Semester : 2 (dua)
2.1 Analisis
Pemerintah telah membuat kebijakan untuk menangani masalah sampah yang semakin
merisaukan masyarakat, seperti adanya Undang-Undang No.32 tahun 2009 mengenai
Lingkungan Hidup, pemberian penghargaan Kalpataru dan Adipura. Sebenarnya kebijakan-
kebijakan yang telah dicanangkan sudah baik, akan tetapi masyarakat saja yang kurang
kesadarannya untuk ikut serta dalam menangani sampah. Mereka hanya berkoak-koak tanpa
melakukan apapun dalam menghadapi sampah, dan akhirnya mengeluh pada pemerintah
ketika sampah yang mereka hasilkan telah menimbulkan banyak kerugian. Misalnya,
masyarakat sekitar sungai sering membuang sampahnya ke sungai. Akibatnya sungai dipenuhi
sampah, airnya kotor, alirannya pun tidak lancar. Ketika hujan tiba, banjir pun tidak dapat
dielakkan. Rumah masyarakat sekitar sungai akhirnya terendam banjir. Apabila kejadian ini
terjadi, tak ayal mayarakat juga yang dirugikan. Masyarakat yang menciptakan, masyarakat juga
yang menerima akibatnya. Belum berhasilnya kebijakan yang ada dikarenakan sinergi antara
kebijakan yang dibuat pemerintah bersama kepedulian masyarakat terhadap lingkungan.
- Diare, kolera, dan tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah
dengan pengelolaan tidak tepat dapat mencemari air tanah yang biasa di minum masyarakat.
Penyakit DBD (Demam Berdarah) dapat juga meningkat dengan cepat di daerah dengan
pengelolaan sampahnya yang tidak memadai.
- Selama ini ada anggapan bahwa sampah menimbulkan pemanasan global. Berdasarkan
penelitian anggapan tersebut tidak 100% benar. Sampah yang dibuang begitu saja berkontribusi
dalam mempercepat pemanasan global, karena sampah dapat menghasilkan gas metan (CH4)
yang dapat merusak atmosfer bumi. Rata-rata tiap satu ton sampah padat menghasilkan 50 kg
gas metan. Gas metan itu sendiri mempunyai kekuatan merusak hingga 20-30 kali lebih besar
dari karbondioksida (CO2). Gas metan berada di atmosfer selama sekitar 7-10 tahun dan dapat
meningkatkan suhu sekitar 1,30 C per tahun.
- Sampah dapat menyebabkan banjir. Sampah yang dibuang sembarangan, salah satunya
yang dibuang ke sungai atau aliran air lainnya. Lama kelamaan akan menumpuk dan
menyumbat aliran air, sehingga air tidak dapat mengalir dengan lancar dan akan meluap
menyebabkan banjir.
o Halangan perubahan:
Tempat yang kotor dan memang sudah banyak sampahnya. Tempat yang asal mulanya
terdapat banyak sampah, bisa membuat orang yakin bahwa membuang sampah
sembarangan diperbolehkan di tempat itu. Jadi, warga sekitar tanpa ragu untuk
membuang sampahnya di tempat itu.
Norma dari lingkungan sekitar seperti keluarga, sekolah, masyarakat, atau bahkan
tempat pekerjaan. Pengaruh lingkungan merupakan suatu faktor besar di dalam
munculnya suatu perilaku. Contohnya, pengaruh lingkungan seperti membuang sampah
sembarangan, akan menjadi faktor besar dalam munculnya perilaku membuang sampah
sembarangan.
Perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh lingkungan dan kesadaran dari dirinya
sendiri. Contohnya si A tinggal di lingkungan yang terbiasa dengan hidup bersih dan
selalu menjaga kebersihan. Ketika si A berada pada lingkungan yang berlawanan dengan
lingkungan awalnya, dia akan berusaha untuk merubah atau memperbaiki lingkungan
tersebut sesuai dengan lingkungan yang diharapkannya atau dia pindah ke lingkungan
yang sesuai dengan harapannya.
Pengaruh lingkungan merupakan salah satu faktor penyebab munculnya suatu perilaku
membuang sampah sembarangan. Masalah membuang sembarangan sudah menjadi
pola perilaku di masyarakat yang biasa karena banyak orang melakukannya.
