Anda di halaman 1dari 12

TUGAS ANALISIS DAN DESAIN SISTEM INFORMASI

Oleh :
Nicko Satrio Pambudi

(1404405065)

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO DAN KOMPUTER


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2016
1. Pendekatan Pengembangan Sistem

Pengembangan
sistem
dapat
dibedakan
menjadi
beberapa pendekatan dan berikut penjelasan dari beberapa
pengembangan sistem.
1.1

Pendekatan Klasik

Pendekatan klasik disebut juga pendekatan tradisional


atau
pendekatan
konvensional.
Pendekatan
klasik
mengembangkan sistem dengan mengikuti tahapan-tahapan
pada System Development Life Cycle (SDLC). SDLC merupakan
keseluruhan proses dalam pengembangan, penerapan, dan
pengakhiran sebuah sistem informasi dengan melalui banyak
tahapan proses dari inisiasi, analisis, desain, implementasi, dan
pengembangan dalam penyelesaian suatu sistem informasi.

1.1.1 Keuntungan SDLC


Terdapat beberapa keuntungan dalam penerapan SDLC
pada proses pengembangan, penerapan, dan pengakhiran dalam
sebuah sistem informasi yakni sebagai berikut :
1. Adanya
laporan
setiap
akhir
fase
memudahkan adanya kontrol / pengawasan.
2. Mudah melakukan dokumentasi.

sehingga

3. Dokumentasi secara formal sehingga memudahkan


penelusuran kembali terhadap kebutuhan bisnis.
1.1.2 Kelemahan SDLC
Berikut
merupakan
beberapa
kelemahan
dalam
penerapan SDLC pada proses pengembangan, penerapan, dan
pengakhiran dalam sebuah sistem informasi.
1. Pengembangan perangkat lunak akan menjadi sulit.
2. Biaya perawatan atau pemeliharaan sistem akan
menjadi mahal.
3. Kemungkinan kesalahan sistem besar.
4. Keberhasilan sistem kurang terjamin.
1.2

Pendekatan Terstruktur

Pendekatan terstruktur dilengkapi dengan alat-alat (tools)


dan teknik-teknik yang dibutuhkan dalam pengembangan sistem,
sehingga hasil akhir dari sistem yang dikembangkan akan
didapatkan sistem yang strukturnya didefinisikan dengan baik
dan jelas. Metodologi ini memperkenalkan penggunaan alat-alat
dan teknik-teknik untuk mengembangkan sistem yang
terstruktur. Teknik perakitan di pabrik-pabrik dan perancangan
sirkuit untuk alat-alat elektronik adalah dua contoh baru konsep
ini yang banyak digunakan di industri-industri. Melalui
pendekatan terstruktur, permasalahan permasalahan yang
kompleks dalam organisasi dapat dipecahkan dan hasil dari
sistem akan mudah untuk dipelihara, fleksibel, dan lebih
memuaskan.
1.3

Pendekatan Dari Bawah Keatas

Pendekatan ini dimulai dari level bawah organisasi, yaitu


level operasional dimana transaksi dilakukan. Pendekatan ini
dimulai dari perumusan kebutuhan-kebutuhan untuk menangani
transaksi dan naik ke level atas dengan merumuskan kebutuhan
informasi berdasarkan transaksi tersebut. Pendekatan dari bawah
ke atas bila digunakan pada tahap analisis sistem disebut juga
dengan istilah data analysis, karena yang menjadi tekanan
adalah data yang akan diolah terlebih dahulu, informasi yang
akan dihasilkan menyusul mengikuti datanya.

1.3.1 Langkah-Langkah dalam Pendekatan dari Bawah


Keatas
Terdapat langkah-langkah dalam pendekatan dari bawah
keatas yakni sebagai berikut :
1. Memetakan
stakeholders
yang
terlibat
dalam
implementasi kebijakan pada level terbawah.
2. Mencari informasi dari para aktor tersebut tentang
pemahaman terhadap kebijakan.
3. Memetakan keterkaitan antar aktor pada level
terbawah dengan aktor pada level diatasnya.
4. Peneliti bergerak keatas dengan memetakan aktor
pada level yang lebih tinggi dengan mencari format
yang sama.
5. Pemetaan dilakukan terus sampai pada level tertinggi.
1.4

Pendekatan Dari Atas Ke Bawah

Pendekatan Dari Atas Ke Bawah (Top-down Approach)


dimulai dari level atas organisasi, yaitu level perencanaan
strategi. Pendekatan ini dimulai dengan mendefinisikan sasaran
dan kebijaksanaan organisasi. Langkah selanjutnya dari
pendekatan ini adalah dilakukannya analisis kebutuhan
informasi. Setelah kebutuhan informasi ditentukan, maka proses
turun ke pemrosesan transaksi, yaitu penentuan output, input,
basis data, prosedurprosedur operasi dan kontrol. Pendekatan ini
juga merupakan ciri-ciri pendekatan terstruktur. Pendekatan
atas-turun bila digunakan pada tahap analis sistem disebut juga
dengan istilah decision analysis, karena yang menjadi tekanan
adalah informasi yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan
oleh manajemen terlebih dahulu, kemudian data yang perlu
diolah didefinisikan menyusul mengikuti informasi yang
dibutuhkan.
1.4.1 Langkah-Langkah Pendekatan Dari Atas Ke Bawah
Pendekatan dari
langkah sebagai berikut.

atas

ke

bawah

memiliki

beberapa

1. Memilih kebijakan yang akan dikaji


2. Mempelajari dokumen kebijakan yang ada untuk dapat
mengidentifikasi tujuan dan sasaran kebijakan yang
secara formal tercantum dalam dokumen kebijakan

3. Mengidentifikasi bentuk-bentuk keluaran kebijakan


yang digunakan sebagai instrument untuk mencapai
tujuan dan sasaran kebijakan
4. Mengidentifikasi apakah keluaran kebijakan telah
diterima oleh oleh kelompok sasaran dengan baik
(sesuai dengan SOP) yang ada
5. Mengidentifikasi apakah keluaran kebijakan memiliki
manfaat bagi kelompok sasaran
6. Mengidentifikasi apakah muncul dampak setelah
kelompok sasaran memanfaatkan keluaran kebijakan
1.5

Pendekatan Sepotong

Pengembangan
yang
menekankan
pada
suatu
kegiatan/aplikasi tertentu tanpa memperhatikan posisinya di
sistem informasi atau tidak memperhatikan sasaran organisasi
secara global (memperhatikan sasaran dari kegiatan atau
aplikasi itu saja).
1.6

Pendekatan Sistem

Pengembangan yang memperhatikan sistem informasi


sebagai satu kesatuan terintegrasi untuk masing-masing
kegiatan atau aplikasinya. Pendekatan sistem ini juga
menekankan pada pencapaian sasaran keseluruhan dari
organisasi, tidak hanya menekankan pada sasaran dari sistem
informasi itu saja.
1.7

Pendekatan Sistem Menyeluruh

Pendekatan pengembangan sistem serentak secara


menyeluruh, sehingga menjadi sulit untuk dikembangkan.
1.8

Pendekatan Moduler

Pendekatan dengan memecah sistem komplek menjadi


modul yang sederhana, sehingga sistem lebih mudah dipahami
dan dikembangkan, tepat waktu, mudah dipelihara.
2.
Metodologi
Lunak

Pengembangan

Sistem/Perangkat

Metodologi pengembangan perangkat lunak adalah suatu


proses pengorganisasian kumpulan metode dan konvensi notasi
yang telah didefinisikan untuk mengembangkan perangkat lunak.

Beberapa metode pengembangan perangkat lunak yaitu metode


sekuensial linier, prototype, RAD, 4GT dan spiral.
2.1

Metode Sekuensial Linier/waterfall

Metode
pengembangan
perangkat
lunak
dengan
pendekatan pada pengembangan perangkat lunak yang
sistematik dan sekuensial yang mulai pada tingkat dan kemajuan
sistem pada seluruh analisis, desain, kode, pengujian, dan
pemeliharaan. Model ini meliputi :
1. Rekayasa dan Pemodelan sistem
Pembentukan kebutuhan untuk seluruh elemen sistem.
2. Analisis kebutuhan perangkat lunak
Pengumpulan
kebutuhan
dengan
fokus
pada
perangkat lunak yang meliputi : Domain informasi,
fungsi yang dibutuhkan, unjuk kerja / perfomansi dan
antarmuka
3. Desain
Mengubah kebutuhan-kebutuhan menjadi bentuk
karakteristik yang dimengerti perangkat lunak
sebelum dimulai penulisan program.
4. Generasi kode
Penterjemahan perancangan ke bentuk yang dapat
dimengerti oleh mesin, dengan menggunakan bahasa
pemograman
5. Pengujian
Pengujian memfokuskan pada logika internal dari
perangkat lunak, fungsi eksternal dan mencari segala
kemungkinan kesalahan dan memeriksa appakh
sesuai dengan hasil yang ingin dicapai.
6. Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan dengan mengoreksi kesalahan
pada perangkat lunak, penyesuaian, dan penambahan
fitur untuk meningkatkan kinerja perangkat lunak.
2.2

Prototyping

Proses iterative dalam pengembangan sistem dimana


sistem atau perangkat lunak akan disajikan langsung ke
pengguna dan sistem akan di perbaiki dan dibangun secara terus
menerus sehingga terjalin kerjasama antara pengguna dan
sistem analis.

2.3

RAD (Rapid Application Development)

RAD merupakan suatu metode pengembangan perangkat


lunak yang relatif singkat (60-90 hari) dengan pendekatan
konstruksi komponen. Tahapan-tahapan pada RAD yakni sebagai
berikut :
1. Bussiness Modelling
Pengumpulan informasi dalam menjalankan proses
bisnis.
2. Data Modelling
Penjelasan objek data yang diperlukan dalam proyek
perangkat lunak.
3. Process Modelling
Aliran
informasi
pada
fase
data
modelling
ditransformasikan untuk mendapatkan aliran informasi
yang terjadi pada implementasi fungsi bisnis
4. Application Generation
Setelah proses modelling, dilakukannya pembentukan
aplikasi dengan bahasa pemograman.
5. Testing
Pengujian
aplikasi
sudah
dibangun
agar
menyempurnakan aplikasi yang telah dibuat dan
menghindari adanya bug saat penggunaan aplikasi.

2.4

Metode Spiral

Metode spiral merupakan model proses perangkat lunak


evolusioner yang merangkai sifat iteratif dari prototype dengan
cara kontrol dan aspek sistematis dari model sekuensial linier.
Tahapan-tahapan model spiral yakni :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Komunikasi pelanggan
Perencanaan
Analisis Resiko
Perekayasan
Konstruksi dan peluncuran
Evaluasi pelanggan

Dari gambar tersebut, proses dimulai dariinti bergerak


searah dengan jarum jam mengelilingi spiral. Lintasan pertama
putaran menghasilkan perkembangan spesifikasi produk. Putaran
selanjutnya
digunakan
untuk
mengembangkan
sebuah
prototype, dan secara progresif mengembangkan versi perangkat
lunak yang lebih canggih.
2.5

Fourth Generation Techniques (4GT)

Istilah generasi ke empat, mengarah ke perangkat lunak


yang umum yaitu tiap
pengembang
perangkat
lunak
menentukan beberapa karakteristik perangkat lunak pada
level tinggi. Saat ini pengembangan perangkat lunak yang
mendukung 4GT, berisi tool-tool berikut : i) Bahasa non
prosedural untuk query basis data; ii) Report generation; iii)
Data manipulation ; iv) Interaksi layar ; v) Kemampuan grafik
level tinggi ; vi) Kemampuan spreadsheet. Tahapan-tahapan
dalam 4GT adalah sebagai berikut.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pengumpulan Kebutuhan yang diinginkan pelanggan


Translasi kebutuhan menjadi prototype operasional
Strategi perancangan sistem
Pengujian
Dokumentasi
Melaksanakan
seluruh
aktivitas
untuk
mengintegrasikan
solusi-solusi yang membutuhkan
paradigma rekayasa perangkat lunak lainnya.

CASE (Computer Aided Software Engineering)

CASE merupakan perangkat computer berbasis produk


yang mendukuh satu atau lebih kegiatan rakayasa perangkat
lunak dalam proses pengembangan software. Case Tool merupakan
suatu teknik yang digunakan untuk membantu satu atau beberapa fase dalam
life-cycle software, termasuk fase analisis, desain, implementasi dan
maintenance dari software tersebut.
3.1

Klasifikasi CASE

Terdapat beberapa klasifikasi dari CASE yaitu sebagai


berikut.
3.1.1 UpperCASE
UpperCASE
membantu
para
perancang
untuk
menjabarkan misi, objektif, strategi, rencana operasi, sumbersumber, bagian komponen dan yang lainnya dari perusahaan dan
menyediakan bantuan otomatis untuk mendefinisikan level logika
dari bisnis, kebutuhan informasi dan mendesain sistem informasi
untuk mencapai tujuan tersebut. UpperCASE tools mendukung
bahasa diagram tradisional seperti Entity Relationship Diagrams,
Data Flow Diagram, Structure Charts dan sebagainya
menyediakan terutama di bagian penggambaran, menyimpan
serta fasilitas dokumentasi. Contoh CASE tools: Cradle, PRO IV
Workbench, ProKit*WORKBENCH.
3.1.2 LowerCASE
LowerCASE
membantu
perancang
saat
tahapan
penggenerasian sistem dan mengabaikan tahapan paling awal
dari spesifikasi kebutuhan sistem. Titik awal dari pembangunan
sistem dengan lowercase tools adalah pemodelan konsep dari
sistem informasi. Formalitas pemodelan konsep selalu berbasis
pada yayasan resmi yang meminta ijin untuk pemetaan otomatis
untuk spesifikasi eksekusi dan validasi efisien dan verifikasi
spesifikasi sistem itu sendiri. Contoh CASE tools: Level/l- User
Sensitive CASE, PRO- IV application Development.
3.1.3 Integrated
(ISDE)

Software

Development

Environments

ISDE sebagai istilah menyiratkan, menyediakan dukungan


untuk koordinasi semua kegiatan berbeda yang berlangsung
selama proyek software. Ada berbagai jenis dukungan yang ISDE
dapat sediakan. Contoh umum dari dukungan ISDE meliputi:
1. Koordinasi otomatis dari aktifitas pengembangan.
2. Mekanisme untuk komunikasi antar-aktivitas.
Pendekatan utama ISDE adalah European project PCTE
(Portable Common Tool Environment). Pendekatan PCTE familiar
dengan pemikiran modern sistem operasi seperti UNIX yang
menyediakan sekumpulan dari fasilitas standar sebagai
pengformat teks, filter, proses komunikasi dan yang lainnya yang
menyediakan blok-blok pembangunan untuk menciptakan
aplikasi mutakhir. Dapat dianalogikan, PCTE menyediakan
pembangunan blok-blok umum kepada pengembang dari CASE
Tools yang akan di jalankan dibawah PCTE. Sebaliknya, ini dapat
memfasilitasi kecocokan antara tool-tool selama semuanya
menggunakan
fasilitas
umum
untuk
menyimpan
dan
mengkomunikasikan data mereka.
3.2

Kegunaan CASE Tools

Terdapat beberapa kegunaan dari CASE Tools yaitu


sebagai berikut:
1. CASE tools dapat membantu menghasilkan kualitas
tinggi dan konsistensi dokumen; redudansi pada data
yang tersimpan berkurang.
2. Kegunaan dari CASE Tools menyebabkan peningkatan
yang cukup besar untuk kualitas.
3. CASE tools dapat membantu segala kesulitan dalam
pekerjaan teknik software.

Daftar Pustaka
Silfianti,
W.
Pengembangan
Sistem
Informasi.
http://wsilfi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/folder/0.2.
Diakses Tanggal : 23 Febuari 2016
Radack, S . The System Development Life Cycle . Computer
Security Division Information Technology Laboratory National
Institute of Standards and Technology
Loucopoulos, P., Karakostas, V. C.A.S.E. Technology Ch.6 .
https://www.utdallas.edu/~chung/RE/RE_chapters/Chapter
%206.pdf. Diakses Tanggal: 23 Febuari 2016
Singh, G., dkk.2010. Computer Aided Software Engineering
(CASE
Tools).
https://www.bmeindia.org/paper.
Diakses
Tanggal: 23 Febuari 2016

Anda mungkin juga menyukai