Disusun Oleh :
Kelompok 3
Moh. Fuad Al Haq 205020200111105
Ibnu Sadli 205020201111049
Hirzi Muhammad Fajar 205020207111002
Syayid Akbar Nugroho 205020207111012
Alwi Haidar 205020207111035
Mohammad Naufal Fauzan A. 205020207111083
Farras Syaddad Allam 205020207111087
Beauty Hidayah Rizki 205020207111089
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
Menurut fakta yang terjadi dilapangan, menunjukkan bahwa CV. Fipro Indonesia dalam
menjalankan supply chain nya sendiri menjadi tidak praktis, kurang maksimal, dan memerlukan
waktu yang cukup panjang. Permintaan pesanan dari agen dilakukan melalui berbagai saluran,
seperti whatsapp, telepon, dan sms. Sehingga, menjadi kurang terarah karena banyak nya saluran
yang digunakan dalam melakukan proses dalam permintaan pesanan. Selanjutnya, pesanan akan
direkap dan disortir secara manual. Label yang digunakan dalam proses pengiriman ini pun
masih berupa kertas yang ditulis tangan. Tidak hanya itu, Manajemen Persediaan yang ada dalam
perusahaan ini pun menjadi tidak terstruktur dengan baik. Hal ini akan menyebabkan informasi
persediaan menjadi tidak akurat. Sehingga, di masa itu maupun di masa yang akan datang akan
menimbulkan berbagai permasalahan, seperti kekurangan persediaan produk yang
mengakibatkan kehilangan penjualan, dan kelebihan persediaan yang mengakibatkan
penumpukan produk sehingga meningkatnya biaya pemeliharaan persediaan. Hal tersebut
menjadikan proses supply chain memerlukan waktu dan sumber daya yang tidak sedikit, baik itu
dalam aspek Sumber Daya Manusia maupun finansial. Untuk itu diperlukan Supply Chain
Management yang komprehensif, efektif, efisien dan berkelanjutan.
Dalam upaya Pengembangan Sistem (Membangun dan Mengelola Sistem), CV. Fipro
Indonesia melakukan pembuatan prototype Sistem Informasi pengadaan barang yang dapat
membantu proses supply chain serta pengelolaan manajemen persediaan pada CV. Fipro.
Prototype atau prototipe adalah sebuah metode dalam pengembangan produk dengan cara
membuat rancangan, sampel, atau model dengan tujuan pengujian konsep atau proses kerja dari
produk. Prototype sendiri bukanlah produk final yang nantinya akan diedarkan. Aliran barang
dan informasi sepanjang supply chain harus dapat terintegrasi. Sehingga aktivitas perusahaan
menjadi lebih terstruktur, terkoordinasi, terjadwal, dan terpadu. Sistem Informasi merupakan
seperangkat komponen yang saling berinteraksi untuk mengolah data dan informasi serta
menyediakan mekanisme umpan balik untuk memenuhi tujuan. Untuk mencapai keefektifan
supply chain diperlukan information sharing. Information sharing adalah pembagian informasi
berkaitan dengan tingkat kepentingan dan ketepatan informasi yang dikomunikasikan ke mitra
bisnis dalam supply chain. Information sharing sangat dipengaruhi oleh kualitas informasi yang
mencakup aspek, seperti akurasi, ketepatan waktu, kecukupan informasi, dan kredibilitas
pertukaran informasi. Untuk Metode pengembangan yang digunakan adalah metode prototyping
dengan tahapan pengembangan, yaitu initial requirements, design, prototyping, customer
evaluation, dan review and update. Prototype yang dihasilkan diharapkan dapat menjadikan
gambaran awal sebagai patokan dalam pengembangan menjadi versi kerja sistem.
