Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PENGEMBANGAN SISTEM (MEMBANGUN DAN MENGELOLA SISTEM)


Untuk Memenuhi Kewajiban Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen
Dosen : Dr. Ir. Nur Prima Waluyowati, MM.

Disusun Oleh :
Kelompok 3
Moh. Fuad Al Haq 205020200111105
Ibnu Sadli 205020201111049
Hirzi Muhammad Fajar 205020207111002
Syayid Akbar Nugroho 205020207111012
Alwi Haidar 205020207111035
Mohammad Naufal Fauzan A. 205020207111083
Farras Syaddad Allam 205020207111087
Beauty Hidayah Rizki 205020207111089

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kemampuan serta
kekuatan dalam menyelesaikan makalah Sistem Informasi Manajemen dengan pokok bahasan
“Pengembangan Sistem (Membangun dan Mengelola Sistem)”. Tujuan penyusunan makalah ini
adalah untuk memenuhi penilaian tugas kelompok pada mata kuliah ini.
Tidak lupa penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Nur Prima
Waluyowati, MM. selaku dosen pengampu mata kuliah Sistem Informasi Manajemen yang telah
memberikan informasi dan ilmu yang sangat bermanfaat dalam pembelajaran, serta semua rekan
kelas yang senantiasa memberikan motivasi dan semangat untuk menyelesaikan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, penyusun terbuka untuk menerima kritik dan saran dari
pembaca agar dapat membangun dan menyempurnakan makalah ini.
Semoga dengan disusunnya makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca,
khususnya bagi mahasiswa sebagai referensi pelengkap dalam pembelajaran.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Malang, 4 April 2022

Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENGADAAN BARANG PADA SUPPLY


CHAIN MANAGEMENT (STUDI KASUS CV. FIPRO INDONESIA).

Perusahaan yang akan diambil pada Topik Pembahasan mengenai “Pengembangan


Sistem (Membangun dan Mengelola Sistem)” ialah CV. Fipro Indonesia. Perusahaan ini (CV.
Fipro Indonesia) merupakan perusahaan yang bergerak pada bidang perdagangan makanan beku.
Perusahaan ini memiliki peranan dalam mendistribusikan makanan beku kepada agen. Nah, agen
sendiri disini berperan sebagai retailer yang menjual kembali produk kepada pelanggan akhir.
Proses supply chain perusahaan ini dimulai dari pengadaan di pabrik hingga pendistribusian
kepada agen. Supply Chain Management atau yang dikenal dengan Manajemen Rantai Pasok
adalah rangkaian kegiatan yang diperlukan untuk merencanakan, mengendalikan, dan
menjalankan arus produk. Sejauh ini, berbagai proses supply chain mulai dari pengadaan di
pabrik hingga pendistribusian kepada agen dilakukan secara manual tanpa menggunakan bantuan
Sistem Informasi sebagai penunjang. Pada perusahaan dagang sendiri, supply chain merupakan
salah satu aktivitas yang sangat penting. Dan seringkali pada dunia industri, ditemukan proses
supply chain yang tidak berjalan dengan baik atau maksimal. Supply chain yang tidak berjalan
dengan baik dapat memakan biaya hingga 10%.

Menurut fakta yang terjadi dilapangan, menunjukkan bahwa CV. Fipro Indonesia dalam
menjalankan supply chain nya sendiri menjadi tidak praktis, kurang maksimal, dan memerlukan
waktu yang cukup panjang. Permintaan pesanan dari agen dilakukan melalui berbagai saluran,
seperti whatsapp, telepon, dan sms. Sehingga, menjadi kurang terarah karena banyak nya saluran
yang digunakan dalam melakukan proses dalam permintaan pesanan. Selanjutnya, pesanan akan
direkap dan disortir secara manual. Label yang digunakan dalam proses pengiriman ini pun
masih berupa kertas yang ditulis tangan. Tidak hanya itu, Manajemen Persediaan yang ada dalam
perusahaan ini pun menjadi tidak terstruktur dengan baik. Hal ini akan menyebabkan informasi
persediaan menjadi tidak akurat. Sehingga, di masa itu maupun di masa yang akan datang akan
menimbulkan berbagai permasalahan, seperti kekurangan persediaan produk yang
mengakibatkan kehilangan penjualan, dan kelebihan persediaan yang mengakibatkan
penumpukan produk sehingga meningkatnya biaya pemeliharaan persediaan. Hal tersebut
menjadikan proses supply chain memerlukan waktu dan sumber daya yang tidak sedikit, baik itu
dalam aspek Sumber Daya Manusia maupun finansial. Untuk itu diperlukan Supply Chain
Management yang komprehensif, efektif, efisien dan berkelanjutan.

