Anda di halaman 1dari 20

PENGGUNA DAN PENGEMBANG

SISTEM INFORMASI

Disusun Oleh :
DIANA OCTAVIA
43216120156

Dosen Pengampu :
YANANTO MIHADI PUTRA, SE, M.Si

UNIVERSITAS MERCU BUANA


JAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan artikel yang berjudul “Pengguna dan Pengembang Sistem
Informasi File”. Penulisan artikel ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas dari Bapak
Yananto Mihadi Putra, SE, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Sistem Informasi
Manajemen.

Terlepas dari segala hal tersebut, saya sadar sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya, maka saya mohon kritik dan sarannya
untuk perbaikan artikel ini.

Saya berharap semoga artikel ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan
membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Akhir kata saya ucapkan terima
kasih atas kesediannya untuk membaca artikel ini.

Jakarta, 24 September 2018

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Perkembangan peradaban manusia diiringi dengan perkembangan cara penyampaian


informasi (yang selanjutnya dikenal dengan istilah Teknologi Informasi) sudah ada sejak
zaman dahulu. Mulai dari gambar-

gambar yang tak bermakna di dinding-dinding gua, peletakkan tonggak sejarah dalam bentuk
prasasti sampai diperkenalkannya dunia arus informasi yang kemudian dikenal dengan nama
internet. Sistem Informasi dari setiap zaman akan selalu mengalami perubahan dan
pengembangan sistem informasi. Dari tahun ke tahun sistem informasi semakin maju,
semakin modern dan semakin luas cakupan informasinya.

Pengembangan sistem informasi dimulai dari tingkat kebutuhan masyarakat. Dengan


tingginya kebutuhan masyarakat akan informasi maka akan semakin cepat pula sistem
informasi mengalami pengembangan. Informasi yang disampaikan pun berkembang. Dari
sekedar menggambarkan keadaan sampai taktik bertempur.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah yang ada, yaitu:

 Apa definisi pengembangan sistem informasi?


 Apa saja metodologi pengembangan sistem?

 Bagaimana tahapan dari tiap metode ?

 Apa keunggulan dan kelemahan masing-masing metode?

 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini agar mahasiswa mengetahui tentang :

 Definisi pengembangan sistem informasi.


 Metodologi pengembangan sistem.
 Tahapan-tahapan tiap metode

 Keunggulan dan kelemahan masing-masing metode

3. Tujuan

Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui pengembangan sistem informasi dengan
menggunakan pendekatan insourcing atau outsourcing di perusahaan.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi Pengembangan Sistem Informasi

Pengembangan sistem informasi adalah kumpulan kegiatan para analis sistem, perancang,
dan pemakai yang mengembangkan dan mengimplementasikan sistem informasi.
Pengambangan sistem informasi merupakan tahapan kegiatan yang dilakukan selama
pembangunan sistem informasi..

Definisi pengembangan sistem informasi adalah aktivitas untuk menghasilkan sistem


informasi bebasis komputer untuk menyelesaikan persoalan organisasi atau memanfaatkan
kesempatan (oppurtunities) yang timbul (Derry Jiwanda, 2013).

Adapun definisi lain mengenai pengembangan sistem informasi berdasarkan Gunadarma


adalah penyusunan suatu sistem yang baru untuk menggantikan sistem yang lama secara
keseluruhan atau memperbaiki sistem yang telah ada.

Terdapat beberapa definisi mengenai pengembangan sistem informasi diantaranya adalah :

 Aktifitas untuk menghasilkan sistem informasi berbasis komputer untuk


menyelesaikan permasalahan organisasi atau memanfaatkan kesempatan
(opportunities) yang timbul.
 Kumpulan kegiatan para analis sistem, perancang, dan pemakai yang
mengembangkan dan mengimlementasikan sistem informasi.

 Tahapan kegiatan yang dilakukan selama pembangunan sistem informasi

 Proses merencanakan, mengembangkan, dan mengimplementasikan sistem informasi


dengan menggunakan metode, teknik, dan alat bantu pengembangan tertentu.

