Anda di halaman 1dari 19

Nama Kelompok : Ivanti Zulfia (2013201004)

M. Naufal Akhnaffillah (2013201006)

Aisyah Dewani Putri (2013201011)

Semester : 2 (dua)

2.1 Analisis

2.1.1 Analisis Situasi

2.1.1.1 Kebijakan yang Ada Sebelumnya

Pemerintah telah membuat kebijakan untuk menangani masalah sampah yang semakin
merisaukan masyarakat, seperti adanya Undang-Undang No.32 tahun 2009 mengenai
Lingkungan Hidup, pemberian penghargaan Kalpataru dan Adipura. Sebenarnya kebijakan-
kebijakan yang telah dicanangkan sudah baik, akan tetapi masyarakat saja yang kurang
kesadarannya untuk ikut serta dalam menangani sampah. Mereka hanya berkoak-koak tanpa
melakukan apapun dalam menghadapi sampah, dan akhirnya mengeluh pada pemerintah
ketika sampah yang mereka hasilkan telah menimbulkan banyak kerugian. Misalnya,
masyarakat sekitar sungai sering membuang sampahnya ke sungai. Akibatnya sungai dipenuhi
sampah, airnya kotor, alirannya pun tidak lancar. Ketika hujan tiba, banjir pun tidak dapat
dielakkan. Rumah masyarakat sekitar sungai akhirnya terendam banjir. Apabila kejadian ini
terjadi, tak ayal mayarakat juga yang dirugikan. Masyarakat yang menciptakan, masyarakat juga
yang menerima akibatnya. Belum berhasilnya kebijakan yang ada dikarenakan sinergi antara
kebijakan yang dibuat pemerintah bersama kepedulian masyarakat terhadap lingkungan.

2.1.1.2 Keparahan dan Penyebab Masalah

Sampah-sampah yang berserakan, terutama ditumpukan sampah yang berlebihan dapat


mengundang lalat, pertumbuhan mikroorganisme yang membahayakan, mencemari udara,
tanah dan air. Sehingga dampak negatif yang ditimbulkan cukup banyak. Dampak yang dapat
ditimbulkan sampah, antara lain :

- Diare, kolera, dan tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah
dengan pengelolaan tidak tepat dapat mencemari air tanah yang biasa di minum masyarakat.
Penyakit DBD (Demam Berdarah) dapat juga meningkat dengan cepat di daerah dengan
pengelolaan sampahnya yang tidak memadai.

- Selama ini ada anggapan bahwa sampah menimbulkan pemanasan global. Berdasarkan
penelitian anggapan tersebut tidak 100% benar. Sampah yang dibuang begitu saja berkontribusi
dalam mempercepat pemanasan global, karena sampah dapat menghasilkan gas metan (CH4)
yang dapat merusak atmosfer bumi. Rata-rata tiap satu ton sampah padat menghasilkan 50 kg
gas metan. Gas metan itu sendiri mempunyai kekuatan merusak hingga 20-30 kali lebih besar
dari karbondioksida (CO2). Gas metan berada di atmosfer selama sekitar 7-10 tahun dan dapat
meningkatkan suhu sekitar 1,30 C per tahun.

- Sampah dapat menyebabkan banjir. Sampah yang dibuang sembarangan, salah satunya
yang dibuang ke sungai atau aliran air lainnya. Lama kelamaan akan menumpuk dan
menyumbat aliran air, sehingga air tidak dapat mengalir dengan lancar dan akan meluap
menyebabkan banjir.

- Sampah juga dapat mengurangi nilai estetika.

2.1.1.3 Halangan dan Pendukung Perubahan Perilaku yang Diinginkan

o Halangan perubahan:

Tempat yang kotor dan memang sudah banyak sampahnya. Tempat yang asal mulanya
terdapat banyak sampah, bisa membuat orang yakin bahwa membuang sampah
sembarangan diperbolehkan di tempat itu. Jadi, warga sekitar tanpa ragu untuk
membuang sampahnya di tempat itu.

