural
yang ada di dalam organisasi tersebut adalah wewenang dan
tanggungjawab dari pimpinan organisasi tersebut. Penyusunan rancang
bangun/desain sistem informasi seharusnya dilakukan secara menyeluruh
sedangkan dalam pembuatan aplikasi bisa dilakukan secara sektoral atau
segmental menurut prioritas dan ketersediaan dana. Pengembangan sistem
yang dilakukan segmental atau sektoral tanpa adanya desain sistem
informasi yang menyeluruh akan menyebabkan kesulitan dalam
melakukan intergrasi sistem.
7. Informasi telah menjadi aset organisasi.
Dalam konsep manajemen modern, informasi telah menjadi salah
satu aset dari suatu organisasi, selain uang, SDM, sarana dan prasarana.
Penguasaan informasi internal dan eksternal organisasi merupakan salah
satu keunggulan kompetitif (competitive advantage), karena keberadaan
informasi tersebut:
a. Menentukan kelancaran dan kualitas proses kerja,
b. Menjadi ukuran kinerja organisasi/perusahaan,
c. Menjadi acuan yang pada akhirnya menentukan
kedudukan/peringkat organisasi tersebut dalam persaingan lokal
maupun global.
8. Penjabaran sistem sampai ke aplikasi menggunakan struktur hirarkis
yang mudah dipahami.
Dalam semua kepustakaan yang membahasa konsep sistem, hanya
dikenal istilah sistem dan subsistem. Hal ini akan menimbulkan kesulitan
dalam melakukan penjabaran sistem informasi yang cukup luas
cakupannya. Oleh karena itu, dalam penjabaran sering digunakan istilah
sebagai berikut:
a. Sistem
b. Subsistem
c. Modul
d. Submodul
e. Aplikasi
Masing-masing subsistem dapat terdiri atas beberapa modul, masing-
masing modul dapat terdiri dari beberapa submodul dan masingmasing
submodul dapat terdiri dari beberapa aplikasi sesuai dengan kebutuhan.

C. DOKUMENTASI KEPERAWATAN BERBASIS DIGITAL


1. Perkembangan Sistem Pendokumentasian
Dokumentasi proses asuhan keperawatan merupakan tampilan
perilaku atau kinerja perawat pelaksana dalam memberikan proses asuhan
keperawatan kepada pasien selama pasien dirawat di rumah sakit. Kualitas
Pendokumentasian keperawatan dapat dilihat dari kelengkapan dan
keakuratan menuliskan proses asuhan keperawatan yang diberikan kepada
pasien, yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana tindakan
dan evaluasi (Nursalam, 2007).
Dokumentasi dapat dipergunakan sebagai barang bukti di pengadilan
(Hidayat, 2004). Selain itu, dokumentasi keperawatan dapat meningkatkan
kualitas keperawatan serta membantu perawat dalam memberikan
perawatan secara optimal dan berkelanjutan dengan cara memandu
perawat untuk dapat menulis dokumentasi dengan benar (Gregory et al,
2008). pendokumentasian masih banyak dilakukan secara manual. Apabila
terjadi kasus hukum, tulisan tangan sangat sulit dipertanggungjawabkan.
Selain itu pendokumentasian asuhan keperawatan secara manual
membutuhkan waktu yang lama dan sangat tidak efektif.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah
mempengaruhi aktivitas pengelolaan data dan informasi di bidang
keperawatan serta memunculkan istilah baru yaitu informatika
keperawatan. Informatika keperawatan merupakan integrasi ilmu
keperawatan, ilmu komputer, dan ilmu informasi untuk mengelola dan
mengkomunikasikan data, informasi, pengetahuan, dan kebijaksanaan
dalam praktik keperawatan. Peralatana informatika memfasilitasi integrasi
data, informasi, pengetahuan, dan kebijaksanaan untuk mendukung pasien,
perawat, dan penyedia lainnya dalam pengambilan keputusan di semua
peran pengaturan. Dukungan ini dicapai melalui penggunaan struktur
informasi, proses informasi, dan teknologi informasi.