Pengembangan sistem merupakan penyusunan suatu sistem yang baru untuk menggantikan
sistem yang lama secara keseluruhan atau memperbaiki sistem yang telah ada.
2. Metodologi Pengembangan Sistem Informasi

Metodologi pengembangan sistem adalah suatu proses pengembangan sistem yang formal
dan presisi yang mendefinisikan serangkaian aktivitas, metode, best practices dan tools yang
terautomasi bagi para pengembang dan manager proyek dalam rangka mengembangkan dan
merawat sebagai keseluruhan sistem informasi atau software.

Macam-Macam Metodologi Pengembangan Sistem

a. Metode System Development Life Cycle (SDLC)

Metode ini adalah metode pengembangan sistem informasi yang pertama kali
digunakan makanya disebut dengan metode tradisional atau metode klasik. Metode ini
digunakan untuk mengembangkan, memelihara, dan menggunakan sistem informasi.

b. Model Waterfall

Sering juga disebut model Sequential Linier. Metode pengembangan sistem yang


paling tua dan paling sederhana. Cocok untuk pengembangan perangkat lunak
dengan spesifikasi yang tidak berubah-ubah. Model ini menyediakan pendekatan alur
hidup perangkat lunak secara sequential atau terurut dimulai dari analisa, desain,
pengkodean, pengujian dan tahap pendukung.

c. Model Prototyping
Prototyping adalah proses iterative dalam pengembangan sistem dimana requirement
diubah ke dalam sistem yang bekerja (working system) yang secara terus menerus
diperbaiki melalui kerjasama antara user dan analis. Prototipe juga bisa dibangun
melalui beberapa tool pengembangan untuk menyederhanakan proses.

d. Model RAD (Rapid Application Development)

RAD adalah penggabungan beberapa metode atau teknik terstruktur. RAD


menggunakan metode prototyping dan teknik terstruktur lainnya untuk menentukan
kebutuhan user dan perancangan sistem informasi. Selain itu RAD menekankan siklus
perkembangan dalam waktu yang singkat (60 sampai 90 hari) dengan pendekatan
konstruksi berbasis komponen.

e. Model Spiral

Model spiral pada awalnya diusulkan oleh Boehm, adalah model proses perangkat
lunak evolusioner yang merangkai sifat iteratif dari prototipe dengan cara kontrol dan
aspek sistematis model sequensial linier. Model iteratif ditandai dengan tingkah laku
yang memungkinkan pengembang mengembangkan versi perangkat lunak yang lebih
lengkap secara bertahap.

f. Object Oriented Technology

Object Oriented Technology merupakan cara pengembangan perangkat lunak


berdasarkan abstraksi objek-objek yang ada di dunia nyata. Dasar pembuatan adalah
objek yang merupakan kombinasi antara struktur data dan perilaku dalam satu entitas.
Filosofi Object Oriented sangat luar biasa sepanjang siklus pengembangan perangkat
lunak (perencanaan, analisis, perancangan dan implementasi) sehingga dapat diterapkan
pada perancangan sistem secara umum: menyangkut perangkat lunak, perangkat keras
dan sistem secara keseluruhan. 

7. Metode End-user Development

Disini pengembangan dilakukan langsung oleh end-user. Keterlibatan langsung end-


user sangat menguntungkan, karena memahami benar bagaimana sistem bekerja.
Artinya tahap analisis sistem dapat dilakukan lebih cepat. Kelemahan adalah pada
pengendalian mutu dan kecenderungan tumbuhnya “private” sistem informasi.
Integrasi dengan sistem yang lain menjadi sulit.