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam landasan teori ini, peneliti menggunakan teori yang bersangkutan dengan judul yaitu :
Penjelasan mengenai tiap tahapan dalam SDLC dimuat pada di bawah ini :
a. Systems Planning
Tahapan perencanaan yang berfokus pada mengapa sistem akan
dikembangkan serta bagaimana struktur dari proyek sistem informasi. Pada
tahapan ini akan dilakukan langkah- langkah, mulai dari mengidentifikasi
peluang, studi kelayakan, mengembangkan work plan, mengatur staf untuk
proyek sistem informasi serta mengelola pengendalian dan risiko proyek. Tahapan
ini memberikan output berupa rencana proyek.
b. Analisis Sistem
Tahapan analisis berfokus pada jawaban atas pertanyaan tentang siapa
yang akan menggunakan sistem, apa yang akan dilakukan sistem, dan di mana
serta kapan akan digunakan. Pada tahapan ini akan dilakukan langkah-langkah,
mulai dari memahami sistem yang sedang berjalan, mengidentifikasi perbaikan
pada sistem serta menentukan kebutuhan untuk sistem yang baru. Tahapan ini
memberikan output berupa proposal untuk sistem yang baru.
c. Desain Sistem
Tahapan merancang berfokus pada arsitektur sistem agar dapat memenuhi
persyaratan penting sistem. Pada tahapan ini akan dilakukan langkah-langkah,
mulai dari merancang arsitektur, merancang database, serta antarmuka pengguna.
Tahapan ini memberikan output berupa spesifikasi sistem.
d. Systems Implementation
Tahapan implementasi berfokus pada penyampaian atau implementasi
serta dukungan dari sistem yang telah lengkap. Pada tahapan ini akan dilakukan
langkah-langkah, mulai dari mengkonstruksi sistem, melakukan menginstal
sistem, memelihara sistem serta audit pasca implementasi. Tahapan ini
memberikan output berupa sistem yang telah terinstal dan dapat digunakan.
2. Prototyping
Prototype adalah satu versi dari sebuah sistem potensial yang memberikan ide
bagi para pengembang dan calon pengguna, bagaimana sistem akan berfungsi dalam
bentuk yang telah selesai. Proses prototype ini disebut prototyping.
a. Jenis – jenis Prototyping
Prototipe evolusioner (evolutionary prototype) Terus-menerus
disempurnakan sampai memiliki seluruh fungsionalitas yang dibutuhkan
pengguna dari sistem yang baru. Jadi, satu prototipe akan menjadi sistem aktual.
Prototipe persyaratan (requirements prototype) Dikembangkan sebagai
satu cara untuk mendefinisikan persyaratan-persyaratan fungsional dari sistem
baru ketika pengguna tidak mampu menggunakan dengan jelas apa yang mereka
inginkan.
b. Pengembangan Prototipe evolusioner
Ada 3 Langkah Dalam Pembuatan Suatu Prototipe Evolusioner :
1. Mengidentifikasi Kebutuhan Pengguna
Pengembangan mewawancarai pengguna untuk mendapatkan ide
mengenai apa yang diminta dari sistem.
2. Membuat Satu Prototipe
Pengembangan mempergunakan satu alat prototyping atau lebih
untuk membuat prototipe.
3. Menentukan Apakah Prototype Dapat Diterima
4. Pengembangan mendemonstrasikan prototype kepada para pengguna
untuk mengetahui apakah telah memberikan hasil yang memuaskan.
7. Project Leadership
Kepemimpinan Proyek Komite pengarah MIS jarang terlibat langsung dengan
rincian pekerjaan. Tanggung jawab itu diberikan kepada tim proyek. Sebuah tim
proyek mencakup semua orang yang berpartisipasi dalam pengembangan sistem
informasi.selain itu dukungan Web untuk Manajemen Proyek Selain sistem
manajemen proyek berbasis perangkat lunak, seperti Microsoft Project, dukungan
juga dapat diperoleh dari Internet.
Proses
Proses adalah sesuatu yang mengubah input menjadi output. Proses dapat
digambarkan dengan sebuah lingkaran, sebuah persegi panjang horizontal, atau
sebuah persegi panjang tegak bersudut melingkar. Masing-masing simbol proses
diidentifikasikan dengan sebuah label.
Proses adalah sesuatu yang mengubah input menjadi output. Proses dapat
digambarkan dengan sebuah lingkaran, sebuah persegi panjang horizontal, atau
sebuah persegi panjang tegak bersudut melingkar. Masing-masing simbol proses
diidentifikasikan dengan sebuah label.
Arus Data
Arus data terdiri atas sekumpulan unsure-unsur data yang berhubungan
secara logis (mulai dari satu unsure data tunggal hingga satu file atau lebih) yang
bergerak dari satu titik atau proses ke titik atau proses yang lain. Simbol panah
digunakan untuk menggambarkan arus ini dan dapat digambar dengan
menggunakan garis lurus maupun melingkar.