Norma dari lingkungan sekitar seperti keluarga, sekolah, masyarakat, atau bahkan
tempat pekerjaan. Pengaruh lingkungan merupakan suatu faktor besar di dalam
munculnya suatu perilaku. Contohnya, pengaruh lingkungan seperti membuang sampah
sembarangan, akan menjadi faktor besar dalam munculnya perilaku membuang sampah
sembarangan.

o Pendukung Perilaku yang Diinginkan

Perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh lingkungan dan kesadaran dari dirinya
sendiri. Contohnya si A tinggal di lingkungan yang terbiasa dengan hidup bersih dan
selalu menjaga kebersihan. Ketika si A berada pada lingkungan yang berlawanan dengan
lingkungan awalnya, dia akan berusaha untuk merubah atau memperbaiki lingkungan
tersebut sesuai dengan lingkungan yang diharapkannya atau dia pindah ke lingkungan
yang sesuai dengan harapannya.

2.1.1.4 Problem Statement

a. Sistem belief masyarakat terhadap perilaku membuang sampah.

Persepsi masyarakat yang menganggap bahwa membuang sampah sembarangan bukan


suatu hal yang salah dan wajar untuk dilakukan. Pada umumnya mereka sering
mengabaikan sampah yang ada. Bahkan tidak jarang yang berfikir kalau sampah yang
berserakan bukan bagian dari tanggung jawabnya, terutama jika sampah tersebut bukan
berasal dari dirinya.

b. Norma dari lingkungan sekitar, seperti keluarga dan tetangga.

Pengaruh lingkungan merupakan salah satu faktor penyebab munculnya suatu perilaku
membuang sampah sembarangan. Masalah membuang sembarangan sudah menjadi
pola perilaku di masyarakat yang biasa karena banyak orang melakukannya.

2.1.2 Analisis Audience

2.1.2.1 Menganalisa kemungkinan kerja sama


Dalam pembuatan program ini, kita dapat berkerja sama dengan tokoh masyarakat,
tokoh agama, dan masyarakat secara langsung. Dapat juga menggunakan model yang sesuai
dengan program yang akan dilaksanakan. Model yang dimaksud adalah seseorang yang
berpengaruh dan biasanya dijadikan panutan oleh masyarakat sekitar. Selain itu juga dapat
bekerja sama dengan Dinas Kesehatan, serta Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup.

2.1.2.2 Menganalisa Sikap dan Perilaku

Menganalisa masalah cara membuang sampah, sebenarnya masyarakat sudah banyak


yang tahu dan paham. Akan tetapi, masih ada sebagian dari mereka yang belum membuang
sampah pada tempatnya.

Alasan masyarakat membuang sampah sembarangan :

Malas

Tidak adanya tempat sampah di sembarang tempat

Cara berfikir yang salah

2.1.2.3 Akses Komunikasi

Media komunikasi sudah menjangkau masyarakat dengan baik. Jadi, program ini selain
diberikan secara langsung pada masyarakat, juga dapat dilakukan melalui media.

2.1.2.4 Kekuatan Media

Dalam menangani masalah sampah ini, sudah banyak poster ataupun leaflet yang
disebarkan guna memberikan informasi. Tetapi, nampaknya masih banyak dari masyarakat
yang belum memiliki kesadaran untuk selalu membuang sampah di tempat yang disediakan.

2.1.2.5 Masalah Kebutuhan Pelatihan

Dalam hal ini yang perlu melakukan pelatihan adalah :

Penyuluh
Penyuluh memerlukan pelatihan mengenai program ini agar dapat melakukan
penyuluhan dengan baik dan menarik, sehingga penerima pesan atau sasaran dapat menerima
informasi yang diberikan dengan baik pula. Selain itu, penyuluh yang baik, juga dapat
memunculkan rasa percaya dalam diri masyarakat tentang informasi yang diberikan.

2.2 Design Strategy

2.2.1 Tujuan Komunikasi

Teori SMART

Spesific, yakni menentukan target atau sasaran yang penting.

- Apa target yang akan dicapai

Target yang akan dicapai adalah mengurangi, menurunkan, serta diharapkan

dapat menghilangkan kebiasaan masyarakat membuang sampah sembarangan.

- Mengapa harus mencapai target

Target harus dicapai untuk mencegah semakin banyaknya penyakit yang

bermunculan akibat sampah, selain itu juga untuk meningkatkan nilai estetika

lingkungan yang telah berkurang akibat sampah.

- Siapa saja yang terlibat

Tokoh agama, tokoh masyarakat, penyuluh, serta masyarakat

Measurable, yakni gambaran mengenai tingkat keberhasilan target.

Diharapkan, setelah program ini dijalankan, sebagian besar masyarakat sudah

sadar untuk membuang sampahnya pada tempatnya, bukan menumpuknya di


depan rumah, atau membuangnya ke sungai.

Achieveable yaitu keyakinan yang dimiliki untuk mencapai target, yakni memiliki
keyakinan bahwa dengan adanya program ini, kebiasaan buruk masyarakat dapat
dirubah.

Realistic yaitu dengan adanya program ini diharapkan hampir 50% dari masyarakat yang
dituju, dapat membiasakan diri membuang sampah pada tempatnya.

Timebound, batasan waktu yang digunakan, yakni selama program dilaksanakan.

2.2.2 Segmentasi

Segmentasinya ditujukan untuk semua kalangan masyarakat, karena membuang


sampah di tempat sampah merupakan kewajiban semua orang, bukan hanya sebagian orang.

2.2.3 Sasaran

a. Sasaran primer

Pada kegiatan ini yang menjadi sasaran primernya adalah masyarakat luas.

b. Sasaran sekunder

Tokoh masyarakat, tokoh agama, dan tokoh-tokoh lain yang dapat memberikan pengaruh
besar kepada masyarakat luas.

2.2.4 Pendekatan dan Posisioning

a) Model Perubahan Perilaku

Model perubahan perilaku yang dimungkinkan adalah Model Kurt Lewin. Dimana menurut
Lewin, perilaku manusia adalah suatu keadaan yang seimbang antara kekuatan pendorong
(driving forces) dan kekuatan penahan (resisting forces). Teori ini dinamakan (force field
analysis).

b) Dasar Strategi dan Pendekatan


Dalam hal ini, untuk merubah perilaku masyarakat memerlukan strategi, seperti
menggunakan pendekatan key person dan juga pendekatan secara keseluruhan (komunitas).
Pendekatan key person, ditujukan kepada tokoh agama, tokoh mayarakat, atau tokoh lain yang
dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap masyarakat. Dengan pendekatan ini
diharapkan togamas dapat membantu kelancaran pelaksanaan program ini. Sedangkan
pendekatan komunitas ditujukan kepada msayarakat luas. Diharapkan masyarakat akan mampu
dan mau berpartisipasi dalam pelaksanaan program. Jadi masyarakat tidak hanya menjadi
penerima informasi, tetapi mereka juga berperan sebagai pelaku dari program ini.

c) Alasan Perubahan Perilaku

Membuang sampah sembarangan memang bukanlah hal yang amat tabu sekarang. Bahkan
telah menjadi kebiasaan dari banyak orang. Program ini diciptakan, disosialisasikan,
dilaksanakan guna untuk mengurangi dan menghilangkan kebiasaan ini. Karena, semakin
banyak orang yang membuang sampah sembarangan, maka akan semakin banyak pula masalah
yang timbul, misalnya :

Sampah di sungai, akan menyebabkan aliran air tidak lancar. Akibatnya terjadi banjir.

Tumpukan sampah di jalan-jalan, mengakibatkan bau yang tidak sedap serta


mengurangi nilai estetika.

Tumpukan sampah dapat digunakan sebagai sarang vektor dan rodent, sehingga
berbagai penyakit akan bermunculan. Contohnya : diare, kolera, tifus, dll.

Apabila masyarakat masih saja membuang sampahnya sembarangan, maka masalah yang
timbul akan semakin parah. Jadi dengan adanya program ini, diharapkan perilaku masyarakat
akan berubah, sehingga masalah akan berkurang, kesehatan masyarakat pun terjaga.

d) Menentukan Posisi

Setelah program ini dilakukan, diharapkan masyarakat akan mendapatkan berbagai


keuntungan, seperti :
Fisik

Terhindar dari penyakit

Material

Menekan biaya pengobatan

Mendapatkan keuntungan dari hasil pemanfaatan sampah. Contohnya

memanfaatkan sampah kertas menjadi frame foto atau lainnya, dapat

memberikan keuntungan materi tersendiri bagi si pembuat.

Untuk melakukan hal-hal diatas kita harus mempunyai sebuah kiat-kiat dalam pelaksanaan
kegiatan tersebut, antara lain:

1. Menentukan saluran

Saluran atau media merupakan salah satu hal yang menunjang keberhasilan sebuah
program atau kegiatan. Dalam kegiatan ini saluran atau media yang dapat digunakan adalah
poster, leaflet, iklan di media massa, serta lewat pendidikan mengenai kebiasaan membuang
sampah dengan benar sedini mungkin.

2. Susunan rencana implementasi

Jadwal kerja kegiatan “Desa Bebas Sampah” yang dilaksanakan di Desa Mekar :

- Memberikan informasi pelaksanaan kegiatan dengan woro-woro di desa yang dituju,


menyebarkan leaflet, menempelkan poster-poster.

- Sosialisasi pentingnya tidak membuang sampah sembarangan, terutama di depan rumah


dan di sungai.

- Penyuluhan untuk menumbuhkan jiwa enterpreneur dengan pemanfaatan sampah.

- Melakukan kegiatan kerja bakti ini rutin pada setiap minggu.


- Dalam kegiatan ini juga akan dinilai RT mana yang paling bersih dan paling mampu
memanfaatkan sampah seperti yang telah dijelaskan oleh penyuluh.

- Setiap bulannya, akan diberikan reward kepada warga yang menjadi promotor kebersihan
RT-nya, serta punishment bagi warga yang enggan mengikuti kebersihan ini dan yang masih
terbiasa membuang sampah sembarangan. Punishment ini diberikan setiap harinya kepada
pelaku buang sampah sembarangan.

- Usai kegiatan, akan diadakan evaluasi mengenai kemajuan dan perubahan sikap dari
masyarakat. Evaluasi dilakukan oleh Togamas didampingi oleh penyuluh.

Monitoring dilaksanakan secara rutin mulai dari perencanaan program, sampai dengan
program ini dilaksanakan dan seterusnya selama program ini masih terus berjalan.

Anggaran Biaya

- Untuk percetakan poster dan leaflet yang disebarkan ke Desa Mekar akan mengeluarkan
biaya sekitar Rp 100.000. Poster dan leaflet tersebut hanya diebarkan pada awal pelaksanaan
program.

- Untuk biaya implementasi (konsumsi, transportasi, dll), diperkirakan akan mengeluarkan


biaya sebesar Rp 150.000 per minggu.

- Untuk reward per bulan biayanya diperkirakan sekitar Rp 200.000.

- Pemasukan didapatkan dari iuran rutin dan swadaya dari masyarakat. Mengapa diambil
dari swadaya? Karena pada masyarakat desa, umumnya mereka masih memiliki rasa gotong
royong yang besar dan rasa “sungkan” kepada tetangganya. Biasanya mereka lebih senang
apabila diikutsertakan dalam hal-hal yang berkaitan dengan kerja sama.

Peran dan Tanggungjawab Partner

Program ini bekerja sama dengan Dinas Kesehatan beserta Dinas Kebersihan dan
Lingkungan Hidup.
3. Rencana Evaluasi dan Monitoring

Evaluasi program adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk melihat tingkat
keberhasilan program. Apabila program yang ada dirasa masih kurang baik, maka bisa dilakukan
evaluasi sehingga dapat diambil keputusan bagaimana cara untuk memperbaikinya. Evaluasi
dilaksanakan mulai dari tahap awal perencanaan program, sampai dengan seterusnya selama
program masih dijalankan. Pada tahap awal, dapat dilakukan dengan melakukan pre-test
kepada masyarakat mengenai pengetahuan mereka mengenai sampah, seperti bagaimana cara
mereka membuangnya, cara memanfaatkannya, dan sebagainya. Sedangkan evaluasi pada
tahap pelaksanaan dapat dilakukan dengan post-test, dimana pertanyaan yang diberikan sama
dengan pertanyaan pada pre-test. Diharapkan jawaban dari masyarakat menjadi lebih baik
setelah mendapatkan sosialisasi dan informasi dari kegiatan ini.

Monitoring dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mengikuti suatu program dan
pelaksanaannya secara mantap, teratur dan terus-menerus dengan cara mendengar, melihat
dan mengamati, serta mencatat keadaan serta perkembangan program tersebut

Kegiatan monitoring dimaksudkan untuk mengetahui kecocokan dan ketepatan kegiatan


yang dilaksanakan dengan rencana yang telah disusun. Pada umumnya, monitoring dilakukan
bersamaan dengan evaluasi program. Monitoring berkaitan dengan pengawasan, supervisi, dan
mempunyai hubungan erat dengan penilaian program.

2.3 Pengembangan dan Uji Coba

2.3.1 Pengembangan

Guideline

Menyusun kerangka program yang sudah ada. Dengan menambahkan adanya reward dan
punisment sebagai pendorong untuk melakukan tindakan bersih dan sehat tanpa sampah.
Alat dan bahan

Program yang akan dijalankan adalah program “Desa Bebas Sampah.” Alat dan bahan
yang dibutuhkan antara lain :

Alat-alat pendukung penyuluhan tentang masalah sampah dan solusinya serta


mengenalkan program “Desa Bebas Sampah” yang akan dilaksanakan.

Modul

Segala sesutau yang dibutuhkan dalam pemberian informasi kepada masyarakat, bisa
berupa bahan bacaan atau alat peraga yang sebelumnya telah diuji cobakan kepada sasaran
sekunder.

Media

Media yang digunakan adalah leaflet yang disebarkan di setiap desa dan poster yang
dipasang di tempat-tempat umum yang biasa menjadi tempat berkumpulnya warga, misalnya
di balai desa, toko, warung, poskamling dan tempat umum lainnya. Kemudian diadakan
kegiatan semacam training bagi warga mengenai apa yang dibahas dalam leaflet yang telah
diterima masyarakat dan poster yang telah ditempel di berbagai tempat umum. Dari kegiatan
tersebut diharapkan ada kesadaran dari masyarakat akan pentingnya hidup bersih dan sehat
tanpa sampah yang berserakan dimana - mana.

2.3.2 Uji Coba

2.3.2.1 Stakeholder yang sesuai dengan target

Dinas Kesehatan, tokoh agama, tokoh masyarakat, serta tokoh lain yang berpengaruh,
diharapkan mampu memberikan masukan mengenai pentingnya membuang sampah
pada tempatnya, serta memberi masukan demi kelancaran program.

2.3.2.2 Sasaran
Sasaran primer : masyarakat luas

Sasaran sekunder : tokoh agama, tokoh masyarakat, serta tokoh lain yang medukung
kelancaran program

2.3.2.3 FGD

Dengan membentuk kelompok-kelompok kecil untuk membahas permasalahan sampah.


Dari diskusi kelompok tersebut, diharapkan pembuat program memperoleh kritik dan
saran yang dapat digunakan sebagai acuan untuk membuat program menjadi lebih baik.

2.3.2.4 Revisi

Revisi dilakukan setelah tahap uji coba program “Desa Bebas Sampah” terlaksana.
Apabila dalam uji terdapat kesalahan, maka akan dilakukan perbaikan sesuai dengan
kebutuhan.

2.3.2.5 Uji Coba Ulang

Uji coba ulang dilakukan setelah revisi selesai. Dimana program yang telah direvisi telah
siap untuk diuji cobakan kembali sebelum akhirnya dilaksanakan.

2.4 Implementasi dan Monitoring

2.4.1 Produksi dan Sebar

Dalam program ini, terdapat berbagai macam kegiatan yang akan dilakukan, seperti :

- Sosialisasi pentingnya tidak membuang sampah sembarangan, terutama di depan rumah


dan di sungai.

- Penyuluhan untuk menumbuhkan jiwa enterpreneur dengan pemanfaatan sampah.

- Melakukan kegiatan kerja bakti rutin pada setiap minggu.


- Memilih RT mana yang paling bersih dan paling mampu memanfaatkan sampah seperti
yang telah dijelaskan oleh penyuluh.

- Setiap bulannya, memberikan reward kepada warga yang menjadi promotor kebersihan
RT-nya, serta memberikan punishment bagi warga yang enggan mengikuti kebersihan ini dan
yang masih terbiasa membuang sampah sembarangan. Punishment ini diberikan setiap harinya
kepada pelaku buang sampah sembarangan.

Untuk memperlancar jalannya kegiatan demi keberhasilan program, dibutuhkan cara


untuk menyebarkan informasi pelaksanaan kegiatan kepada masyarakat. Pembuat program
bisa menyebarkan informasi ini melalui media cetak, seperti poster dan leaflet. Selain itu, bisa
juga dengan menulis artikel-artikel yang berkenaan dengan sampah dan kebersihan lingkungan
untuk selanjutnya diinfromasikan kepada masyarakat.

2.4.2 Latih Petugas Lapang

Melakukan pelatihan terhadap penyuluh. Penyuluh harus dilatih agar dapat


menyampaikan informasi yang sesuai dengan cara yang menarik, sehingga timbul rasa percaya
dalam diri masyarakat terhadap apa yang disampaikan oleh penyuluh. Hal-hal yang perlu dilatih
antara lain :

Kemampuan untuk menyampaikan materi

Kemampuan untuk mengajak (secara persuasif) dengan retorika serta bahasa


penyampaian yang mudah diterima masyarakat sehingga kesadaran masyarakat akan
terbentuk untuk hidup bersih dan sehat tanpa sampah dengan diadakannya kerja bakti
tiap minggunya.

Kemampuan untuk mensuasanakan masyarakat agar terus bersemangat dan memiliki


optimisme bahwa program ini akan berjalan dengan lancar dan berhasil, bukan hanya
sekedar euforia belaka (sementara).

Kemampuan untuk menjadi pendengar yang baik serta hadir sebagai pemberi solusi
masalah sampah yang ada di lingkungan mereka.
2.4.3 Kerahkan Partisipasi Kunci

Dalam program ini, bisa dihadirkan perwakilan dari Dinas Kesehatan atau Dinas Kebersihan
dan Lingkugan Hidup untuk memberikan informasi mengenai sampah, misalnya mengenai
dampak membuang sampah sembarangan dan manfaat dari membuang sampah pada
tempatnya. Selain itu bisa juga dihadirkan orang-orang yang dulunya mempunyai kebiasaan
membuang sampah sembarangan dan sekarang telah menjadi orang yang sukses karena
sampah. Kesuksesan mereka dapat setelah mengetahui bagaimana cara memanfaatkan sampah
dengan baik, misalnya dengan cara daur ulang. Dengan kehadiran orang-orang seperti ini,
diharapkan dapat memotivasi masyarakat untuk lebih perhatian terhadap sampah dan bukan
membuangnya sembarangan.

2.4.4 Manage dan Monitoring Program

Dalam tahap ini, kembali diadakan pre-test dan post-test untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh program terhadap masyarakat. Dengan hasil pre-test dan pos-test, pembuat
program dapat mengetahui apa saja kekurangan-kekurangan dalam program, sehingga dapat
dilakukan evaluasi mencakup seluruh aspek yang mendukung program. Misalnya, setelah
evaluasi diketahui masih terdapat kekurangan pada pihak panitia dalam mempersiapkan
tempat atau keperluan lain. Akhirnya pada kegiatan selanjutnya, pihak panitia diharapkan
dapat mengantisipasi kesalahan agar kegiatan dapat berjalan lebih baik.

2.4.5 Pengembangan Program Berdasarkan Hasil Monitoring

Pada tahap 2, terdapat beberapa kegiatan yang mendukung berjalannya program. Salah
satunya yakni sosialisasi pentingnya tidak membuang sampah sembarangan, terutama di depan
rumah dan di sungai. Dalam melakukan sosialisasi ini, penyuluh terlalu kaku saat
menyampaikan materinya. Sehingga masyarakat kurang tertarik dengan apa yang disampaikan.
Untuk itu, penyuluh diberikan pelatihan kembali agar pada kegiatan yang selanjutnya, penyuluh
dapat menyampaikan informasi dengan lebih baik dan menarik.
2.5 Evaluasi

2.5.1 Evaluasi Untuk Mencapai Tujuan

Dalam evaluasi ini, pembuat program menilai hasil realisasi program. Dimana dilihat
bagaimana keterkaitan antara perencanaan dengan implementasi dari program. Dengan
melakukan evaluasi, dapat diketahui masalah-masalah apa saja yang timbul dalam
implementasi dari program, meliputi :

a. Pemateri

Pada tahap perencanaan, diharapkan pemateri dapat menyampaikan informasi dengan


baik dan menarik, sedangkan dalam implementasinya, pemateri tidak mampu melakukannya.
Sehingga untuk mendapatkan kemampan pemateri sesuai yang diharapkan, maka harus
dilakukan pelatihan ulang kepada pemateri. Namun apabila setelah mendapatkan pelatihan
ulang si pemateri masih saja belum mampu menyampaikan informasi dengan baik dan menarik,
maka program ini dapat dilanjutkan melalui media yang ada.

b. Audience / masyarakat

Pada saat pelaksanaan, bisa terjadi berbagai macam persoalan dalam program ini
mengenai masyarakatnya. Contohnya, masyarakat yang masih pasif dan belum bisa
memberikan usulan-usulan tentang bagaimana cara untuk mengembangkan program.
Masyarakat yang pasif ini bisa terjadi karena mereka masih belum berusaha menyampaikan
pendapat atau aspirasinya dalam diskusi yang dilakukan atau dalam kegitan-kegiatan yang
dilaksanakan.

c. Media

Adanya kesalahan dalam penggunaan media. Contohnya, leaflet yang ditempel dan
bukannya diberikan kepada masyarakat secara langsung.

2.5.2 Analisa Efek Semua Aktifitas dan Media


Dalam evaluasi ini, dilihat apakah program yang dilaksanakan telah mampu
menyelesaikan masalah atau belum. Di sini, pembuat program menyusun report atau laporan
peran program terhadap peningkatan perilaku masyarakat. Setelah dilaksanakan, program ini
telah memberikan dampak positif bagi perubahan perilaku masyarakat dari yang kurang
memperhatikan sampah menjadi peduli dengan masalah sampah yang sejatinya dapat
menimbulkan berbagai macam penyakit. Meskipun telah dapat merubah perilaku masyarakat
menjadi lebih baik, namun dalam program ini perlu adanya variasi kegiatan yang dapat
membuat masyarakat terus-menerus mempertahankan perilaku yang baik ini.

2.6 Rencana Ulang

2.6.1 Program Improvement

Program ini membutuhkan saran/masukan yang didapat dari hasil evaluasi sebelumnya,
yakni :

a. Pemateri/penyuluh yang masih kaku

Untuk mengatasi ini, akan dilakukan pelatihan lagi terhadap pemateri/penyuluh agar bisa
lebih luwes dalam menyampaikan informasi. Selain itu juga dengan melakukan pengembangan
media.

b. Audience / masyarakat

Untuk masyarakat yang masih kurang aktif (pasif) dalam menyampaikan aspirasinya, bisa
diberikan pelatihan juga kepada masyarakat. Pelatihan ini dapat berupa pelatihan berbicara di
depan umum. Selain itu, untuk masyarakat yang memang benar-benar kurang mampu
berbicara di depan umum karena malu, dapat diberikan pelatihan bagaimana cara menuliskan
aspirasi/pendapatnya dalam sebuah surat yang bisa dimasukkan ke dalam kotak-kotak kecil
dengan nama “Kotak Aspirasi”. Kotak-kotak ini disediakan panitia untuk masyarakat yang ingin
menuliskan aspirasi/pendapatnya.
c. Media

Untuk ini, penyuluh diberikan pengetahuan juga tentang bagaimana cara menggunakan
leaflet, poster, dan media-media yang lain agar tidak terjadi kesalahan yang sama.

2.6.2 Masukan Bagi Program Selanjutnya

Dalam implementasi pada program selanjutnya, dengan adanya program improvement


dapat membuat program ini berjalan lebih lancar dan lebih baik dari sebelumnya.

Sebelum melakukan penyuluhan kegiatan, pemateri/ penyuluh, benar-benar dilatih


supaya dapat menyampaikan materi dengan baik.

Menyediakan “Kotak Aspirasi” untuk masyarakat sebagai alat untuk menyampaikan


aspirasi/pendapatnya.

Menggunakan media sesuai dengan fungsi dan tempatnya. Contohnya, leaflet untuk
dibagikan secara langsung pada masyarakat, poster untuk ditempel, dan lain
sebagainya.

2.6.3 Hasil dan Dampak

Hasil yang telah didapatkan dari program ini adalah adanya kebiasaan masyarakat yang
positif yaitu rutin untuk kerja bakti bersama sebagai wujud kepedulian terhadap kesehatan
lingkungan mereka dari sampah. Apalagi dengan adanya reward yang menambah semangat
warga untuk berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik dalam program ini serta adanya
punishment yang nantinya akan membuat orang jera untuk melakukan pelanggaran membuang
sampah sembarangan. Jadi ada kontrol dari masyrakat dan panitia program dalam mengawasi
jalannya program ini.

Dampak yang dihasilkan dari program ini adalah semakin banyak warga yang tersadarkan
dan tergerak untuk peduli dengan kesehatan lingkungan dari sampah serta mengembangkan
kreativitas warga dalam memanfaatkan sampah yang masih bisa di daur ulang sebgai
penghasilan tambahan bagi mereka.
2.6.4 Sebarkan Hasil

Segala kegiatan yang mencakup program ini, terutama ketika pelaksanaannya, dibuatlah
dokumentasi mengenai jalannya pelaksanaan program ini yaitu kerja bakti tiap minggu serta
dibua juga reportase tentang program tersebut ketika dilaksanakan. Meliput berbagai foto
warga yang sedang kerja bakti, foto warga yang mendapat reward atau punishment sehingga
warga yang lain pun ikut tergerak untuk ikut serta dalam program ini. Kemudian bentuk
komunitas di jejaring sosial misalnya facebook untuk menyebarkan opini tentang program yang
dijalankan dengan mengunggah berbagai foto kegiatan, hasil dari kreativitas warga sebagai
bukti program tersebut dijalankan dan terbukti membawa dampak yang positif sehingga
membuat warga yang lain tertarik untuk membuat program yang serupa. Jika ada kemungkinan
kritik dan saran maka dapat menjadi evaluasi bagi program ini untuk dikembangkan lebih baik
ke depannya. Dengan demikian,semakin banyak orang tertarik dan tersadarkan akan
pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dari sampah. Sehingga lingkungan bersih bebas
sampah dapat terwujud.

2.6.5 Tentukan Kebutuhan yang Akan Datang

Setelah dilakukannya evaluasi, dapat diketahui kebutuhan warga mengingat masyarakat


adalah dinamis, jadi dapat berubah-ubah seiring dengan perkembangan zaman sehingga perlu
adanya revisi dari program ini. Dengan demikian kebutuhan masyarakat yang terus menerus
berubah – ubah membuat program ini harus senantiasa dikembangkan. Adapun beberapa
kebutuhan yang akan datang dari program ini:

a. Perlunya adanya variasi kegiatan dalam program ini agar masyarakat tidak jenuh,
misalnya seskali menghadirkan tokoh-tokoh yang terkenal akan intelektualnya yang dapat
memotivasi warga untuk hidup bersih.

b. Perlunya adanya variasi reward yang dapat membuat warga semakin termotivasi.

c. Perlunya adanya bincang-bincang khusus antar warga dan panitia program guna
mendengarkan keluhan atau kritikan atas program yang dijalankan.
2.6.6 Revisi dan Re-design Program

Kelemahan dalam program ini adalah adanya potensi kejenuhan dari warga atas program
ini karena hanya sebagai rutinitas tiap minggu. Jika dilihat dari prosesnya, program ini
sebenarnya mampu untuk menarik minat masyarakat untuk hidup bersih, namun tidak
menutup kemungkinan adanya kejenuhan dari masyarakat akan kegiatan yang monoton. Tetapi
hal ini bisa dicegah dengan adanya pengembangan program sesuai dengan masyarakat yang
dinamis yang telah disebutkan di pembahasan sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai