Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

SYSTEMS DEVELOPMENT

(Pengembangan Sistem)

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sistem Informasi Manajamen

Dosen Pengampu: Omar Sa’id Padmanegara, S.T., M.Kom.

Disusun oleh:

1. Hesti Tri Utami (63010210097)


2. Fatimatus Sa’diah (63010210099)
3. Muhammad Rizal Malik H. (63010210101)
4. Chandra Agustina (63010210102)
5. Yuliana Wahyu Darmawati (63010210103)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SALATIGA

2023
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Subhanahu WaTa’ala, yang memberikan berbagai
karunia kepada makhluk-Nya serta memberikan pertolongan dan petunjuk yang
tiada hentinya. Puji syukuratas pertolongan Allah Ta’ala penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “SYSTEM DEVELOPMENT” yang
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Manajemen yang diampu
oleh Omar Sa’id Padmanegara, S.T., M.Kom. Shalawat kita sampaikan kepada
Rasulullah shallallahu alaihi wasalam yang telah menyampaikan risalahnya
kepada kita. Semoga Allah memberikan rahmat kepada beliau shallallahu alaihi
wasalam dan kepada keluarga dan sahabatnya.

Makalah ini disusun dengan harapan dapat menjadi penambah wawasan


tentang System Development. Mohon maaf jika terdapat banyak kekurangan
dalam penulisan ini karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman
penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 4
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan 4
BAB II PEMBAHASAN 6
A. Definisi Pengembangan Sistem 6
B. Model Pengembangan Sistem Informasi Manajemen 6
C. Pendekatan Pengembangan Sistem Informasi Manajemen 10
D. Prinsip Pengembangan Sistem 11
E. Implementasi Pengembangan Sistem Informasi 14
BAB III PENUTUP 19
A. Kesimpulan 19
DAFTAR PUSTAKA 20

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan peradaban manusia diiringi dengan perkembangan penyampaian
informasi (yang selanjutnya dikenal dengan istilah Teknologi Informasi) sudah ada sejak
zaman dahulu. Mulai dari gambar-gambar yang tak bermakna di dinding-dinding gua,
peletakkan tonggak sejarah dalam bentuk prasasti sampai diperkenalkannya dunia arus
informasi yang kemudian dikenal dengan internet. Sistem Informasi dari setiap zaman
selalu mengalami perubahan dan pengembangan sistem informasi.

Dari tahun ke tahun sistem informasi semakin maju, semakin modern dan semakin
luas cakupan informasinya. Pengembangan sistem informasi dimulai dari tingkat
kebutuhan masyarakat. Dengan tingginya kebutuhan masyarakat mengenai informasi
maka semakin cepat pula sistem informasi mengalami pengembangan. Informasi yang
disampaikan pun berkembang. Dari sekedar menggambarkan keadaan sampai taktik
bertempur. Dengan ini penulis mencoba membahas mengenai pengembangan sistem.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah dalam makalah
ini sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan pengembangan sistem?
2. Bagaimana model pengembangan sistem informasi manajemen?
3. Bagaimana pendekatan pengembangan sistem informasi manajemen?
4. Bagaimana prinsip pengembangan sistem?
5. Bagaimana implementasi sistem pengembangan sistem informasi?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dalam makalah ini sebagai
berikut:

1. Untuk mengetahui definisi pengembangan sistem.


2. Untuk mengetahui model pengembangan sistem informasi manajemen.

4
3. Untuk mengetahui pendekatan pengembangan sistem informasi manajemen.
4. Untuk mengetahaui prinsip pengembangan sistem.
5. Untuk mengetahui implementasi sistem pengembangan sistem informasi.

5
BAB II

PEMBAHASAN
A. Definisi Pengembangan Sistem
Pengembangan sistem informasi sering disebut sebagai proses pengembangan
sistem (System Development). Pengembangan sistem dapat berarti menyusun sistem yang
baru untuk menggantikan sistem lama secara keseluruhan atau memperbaiki sistem yang
telah ada, hal ini dilakukan karena sistem sebelumnya memiliki masalah, tidak efisiennya
operasi dll.