Penggunaan teknologi informasi dalam dokumentasi keperawatan
merupakan cara baru untuk merekam, memberikan dan menerima
informasi klien. Hal ini memberikan tantangan bagi perawat, terutama
berkaitan dengan kerahasiaan dan keamanan informasi klien. Sehingga
perawat perlu didukung dengan kebijakan dan pedoman yang jelas.
Pengembangan dokumentasi dengan dukungan teknologi informasi dan
sistem komputerisasi harus tetap memperhatikan prinsip-prinsip
dokumentasi, akses, penyimpanan, pengambilan dan pengiriman informasi
seperti yang berlaku dalam sistem pendokumentasian yang berbasis kertas
(document paper).
Kualitas dan efisiensi waktu menjadi tolok ukur masyarakat untuk
memilih tempat pelayanan kesehatan. Oleh karenanya rumah sakit selalu
mengembangkan pelayanan di segala bidang termasuk keperawatan.
Usaha tersebut adalah dengan pembuatan sistem dokumentasi keperawatan
secara elektronik. Harapannya adalah dokumentasi dapat berjalan dengan
cepat.
Sistem informasi keperawatan berbasis komputer telah berkembang
di beberapa negara seperti Australia dan Amerika. Sistem
pendokumentasian asuhan keperawatan di Indonesia saat ini masih
bervariasi. Sebagian besar rumah sakit masih menggunakan sistem
pendokumentasian dengan melakukan pencatatan pada format kertas yang
tersedia (paper based), sementara baru sebagian kecil yang sudah mulai
mengembangkan sistem pendokumentasian keperawatan dengan dukungan
teknologi informasi berbasis sistem komputer (electronic based).
2. Aplikasi Software Asuhan Keperawatan
Penggunaan teknologi komputer di tempat kerja memberikan
pengaruh terhadap peningkatan efektifitas waktu kerja. Tenaga perawat
sebagai salah satu tim kesehatan didalam melaksanakan fungsi dan peran
dituntut untuk dapat mendokumentasikan seluruh pekerjaan yang
dilakukannya dengan baik. Adanya fenomena bahwa pencatatan tindakan
keperawatan yang tidak lengkap disebabkan karena pendokumentasian
dengan cara menuliskan di atas kertas dirasa menghabiskan waktu dan
membuat jenuh, perlu dilakukan pemecahan masalah dengan menerapkan
software yang bisa membantu perawat dalam mendokumentasikan
tindakan keperawatan. Software asuhan keperawatan adalah softwareyang
mengandung sebuah program dengan menggunakan “database
management” berisi data-data pengkajian kesehatan seorang pasien yang
kemudian data-data tadi akan dikelompokkan dan dianalisa untuk dapat
memunculkan diagnosa keperawatan sampai pada intervensi keperawatan.
Software adalah sistem yang beroperasi didalam sebuah komputer
dimana terdapat hubungan antara software dan hardware melalui apa yang
disebut dengan sistem operasi. Sofware banyak digunakan sebagai
program yang akan dipakai didalam komputer sebagai software komersial.
Software asuhan keperawatan adalah software yang mengandung sebuah
program dengan menggunakan “database management” berisi data-data
pengkajian kesehatan seorang pasien yang kemudian data-data tadi akan
dikelompokkan dan dianalisa untuk dapat memunculkan diagnosa
keperawatan. Selanjutnya dari diagnosa keperawatan akan muncul
perencanaan tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan oleh perawat.
Didalam mendokumentasikan tindakan keperawatan, perawat cukup
mengacu pada intervensi yang telah tersedia, sehingga ketika pemberian
tindakan selesai dilakukan perawat dapat melakukan evaluasi terhadap
diagnosa yang ada.
Beberapa penggunaan sofware komputer dalam upaya peningkatan
kualitas pendokumentasian adalah dengan END-IT (emergency nurse
department-improvement tool) aplikasi yang di gunakan di unit gawat
darurat. Masih banyak lagi sistem pendokumentasian dengan sistem
komputerisasi lainnya seperti elektronic chart (sistem ini dikembangkan di
departemen radiologi), computerized whiteboard (yaitu sistem informasi
keperawatan berbasis komputer yang dimodifikasi dengan menambahkan
layar lebar di whiteboard.