Dalam upaya Pengembangan Sistem (Membangun dan Mengelola Sistem), CV. Fipro
Indonesia melakukan pembuatan prototype Sistem Informasi pengadaan barang yang dapat
membantu proses supply chain serta pengelolaan manajemen persediaan pada CV. Fipro.
Prototype atau prototipe adalah sebuah metode dalam pengembangan produk dengan cara
membuat rancangan, sampel, atau model dengan tujuan pengujian konsep atau proses kerja dari
produk. Prototype sendiri bukanlah produk final yang nantinya akan diedarkan. Aliran barang
dan informasi sepanjang supply chain harus dapat terintegrasi. Sehingga aktivitas perusahaan
menjadi lebih terstruktur, terkoordinasi, terjadwal, dan terpadu. Sistem Informasi merupakan
seperangkat komponen yang saling berinteraksi untuk mengolah data dan informasi serta
menyediakan mekanisme umpan balik untuk memenuhi tujuan. Untuk mencapai keefektifan
supply chain diperlukan information sharing. Information sharing adalah pembagian informasi
berkaitan dengan tingkat kepentingan dan ketepatan informasi yang dikomunikasikan ke mitra
bisnis dalam supply chain. Information sharing sangat dipengaruhi oleh kualitas informasi yang
mencakup aspek, seperti akurasi, ketepatan waktu, kecukupan informasi, dan kredibilitas
pertukaran informasi. Untuk Metode pengembangan yang digunakan adalah metode prototyping
dengan tahapan pengembangan, yaitu initial requirements, design, prototyping, customer
evaluation, dan review and update. Prototype yang dihasilkan diharapkan dapat menjadikan
gambaran awal sebagai patokan dalam pengembangan menjadi versi kerja sistem.
BAB II
LANDASAN TEORI

Dalam landasan teori ini, peneliti menggunakan teori yang bersangkutan dengan judul yaitu :

1. The System Development Life Cycle and The Traditional SDLC


Siklus hidup pengembangan sistem (systems development life cycle) atau yang
juga sering disingkat menjadi SDLC menurut O’Brien, Marakas merupakan suatu metode
pendekatan sistem untuk mengembangkan solusi sistem informasi, dan yang paling lazim
digunakan pada analisis dan desain sistem suatu organisasi, dilihat sebagai proses yang
bertahap Masing-masing tahapan dalam SDLC tersebut, terdiri dari serangkaian langkah,
yang mana dalam pelaksanaannya mengandalkan teknik untuk menghasilkan dokumen
atau file tertentu yang menjelaskan berbagai elemen sistem. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa esensi dari SDLC adalah suatu proses yang digunakan untuk mengembangkan
sistem informasi yang terdiri dari beberapa tahapan yang berurutan dan saling
berhubungan dengan satu sama lain.

Penjelasan mengenai tiap tahapan dalam SDLC dimuat pada di bawah ini :
a. Systems Planning
Tahapan perencanaan yang berfokus pada mengapa sistem akan
dikembangkan serta bagaimana struktur dari proyek sistem informasi. Pada
tahapan ini akan dilakukan langkah- langkah, mulai dari mengidentifikasi
peluang, studi kelayakan, mengembangkan work plan, mengatur staf untuk
proyek sistem informasi serta mengelola pengendalian dan risiko proyek. Tahapan
ini memberikan output berupa rencana proyek.
b. Analisis Sistem
Tahapan analisis berfokus pada jawaban atas pertanyaan tentang siapa
yang akan menggunakan sistem, apa yang akan dilakukan sistem, dan di mana
serta kapan akan digunakan. Pada tahapan ini akan dilakukan langkah-langkah,
mulai dari memahami sistem yang sedang berjalan, mengidentifikasi perbaikan
pada sistem serta menentukan kebutuhan untuk sistem yang baru. Tahapan ini
memberikan output berupa proposal untuk sistem yang baru.
c. Desain Sistem
Tahapan merancang berfokus pada arsitektur sistem agar dapat memenuhi
persyaratan penting sistem. Pada tahapan ini akan dilakukan langkah-langkah,
mulai dari merancang arsitektur, merancang database, serta antarmuka pengguna.
Tahapan ini memberikan output berupa spesifikasi sistem.
d. Systems Implementation
Tahapan implementasi berfokus pada penyampaian atau implementasi
serta dukungan dari sistem yang telah lengkap. Pada tahapan ini akan dilakukan
langkah-langkah, mulai dari mengkonstruksi sistem, melakukan menginstal
sistem, memelihara sistem serta audit pasca implementasi. Tahapan ini
memberikan output berupa sistem yang telah terinstal dan dapat digunakan.