3. Faktor-faktor  Yang Mempengaruhi Keberhasilan  Penerapan Sistem Informasi 

O’Brien dan Marakas (2009) menyatakan bahwa terdapat beberapa alasan yang menyebabkan
sukses atau tidaknya suatu organisasi/perusahaan dalam menerapkan sistem informasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesukesan penerapan sistem informasi, antara lain adanya
dukungan dari unit manajemen atau pimpinan perusahaan, keterlibatan end user (pemakai
akhir), penggunaan kebutuhan perusahaan yang jelas, perencanaan yang matang, dan harapan
perusahaan yang nyata. Sementara alasan kegagalan penerapan sistem informasi  antara lain
karena kurangnya dukungan pimpinan manajemen dan input dari end-user, pernyataan
kebutuhan dan spesifikasi yang tidak lengkap dan selalu berubah-ubah, serta inkompetensi
terhadap teknologi.  Hal ini dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Dukungan dari pihak Pimpinan atau manajemen

Dukungan dari semua pihak atau level manajemen terhadap suatu proyek system
informasi membuat proyek tersebut akan mendapat pemahaman yang sama dan persepsi
yang positif dari semua pengguna termasuk tenaga teknis atau staf teknis informasi.
Dukungan ini dapat  ditunjukkan melalui apresiasi terhadap waktu dan tenaga yang telah
diinvestasikan dalam pembuatan proyek system informasi, selain bahwa  proyek akan
membutuhkan atau memerlukan dana, serta harus siap bila dibutuhkan adanya perubahan
dalam organisasi perusahaan sebagai  akibat dari system yang sedang dikembangkan.

b. Keterlibatan atau input dari end user (pemakai akhir)

Persepsi yang sama dari semua pengguna terhadap sistem informasi akan sangat
menentukan berhasil atau tidaknya penerapan sistem informasi yang dikembangkan.
Dukungan yang positif  dalam bentuk  kompetensi dari semua pemakai (user), serta
hubungan yang baik antara user dengan teknisi atau staf teknologi informasi merupakan
faktor sikap yang menentukan keberhasilan dan sangat penting bagi berhasilnya
penerapan sistem  informasi.

c. Tahapan pengembangan Sistem Imformasi


Sebagaimana layaknya suatu konstruksi, maka pengembangan sistem informasi haruslah
jelas semua tahapannya,  mulai dari tahapan perancangan, pelaksanaan (implementasi),
sampai dengan pengoperasian dan perawatannya.  Setelah dapat dipastikan bahwa sistem
yang dibangun sesuai dengan apa yang telah dirancangkan, barulah dapat dilihat sejauh
mana pengoperasiannya sehingga dapat ditentukan apakah memang sistem tersebut
berjalan sebagaimana mestinya. Selanjutnya, agar hasil dari sistem tersebut dapat
dipercaya oleh publik, maka diperlukan pemeriksaan dari pihak ketiga, baik institusi
yang berwenang maupun profesional penunjang yang berkaitan dengan hal itu yang saat
ini disebut dengan Information System Auditor yang dilengkapi dengan model-model
standar pemeriksaan

d. Kompetensi Terhadap Teknologi Informasi

Kesuksesan pengembangan sistem informasi tidak hanya bergantung pada penggunaan


alat atau teknologinya saja, tetapi juga manusia sebagai perancang dan penggunanya.
Bodnar dan Hopwood (1995) dalam Murdaningsih (2009) berpendapat bahwa perubahan
dari sistem manual ke sistem komputerisasi tidak hanya menyangkut perubahan
teknologi tetapi juga perubahan perilaku dan organisasional.  Sekitar 30 persen
kegagalan pengembangan sistem informasi baru diakibatkan kurangnya perhatian pada
aspek organisasional. Oleh karena itu, pengembangan sistem informasi memerlukan
suatu perencanaan dan implementasi yang hati-hati, untuk menghindari adanya
penolakan terhadap sistem yang dikembangkan (resistance to change).

e. Disiplin Sumberdaya Manusia (User)

Sistem informasi berbasis teknologi informasi mempercayakan  pada program komputer,


input data, prosessing, output, dokumentasi, dan fasilitas yang terus meningkat ukuran
dan nilainya juga akan bertambah. User harus memelihara disiplin dan standar kinerja,
keamanan dan perilaku yang jelas,  memastikan integritas dan perlindungan berbagai
system yang dibangun.  Karena itu diperlukan panduan dalam melaksanakan kegiatan
kerja.