Tayangan yang lebar di whiteboard akan memudahkan setiap tenaga
kesehatan dan pasien untuk melihat informasi yang diperlukan, termasuk
perkembangan kondisi kesehatan klien, computer based patient record
melakukan pencatatan terhadap kondisi dan perkembangan penyakit
pasien dengan menggunakan komputer. Dalam sistem ini dilengkapi
sistem pemantauan klien secara progresif Wearable Auto-Event-Recording
of Medical Nursing Automatic System for Auto-Supervision (sistem ini
mampu memberikan informasi tentang asuhan keperawatan, termasuk
didalamnya asuhan dalam keadaan emergensi, atau dalam keadaan non
emergensi).
3. Pengembangan Dokumentasi Berbasis Teknologi Komunikasi
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan
dokumentasi keperawatan dengan berbasis teknologi informasi sebagai
catatan elektronik adalah:
a. Catatan kesehatan elektronik klien adalah kumpulan informasi
kesehatan pribadi satu individu yang diberikan oleh penyedia
layanan kesehatan dan disimpan secara elektronik di bawah
pengamanan ketat.
b. Dokumentasi dalam catatan keperawatan elektronik harus
komprehensif, akurat, tepat waktu, dan jelas mengidentifikasi
pemberi perawatan.
c. Entri data dilakukan oleh orang yang melaksanakan perawatan dan
bukan oleh staf yang lain.
d. Masukan data yang dibuat dan disimpan dalam catatan keperawatan
elektronik dianggap sebagai bagian permanen dari rekaman dan
tidak dapat dihapus. Jika diperlukan koreksi setelah data dimasukkan
dan telah disimpan, maka kebijakan lembaga memberikan arahan
tentang bagaimana hal ini harus dilakukan.

Lembaga yang menggunakan dokumentasi elektronik harus memiliki


kebijakan untuk mendukung penggunaannya, termasuk kebijakan untuk
mengoreksi apabila terjadi kesalahan dalam dokumentasi atau jika
terlambat memasukkan data; mencegah penghapusan informasi;
mengidentifikasi perubahan dan update catatan; melindungi kerahasiaan
informasi klien; menjaga keamanan dari sistem (password, perlindungan
virus, enkripsi, firewall); pelacakan akses tidak sah ke informasi klien;
proses untuk mendokumentasikan di instansi menggunakan campuran
metode elektronik dan kertas; back-up klien informasi; dan sarana
dokumentasi dalam hal kegagalan sistem . Selain hal tersebut di atas
rumah sakit harus memiliki kebijakan yang mengatur lama waktu suatu
dokumentasi kesehatan klien harus disimpan. Dokumen klien yang
disimpan di rumah sakit dapat dianggap sebagai catatan primer, sekunder
atau sementara. Pedoman penyimpanan dokumen klien antara lain:
a. Catatan yang berisi referensi darah atau produk darah harus
dipertahankan selama-lamanya. Dengan kata lain, catatan tersebut
harus disimpan selamanya.
b. Catatan primer klien misalnya, catatan dokter, catatan keperawatan,
konsultasi, resume, dan pemberitahuan kematian disimpan selama 10
tahun.
c. Sekunder dokumen misalnya hasil pemeriksaan diagnostik, catatan
pengobatan disimpan selama enam tahun.
Catatan sementara misalnya laporan diet, bagan grafik disimpan
selama satu tahun.
Pedoman yang dapat digunakan oleh perawat dalam menggunakan
dokumentasi elektronik adalah sebagai berikut:
d. Tidak pernah mengungkapkan atau mengizinkan orang lain
menggunakan nomor identifikasi pribadi (password) dan
menginformasikan kepada atasan langsung jika ada kecurigaan bahwa
kode identifikasi sedang digunakan oleh orang lain.
e. Mengubah password pada interval yang sering dan teratur (sesuai
kebijakan lembaga).
f. Memilih password yang tidak mudah diuraikan dan melakukan log off
bila tidak menggunakan sistem atau ketika meninggalkan sistem.
g. Menjaga kerahasiaan semua informasi, termasuk semua salinan cetak
dari informasi dan melindungi informasi klien yang ditampilkan pada
monitor misalnya dengan penggunaan screen saver, mengatur lokasi
monitor, dan menggunakan privasi layar.