2. Prototyping
Prototype adalah satu versi dari sebuah sistem potensial yang memberikan ide
bagi para pengembang dan calon pengguna, bagaimana sistem akan berfungsi dalam
bentuk yang telah selesai. Proses prototype ini disebut prototyping.
a. Jenis – jenis Prototyping
Prototipe evolusioner (evolutionary prototype) Terus-menerus
disempurnakan sampai memiliki seluruh fungsionalitas yang dibutuhkan
pengguna dari sistem yang baru. Jadi, satu prototipe akan menjadi sistem aktual.
Prototipe persyaratan (requirements prototype) Dikembangkan sebagai
satu cara untuk mendefinisikan persyaratan-persyaratan fungsional dari sistem
baru ketika pengguna tidak mampu menggunakan dengan jelas apa yang mereka
inginkan.
b. Pengembangan Prototipe evolusioner
Ada 3 Langkah Dalam Pembuatan Suatu Prototipe Evolusioner :
1. Mengidentifikasi Kebutuhan Pengguna
Pengembangan mewawancarai pengguna untuk mendapatkan ide
mengenai apa yang diminta dari sistem.
2. Membuat Satu Prototipe
Pengembangan mempergunakan satu alat prototyping atau lebih
untuk membuat prototipe.
3. Menentukan Apakah Prototype Dapat Diterima
4. Pengembangan mendemonstrasikan prototype kepada para pengguna
untuk mengetahui apakah telah memberikan hasil yang memuaskan.

c. Pengembangan Prototipe persyaratan


Langkah-Langkah Yang Terlibat Dalam Pembuatan Sebuah Tipe Prototipe
Persyaratan
1. Membuat kode sistem yang baru, Pengembangan menggunakan prototype
sebagai dasar untuk pengkodean sistem baru.
2. Menguji sistem baru, Pengembang menguji system
3. Menentukan apakah sistem yang baru dapat diterima, Penggunaan
memberitahukan kepada pengembang apakah sistem dapat diterima.
4. Membuat sistem baru menjadi sistem produksi

d. Daya tarik Prototyping


Pengguna maupun pengembang menyukai prototyping karena
alasan-alasan di bawah ini:
1. Membaiknya komunikasi antara pengembang dari pengguna.
2. Pengembang dapat melakukan pekerjaan yang lebih baik dalam
menentukan kebutuhan pengguna.
3. Pengguna memainkan peranan yang lebih aktif dalam pengembangan
sistem.
4. Pengembangan dan pengguna menghabiskan waktu dan usaha yang lebih
sedikit dalam pengembangan sistem.
5. Implementasikan menjadi jauh lebih mudah terasa pengguna tahu apa
yang diharapkan.
6. Prototype dapat meningkatkan kreativitas karena memungkinkan umpan
balik pengguna yang lebih cepat, yang dapat menghasilkan solusi yang
lebih baik.

e. Potensi kesulitan Prototyping


Prototyping bukannya tidak memiliki potensi kesulitan.
Kesulitan-kesulitan tersebut antara lain :
1. Terburu-buru dalam menyerahkan prototype dapat menyebabkan
diambilnya jalan pintas dalam definisi masalah, evaluasi alternative dan
dokumentasi. Dalam jalan pintas ini akan menciptakan usaha-usaha yang
“cepat dan kotor”
2. Pengguna dapat terlalu gembira dengan prototype yang diberikan yang
mengarah pada ekspektasi yang tidak realitis sehubungan dengan sistem
produksi nantinya.
3. Prototype evalusioner bisa jadi tidak terlalu efisien.
4. Antarmuka komputer manusia yang diberikan oleh beberapa alat
prototyping tertentu kemungkinan tidak mencerminkan teknik-teknik
desain yang baik

3. Business Process Redesign


kemajuan teknologi informasi sangat cepat dan organisasi perlu
mengambil keuntungan dari kemajuan ini. Sistem mencakup keduanya yang
memproses data perusahaan dan yang melakukan fungsi dasar, seperti
pengeboran minyak atau fabrikasi bagian yang diproduksi. manajemen sering
menyimpulkan bahwa pendekatan baru harus diambil untuk sistem ini.
mengambil keuntungan penuh dari teknologi komputer modem. proses
pengerjaan ulang sistem disebut reengineering. istilah desain ulang proses
bisnis (BPR) juga digunakan. BPR mempengaruhi operasi TI perusahaan
dalam dua cara. Pertama, TI dapat menerapkan BPR pada desain ulang sistem
informasi yang tidak dapat lagi hidup dengan pemeliharaan biasa. sistem
seperti itu disebut sistem warisan, karena terlalu berharga untuk dibuang tetapi
mewakili sumber daya yang terkuras. kedua ketika sebuah perusahaan
menerapkan BPR untuk operasi utamanya. upaya selalu memiliki efek riak
yang menghasilkan desain ulang sistem informasi.

BPR memiliki efek yang berpotensi dramatis pada perusahaan dan


operasinya sehingga proyek semacam itu biasanya dimulai pada tingkat
manajemen strategis. IS telah merancang dua teknik untuk menerapkan
rekayasa balik dan rekayasa ulang BPR. Reverse engineering berawal dari
intelijen bisnis. reverse engineering adalah proses menganalisis sistem yang
ada untuk mengidentifikasi elemen-elemennya dan keterkaitannya serta untuk
membuat dokumentasi pada tingkat abstraksi yang lebih tinggi daripada yang
ada saat ini. Reengineering adalah desain ulang lengkap dari sebuah sistem
dengan tujuan mengubah fungsinya. Namun, ini bukan pendekatan "bersih",
karena pengetahuan tentang sistem saat ini tidak sepenuhnya diabaikan.