Pengembangan sistem merupakan penyusunan suatu sistem yang baru untuk


menggantikan sistem yang lama secara keseluruhan atau memperbaiki sistem yang telah
ada. Sistem informasi secara teknis dapat didefinisikan sebagai sekumpulan komponen
yang saling berhubungan, mengumpulkan atau mendapatkan, memproses, menyimpan,
dan mendistribusikan informasi untuk menunjang pengambilan keputusan dan
pengawasan dalam suatu organisasi. Selain menunjang proses pengambilan keputusan,
koordinasi, dan pengawasan, sistem informasi juga dapat membantu manajer dan
karyawan menganalisis permasalahan, menggambarkan hal-hal yang rumit, dan
menciptakan produk baru.

B. Model Pengembangan Sistem Informasi Manajemen


1. Waterfall Model

Dalam rekayasa perangkat lunak terdapat suatu pendekatan yang disebut Waterfall
Model atau linear sequential model. Model ini sering disebut dengan classic life cycle

6
atau model waterfall. Model ini melakukan pendekatan secara sistematis dan urut
mulai dari level kebutuhan sistem, lalu menuju ke tahap analisis, desain, coding,
testing, dan maintenance. Sesuai dengan namanya (waterfall/air terjun), tahapan
dalam model ini disusun bertingkat. Setiap tahap dalam model ini dilakukan berurutan,
satu sebelum yang lainnya (lihat tanda anak panah). Model ini biasanya digunakan
untuk membuat sebuah software dalam skala besar dan yang dipakai dalam waktu
yang lama. Ada beberapa tahap dalam model waterfall, yaitu requirement analysis,
system design, implementation, integration & testing, operations dan maintenance.
Tahap-tahap dalam model waterfall, yaitu sebagai berikut:
1. Requirement Analysis
Seluruh kebutuhan software harus bisa didapatkan dalam fase ini, termasuk di
dalamnya kegunaan software yang diharapkan pengguna dan batasan software.
Informasi ini biasanya dapat diperoleh melalui wawancara, survei atau diskusi.
Informasi tersebut dianalisis untuk mendapatkan dokumentasi kebutuhan
pengguna untuk digunakan pada tahap selanjutnya.
2. System Design
Tahap ini dilakukan sebelum melakukan coding. Tahap ini bertujuan untuk
memberikan gambaran yang seharusnya dikerjakan dan tampilannya. Tahap ini
membantu dalam menspesifikasikan kebutuhan hardware dan sistem serta
mendefinisikan arsitektur sistem secara keseluruhan.
3. Implementation
Pada tahap ini dilakukan pemrograman. Pembuatan software dipecah menjadi
modul-modul kecil yang digabungkan dalam tahap berikutnya. Selain itu, dalam
tahap ini juga dilakukan pemeriksaan terhadap modul yang dibuat, apakah telah
memenuhi fungsi yang diinginkan atau belum.
4. Integration & Testing
Pada tahap ini dilakukan penggabungan modul-modul yang telah dibuat dan
dilakukan. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah software yang
dibuat telah sesuai dengan desainnya dan masih terdapat kesalahan atau tidak.
5. Operation & Maintenance

7
Tahap ini merupakan tahap terakhir dalam model waterfall. Software yang sudah
jadi dijalankan serta dilakukan pemeliharaan. Pemeliharaan termasuk dalam
memperbaiki kesalahan yang tidak ditemukan pada langkah sebelumnya.
Perbaikan implementasi unit sistem dan peningkatan jasa sistem sebagai
kebutuhan baru.
2. Model V

Model ini merupakan perluasan dari model waterfall. Disebut sebagai perluasan
karena tahap-tahapnya mirip dengan yang terdapat dalam model waterfall. Jika dalam
model waterfall proses dijalankan secara linear, dalam model V proses dilakukan
bercabang. Dalam model V ini digambarkan hubungan antara tahap pengembangan
software dan tahap pengujiannya. Berikut penjelasan tiap-tiap tahap beserta tahap
pengujiannya.
a. Requirement analysis dan acceptance testing
Tahap requirement analysis seperti yang terdapat dalam model waterfall.
Keluaran dari tahap ini adalah dokumentasi kebutuhan pengguna. Acceptance
testing merupakan tahap yang mengkaji apakah dokumentasi yang dihasilkan
tersebut dapat diterima oleh para pengguna atau tidak.
b. System design dan system testing
Dalam tahap ini analis sistem mulai merancang sistem dengan mengacu pada
dokumentasi kebutuhan pengguna yang telah dibuat pada tahap sebelumnya.
Keluaran dari tahap ini adalah spesifikasi software yang meliputi organisasi
sistem secara umum, struktur data, dan yang lain. Selain itu, tahap ini juga