f. Monitoring dan Evaluasi Penerapan Sistem Informasi

Penerapan sebuah sietem imformasi tidak ada yang langsung sempurna penerapannya.
Penerapan system informasi ini dilaksanakan secara bertahap, dan dalam setiap tahap
diperlukan monitoring dan evaluasi sehingga para pengguna akan semakin terbiasa.
Monitoring dapat dilakukan terhadap para user, system informasi serta teknologi
informasi yang dipakai.  Khusus dengan teknologi informasi yang terus berkembang,
maka perusahaan harus menyesuaikan agar system yang dikembangkan tetap up to date
dengan teknologi informasi yang ada sehingga tujuan perusahaan dalam membangun
system informasi dapat tercapai dengan baik. 

g. Pemeliharaan dan Peremajaan Perangkat Sistem Informasi

Investasi perusahaan untuk membangun sistem Teknologi Informasi (TI) sangat besar
namun dalam penerapannya bisa saja  low utilization atau idle.  Proyeksi kelayakan
pemanfaatan TI tidak dapat lebih dari lima tahun, karena siklus hidup peralatan TI
cenderung makin pendek karena pesatnya perkembangan teknologi informasi. Adanaya
maintenance yang baik terhadap perangkat system imformasi software dan hardware
dapat menjamin berfungsinya TI dengan baik dan bisa memperpanjang jangka waktu
pemakaian sebelum diremajakan.  Apabila telah lewat jangka waktu pemakaian sebuah
hardware, sebaiknya diambil tindakan peremajaan agar system dapat berjalan dengan
baik. 

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kegagalan Penerapan Sistem Informasi :

a. Kurangnya dukungan dari pimpinan atau manajemen

Seperti penjelasan sebelumnya bahwa penerapan Sistem Informasi yang


memerlukan biaya, tenaga dan menyangkut strategi perusahaan harus dipeutuskan
oleh pimpinan atau manajemen.   Apabila  penerapan sistem informasi tidak
mendapatkan dukungan penuh, akan menyebabkan ketidakpastian dan ancaman bagi
posisi dan peran para pegawainya, hal ini pun akan dapat menyebabkan tidak
optimalnya atau bahkan mengakibatkan kegagalan dalam penerapan sistem
informasi.  

b.   Kurangnya Keterlibatan dari end user 

Komunikasi dan keterlibatan semua pengguna akan menentukan keberhasilan sistem


informasi pada perusahaan. Tetapi adanya kesenjangan komunikasi antara pengguna
dan perancang sistem informasi dapat menjadi salah satu faktor penyebab kegagalan
penerapan sistem informasi.

c. Kurangnya Perencanaan

Tahap perencanaan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam menentukan
berhasil atau tidaknya penerapan sistem informasi. Jika suatu pengembangan dan
penerapan sistem informasi tidak didukung dengan perencanaan yang memadai,
maka dapat menyebabkan tidak terpenuhinya  keinginan dan kepentingan berbagai
pihak di perusahaan. Bila tidak didukung dengan  perancanaan yang memadai
penerapan sistem informasi dapat menjadi hal yang sia-sia.

d.   Inkompetensi secara Teknologi

Kesuksesan pengembangan sistem informasi tidak hanya bergantung pada


penggunaan alat atau teknologinya saja, tetapi juga manusia  sebagai perancang dan
penggunanya. Bodnar dan Hopwood (1995) dalam Murdaningsih (2009)
berpendapat bahwa perubahan dari sistem manual ke sistem komputerisasi tidak
hanya menyangkut perubahan teknologi tetapi juga perubahan perilaku dan
organisasional. Kegagalan pengembangan sistem informasi baru diakibatkan
kurangnya perhatian pada aspek organisasional. Jadi inkopetensi secara teknologi
akan mengakibatkan kegagalan dalam penerapan system informasi

5. Tujuan dilakukannnya pengembangan sistem informasi karena sistem lama perlu


diperbaiki atau diganti yang disebabkan oleh:

a. Adanya permasalahan-permasalahan (problems) yang timbul di sistem yang lama.