4. Putting The Traditional SDLC Prototyping, RAD, Phased Development, And


BPR In Perspective
SDLC tradisional, prototyping, RAD, dan BPR semuanya merupakan metodologi.
Mereka direkomendasikan cara mengembangkan sistem informasi. SDLC tradisional
adalah aplikasi pendekatan sistem untuk masalah pengembangan sistem, dan berisi
semua elemen pendekatan sistem dasar, dimulai dengan identifikasi masalah dan
diakhiri dengan penggunaan sistem.
Prototyping adalah bentuk singkat dari pendekatan sistem yang berfokus pada
definisi dan kepuasan kebutuhan pengguna. Prototyping bisa ada di dalam SDLC.
Faktanya, banyak upaya prototyping mungkin diperlukan selama pengembangan
sistem tunggal.
RAD adalah pendekatan alternatif untuk fase desain dan implementasi SDLC.
Kontribusi utama RAD adalah kecepatan penggunaan sistem, yang dicapai terutama
melalui penggunaan alat berbasis komputer dan tim proyek khusus.
Pengembangan bertahap menggunakan SDLC tradisional sebagai kerangka dasar
dan menerapkannya ke proyek secara modular menggunakan alat dan konsep tim
khusus yang sama seperti RAD.
Saat ini, perusahaan sedang memperbaiki banyak sistem yang diimplementasikan
dengan teknologi komputer yang sudah usang menurut standar saat ini. Karena
Hukum Moore, teknologi informasi dapat dengan cepat menjadi usang. Istilah BPR
digunakan untuk pendekatan penggunaan teknologi ini secara maksimal. Pembuatan
prototipe, RAD, dan pengembangan bertahap dapat digunakan dalam proyek BPR
untuk memenuhi kebutuhan pengguna dengan cara yang responsif.

5. System Development Tools


Pendekatan sistem dan berbagai siklus hidup pengembangan sistem adalah
metodologi yang direkomendasikan untuk memecahkan masalah sistem.
Metodologinya seperti cetak biru yang dibuat oleh arsitek untuk memandu
kontraktor, tukang kayu, tukang ledeng, tukang listrik, dan sejenisnya ketika mereka
membangun rumah. Demikian pula, metodologi memandu pengembang sistem saat
mereka membangun sistem. Ketika tukang kayu, tukang ledeng, dan tukang listrik
melakukan pekerjaan mereka, mereka menggunakan berbagai alat-palu, gergaji,
kunci pas, dan sebagainya. Membawa analogi ke sistem bekerja lebih jauh,
pengembang sistem juga menggunakan alat.
Alat-alat ini telah menikmati popularitas dan penggunaan yang luas selama
bertahun-tahun, tetapi pekerjaan terus meningkatkan penggunaannya. Misalnya,
penelitian telah menyimpulkan bahwa pemodelan proses dan data model objek dapat
ditingkatkan dengan penggunaan pola yang biasanya ada di antara objek. Menyadari
bahwa pola tertentu sering terjadi meningkatkan kemampuan pengembang untuk
menetapkan satu set lengkap persyaratan sistem sebagai cara untuk menghilangkan
atau mengurangi peluang kegagalan sistem. Pendekatan Berbasis Data Versus
Berbasis Proses Selama tahun-tahun awal pengembangan sistem komputer, hampir
semua perhatian diberikan pada proses yang akan dilakukan komputer, sebagai lawan
dari data yang akan digunakan.
6. Project Management
Proyek pengembangan sistem pertama dikelola oleh manajer unit TI, dibantu oleh
manajer analisis sistem, pemrograman. dan operasi. Melalui trial and error, tanggung
jawab manajemen secara bertahap mencakup tingkat manajemen yang lebih tinggi -
tingkat strategis dalam banyak kasus.
Sedangkan Komite Pengarah MIS Ketika sebuah perusahaan membentuk komite
pengarah untuk tujuan mengarahkan penggunaan sumber daya komputasi
perusahaan, nama komite pengarah MIS digunakan. Anggota tetap komite pengarah
MIS selalu termasuk eksekutif puncak. Anggota sementara termasuk manajer dan
konsultan tingkat bawah yang berpartisipasi selama keahlian mereka dibutuhkan.
Komite pengarah MIS melakukan tiga fungsi utama:
● Menetapkan kebijakan yang memastikan dukungan komputer untuk
mencapai tujuan strategis
● dana terkait komputer. • Ini menyelesaikan konflik yang muncul mengenai
prioritas penggunaan komputer.
Akibatnya, tugas komite pengarah MIS adalah melaksanakan strategi
keseluruhan yang ditetapkan oleh komite eksekutif dan rencana strategis untuk
sumber daya informasi. Dengan memusatkan pengelolaan siklus hidup sistem
dalam komite pengarah, dua keuntungan utama bertambah. Kemungkinan
meningkat bahwa:
● Komputer akan digunakan untuk mendukung pengguna di seluruh
perusahaan
● Proyek komputer akan ditandai dengan perencanaan dan pengendalian
yang baik