Malas
Media komunikasi sudah menjangkau masyarakat dengan baik. Jadi, program ini selain
diberikan secara langsung pada masyarakat, juga dapat dilakukan melalui media.
Dalam menangani masalah sampah ini, sudah banyak poster ataupun leaflet yang
disebarkan guna memberikan informasi. Tetapi, nampaknya masih banyak dari masyarakat
yang belum memiliki kesadaran untuk selalu membuang sampah di tempat yang disediakan.
Penyuluh
Penyuluh memerlukan pelatihan mengenai program ini agar dapat melakukan
penyuluhan dengan baik dan menarik, sehingga penerima pesan atau sasaran dapat menerima
informasi yang diberikan dengan baik pula. Selain itu, penyuluh yang baik, juga dapat
memunculkan rasa percaya dalam diri masyarakat tentang informasi yang diberikan.
Teori SMART
bermunculan akibat sampah, selain itu juga untuk meningkatkan nilai estetika
Achieveable yaitu keyakinan yang dimiliki untuk mencapai target, yakni memiliki
keyakinan bahwa dengan adanya program ini, kebiasaan buruk masyarakat dapat
dirubah.
Realistic yaitu dengan adanya program ini diharapkan hampir 50% dari masyarakat yang
dituju, dapat membiasakan diri membuang sampah pada tempatnya.
2.2.2 Segmentasi
2.2.3 Sasaran
a. Sasaran primer
Pada kegiatan ini yang menjadi sasaran primernya adalah masyarakat luas.
b. Sasaran sekunder
Tokoh masyarakat, tokoh agama, dan tokoh-tokoh lain yang dapat memberikan pengaruh
besar kepada masyarakat luas.
Model perubahan perilaku yang dimungkinkan adalah Model Kurt Lewin. Dimana menurut
Lewin, perilaku manusia adalah suatu keadaan yang seimbang antara kekuatan pendorong
(driving forces) dan kekuatan penahan (resisting forces). Teori ini dinamakan (force field
analysis).
Membuang sampah sembarangan memang bukanlah hal yang amat tabu sekarang. Bahkan
telah menjadi kebiasaan dari banyak orang. Program ini diciptakan, disosialisasikan,
dilaksanakan guna untuk mengurangi dan menghilangkan kebiasaan ini. Karena, semakin
banyak orang yang membuang sampah sembarangan, maka akan semakin banyak pula masalah
yang timbul, misalnya :
Sampah di sungai, akan menyebabkan aliran air tidak lancar. Akibatnya terjadi banjir.
Tumpukan sampah dapat digunakan sebagai sarang vektor dan rodent, sehingga
berbagai penyakit akan bermunculan. Contohnya : diare, kolera, tifus, dll.
Apabila masyarakat masih saja membuang sampahnya sembarangan, maka masalah yang
timbul akan semakin parah. Jadi dengan adanya program ini, diharapkan perilaku masyarakat
akan berubah, sehingga masalah akan berkurang, kesehatan masyarakat pun terjaga.
d) Menentukan Posisi
Material
Untuk melakukan hal-hal diatas kita harus mempunyai sebuah kiat-kiat dalam pelaksanaan
kegiatan tersebut, antara lain:
1. Menentukan saluran
Saluran atau media merupakan salah satu hal yang menunjang keberhasilan sebuah
program atau kegiatan. Dalam kegiatan ini saluran atau media yang dapat digunakan adalah
poster, leaflet, iklan di media massa, serta lewat pendidikan mengenai kebiasaan membuang
sampah dengan benar sedini mungkin.
Jadwal kerja kegiatan “Desa Bebas Sampah” yang dilaksanakan di Desa Mekar :
- Setiap bulannya, akan diberikan reward kepada warga yang menjadi promotor kebersihan
RT-nya, serta punishment bagi warga yang enggan mengikuti kebersihan ini dan yang masih
terbiasa membuang sampah sembarangan. Punishment ini diberikan setiap harinya kepada
pelaku buang sampah sembarangan.
- Usai kegiatan, akan diadakan evaluasi mengenai kemajuan dan perubahan sikap dari
masyarakat. Evaluasi dilakukan oleh Togamas didampingi oleh penyuluh.