Permasalahan yang timbul dapat berupa: Ketidakberesan dalam sistem yang lama
menyebabkan sistem yang lama tidak dapat beroperasi sesuai dengan yang
diharapkan.

b. Pertumbuhan organisasi

Kebutuhan informasi yang semakin luas, volume pengolahan data semakin


meningkat, perubahan prinsip akuntansi yang baru menyebabkan harus disusunnya
sistem yang baru, karena sistem yang lama tidak efektif lagi dan tidak dapat
memenuhi lagi semua kebutuhan informasi yang dibutuhkan manajemen.
c. Untuk meraih kesempatan-kesempatan

Dalam keadaan persaingan pasar yang ketat, kecepatan informasi atau efisiensi waktu
sangat menentukan berhasil atau tidaknya strategi dan rencana-rencana yang telah
disusun untuk meraih kesempatandan peluang pasar, sehingga teknologi
informasiperlu digunakan untuk meningkatkan penyediaan informasi agar
dapatmendukung proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manajemen.

d. Adanya instruksi dari pimpinan atau adanya peraturan pemerintah.

Penyusunan sistem yang baru dapat juga terjadi karena adanya instruksiinstruksi dari
atas pimpinan ataupun dari luar organisasi, seperti misalnya peraturan pemerintah.

Adapun indikator diperlukannya pengembangan sistem informasi, antara lain:

1. Keluhan pelanggan
2. Pengiriman barang yang sering tertunda

3. Pembayaran gaji yang terlambat

4. Laporan yang tidak tepat waktu

5. Isi laporan yang sering salah

6. Tanggung jawab yang tidak jelas

7. Waktu kerja yang berlebihan

8. Ketidakberesan kas

9. Produktivitas tenaga kerja yang rendah

10. Banyaknya pekerja yang menganggur

11. Kegiatan yang tumpang tindih

12. Tanggapan yang lambat terhadap pelanggan

13. Kehilangan kesempatan kompetisi pasar

14. Persediaan barang yang terlalu tinggi


15. Pemesanan kembali barang yang tidak efisien

16. Biaya operasi yang tinggi

17. File-file yang kurang teratur

18. Keluhan dari supplier karena tertundanya pembayaran

19. Tertundanya pengiriman karena kurang persediaan

20. Investasi yang tidak efisien

21. Peramalan penjualan dan produksi tidak tepat

22. Kapasitas produksi yang menganggur

23. Pekerjaan manajer yang terlalu teknis

Manajemen perusahaan berharap dengan adanya pengembangan sistem informasi


terjadi peningkatan dalam hal:

1. Kinerja, yang dapat diukur dari throughput dan respon time. Throughput:


jumlah pekerjaan yang dapat dilakukan pada suatu saat tertentu. Respon time:
Rata-rata waktu tertunda di antara dua transaksi.
2. Kualitas informasi yang disajikan.

3. Keuntungan (penurunan biaya). Berhubungan dengan jumlah sumber daya


yang digunakan.

4. Kontrol (pengendalian).

5. Efisiensi.

6. Pelayanan.

Bila dalam operasi sistem yang sudah dikembangkan masih timbul permasalahan-
permasalahan yang tidak dapat diatasi dalam tahap pemeliharaan sistem, maka perlu
dikembangkan kembali suatu sistem untuk mengatasinya dan proses ini kembali ke proses
yang pertama. Siklus ini disebut dengan Siklus Hidup suatu Sistem. Siklus Hidup
Pengembangan Sistem dapat didefinisikan sebagai serangkaian aktivitas yang dilaksanakan
oleh profesional dan pemakai sistem informasi untuk mengembangkan dan
mengimplementasikan sistem informasi. Siklus hidup pengembangan sistem informasi saat
ini terbagi atas 6 (enam) fase, yaitu:

1. Perencanaan sistem.
2. Analisis sistem.

3. Perancangan sistem secara umum / konseptual.

4. Evaluasi dan seleksi sistem.

5. Perancangan sistem secara detail.

6. Pengembangan Perangkat Lunak dan Implementasi sistem.

7. Pemeliharaan / Perawatan Sistem.

6.    Cara Pengembangan Sistem Informasi

Pengembangan sistem informasi dapat dilakukan melalui 2 (dua) cara, yaitu:

a. Outsourcing (alih daya)

Outsourcing (alih daya) pengembangan sistem informasi adalah keputusan yang diambil
organisasi untuk mengontrakkan, menjual sebagian, atau seluruh aset TI, manusia dan
aktivitas kepada pihak ketiga, yang sebagai gantinya, menyediakan dan mengelola aset
dan layanan dengan biaya atau rencana keuangan dalam kurun waktu yang telah disetujui
(Andika Arif Sukrawan, 2013).