7. Project Leadership
Kepemimpinan Proyek Komite pengarah MIS jarang terlibat langsung dengan
rincian pekerjaan. Tanggung jawab itu diberikan kepada tim proyek. Sebuah tim
proyek mencakup semua orang yang berpartisipasi dalam pengembangan sistem
informasi.selain itu dukungan Web untuk Manajemen Proyek Selain sistem
manajemen proyek berbasis perangkat lunak, seperti Microsoft Project, dukungan
juga dapat diperoleh dari Internet.

8. Project Cost Estimating


Memperkirakan waktu dan uang yang dibutuhkan untuk mengembangkan
sistem selalu menjadi tugas yang menakutkan. Namun, seiring berjalannya waktu,
banyak metode telah dirancang untuk memperkirakan biaya dan jadwal proyek.
Semua metode ini bergantung pada satu atau lain cara pada tiga komponen:
● Informasi tentang sistem spesifik yang sedang dibangun dan orang-orang yang
akan melakukan berkembang
● Pengetahuan tentang proses pengembangan perangkat lunak
● Pengalam Historis
Cost estimating inputs adalah Sebuah struktur rincian kerja (WBS)
mengidentifikasi kegiatan proyek yang akan membutuhkan sumber daya.
Sedangkan Alat dan Teknik Penaksiran Biaya Estimasi analog menggunakan
biaya aktual dari proyek serupa yang telah dilakukan di masa lalu sebagai dasar
untuk memproyeksikan biaya proyek yang sedang dipertimbangkan. Teknik ini
digunakan ketika sedikit informasi lain yang tersedia. Ini lebih murah daripada
teknik lain, tetapi umumnya kurang akurat, dan biaya-estimasi keluaran perkiraan
biaya adalah dibuat untuk semua sumber daya yang dibebankan ke proyek dan
biasanya dinyatakan dalam unit keuangan yang berlaku, seperti dolar atau Euro.
Perkiraan tersebut dapat disempurnakan selama proyek untuk mencerminkan
informasi tambahan sebagai proyek terungkap.

9. Rapid Application Development


Satu metodologi yang memiliki tujuan yang sama dengan prototyping,
yaitu memberikan respons yang cepat atas kebutuhan pengguna, namun dengan
lingkup yang lebih luas adalah R.A.D. Istilah RAD dari rapid application
development atau pengembangan aplikasi cepat diperkenalkan oleh konsultan
komputer dan penulis James Martin.
RAD adalah kumpulan strategi, metodologi dan alat terintegrasi yang
terdapat di dalam suatu kerangka kerja yang disebut rekayasa informasi. Rekayasa
informasi (information engineering-IE) adalah nama yang diberikan Martin
kepada keseluruhan pendekata pengembangan sistemnya, yang ia perlakukan
sebagai suatu aktivitas perusahaan secara menyeluruh.

Unsur-Unsur Penting RAD


1. Mananjemen : Khususnya manajemen puncak. Hendaknya menjadi
penguji coba (experimenter) yang suka melakukan hal-hal dengan cara
baru atau pengadaptasi awal (early adapter).
2. Orang : Dari pada hanya memanfaatkan satu tim untuk malakukan
seluruh aktivitas SDLC, RAD menyadari adanya efisiensi yang dapat
dicapai melalui penggunaan tim-tim khusus.
3. Metodologi : Metodologi dasar RAD adalah siklus hidup RAD.
4. Alat-alat Alat-alat RAD terutama terdiri atas bahasa-bahasa generasi
keempat dan alat-alat rekayasa peranti lunak dengan bantuan komputer
(computer-aided software engineering-CASE) yang memfasilitas
prototyping dan penciptaan kode.

10. Process Modeling


Pemodelan proses pertama kali dilakukan dengan menggunakan diagram
alur (flowchart). Diagram ini mengilustrasikan aliran data melalui sistem dan
program. International Organization for Standardization (ISO) menciptakan
standar untuk bentuk-bentuk simbol flowchart, memastikan penggunaannya di
seluruh dunia. Ketika diagram arus data dengan empat simbolnya muncul pada
akhir tahun 1980-an, minat akan penerapannya pun muncul dengan seketika
Istilah terminator sering kali dipergunakan untuk menyatakan unsur-unsur
lingkungan, karena menunjukkan titik-titik dimana sistem berakhir. Suatu
terminator dapat berupa:
● Orang, seperti seorang manajer, yang menerima laporan dari sistem
● Organisasi, seperti departemen lain dalam perusahaan atau perusahaan
lain.
● Sistem lain yang memiliki antar muka dengan sistem.