Monitoring dilaksanakan secara rutin mulai dari perencanaan program, sampai dengan
program ini dilaksanakan dan seterusnya selama program ini masih terus berjalan.
Anggaran Biaya
- Untuk percetakan poster dan leaflet yang disebarkan ke Desa Mekar akan mengeluarkan
biaya sekitar Rp 100.000. Poster dan leaflet tersebut hanya diebarkan pada awal pelaksanaan
program.
- Pemasukan didapatkan dari iuran rutin dan swadaya dari masyarakat. Mengapa diambil
dari swadaya? Karena pada masyarakat desa, umumnya mereka masih memiliki rasa gotong
royong yang besar dan rasa “sungkan” kepada tetangganya. Biasanya mereka lebih senang
apabila diikutsertakan dalam hal-hal yang berkaitan dengan kerja sama.
Program ini bekerja sama dengan Dinas Kesehatan beserta Dinas Kebersihan dan
Lingkungan Hidup.
3. Rencana Evaluasi dan Monitoring
Evaluasi program adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk melihat tingkat
keberhasilan program. Apabila program yang ada dirasa masih kurang baik, maka bisa dilakukan
evaluasi sehingga dapat diambil keputusan bagaimana cara untuk memperbaikinya. Evaluasi
dilaksanakan mulai dari tahap awal perencanaan program, sampai dengan seterusnya selama
program masih dijalankan. Pada tahap awal, dapat dilakukan dengan melakukan pre-test
kepada masyarakat mengenai pengetahuan mereka mengenai sampah, seperti bagaimana cara
mereka membuangnya, cara memanfaatkannya, dan sebagainya. Sedangkan evaluasi pada
tahap pelaksanaan dapat dilakukan dengan post-test, dimana pertanyaan yang diberikan sama
dengan pertanyaan pada pre-test. Diharapkan jawaban dari masyarakat menjadi lebih baik
setelah mendapatkan sosialisasi dan informasi dari kegiatan ini.
Monitoring dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mengikuti suatu program dan
pelaksanaannya secara mantap, teratur dan terus-menerus dengan cara mendengar, melihat
dan mengamati, serta mencatat keadaan serta perkembangan program tersebut
2.3.1 Pengembangan
Guideline
Menyusun kerangka program yang sudah ada. Dengan menambahkan adanya reward dan
punisment sebagai pendorong untuk melakukan tindakan bersih dan sehat tanpa sampah.
Alat dan bahan
Program yang akan dijalankan adalah program “Desa Bebas Sampah.” Alat dan bahan
yang dibutuhkan antara lain :
Modul
Segala sesutau yang dibutuhkan dalam pemberian informasi kepada masyarakat, bisa
berupa bahan bacaan atau alat peraga yang sebelumnya telah diuji cobakan kepada sasaran
sekunder.
Media
Media yang digunakan adalah leaflet yang disebarkan di setiap desa dan poster yang
dipasang di tempat-tempat umum yang biasa menjadi tempat berkumpulnya warga, misalnya
di balai desa, toko, warung, poskamling dan tempat umum lainnya. Kemudian diadakan
kegiatan semacam training bagi warga mengenai apa yang dibahas dalam leaflet yang telah
diterima masyarakat dan poster yang telah ditempel di berbagai tempat umum. Dari kegiatan
tersebut diharapkan ada kesadaran dari masyarakat akan pentingnya hidup bersih dan sehat
tanpa sampah yang berserakan dimana - mana.
Dinas Kesehatan, tokoh agama, tokoh masyarakat, serta tokoh lain yang berpengaruh,
diharapkan mampu memberikan masukan mengenai pentingnya membuang sampah
pada tempatnya, serta memberi masukan demi kelancaran program.
2.3.2.2 Sasaran
Sasaran primer : masyarakat luas
Sasaran sekunder : tokoh agama, tokoh masyarakat, serta tokoh lain yang medukung
kelancaran program
2.3.2.3 FGD
2.3.2.4 Revisi
Revisi dilakukan setelah tahap uji coba program “Desa Bebas Sampah” terlaksana.
Apabila dalam uji terdapat kesalahan, maka akan dilakukan perbaikan sesuai dengan
kebutuhan.
Uji coba ulang dilakukan setelah revisi selesai. Dimana program yang telah direvisi telah
siap untuk diuji cobakan kembali sebelum akhirnya dilaksanakan.