Berdasarkan Azwil Nazir, 2013 perihal yang menjadi penyebab perusahaan memutuskan
untuk meng-alihdayakan (meng-outsourcingkan) pengembangan sistem informasinya
antara lain:

1. Pesatnya perkembangan teknologi informasi menyebabkan para penggunanya,


termasuk manajemen perusahaan harus memberikan perhatian ekstra terhadap
pengelolaan sistem informasi dan infrastrukturnya yang berimplikasi kepada
kendala sumber daya manusia TI dan investasinya. Padahal di sisi lain,
perusahaan dituntut untuk membuat bisnisnya menjadi lebih efisien.
2. Sebagian pengguna jasa teknologi informasi di perusahaan merasa kurang puas
terhadap layanan (dan biaya) TI yang dilakukan oleh departemen sistem
informasinya (in-house IT department).

3. Adanya dorongan regulasi dari otoritas sektoral yang menuntut perusahaan untuk
menggunakan jasa teknologi yang berkualitas.

Berdasarkan Azwil Nazir, 2013 terdapat beberapa hal yang perlu menjadi pertimbangan
sebelum manajemen perusahaan memilih rekanan (vendor) penyedia jasa pengembangan
sistem informasi antara lain:

1. Reputasi penyedia jasa alih daya.


2. Kualitas layanannya.

3. Flesibilitas harga yang ditawarkan.

4. Komitmen tingkat layanan yang akan diberikan.

5. Sanksi yang dapat perusahaan berikan kepada penyedia jasa alih daya jika
komitmen layanannya (service level) tidak terpenuhi.

Berdasarkan Hnindito, 2009 keuntungan yang akan diperoleh perusahaan bila meng-
alihdayakan pengembangan sistem informasinya, antara lain:

1. Mengatur spesialis pekerja IT dalam jangka pendek. Perusahaan alih daya


membantu dalam penyediaan tenaga ahli dalam waktu kontrak yang pendek. Hal
ini sangat membantu perusahaan menengah kebawah dalam pemenuhan tenaga
IT yang profesional.
2. Mempercepat time to market. Perusahaan dapat mempercepat proses yang
berkaitan dangan teknologi, misalkan untuk mempublikasikan web page yang
berisi informasi produk tertentu dapat dilakukan dengan hosting pada penyedia
layanan. Sehingga perusahaan tidak perlu membeli perlengkapan infrastruktur
ataupun membangun fasilitas yang lain

3. Beroperasi 24 X 7. Konsumen berharap dapat mengakses informasi setiap saat.


Hal ini membutuhkan dukungan infrastruktur dengan spesifikasi yang tinggi dan
investasi yang cukup tinggi dimana kebanyakan perusahaan tidak
menyediakannya. Hal ini dapat di alihkan ke penyedia alih daya. Perusahaan alih
daya dapat menyediakan layanan tersebut dan mennggunakan pada beberapa
perusahaan sehingga masih didapat keuntungan.

4. Profil cash flow yang lebih leluasa. Dengan melakukan subskripsi pada penyedia
layanan alih daya, perusahaan hanya membayar service teknologi informasi
sesuai dengan yang digunakan, tanpa harus memikirkan biaya investasi diawal
ataupun biaya pemeliharaan.

5. Pengurangan biaya pada pembaruan layanan IT. Layanan terpusat dapat


mengurangi biaya pada bisnis pada banyak cara, salah satunya adalah dalam
pemutakhiran perangkat lunak. Dengan layanan terpusat proses ini dapat
menghemat waktu. Selain itu layanan ini juga mengurangi resiko perangkat lunak
piracy karena scara fisikm CD program tidak di distribusikan.