Proses
Proses adalah sesuatu yang mengubah input menjadi output. Proses dapat
digambarkan dengan sebuah lingkaran, sebuah persegi panjang horizontal, atau
sebuah persegi panjang tegak bersudut melingkar. Masing-masing simbol proses
diidentifikasikan dengan sebuah label.
Proses adalah sesuatu yang mengubah input menjadi output. Proses dapat
digambarkan dengan sebuah lingkaran, sebuah persegi panjang horizontal, atau
sebuah persegi panjang tegak bersudut melingkar. Masing-masing simbol proses
diidentifikasikan dengan sebuah label.
Arus Data
Arus data terdiri atas sekumpulan unsure-unsur data yang berhubungan
secara logis (mulai dari satu unsure data tunggal hingga satu file atau lebih) yang
bergerak dari satu titik atau proses ke titik atau proses yang lain. Simbol panah
digunakan untuk menggambarkan arus ini dan dapat digambar dengan
menggunakan garis lurus maupun melingkar.
Penyimpanan Data
Ketika kita perlu menyimpan data karena suatu alasan tertentu, maka kita
akan menggunakan penyimpanan data. Dalam terminologi DFD, Penyimpanan
Data adalah suatu gudang data.
DFD pada figur 7.12 mengilustrasikan sebuah sistem yang dapat
dipergunakan oleh perusahaan untuk menghitung komisi bagi para agen
penjualnya. Di sini, terminator digambarkan dengan kotak, proses dengan kotak
tegak bersudut tumpul, arus data dengan garis lurus, dan penyimpangan data
dengan kotak berujung terbuka.
Kapan Menggunakan Diagram Arus Data dan Kasus Penggunaan
Diagram arus data dan kasus penggunaan sering kali dibuat selama
tahap-tahap investigasi awal dan analisis dari metodologi pengembangan berfase.
DFD mengilustrasikan suatu tinjauan atas pemrosesan, dan kasus penggunaan
memberikan detailnya. Biasanya dibutuhkan beberapa kasus penggunaan untuk
mendukung satu diagram angka 0.
BAB III
PEMBAHASAN

1. Pengembangan Sistem dan Perubahan Dalam Perusahaan


Terdapat empat macam perubahan struktural organisasi yang disebabkan oleh teknologi
informasi, yaitu :
1. Otomatisasi
2. Rasionalisasi
3. Rekayasa ulang
4. Pergeseran paradigma.
Rekayasa Ulang Proses Bisnis
Banyak bisnis saat ini mencoba untuk menggunakan teknologi informasi untuk
meningkatkan proses bisnis mereka . Beberapa sistem ini memerlukan proses perubahan
inkremental, tetapi yang lain membutuhkan lebih jauh desain ulang proses bisnis. Perusahaan
berlatih manajemen proses bisnis melalui berikut langkah :
1. Mengidentifikasi proses untuk perubahan :
Salah satu yang paling penting keputusan strategis bahwa perusahaan dapat
membuat tidak memutuskan bagaimana menggunakan komputer untuk
meningkatkan proses bisnis, tetapi memahami proses bisnis apa perlu perbaikan.
Ketika sistem yang digunakan untuk memperkuat bisnis salah model atau proses
bisnis, bisnis dapat menjadi lebih efisien dalam melakukan apa yang seharusnya
tidak dilakukan.
2. Menganalisis proses yang ada :
Ada proses bisnis harus dimodelkan dan didokumentasikan, mencatat input, output,
sumber daya, dan urutan kegiatan. Tim desain proses mengidentifikasi
langkah-langkah berlebihan, kertas-intensif tugas, kemacetan, dan inefisiensi
lainnya.
3. Mendesain proses baru:
Setelah proses yang ada dipetakan dan diukur dalam hal waktu dan biaya, tim desain
proses akan mencoba untuk meningkatkan proses merancang yang baru.
4. Melaksanakan proses baru:
Setelah proses baru telah benar-benar dimodelkan dan dianalisis, harus
diterjemahkan ke dalam satu set baru dan prosedur peraturan kerja. Sistem informasi
baru atau tambahan untuk sistem yang ada mungkin harus dilaksanakan untuk
mendukung proses didesain ulang.
5. Pengukuran kontinyu:
Setelah proses telah dilaksanakan dan dioptimalkan, perlu terus diukur.
Alat untuk Manajemen Proses Bisnis
Lebih dari 100 perusahaan software menyediakan alat-alat untuk berbagai aspek BPM,
termasuk, Oracle, dan TIBCO. Alat-alat ini membantu bisnis mengidentifikasi dan dokumen
proses yang membutuhkan perbaikan, membuat model proses perbaikan, menangkap dan
menegakkan aturan bisnis untuk melakukan proses, dan mengintegrasikan sistem yang ada untuk
mendukung proses baru atau didesain ulang. Perangkat lunak BPM juga menyediakan analisis
untuk memverifikasi bahwa kinerja proses telah diperbaiki dan untuk mengukur dampak
perubahan proses bisnis utama indikator kinerja.