Penyimpanan Data
Ketika kita perlu menyimpan data karena suatu alasan tertentu, maka kita
akan menggunakan penyimpanan data. Dalam terminologi DFD, Penyimpanan
Data adalah suatu gudang data.
DFD pada figur 7.12 mengilustrasikan sebuah sistem yang dapat
dipergunakan oleh perusahaan untuk menghitung komisi bagi para agen
penjualnya. Di sini, terminator digambarkan dengan kotak, proses dengan kotak
tegak bersudut tumpul, arus data dengan garis lurus, dan penyimpangan data
dengan kotak berujung terbuka.
Kapan Menggunakan Diagram Arus Data dan Kasus Penggunaan
Diagram arus data dan kasus penggunaan sering kali dibuat selama
tahap-tahap investigasi awal dan analisis dari metodologi pengembangan berfase.
DFD mengilustrasikan suatu tinjauan atas pemrosesan, dan kasus penggunaan
memberikan detailnya. Biasanya dibutuhkan beberapa kasus penggunaan untuk
mendukung satu diagram angka 0.
BAB III
PEMBAHASAN
2. Pengembangan Sistem
Pengembangan sistem merupakan aktivitas yang mengarah pada pembuatan solusi sistem
informasi perusahaan untuk mengatasi masalah perusahaan atau memanfaatkan kesempatan
disebut pengembangan sistem.
Analisis Sistem
Analisis Sistem adalah analisis masalah yang dicoba diselesaikan perusahaan dengan
sistem informasi. Tahap ini terdiri atas pendefinisian masalah, identifikasi penyebab, pencarian
solusi, dan identifikasi kebutuhan informasi yang harus dipenuhi oleh suatu solusi sistem.
Analisis sistem akan meliputi studi kelayakan untuk menentukan apakah solusinya layak, atau
dapat dicapai, dari sisi finansial, teknis, dan organisasional. Pada umumnya proses analisis
sistem mengidentifikasi beberapa solusi alternatif yang dapat diusahakan oleh perusahaan.
Perancangan Sistem
Analisis sistem menggambarkan apa yang harus dilaksanakan oleh sistem untuk
memenuhi kebutuhan informasi, dan perancangan sistem memperlihatkan bagaimana sistem
tersebut akan memenuhi sasaran. Peran pengguna akhir yaitu untuk mengendalikan seluruh
upaya pengembangan sistem. Pengguna harus memiliki kontrol yang cukup atas proses
perancangan untuk memastikan bahwa sistemnya prioritas bisnis dan kebutuhan informasinya.
Menyempurnakan Proses Pengembangan Sistem
Langkah selanjutnya dalam proses pengembangan sistem adalah menerjemahkan
spesifikasi solusi yang dibuat selama analisis sistem dan merancang sistem informasi yang
operasional sepenuhnya.
● Pemrograman
Selama tahap pemrograman, spesifikasi sistem yang disiapkan selama perancangan
diterjemahkan ke dalam kode program.
● Pengujian
Pengujian yang mendalam dan seksama harus dilakukan untuk mengetahui apakah sistem
memberikan hasil hasil yang benar. Pengujian unit menguji setiap program secara
terpisah dalam sistem. Pengujian sistem menguji fungsi sistem informasi secara
keseluruhan. Uji penerimaan memberikan sertifikasi akhir bahwa sistem siap digunakan
dalam situasi produksi. Rencana pengujian mencakup semua persiapan untuk rangkaian
pengujian yang baru saja dijelaskan. Konversi adalah proses perubahan dari sistem lama
ke sistem baru. Empat strategi konversi yang dapat dilakukan yaitu strategi paralel,
strategi pindah langsung, strategi studi percontohan, dan strategi pendekatan bertahap.
● Produksi dan Pemeliharaan
Setelah sistem yang baru dipasang dan konversinya selesai dilakukan, sistem tersebut
dikatakan berada dalam kondisi produksi. Sedangkan, perubahan hardware, software,
dokumentasi, atau prosedur dalam sistem produksi untuk memperbaiki kesalahan
memenuhi kebutuhan baru atau meningkatkan efisiensi pemrosesan disebut
pemeliharaan.