6. Aplikasi yang dapat diakses secara global. Aplikasi dapat diakses melalui internet
sehingga tidak terdapat lagi batasan geografis dan juga dapat diakses melalui web
browser ataupun peralatan telepon genggam. Hal ini merupakan nilai tambah
yang bisa didapat dengan menggunakan layanan alih daya. Keuntungan dari
aplikasi layanan melalui internet tidak semata disebabkan oleh layanan alih daya,
tetapi juga karena penggunaan teknologi untuk meningkatkan efisiensi dalam
penggunaan computer. Model teknologi ini adalah On Demand, utility computing
dan grid computing.

b. Insourcing

Insourcing dalam hal pengembangan informasi berdasarkan Affan Hilman, 2010 adalah
pengembangan dan penerapan sistim informasi manajemen dilakukan oleh internal
perusahaan yang dilakukan oleh pegawai perusahaan itu sendiri dan biasanya terdapat
divisi atau departemen informasi dan teknologi komunikasi yang bertugas untuk
mengurus hal ini.

Menurut Rita Anggraeni, 2012 terdapat kekuatan dan kelemahan apabila perusahaan
menggunakan sumberdaya internal atau yang lebih dikenal dengan insourcing untuk
melalukan pengembangan sistem informasi, antara lain:
1. Kekuatan.

 Sistem informasi yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan perusahaan karena


karyawan yang ditugaskan mengerti kebutuhan sistem dalam perusahaan.

 Biaya pengembangannya relatif lebih rendah karena hanya melibatkan pihak


perusahaan.

 Sistem informasi yang dibutuhkan dapat segera direalisasikan dan apabila terdapat
kerusakan dapat segera dilakukan perbaikan untuk menyempurnakan sistem tersebut.

 Sistem informasi yang dibangun sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan dan
dokumentasi yang disertakan lebih lengkap.

 Mudah untuk melakukan modifikasi dan pemeliharaan (maintenance) terhadap sistem


informasi karena proses pengembangannya dilakukan oleh karyawan perusahaan
tersebut.

 Adanya insentif tambahan bagi karyawan yang diberi tanggung jawab untuk
mengembangkan sistem informasi perusahaan tersebut.

 Lebih mudah melakukan pengawasan (security access) dan keamanan data lebih
terjamin karena hanya melibatkan pihak perusahaan.

 Sistem informasi yang dikembangkan dapat diintegrasikan lebih mudah dan lebih baik
terhadap sistem yang sudah ada.

2. Kelemahan

 Keterbatasan jumlah dan tingkat kemampuan SDM yang menguasai teknologi


informasi.
 Pengembangan sistem informasi membutuhkan waktu yang lama karena konsentrasi
karyawan harus terbagi dengan pekerjaan rutin sehari-hari sehingga pelaksanaannya
menjadi kurang efektif dan efisien.

 Perubahan dalam teknologi informasi terjadi secara cepat dan belum tentu perusahaan
mampu melakukan adaptasi dengan cepat sehingga ada peluang teknologi yang
digunakan kurang canggih (tidak up to date).
 Membutuhkan waktu untuk pelatihan bagi operator dan programmer sehingga ada
konsekuensi biaya yang harus dikeluarkan.

 Adanya demotivasi dari karyawan yang ditugaskan untuk mengembangkan sistem


informasi karena bukan core competency pekerjaan mereka.

 Kurangnya tenaga ahli (expert) di bidang sistem informasi dapat menyebabkan


kesalahan persepsi dalam pengembangan sistem dan kesalahan/resiko yang terjadi
menjadi tanggung jawab perusahaan (ditanggung sendiri).

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Pengembangan sistem merupakan penyusunan suatu sistem yang baru untuk menggantikan
sistem yang lama secara keseluruhan atau memperbaiki sistem yang telah ada. Metodologi
pengembangan sistem adalah suatu proses standar yang diikuti oleh organisasi untuk
melaksanakan seluruh langkah yang di perlukan untuk menganalisa, merancang,
mengimplementasikan dan memelihara sistem informasi. Ada macam-macam metodologi
pengembangan sistem, antara lain metode SDLC, metode Waterfall, metode Prototyping,
metode metode RAD, metode Spiral, metode Object Oriented Technology, dan metode EUD.
Dari setiap metode terdapat beberapa tahapan yang berpengaruh terhadap jalannya proses
pengembangan sistem informasi. Setiap metode tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan
masing-masing