8
menghasilkan contoh tampilan window dan dokumentasi teknik yang lain seperti
entity diagram dan data dictionary.
c. Architecture design dan integration testing
Architecture design dan integration testing sering juga disebut high level design.
Dasar dari pemilihan arsitektur yang digunakan berdasar pada beberapa hal,
seperti pemakaian kembali setiap modul, ketergantungan tabel dalam basis data,
hubungan antar interface, dan detail teknologi yang dipakai.
d. Module design dan unit testing
Module design dan unit testing sering juga disebut sebagai low level design.
Perancangan dipecah menjadi modul-modul yang lebih kecil. Setiap modul
tersebut diberi penjelasan yang cukup untuk memudahkan programmer
melakukan coding. Tahap ini menghasilkan spesifikasi program, seperti fungsi
dan logika setiap modul, pesan kesalahan, proses input-output untuk setiap modul,
dan lain-lain.
e. Coding
Pada tahap ini dilakukan pemrograman terhadap setiap modul yang telah
dibentuk.
3. Simple interaction desain model

Pada model rancangan interaksi sederhana ini input atau masukan hanya memiliki
satu titik. Masukan tersebut diidentifikasikan apakah sesuai dengan kebutuhan, lalu
didesain sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Setelah didesain rancangan
tersebut dibangun dan harus interaktif. Setelah itu, rancangan tersebut dievaluasi.

9
Evaluasi dapat dilakukan di mana saja. Rancangan yang telah dievaluasi dapat
didesain ulang atau apakah rancangan tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan user
maka alur tersebut terus berputar hingga pada tahap evaluasi tidak lagi terjadi
kesalahan, baik dalam penetapan kebutuhan user maupun pendesainannya sehingga
pada tahap evaluasi terciptalah sebuah hasil akhir yang valid.

4. Star lifecycle model

Dalam siklus permodelan ini pengujian dilakukan terus-menerus, tidak harus di


akhir. Misalnya dimulai dari menentukan konsep desain (conceptual design). Dalam
proses ini langsung terjadi evaluasi untuk langsung ternilai, apakah telah sesuai
dengan kebutuhan user, jika belum, terus berulang dievaluasi hingga benar-benar
pas. Selanjutnya, apabila sudah pas, dari tahap evaluasi yang pertama berlanjut ke
proses selanjutnya, yakni requirements/specification, yaitu memverifikasikan
persyaratan rancangan tersebut. Pada tahap itu juga langsung terjadi pengevaluasian
seperti tahap pertama, dan selanjutnya tetap terjadi pada tahapan-tahapan
selanjutnya, yakni task analysis/fungsion analysis, pengimplementasian, prototyping
hingga pada akhirnya terciptalah sebuah aplikasi yang sesuai dengan kebutuhan user.
Intinya pada rancangan model ini pengevaluasian dilakukan di setiap tahap tidak
hanya pada tahap akhir seperti model-model rancangan yang lainnya.

C. Pendekatan Pengembangan Sistem Informasi Manajemen

10
Untuk mengembangakan sistem informasi manajemen, menurut Sutabri (2005:
294), ada tiga pendekatan, berikut adalah pendekatan pengembangan sistem informasi
manajemen:

a. Pendekatan klasik
Metodologi pendekatan klasik mengembangkan sistem dengan mengikuti tahapan
system life cycle, disebut juga pendekatan tradisional atau konvensional.
Permasalahan yang timbul pada pendekatan klasik adalah:
1. Pengembangan perangkat lunak menjadi sulit.
2. Biaya perawatan atau pemeliharaan sistem menjadi lebih mahal.
3. Kemungkinan kesalahan sistem besar.
4. Keberhasilan sistem kurang terjamin.
5. Masalah dalam penerapan sistem.
b. Pendekatan terstruktur
Karena banyak permasalahan dalam pendekatan klasik, mulai tahun 1970 digunakan
pendekatan terstruktur yang dilengkapi alat dan teknik yang dibutuhkan dalam
pengembangan sistem sehingga hasil akhir dari sistem yang dikembangkan
menghasilkan sistem yang baik dan jelas.
c. Pendekatan bottom up dan top down
Pendekatan bawah-naik (bottom up approach) dimulai dari level bawah organisasi,
yaitu level operasional tempat transaksi dilakukan. Apabila pendekatan bottom up
digunakan pada tahap analisis sistem disebut juga dengan istilah data analisis karena
yang menjadi tekanan adalah data yang diolah lebih dahulu. Informasi yang
dihasilkan menyusul mengikuti datanya. Pendekatan atas turun (top down approach)
dimulai dari level atas organisasi, yaitu level perencanaan strategi. Pendekatan ini
dimulai dengan mendefinisikan sasaran dan kebijakan organisasi. Pendekatan top
down disebut juga decision analysis karena yang menjadi tekanan adalah informasi
yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan oleh manajemen lebih dahulu.