2. Pengembangan Sistem
Pengembangan sistem merupakan aktivitas yang mengarah pada pembuatan solusi sistem
informasi perusahaan untuk mengatasi masalah perusahaan atau memanfaatkan kesempatan
disebut pengembangan sistem.
Analisis Sistem
Analisis Sistem adalah analisis masalah yang dicoba diselesaikan perusahaan dengan
sistem informasi. Tahap ini terdiri atas pendefinisian masalah, identifikasi penyebab, pencarian
solusi, dan identifikasi kebutuhan informasi yang harus dipenuhi oleh suatu solusi sistem.
Analisis sistem akan meliputi studi kelayakan untuk menentukan apakah solusinya layak, atau
dapat dicapai, dari sisi finansial, teknis, dan organisasional. Pada umumnya proses analisis
sistem mengidentifikasi beberapa solusi alternatif yang dapat diusahakan oleh perusahaan.
Perancangan Sistem
Analisis sistem menggambarkan apa yang harus dilaksanakan oleh sistem untuk
memenuhi kebutuhan informasi, dan perancangan sistem memperlihatkan bagaimana sistem
tersebut akan memenuhi sasaran. Peran pengguna akhir yaitu untuk mengendalikan seluruh
upaya pengembangan sistem. Pengguna harus memiliki kontrol yang cukup atas proses
perancangan untuk memastikan bahwa sistemnya prioritas bisnis dan kebutuhan informasinya.
Menyempurnakan Proses Pengembangan Sistem
Langkah selanjutnya dalam proses pengembangan sistem adalah menerjemahkan
spesifikasi solusi yang dibuat selama analisis sistem dan merancang sistem informasi yang
operasional sepenuhnya.
● Pemrograman
Selama tahap pemrograman, spesifikasi sistem yang disiapkan selama perancangan
diterjemahkan ke dalam kode program.
● Pengujian
Pengujian yang mendalam dan seksama harus dilakukan untuk mengetahui apakah sistem
memberikan hasil hasil yang benar. Pengujian unit menguji setiap program secara
terpisah dalam sistem. Pengujian sistem menguji fungsi sistem informasi secara
keseluruhan. Uji penerimaan memberikan sertifikasi akhir bahwa sistem siap digunakan
dalam situasi produksi. Rencana pengujian mencakup semua persiapan untuk rangkaian
pengujian yang baru saja dijelaskan. Konversi adalah proses perubahan dari sistem lama
ke sistem baru. Empat strategi konversi yang dapat dilakukan yaitu strategi paralel,
strategi pindah langsung, strategi studi percontohan, dan strategi pendekatan bertahap.
● Produksi dan Pemeliharaan
Setelah sistem yang baru dipasang dan konversinya selesai dilakukan, sistem tersebut
dikatakan berada dalam kondisi produksi. Sedangkan, perubahan hardware, software,
dokumentasi, atau prosedur dalam sistem produksi untuk memperbaiki kesalahan
memenuhi kebutuhan baru atau meningkatkan efisiensi pemrosesan disebut
pemeliharaan.

Pemodelan dan Perancangan Sistem : Metodologi terstruktur dan metodologi berorientasi objek
Metodologi Terstruktur :
Metodologi terstruktur telah digunakan untuk mendokumentasi, menganalisis, dan merancang
sistem informasi. Terstruktur berarti bahwa tekniknya adalah selangkah demi selangkah.
Perangkat utama untuk merepresentasikan proses komponen sistem dan aliran data diantaranya
adalah diagram aliran data (DFD).
Pengembangan Berorientasi Objek :
Pengembangan berorientasi objek menggunakan objek sebagai unit dasar dari nalisis dan
pernacngan sistem. Sebuah objek menggabungkan data dan proses yang spesifik yang
mengoprasikan data tersebut.

Rekayasa Ulang Peranti lunak Berbantuan Komputer (CASE) :


Rekayasa ulang peranti lunak berbantuan komputer terkadang disebut rekayasa ulang sistem
berantuan komputer- menyediakan peralatan peranti lunak untuk mengotomatisasi metodologi
yang baru dijelakan unutik mengurangi pekrerjaan yang dilakukan programmer. Biasanya,
perangkat CASE berbasis PC, dengan kemampuan grafis yang hebat.

3. Pendekatan Alternatif Pengembangan Sistem


Siklus Hidup Sistem Tradisional
Siklus hidup sistem adalah metode pengembangan sistem informasi yang paling tua.
Metodologi siklus hidup adalah pendekatran bertahap untuk membangun sistem. Metodologi
siklus hidup sistem membagai tenaga kerja secara sangat fungsional, antara pengguna akhir dan
spesialis sistem informasi.

Pembuatan Prototipe
Pembuatan prototipe meliputi pengembangan sistem uji coba yang cepat, dan murah
untuk dievaluasi oleh pengguna akhir. Lewat interaksi dengan prototipe, para pengguna dapat
memperoleh gagasan yang lebih baik mengenai kebutuhan informasi mereka. Prototipe adalah
versi sistem informasi atau bagian dari sistem yang sudah dapat berfungsi.

Langkah-langkah dalam pembuatan prototipe Langkah


1 : Mengidentifikasi kebutuhan dasar pengguna Langkah
2 : Mengembangkan prototipe awal Langkah
3 : Menggunakan prototipe Langkah
4 : Merevisi dan memperbaiki prototipe
Keuntungan dan Kerugian Pembuatan Prototipe
Pembuatan prototipe mendorong pengguna akhir terlibat secara mendalam diseluruh
siklus hidup pengembangan sistem, maka pembuatan prototipe lebih berpeluang menghasilkan
sistem yang memenuhi kebutuhan pengguna. Tetapi, pembuatan prototipe secraa cepat dapat
melupakan langkah2 yang penting dalam pengembangan sistem.

4. Pendekatan Sistem CV. Fipro Indonesia


3 Rangkaian pertimbangan yang terlibat dalam pemecahan sebuah kontroversi secara
memadai:
1. Mengenali kontroversi
2. Mempertimbangkan klaim-klaim alternative
3. Membentuk satu pertimbangan

Dari artikel terkait pengembangan sistem CV. Fipro Indonesia, dapat dianalisis
pendekatan sistemnya antara lain
1. CV. Fipro Indonesia mengenali masalah dari proses supply chain managementnya mulai
dari pengadaan di pabrik hingga pendistribusian kepada agen dilakukan secara manual.
2. CV. Fipro mempertimbangkan klaim alternative untuk pemecahan masalahnya adalah
dengan membuat prototype untuk menerapkan sistem informasi sebagai penunjang dari
supply chain managementnya.
3. CV. Fipro membentuk satu pertimbangan yaitu melakukan pembuatan prototype Sistem
Informasi pengadaan barang yang dapat membantu proses supply chain serta pengelolaan
manajemen persediaan pada CV. Fipro. Hal ini dikarenakan hasil dari pembuatan
prototype adalah mendapat information sharing yang mana diperlukan untuk mencapai
keefektifan supply chain.
BAB IV
KESIMPULAN

Pada makalah dengan topik Pengembangan Sistem (Membangun dan Mengelola Sistem), judul
yang diambil ialah Pengembangaan Sistem Informasi Pengadaan Barang pada Supply Chain
Management (Studi Kasus pada CV. Fipro Indonesia). CV. Fipro Indonesia merupakan
perusahaan yang bergerak pada bidang perdagangan makanan beku. Perusahaan ini memiliki
peranan dalam mendistribusikan makanan beku kepada agen. Dalam upaya Pengembangan
Sistem (Membangun dan Mengelola Sistem), CV. Fipro Indonesia melakukan pembuatan
prototype Sistem Informasi pengadaan barang yang dapat membantu proses supply chain serta
pengelolaan manajemen persediaan pada CV. Fipro. Prototype atau prototipe adalah sebuah
metode dalam pengembangan produk dengan cara membuat rancangan, sampel, atau model
dengan tujuan pengujian konsep atau proses kerja dari produk.

Terdapat beberapa landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya:
The System Development Life Cycle and The Traditional SDLC, Prototyping, Business Process
Redesign, Putting The Traditional SDLC Prototyping, RAD, Phased Development, And BPR In
Perspective, dan beberapa landasan teori lainnya.

Terdapat empat macam perubahan struktural organisasi yang disebabkan oleh teknologi
informasi, yaitu : Otomatisasi, Rasionalisasi, Rekayasa ulang, dan Pergeseran paradigma. Maka
dapat disimpulkan bahwa Sistem Informasi memiliki suatu peranan yang penting dalam
keberjalanan suatu Perusahaan. Begitu pula dengan CV. Fipro Indonesia. Tanpa adanya Sistem
Informasi, maka suatu Perusahaan akan sulit untuk berkembang dan maju dalam menjalani
operasional perusahaan.
Daftar Pustaka

Laudon, Kenneth C. & Laudon, Jane P. 2011. Management Information System : Managing the
Digital Firm. 12th Edition. Upper Saddle River : Prentice Hall.

McLeod, R. & Schell, G. 2010. Management Information System (10th Ed.). New York: Prentice
Hall

Salafiah, S. (2021). PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENGADAAN


BARANG PADA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (STUDI KASUS CV.
FIPRO INDONESIA). Jurnal SNATi, 41-46.

Anda mungkin juga menyukai