Perkembangan teknologi informasi sangat dipengaruhi oleh kemampuan sumber daya


manusia (SDM) dalam memahami komponen teknologi informasi, seperti perangkat keras
dan perangkat lunak komputer. Sistem jaringan baik berupa LAN ataupun WAN dan sistem
telekomunikasi yang akan digunakan untuk mentransfer data. Kebutuhan akan tenaga yang
berbasis teknologi informasi masih terus meningkat. Hal ini bisa terlihat dengan banyaknya
jenis pekerjaan yang memerlukan kemampuan di bidang teknologi informasi di berbagai
bidang serta jumlah SDM berkemampuan di bidang teknologi informasi masih sedikit, jika
dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia. Keberadaan bisnis yang tersebar di banyak
tempat dengan berbagai ragam perangkat keras dan lunak mulai menyadari tentang betapa
pentingnya untuk mempercayakan dukungan bagi keberhasilan pengolahan data komputernya
kepada satu sumber yang dapat dipercaya.

CONTOH KASUS

Semua perusahaan mempunyai aliran informasi. Aliran informasi ini diatur dan diarahkan
dalam suatu sistem informasi. Sistem informasi berperan dalam proses pengambilan
keputusan operasional harian sampai perencanaan jangka panjang. Oleh karena itu, faktor
teknologi informasi sangat diyakini oleh manajemen untuk menunjang kesuksesan suatu
usaha dalam memenangkan suatu persaingan.

Seiring dengan berjalannya waktu dan persaingan yang begitu ketat didunia usaha,
manajemen perusahaan sering dihadapkan pada masalah dalam mengambil suatu keputusan
secara tepat dan cepat. Keputusan tersebut harus didasarkan atas informasi yang akurat,
dimana informasi yang akurat harus ditunjang oleh sistem informasi yang selalu up to date.
Oleh karena itu, sistem informasi disuatu perusahaan haruslah selalu dikembangkan agar
dapat menyajikan informasi yang dibutuhkan oleh manajemen suatu perusahaan.

Namun, dalam hal pengembangan sistem informasi di suatu perusahaan bukanlah hal yang
mudah untuk diterapkan. Hal itu karena perusahaan diwajibkan untuk menginvestasikan dana
yang cukup besar dalam hal pengembangan sistem informasi, belum lagi manajemen
dihadapkan pada pilihan, apakah akan menggunakan sumberdaya insourcing atau outsourcing
dalam mengembangkan sistem informasinya tersebut.

Sebagai contoh kasus pada tahun 2003, Bank Artha Graha telah berinvestasi sebesar Rp. 11,5
milyar dengan menggunakan jasa outsourcing dalam mengembangkan sistem informasinya
dengan menunjuk Polaris Software Lab. Ltd. sebuah perusahaan TI asal India. Seiring
berjalannya waktu, manajemen Bank Artha Graha merasa tidak puas terhadap kinerja aplikasi
yang dikerjakan oleh Polaris tersebut. Selain itu, manajemen Bank Artha Graha menilai
pengerjaan nya pun memakan waktu lama bahkan menganggap aplikasi itu tak layak pakai.
Sehingga, memaksa eksekutif puncak dari eksekutif puncak harus mendekam di bui. harus
mendekam di bui (SWA, 02/XIX/23 Januari – 05 Februari 2003).

DAFTAR PUSAKA

Putra, Yananto Mihadi. (2018). Modul Kuliah Sistem Informasi Manajemen : Pengguna dan
Pengembang Sistem Informasi. FEB – Universitas Mercu Buana : Jakarta.

https://riodezaneru.wordpress.com/2016/05/17/pengembangan-sistem-informasi/

https://naufalhilmiii.blogspot.com/2017/12/pengembangan-sistem-informasi-secara.html

http://reza54e.blogstudent.mb.ipb.ac.id/2015/01/07/pengembangan-sistem-informasi-di-
perusahaan/

Anda mungkin juga menyukai