Pemodelan dan Perancangan Sistem : Metodologi terstruktur dan metodologi berorientasi objek
Metodologi Terstruktur :
Metodologi terstruktur telah digunakan untuk mendokumentasi, menganalisis, dan merancang
sistem informasi. Terstruktur berarti bahwa tekniknya adalah selangkah demi selangkah.
Perangkat utama untuk merepresentasikan proses komponen sistem dan aliran data diantaranya
adalah diagram aliran data (DFD).
Pengembangan Berorientasi Objek :
Pengembangan berorientasi objek menggunakan objek sebagai unit dasar dari nalisis dan
pernacngan sistem. Sebuah objek menggabungkan data dan proses yang spesifik yang
mengoprasikan data tersebut.
Pembuatan Prototipe
Pembuatan prototipe meliputi pengembangan sistem uji coba yang cepat, dan murah
untuk dievaluasi oleh pengguna akhir. Lewat interaksi dengan prototipe, para pengguna dapat
memperoleh gagasan yang lebih baik mengenai kebutuhan informasi mereka. Prototipe adalah
versi sistem informasi atau bagian dari sistem yang sudah dapat berfungsi.
Dari artikel terkait pengembangan sistem CV. Fipro Indonesia, dapat dianalisis
pendekatan sistemnya antara lain
1. CV. Fipro Indonesia mengenali masalah dari proses supply chain managementnya mulai
dari pengadaan di pabrik hingga pendistribusian kepada agen dilakukan secara manual.
2. CV. Fipro mempertimbangkan klaim alternative untuk pemecahan masalahnya adalah
dengan membuat prototype untuk menerapkan sistem informasi sebagai penunjang dari
supply chain managementnya.
3. CV. Fipro membentuk satu pertimbangan yaitu melakukan pembuatan prototype Sistem
Informasi pengadaan barang yang dapat membantu proses supply chain serta pengelolaan
manajemen persediaan pada CV. Fipro. Hal ini dikarenakan hasil dari pembuatan
prototype adalah mendapat information sharing yang mana diperlukan untuk mencapai
keefektifan supply chain.
BAB IV
KESIMPULAN
Pada makalah dengan topik Pengembangan Sistem (Membangun dan Mengelola Sistem), judul
yang diambil ialah Pengembangaan Sistem Informasi Pengadaan Barang pada Supply Chain
Management (Studi Kasus pada CV. Fipro Indonesia). CV. Fipro Indonesia merupakan
perusahaan yang bergerak pada bidang perdagangan makanan beku. Perusahaan ini memiliki
peranan dalam mendistribusikan makanan beku kepada agen. Dalam upaya Pengembangan
Sistem (Membangun dan Mengelola Sistem), CV. Fipro Indonesia melakukan pembuatan
prototype Sistem Informasi pengadaan barang yang dapat membantu proses supply chain serta
pengelolaan manajemen persediaan pada CV. Fipro. Prototype atau prototipe adalah sebuah
metode dalam pengembangan produk dengan cara membuat rancangan, sampel, atau model
dengan tujuan pengujian konsep atau proses kerja dari produk.
Terdapat beberapa landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya:
The System Development Life Cycle and The Traditional SDLC, Prototyping, Business Process
Redesign, Putting The Traditional SDLC Prototyping, RAD, Phased Development, And BPR In
Perspective, dan beberapa landasan teori lainnya.
Terdapat empat macam perubahan struktural organisasi yang disebabkan oleh teknologi
informasi, yaitu : Otomatisasi, Rasionalisasi, Rekayasa ulang, dan Pergeseran paradigma. Maka
dapat disimpulkan bahwa Sistem Informasi memiliki suatu peranan yang penting dalam
keberjalanan suatu Perusahaan. Begitu pula dengan CV. Fipro Indonesia. Tanpa adanya Sistem
Informasi, maka suatu Perusahaan akan sulit untuk berkembang dan maju dalam menjalani
operasional perusahaan.
Daftar Pustaka
Laudon, Kenneth C. & Laudon, Jane P. 2011. Management Information System : Managing the
Digital Firm. 12th Edition. Upper Saddle River : Prentice Hall.
McLeod, R. & Schell, G. 2010. Management Information System (10th Ed.). New York: Prentice
Hall