h. Menggunakan sistem hanya pada layanan akses yang aman untuk
membuka ke informasi klien.
i. Melakukan akses hanya pada informasi klien yang diperlukan untuk
memberikan pelayanan keperawatan pada klien tersebut.
j. Mengakses informasi klien untuk tujuan selain memberikan asuhan
keperawatan merupakan pelanggaran kerahasiaan

D. ANALISA DAN RANCANGAN DALAM SISTEM KESEHATAN


1. Analisis sistem
Penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian-
bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasikan dan
mengevaluasi permasalahan-permasalahan, kesempatan-kesempatan,
hambatan-hambatan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan yang
diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikan-perbaikan. Didalam tahap
analisis sistem terdapat langkah-langkah dasar yang harus dilakukan oleh
Analis Sistem Yaitu Identify, Understand, Analyze, Report. Dalam
melakukan analisis yang pertama kita lakukan adalah menganilisis sistem.
Dalam tahap analisis sistem ini kita akan melakukan penelitian tentang
sistem lama. Sehingga dari analisis sistem tersebut akan dapat ditarik
kesimpulan yang bisa digunakan sebagai tolak ukur sistem yang akan
dibangun.
2. Rancangan Sistem
Perancangan sistem dapat diartikan sebagai berikut ini :
a. Tahap setelah analisis dari siklus pengembangan system
b. Pendefinisian dari kebutuhan-kebutuhan fungsional
c. Persiapan untuk rancang bangun implementasi
d. Menggambarkan bagaimana suatu sistem dibentuk
e. Dapat berupa penggambaran, perencanaan dan pembuatan sketsa atau
pengaturan dari beberapa elemen yang terpisah ke dalam satu
kesalahan yang utuh dan berfungsi
f. Termasuk menyangkut mengkonfigurasikan dari komponen-
komponen perangkat lunak dan perangkat keras dari suatu system
Tahap perancangan menghasilkan seperti Laporan perancangan
system, Bagan arus dan tabel keputusan, Deskripsi program, Prosedur-
prosdur operasi, Prosedur-prosdur operasi, Menjalankan manual, Deskripsi
file, Prosedur-prosedur memasukkan data.
3. Implementasi Sistem
a. Pemprograman
Setelah melakukan analisis dan perancangan sistem, programmer
melakukan pemrograman yang merupakan aktivitas membuat program
atau sederetan instruksi yang digunakan untuk mengatur program agar
bekerja dan berjalan sesuai dengan maksud dari instruksi yang diketik.
b. Pengujian Program
Pengujian program bertujuan untuk menghindari kesalahan yang
dibuat. Adapun kesalahan yang mungkin ditemukan pada proses
pengujian program : Pengujian White Box dan Pengujian Black Box
4.3 Instalansi Program
c. Instalansi Program
Setelah program selesai dibuat saatnya dilakuakan instalansi program
cara masuk dalam folder Simpus Rawat Inap, kemudian cari file yang
bertuliskan SETUP.exe kemudiandouble click atau enter.
d. Pengetesan Sistem
Pengujian sistem bertujuan untuk mengetahui bahwa komponen-
komponen sudah berfungsi dengan baik dan untuk mengetahui
kelemahan atau kesalahan sehingga perlu dilakukan perbaikan.
e. Pelatihan Personil
Tahap pelatihan karyawan mencakup beberapa hal sebagai berikut:
1) Pengenalan tentang gambaran umum sistem baru yang akan
diberlakukan, Pengenalan tersebut menyangkut apa saja yang baru
dalam sistem tersebut, latar belakang diberlakukan sistem yang
baru, perbedaan sistem baru dengan sistem yang lama, serta
kelebihan dan kelemahan sistem baru dengan dibandingkan dengan
sistem yang telah ada.
2) Latihan atau simulasi untuk menjalankan prosedur-prosedur bar
yang mungkin diterapkan dalam sistem misalnya yang menyangkut
alur dokumen dalam sistem, personel-personel yang terkait dalam
sistem, tugas dan tanggung jawab masing-masing personel disertai
dengan simulasi menjalankan prosedur-prosedur secara manual
3) Latihan meng operasikan program untuk operator PDE (prngolahan
data elektronk) sistem tersebut. Langkah ini dapat dijalankan
setelah program dibuat. Latihan pengoperasian tersebut mencakup
latihan bagaimana melakukan input data, melakukan proses data,
dan cetak atau menampilkan hasil pengolahannya.