D. Prinsip Pengembangan Sistem


Dalam proses pengembangan sistem terapat beberapa hal yang berpotensi
menyebabkan tidak dapat tercapainya tujuan utama pengembangan, yaitu sebagai berikut:

11
a. Tidak Mendapatkan dukungan penuh dari pihak manajemen
Banyak organisasi yang ketika mengembangkan sistem tidak mempunyai komite
pengarah sistem informasi. Kalaupun ada, komite pengarah bersifat tidak formal,
sehingga komite pengarah tidak bekerja secara efisien dan efektif sehingga jika ada
rencana strategis sistem informasi, sering kali tidak berhubungan dengan rencana
strategis jangka panjang organisasi.
b. Terjadi perubahan kebutuhan pemakai
Pada saat manajemen tingkat atas berada pada situasi yang semakin kompleks, para
manajer senior menuntut sistem informasi untuk memberikan keuntungan kompetitif
strategis. Semakin strategis nilai ebuah sistem informasi, semakin besar resiko
kegagalan mencapai tujuan-tujuan sistem informasi tersebut.
c. Kemunculan teknologi baru
Ketika organisasi menggunakan teknologi yang ada, organisasi dapat lebih mudah
mencapai tujuan-tujuan pengembangan sistem, karena personel-personel telah
menguasai tekonologi tersebut. Namun ketika organisasi berusaha membuat
keuntungan kompetitif dengan menggunakan tekonologi yang baru atau yang lebih
canggih, organisasi tidak dapat dengan mudah mencapai tujuan-tujuan
pengembangan sistem, karena personel-personel kemungkinan tidak menguasai
penggunaan teknologi baru tersebut.
d. Standar metodologi pengembangan sistem yang tidak Up to Date
Beberapa organisasi tidak mempunyai standar metodologi pengembangan sistem.
Jika ada, seringkali organisasi tidak menjaga keterkinian manual standar metodologi
pengembangan sistem yang dimiliki.
e. Kelebihan beban kerja atau kurangnya keahlian personel dalam pengembangan
sistem
Sebuah survey memperkirakan bahwa personel-personel dalam team pengembangan
sistem menghadapi keterlambatan dalam pengembangan sistem mulai dari enam
bulan sampai dengan lima tahun. Selain kelebihan beban kerja, personel-personel
dalam team pengembangan sistem sering kali tidak memiliki keahlian, karena
organisasi tersebut tidak mempunyai rencana training.

12
Oleh karena itu bebarapa prinsip berikut ini harus diperhatikan sewaktu
mengembangkan suatu sistem informasi, berikut adalah prinsip pengembangan
sistem:
a. Sistem dikembangkan untuk mendukung manajemen
Setelah sistem selesai dikembangkan, maka yang menggunakan sistem ini adalah
manajement, sehingga sistem harus dapat mendukung kebutuhan yang diperlukan
oleh manajemen. Prinsip ini selalu harus diperhatikan pada waktu mengembangkan
sistem.
b. Sistem yang dikembangkan adalah investasi modal yang besar.
Sistem informasi yang dikembangkan membutuhkan dukungan pendanaan yang
besar, apalag jika menggunakan tekonologi yng mutakhir. Pada saat
menginvestasikan modal harus mempertimbangkan dua hal.
1. Investigasi semua alternatif
Bila lalai memperhitungkan suatu alternatif potensial dan sudah terlanjur
menanamkan modal ke suatu proyek investasi tertentu, maka investor
kehilangakn kesempatan untuk menanamkan modal nya ke investasi yang lain.
Oleh karena itu beberapa alternative investasi yang ada harus diinvestigasi untuk
menentukan alternative yang terbaik.
2. Investasi yang terbaik harus bernilai
Belum tentu alternative terbaik merupakan investasi yang menguntungkan.
Investasi terbaik memang sering menguntungkan dibandingkan dengan
alternative yang lainnnya, namun demikian investasi terbaik harus di ukur.
Investasi dapat dikatakan menguntungkan bila bernilai. Artinya manfaat atau
hasil baliknya lebih besar dari biaya untuk memperolehnya.
c. Sistem yang dikembangkan memerlukan orang yang terdidik.
Faktor manusia sangat menentukan berhasil tidaknya suatu sistem, baik dalam proses
pengembangannya, penerapannya, maupun dalam proses operasinya. Oleh karena itu,
orang yang terlibat dalam pengembangan maupun penggunaan sistem ini harus
merupakan orang yang terdidik (pendidikan formal atau pelatihan kerja) dan
mengerti tentang permasalahan-permasalahan yang ada dan solusi-solusi yang
mungkin dilakukan. Analis harus mempunyai pendidikan sesuai dengan masalah

13
yang dihadapinya. Tidaklah mungkin seorang analis mengembangkan suatu sistem
informasi bisnis tanpa mempunyai pengetahuan sedikit pun tentang bisnis atau
mengembangkan sistem informasi akuntansi tanpa memiliki pengetahuan sedikit pun
tentang akuntansi dan teknologi komputer. Bagaimana mungkin nantinya analis ini
berkomunikasi dengan pihak manajemen dan pemrogram yang membuat
programnya. Demikian juga dengan pengguna sistem harus merupakan orang yang
terdidik tentang sistem ini, dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan kepada
mereka tentang menggunakan sistem yang diterapkan.
d. Terdapat tahapan kerja dan tugas-tugas yang jelas harus dilakukan dalam proses
pengembangan sistem.
Proses pengembangan sistem pada umumnya terdiri dari beberapa tahapan kerja dan
melibatkan beberapa personel dalam bentuk suatu team kerja. Pengalaman
menunjukkan bahwa tanpa adanya perencanaan dan koordinasi yang baik, proses
pengembangan sistem tidak berhasil dengan memuaskan.
e. Dokumentasi harus ada sebagai pedoman dalam pengembangan sistem.
Kegagalan membuat suatu dokumentasi kerja merupakan salah satu hal yang sering
terjadi dan merupakan kesalahan kritis yang dibuat oleh analis. Team analis sering
membuat dokumentasi hasil analisis setelah mereka selesai mengembangkan
sistemnya dan bahkan ada yang tidak membuat dokumentasi. Dokumentasi
seharusnya dibuat pada saat proses pengembangan sistem sedang berlangsung,
karena dokumentasi dapat dihasilkan dari kerja tiap-tiap langkah selama
pengembangan sistem. Dokumentasi yang dibuat selama proses pengembangan
sistem dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara analis dengan pengguna
sistem dan dapat digunakan untuk mendorong keterlibatan pengguna sistem.

E. Implementasi Pengembangan Sistem Informasi


Pengembangan sistem informasi manajemen dilakukan melalui beberapa tahap.
Tahap awal dari pengembangan sistem umumnya dimulai dengan mendeskripsikan
kebutuhan pengguna dari sisi pendekatan sistem rencana strategis yang bersifat makro,
diikuti dengan penjabaran rencana strategis dan kebutuhan organisasi jangka menengah
dan jangka panjang, lazimnya untuk periode 3 sampai 5 tahun. Masukan (input) utama

14
yang dibutuhkan dalam tahap ini mencakup kebutuhan strategis organisasi, aspek legal
pendukung organisasi, dan masukan kebutuhan dari pengguna.

1. Konsep dan Proses Pengembangan Sistem Informasi


Pengembangan sistem informasi yang berbasis komputer merupakan tugas kompleks
yang membutuhkan banyak sumber daya dan waktu yang lama. Proses
pengembangan sistem melewati beberapa tahap mulai dari sistem direncanakan
sampai dengan sistem tersebut diterapkan, dioperasikan, dan dipelihara. Apabila
operasi sistem yang telah dikembangkan masih timbul permasalahan yang kritis serta
tidak dapat diatasi dalam tahap pemeliharaan sistem, perlu dikembangkan kembali
suatu sistem untuk mengatasinya dan proses ini kembali ke tahap pertama, yaitu tahap
perencanaan sistem. Siklus ini disebut dengan siklus hidup suatu sistem (system life
cycle). Siklus hidup dari pengembangan sistem merupakan suatu bentuk yang
digunakan untuk menggambarkan tahapan utama dan langkah-langkah dalam proses
pengembangannya.
2. Tahap-tahap Pengembangan Sistem
a. Tahap Perencanaan
Tahap ini merupakan suatu rangkaian kegiatan sejak ide pertama yang
melatarbelakangi pelaksanaan pengembangan sistem dilontarkan. Dalam tahap
perencanaan, pengembangan sistem harus mendapatkan perhatian sama dengan
merencanakan proyek-proyek besar lainnya, seperti perencanaan pengadaan
perangkat jaringan teknologi informasi (TI), rencana membangun gedung kantor
15 tingkat. Keuntungan yang diperoleh jika proyek pengembangan sistem
informasi direncanakan secara matang, mencakup:
1. Ruang lingkup proyek dapat ditentukan secara jelas dan tegas. Informasi
tentang kegiatan memberikan perkiraan awal besarnya sumber daya yang
diperlukan.
2. Dapat mengidentifikasi wilayah atau area permasalahan potensial.
Perencanaan menunjukkan hal-hal yang mungkin bisa terjadi suatu kesalahan,
sehingga hal-hal demikian dapat dicegah sejak awal.
3. Dapat mengatur urutan kegiatan. Banyak tugas-tugas terpisah dan harus
berjalan secara bersamaan/paralel yang diperlukan untuk pengembangan

15
sistem. Tugas-tugas ini diatur dalam urutan logis berdasarkan prioritas
informasi dan kebutuhan untuk efisiensi.
4. Tersedianya sarana pengendalian. Tingkat pengukuran kinerja harus
dipertegas sejak awal.
b. Tahap Analisis
Ada dua aspek yang menjadi fokus pada tahap ini, yaitu aspek bisnis atau
manajemen dan aspek teknologi. Analisis aspek bisnis mempelajari karakteristik
organisasi yang bersangkutan. Tujuan dilakukannya langkah ini adalah untuk
mengetahui posisi atau peranan teknologi informasi yang paling sesuai dan
relevan di organisasi dan mempelajari fungsi-fungsi manajemen dan aspek-aspek
bisnis terkait yang berpengaruh atau memiliki dampak tertentu terhadap proses
desain, konstruksi, dan implementasi. Selama tahap analisis, sistem analisis terus
bekerjasama dengan manajer dan komite pengarah sistem informasi terlibat yang
mencakup kegiatan berikut: Menetapkan rencana penelitian sistem,
mengorganisasikan team proyek, mendefinisikan kebutuhan informasi,
mendefinisikan kriteria kinerja sistem, menyiapkan usulan rancangan sistem,
menyetujui atau menolak rancangan proyek pengembangan sistem. Keluaran dari
proses analisis di kedua aspek ini adalah masalah penting yang harus segera
ditangani, analisis penyebab dan dampak permasalahan bagi organisasi, beberapa
kemungkinan skenario pemecahan masalah dengan kemungkinan dan dampak
risiko serta potensinya, dan pilihan alternatif solusi yang direkomendasikan.
c. Tahap Perancangan/Desain
Pada tahap ini, team teknologi informasi bekerjasama dengan team bisnis atau
manajemen melakukan perancangan komponen sistem terkait. Tim teknologi
informasi melakukan perancangan teknis dari teknologi informasi yang dibangun,
seperti sistem basis data, jaringan komputer, teknik koversi data, metode migrasi
sistem, dan sebagainya. Sementara itu, secara paralel dan bersama-sama team
bisnis atau manajemen, dan team teknologi informasi melakukan perancangan
terhadap komponen-komponen organisasi yang terkait, seperti yang berpengaruh
atau memiliki dampak tertentu terhadap proses desain, konstruksi, dan
implementasi.

16
f. Tahap Pembangunan Fisik/Konstruksi
Berdasarkan desain yang telah dibuat, konstruksi atau pengembangan sistem yang
sesungguhnya (secara fisik) dibangun. Team teknis merupakan tulang punggung
pelaksanaan tahap ini, karena semua hal yang bersifat konseptual harus
diwujudkan dalam suatu konstruksi teknologi informasi dalam skala yang lebih
detail. Tahap konstruksi paling banyak menggunakan sumber daya terbesar,
terutama dalam hal pengguna SDM, biaya, dan waktu. Pengendalian terhadap
manajemen proyek pada tahap konstruksi harus diperketat agar penggunaan
sumber daya dapat efektif dan efisien. Hal ini berdampak terhadap keberhasilan
proyek sistem informasi yang diselesaikan secara tepat waktu. Akhir dari tahap
konstruksi berupa uji coba atas sistem informasi yang baru dikembangkan.
g. Tahap Implementasi
Tahap implementasi merupakan tahap yang paling kritis karena pertama kalinya
sistem informasi dipergunakan dalam organisasi. Ada berbagai pendekatan untuk
implementasi sistem yang baru didesain. Pekerjaan utama dalam implementasi
sistem mencakup hal-hal berikut:
a. Merencanakan waktu yang tepat untuk implementasi.
b. Mengumumkan rencana implementasi.
c. Mendapatkan sumber daya perangkat keras dan lunak.
d. Menyiapkan database.
e. Menyiapkan fasilitas fisik.
f. Memberikan pelatihan dan workshop.
g. Menyiapkan saat yang tepat untuk cutover (peralihan sistem).
h. Menggunakan sistem baru.
Pemberian pelatihan (training) harus diberikan kepada semua pihak yang terlibat
sebelum tahap implementasi dimulai. Selain untuk mengurangi risiko kegagalan,
pemberian pelatihan juga berguna untuk menanamkan rasa memiliki terhadap
sistem baru yang diterapkan. Dengan ini, seluruh jajaran pengguna mudah
menerima sistem tersebut dan memeliharanya dengan baik.
h. Tahap Pascaimplementasi

17
Pengembangan sistem informasi biasanya diakhiri setelah tahap implementasi
dilakukan. Akan tetapi, ada satu tahap lagi yang harus dijaga dan diperhatikan
oleh manajemen, yaitu tahap pascaimplementasi. Kegiatan yang dilakukan di
tahap pascaimplementasi adalah pemeliharaan sistem yang dikelola. Seperti
halnya sumber daya yang lain, sistem informasi mengalami perkembangan pada
kemudian hari. Hal-hal seperti modifikasi sistem, berpedoman ke sistem lainnya,
perubahan hak akses sistem, penanganan terhadap fasilitas pada sistem yang
rusak, merupakan contoh dari kasus-kasus biasanya timbul dalam pemeliharaan
sistem. Di sinilah diperlukan dokumentasi yang memadai dan pemindahan
pengetahuan dari pihak penyusun sistem ke pengguna untuk menjamin
terkelolanya dengan baik proses-proses pemeliharaan sistem. Berdasarkan
perspektif manajemen, tahap pascaimplementasi adalah berupa suatu aktivitas,
yaitu harus ada personel atau divisi yang dapat melakukan perubahan atau
modifikasi terhadap sistem informasi sejalan dengan perubahan kebutuhan bisnis
yang dinamis.

18
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengembangan sistem merupakan penyusunan suatu sistem yang baru untuk
menggantikan sistem yang lam secara keseluruhan atau memperbaiki sistem yang telah
ada. Sistem informasi secara teknis dapat didefinisikan sebagai sekumpulan komponen
yang saling berhubungan, mengumpulkan atau mendapatkan, memproses, menyimpan,
dan mendistribusikan informasi untuk menunjang pengambilan keputusan dan
pengawasan dalam suatu organisasi.

Model pengembangan sistem informasi manajemen ada beberapa yaitu, waterfall


model, model v, simple interaction desain model, star lifecycle model. Pendekatan
pengembangan sistem informasi manajemen ada tiga yaitu, pendekatan klasik,
pendekatan terstruktur, dan pendekatan buttom up dan top down. Sedangkan tahap-tahap
penembangan sistem yaitu, tahap perencanaan, tahap analisis, tahap perancangan atau
desain, tahap pengembangan fisik, tahap implementasi, tahap pascaimplementasi.

19
DAFTAR PUSTAKA

Rusdiana, M. d. (2014). Sistem Informasi Manajemen. Bandung: Pustaka setia.

McLeod R, d. S. (2008). MANAGEMENT INFORMATION SYSTEM, Tenth Edition. India:


Dorling Kindersley.

20

Anda mungkin juga menyukai