Dalam program ini, terdapat berbagai macam kegiatan yang akan dilakukan, seperti :
- Setiap bulannya, memberikan reward kepada warga yang menjadi promotor kebersihan
RT-nya, serta memberikan punishment bagi warga yang enggan mengikuti kebersihan ini dan
yang masih terbiasa membuang sampah sembarangan. Punishment ini diberikan setiap harinya
kepada pelaku buang sampah sembarangan.
Kemampuan untuk menjadi pendengar yang baik serta hadir sebagai pemberi solusi
masalah sampah yang ada di lingkungan mereka.
2.4.3 Kerahkan Partisipasi Kunci
Dalam program ini, bisa dihadirkan perwakilan dari Dinas Kesehatan atau Dinas Kebersihan
dan Lingkugan Hidup untuk memberikan informasi mengenai sampah, misalnya mengenai
dampak membuang sampah sembarangan dan manfaat dari membuang sampah pada
tempatnya. Selain itu bisa juga dihadirkan orang-orang yang dulunya mempunyai kebiasaan
membuang sampah sembarangan dan sekarang telah menjadi orang yang sukses karena
sampah. Kesuksesan mereka dapat setelah mengetahui bagaimana cara memanfaatkan sampah
dengan baik, misalnya dengan cara daur ulang. Dengan kehadiran orang-orang seperti ini,
diharapkan dapat memotivasi masyarakat untuk lebih perhatian terhadap sampah dan bukan
membuangnya sembarangan.
Dalam tahap ini, kembali diadakan pre-test dan post-test untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh program terhadap masyarakat. Dengan hasil pre-test dan pos-test, pembuat
program dapat mengetahui apa saja kekurangan-kekurangan dalam program, sehingga dapat
dilakukan evaluasi mencakup seluruh aspek yang mendukung program. Misalnya, setelah
evaluasi diketahui masih terdapat kekurangan pada pihak panitia dalam mempersiapkan
tempat atau keperluan lain. Akhirnya pada kegiatan selanjutnya, pihak panitia diharapkan
dapat mengantisipasi kesalahan agar kegiatan dapat berjalan lebih baik.
Pada tahap 2, terdapat beberapa kegiatan yang mendukung berjalannya program. Salah
satunya yakni sosialisasi pentingnya tidak membuang sampah sembarangan, terutama di depan
rumah dan di sungai. Dalam melakukan sosialisasi ini, penyuluh terlalu kaku saat
menyampaikan materinya. Sehingga masyarakat kurang tertarik dengan apa yang disampaikan.
Untuk itu, penyuluh diberikan pelatihan kembali agar pada kegiatan yang selanjutnya, penyuluh
dapat menyampaikan informasi dengan lebih baik dan menarik.
2.5 Evaluasi
Dalam evaluasi ini, pembuat program menilai hasil realisasi program. Dimana dilihat
bagaimana keterkaitan antara perencanaan dengan implementasi dari program. Dengan
melakukan evaluasi, dapat diketahui masalah-masalah apa saja yang timbul dalam
implementasi dari program, meliputi :
a. Pemateri
b. Audience / masyarakat
Pada saat pelaksanaan, bisa terjadi berbagai macam persoalan dalam program ini
mengenai masyarakatnya. Contohnya, masyarakat yang masih pasif dan belum bisa
memberikan usulan-usulan tentang bagaimana cara untuk mengembangkan program.
Masyarakat yang pasif ini bisa terjadi karena mereka masih belum berusaha menyampaikan
pendapat atau aspirasinya dalam diskusi yang dilakukan atau dalam kegitan-kegiatan yang
dilaksanakan.
c. Media
Adanya kesalahan dalam penggunaan media. Contohnya, leaflet yang ditempel dan
bukannya diberikan kepada masyarakat secara langsung.
Program ini membutuhkan saran/masukan yang didapat dari hasil evaluasi sebelumnya,
yakni :
Untuk mengatasi ini, akan dilakukan pelatihan lagi terhadap pemateri/penyuluh agar bisa
lebih luwes dalam menyampaikan informasi. Selain itu juga dengan melakukan pengembangan
media.
b. Audience / masyarakat
Untuk masyarakat yang masih kurang aktif (pasif) dalam menyampaikan aspirasinya, bisa
diberikan pelatihan juga kepada masyarakat. Pelatihan ini dapat berupa pelatihan berbicara di
depan umum. Selain itu, untuk masyarakat yang memang benar-benar kurang mampu
berbicara di depan umum karena malu, dapat diberikan pelatihan bagaimana cara menuliskan
aspirasi/pendapatnya dalam sebuah surat yang bisa dimasukkan ke dalam kotak-kotak kecil
dengan nama “Kotak Aspirasi”. Kotak-kotak ini disediakan panitia untuk masyarakat yang ingin
menuliskan aspirasi/pendapatnya.
c. Media
Untuk ini, penyuluh diberikan pengetahuan juga tentang bagaimana cara menggunakan
leaflet, poster, dan media-media yang lain agar tidak terjadi kesalahan yang sama.
Menggunakan media sesuai dengan fungsi dan tempatnya. Contohnya, leaflet untuk
dibagikan secara langsung pada masyarakat, poster untuk ditempel, dan lain
sebagainya.
Hasil yang telah didapatkan dari program ini adalah adanya kebiasaan masyarakat yang
positif yaitu rutin untuk kerja bakti bersama sebagai wujud kepedulian terhadap kesehatan
lingkungan mereka dari sampah. Apalagi dengan adanya reward yang menambah semangat
warga untuk berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik dalam program ini serta adanya
punishment yang nantinya akan membuat orang jera untuk melakukan pelanggaran membuang
sampah sembarangan. Jadi ada kontrol dari masyrakat dan panitia program dalam mengawasi
jalannya program ini.
Dampak yang dihasilkan dari program ini adalah semakin banyak warga yang tersadarkan
dan tergerak untuk peduli dengan kesehatan lingkungan dari sampah serta mengembangkan
kreativitas warga dalam memanfaatkan sampah yang masih bisa di daur ulang sebgai
penghasilan tambahan bagi mereka.
2.6.4 Sebarkan Hasil
Segala kegiatan yang mencakup program ini, terutama ketika pelaksanaannya, dibuatlah
dokumentasi mengenai jalannya pelaksanaan program ini yaitu kerja bakti tiap minggu serta
dibua juga reportase tentang program tersebut ketika dilaksanakan. Meliput berbagai foto
warga yang sedang kerja bakti, foto warga yang mendapat reward atau punishment sehingga
warga yang lain pun ikut tergerak untuk ikut serta dalam program ini. Kemudian bentuk
komunitas di jejaring sosial misalnya facebook untuk menyebarkan opini tentang program yang
dijalankan dengan mengunggah berbagai foto kegiatan, hasil dari kreativitas warga sebagai
bukti program tersebut dijalankan dan terbukti membawa dampak yang positif sehingga
membuat warga yang lain tertarik untuk membuat program yang serupa. Jika ada kemungkinan
kritik dan saran maka dapat menjadi evaluasi bagi program ini untuk dikembangkan lebih baik
ke depannya. Dengan demikian,semakin banyak orang tertarik dan tersadarkan akan
pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dari sampah. Sehingga lingkungan bersih bebas
sampah dapat terwujud.
a. Perlunya adanya variasi kegiatan dalam program ini agar masyarakat tidak jenuh,
misalnya seskali menghadirkan tokoh-tokoh yang terkenal akan intelektualnya yang dapat
memotivasi warga untuk hidup bersih.
b. Perlunya adanya variasi reward yang dapat membuat warga semakin termotivasi.
c. Perlunya adanya bincang-bincang khusus antar warga dan panitia program guna
mendengarkan keluhan atau kritikan atas program yang dijalankan.
2.6.6 Revisi dan Re-design Program
Kelemahan dalam program ini adalah adanya potensi kejenuhan dari warga atas program
ini karena hanya sebagai rutinitas tiap minggu. Jika dilihat dari prosesnya, program ini
sebenarnya mampu untuk menarik minat masyarakat untuk hidup bersih, namun tidak
menutup kemungkinan adanya kejenuhan dari masyarakat akan kegiatan yang monoton. Tetapi
hal ini bisa dicegah dengan adanya pengembangan program sesuai dengan masyarakat yang
dinamis yang telah disebutkan di pembahasan sebelumnya.