4) Pelatihan dalam hal perawatan sistem, disamping diperlukan
seorang maintenance khusus terhadap pemeliharaan program,
semua pihak bagian rawat inap dan rekamedik dalam puskesmas
harus terlibat dalam pemeliharaan sistem baik dari sisi
pemeliharaan perangkat elektronik maupun menjaga arus prosedur
manual yang diterapkan,untuk menghindari penyimpangan yang
mungkin dapat terjadi baik yang disengaja maupun yang tidak
disengaja.
f. Konversi Sistem
Konversi sistem terdapat beberapa pendekatan salah satunya
konversi pararel. Konversi paralel diterapkan dengan cara
mengoperasikan sistem lama dengan sistem baru secara bersama-sama
pada periode waktu tertentu. Sistem konversi pararel ini berfungsi
untuk meyakinkan kinerja sistem baru telah beroperasi dengan baik dan
sesuai dengan tujuan, sehingga sistem lama akan dihentikan.
Keunggulan sistem ini adalah sistem lama masih dapat dijalankan jika
sistem baru tidak sesuai dengan tujuan. Kelemahan sistem ini adalah
biaya yang harus dikeluarkan lebih banyak karena harus membiayai dua
sistem sekaligus. Adapun konversi sistem yang diterapkan pada
Puskesmas Grabag I Kabupaten Magelang adalah sistem pararel, karena
untuk mengantisipasi jika sistem baru mengalami kendala maka sistem
lama masih dapat dioperasikan.
4. Pemeliharaan Sistem
Pemeliharaan Sistem wajib dilakukan selama sistem masih beroperasi
karena beberapa alasan. Misalnya mungkin sistem masih menyisakan
masalah–masalah yang tidak terdeteksi selama pengujian sistem. Serta
mengantisipasi apabila ada orang jahil menerobos keamanan sistem yang
bisa merugikan instansi. Pemeliharaan itu dibagi menjadi dua yaitu :
a. Pemeliharaan Hardware
b. Pemeliharaan Software
5. Peningkatan Sistem
Peningkatan sistem meningkatkan pengelolaan data kesehatan yang
meliputi pengumpulan, penyimpanan, dan analisis data, serta diseminasi
informasi. Sehingga Data dan informasi yang tersedia mudah diakses oleh
semua pemangku kepentingan.

E. PENGGUNAAN TEKNOLOGI TELECONFRECE DALAM ASKEP


F. KEKUATAN DAN KELEMAHAN DALAM MENGGUNAAN
TEKNOLOGI DALAM SISTEM INFORMASI KESEHATAN
1. Kekuatan
a. Hemat tempat
Penggunaan sistem informasi kesehatan pada rumah sakit dapat
menghemat tempat atau ruang lingkup kerja petugas medis. Bila
biasanya petugas memerlukan banyak tempat untuk menulis berbagai
macam jenis dokumen, dengan menggunakan komputer, yang
didalamnya sudah terdapat simkes, petugas bisa langsung
melakukannya dalam ruang lingkup yang kecil atau terbatas sekalipun,
hal tersebut dikarenakan sistem informasi kesehatan yang digunakan
sudah mencantumkan berbagai jenis form dokumen yang diperlukan
untuk diisi petugas medis.
b. Mempercepat pelayanan kepada pasien
Sistem komputerisasi rumah sakit akan memepercepat dan mem-
permudah pelayanan kepada pasien. Petugas tidak perlu lagi repot-
repot menulis identitas pasien dan dapat langsung me-input data yang
diperlukan ke komputer. Hal ini juga dapat memudahkan petugas
untuk mengatur antrian pasien dengan menggunakan tiket dan sistem
pemanggilan antrian secara elektronik.
c. Data mudah diakses
Data yang tersimpan dalam sistem akan mudah diakses oleh para
petugas medis di rumah sakit tersebut. Data yang diperlukan akan
mudah untuk ditelusuri dengan mengetikan keyword yang diperlukan
pada kolom pencarian pada sistem informasi yang digunakan, otomatis
data akan mudah dan cepat untuk ditemukan.
d. Mempermudah komunikasi antara petugas medis
Petugas medis di rumah sakit yang sudah menerapakan sistem in-
formasi kesehatan tidak perlu lagi kerepotan untuk menyerahkan
dokumen yang diperlukan petugas lain di tempat kerja yang saling
berjauhan. Hal tersebut dikarenakan semua data yang di-input oleh
tiap-tiap petugas medis pada sistem informasi kesehatan rumah sakit
bisa langsung dilihat dan diakses oleh semua petugas medis lain
dimanapun dan kapanpun, sehingga hal ini bisa mempermudah dan
mempercepat komunikasi antara petugas medis. Selain itu, hal tersebut
juga menghemat waktu dan tenaga para petugas medis.
e. Mempermudah pengecekan data
Tiap-tiap data yang di-input oleh petugas medis akan mudah untuk
ditelusuri dan diperiksa. Pada umumnya, sistem informasi kesehatan
yang digunakan akan mendeteksi apabila ada kesalahan ataupun
kekurangan dalam pengisiian data yang di-input-kan oleh petugas
medis, sehingga hal ini akan meminimalisir kesalahan (human eror)
yang dapat ditimbulkan. Pencarian data pun akan mudah dan cepat,
karena petugas bisa dengan mudah memasukan keyword ke kolom
pencarian/search pada sistem dan simkes akan otomatis mencari dan
menampilkan data atau dokumen yang akurat sesuai dengan keyword
yang telah diisikan.
f. Mempermudah dalam mengolah data menjadi informasi
Penggunaan sistem informasi kesehatan akan mempermudah petugas
medis dalam memproses/mengolah data yang ada menjadi informasi
atau laporan yang diperlukan. Petugas akan mudah mengakses data apa
saja yang diperlukan untuk membuat laporan. Petugas tidak perlu
repot-repot lagi mengaudit data satu persatu serta mengurutkannya
secara manual, karena hal tersebut sudah otomatis dilakukan oleh
sistem informasi kesehatan yang sudah ter-install. Petugas bisa
langsung memproses dan menampilkan laporan yang diinginkan.
2. Kelemahan
a. Bergantung kepada aplikasi yang digunakan
Pemilihan serta penggunaan aplikasi atau software simkes juga
menjadi hal yang sangat penting. Petugas akan sangat bergantung
kepada sistem tersebut, sehingga apabila sistem mengalami gangguan
atau kerusakan otomatis akan mengganggu proses pelayanan yang
sedang berlangsung. Oleh karena itu, perlunya rumah sakit untuk
menggunakan sistem informasi kesehatan atau software simkes yang
asli/berlisensi yang berasal dari sumber atau pengembang (developer)
software yang terpercaya. Sistem tersebut juga harus senantiasa
mendapatkan pembaruan dan pengembangan terbaru dari developer
yang membuat software tersebut, hal ini diperlukan agar software yang
dimiliki rumah sakit selalu up to date dan bebas dari permasalahan
yang sebelumnya pernah terjadi.
b. Perlu pelatihan khusus dalam penggunaannya
Perlu menyadari bahwa tidak semua petugas medis di rumah sakit
akrab dan familiar dengan sistem informasi kesehatan atau bahkan
dengan komputer. Hal tersebut tentu saja akan membuat penerapan
simkes di rumah sakit menjadi sia-sia atau malah bisa menjadi
halangan karena akan menyulitkan para petugas medis yang masih
belum siap dalam menerapkan simkes.
Pemberian pelatihan perlu dilakukan agar tiap petugas medis
dapat menggunakan sistem informasi kesehat-an yang ada secara
efektif, efisien, dan maksimal. Petugas medis juga perlu diberi
pelatihan mengenai cara penanganan dan antisipasi apabila sistem
mengalami gangguan atau tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Selain itu petugas medis juga dapat didorong untuk selalu memberikan
kritik dan saran terhadap sistem yang digunakan agar sistem tersebut
dapat semakin berkembang dan memiliki kinerja yang maksimal yang
sesuai dengan kebutuhan rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai