Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sistem informasi kesehatan menurut WHO dalam buku “Design and
implementation of health information system” Geneva (2000), adalah suatu sistem
informasi kesehatan yang tidak dapat berdiri sendiri, melainkan sebagai bagian
dari suatu sistem kesehatan. Sistem informasi kesehatan yang efektif memberikan
dukungan informasi sebagai proses pengambilan keputusan di segala jenjang.
Untuk mendukung pelaksanaan sistem informasi kesehatan tersebut pada tahun
2002 pemerintah melalui Menteri Kesehatan pengembangan sistem informasi
kesehatan daerah (SIKDA)”.
Tujuan pembangunan nasional disusun dalam rencana pembangunan
jangka panjang nasional, hal ini tertuang dalam Undang-Undang nomor 17 tahun
2007 yang mempunyai tiga tujuan pembangunan nasional. Rencana pembangunan
jangka panjang nasional tersebut dibagi lagi setiap lima tahunan, atau disebut juga
rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) yang mana bertujuan
memantapkan pembangunan secara menyeluruh dimana salah satunya adalah
menekankan pembangunan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Kondisi ini
bisa dilihat dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah nomor 46 tahun 2014
tentang sistem informasi kesehatan, hal ini untuk melaksanakan ketentuan pasal
168 ayat (3) Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan.
Pada era globalisasi saat ini kebutuhan akan data dan informasi yang tepat,
akurat dan dapat dipertanggungjawabkan sangat dibutuhkan keberadaannya
karena merupakan sumber utama dalam pengambilan kebijakan untuk
mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Berkembangnya teknologi informasi
dan komunikasi merupakan kondisi positif yang akan sangat mendukung
berkembangnya sistem informasi kesehatan, hal ini juga sangat berguna dalam
pengambilan keputusan bisa lebih mudah jika semua informasi yang dibutuhkan
sudah tersedia. Untuk tujuan itu sistem informasi kesehatan perlu dibangun
dengan mengorganisir berbagai data yang telah dikumpulkan secara sistematik,
memproses data menjadi informasi yang berguna.

1
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang kami bahas adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana konsep pengembangan sistem informasi kesehatan?
2. Bagaimana Analisis dan perencanaan sistem informasi kesehatan?

1.3 TUJUAN
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep pengembangan sistem informasi kesehatan
dan menganalisis perancanangan sistem informasi kesehatan.

b. Tujuan Khusus
1. Untuk memenuhi tugas sistem informasi kesehatan.
2. Agar mahasiswa mengetahui cara pengembangan sistem
informasi kesehatan.
3. Agar mahasiswa mengetaui perancanangan sistem
informasi kesehatan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

KONSEP PENGEMBANGAN DAN ANALISIS PERANCANGAN SISTEM


INFORMASI KESEHATAN

A. Konsep-Konsep Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan (SIK)


Sistem informasi kesehatan harus dibangun untuk mengatasi kekurangan
maupun ketidakkompakan antar badan kesehatan. Dalam melakukan
pengembangan sistem informasi secara umum, ada beberapa konsep dasar yang
harus dipahami oleh para pengembang atau pembuat rancang bangun sistem
informasi (designer). Konsep-konsep tersebut antara lain:
1. Sistem Informasi Tidak Identik Dengan Sistem Komputerisasi
Pada dasarnya sistem informasi tidak bergantung kepada penggunaan
teknologi komputer. Sistem informasi yang memanfaatkan teknologi
komputer dalam implementasinya disebut sebagai Sistem Informasi
Berbasis Komputer (Computer Based Information System). Pada
pembahasan selanjutnya, yang dimaksudkan dengan sistem informasi adalah
sistem informasi yang berbasis komputer. Isu penting yang mendorong
pemanfaatan teknologi komputer atau teknologi informasi dalam sistem
informasi suatu organisasi adalah :
a. Pengambilan keputusan yang tidak dilandasi dengan informasi.
b. Informasi yang tersedia, tidak relevan.
c. Informasi yang ada, tidak dimanfaatkan oleh manajemen.
d. Informasi yang ada, tidak tepat waktu.
e. Terlalu banyak informasi.
f. Informasi yang tersedia, tidak akurat.
g. Adanya duplikasi data (data redundancy).
h. Adanya data yang cara pemanfaatannya tidak fleksibel.

3
2. Sistem Informasi Organisasi Adalah Suatu Sistem Yang Dinamis
Dinamika sistem informasi dalam suatu organisasi sangat ditentukan oleh
dinamika perkembangan organisasi tersebut. Oleh karena itu perlu disadari
bahwa pengembangan sistem informasi tidak pernah berhenti.
3. Sistem Informasi Sebagai Suatu Sistem Harus Mengikuti Siklus Hidup
Sistem
Seperti lahir, berkembang, mantap dan akhirnya mati atau berubah
menjadi sistem yang baru. Oleh karena itu, sistem informasi memiliki umur
layak guna. Panjang pendeknya umur layak guna sistem informasi tersebut
ditentukan diantaranya oleh :
a. Perkembangan organisasi tersebut
Makin cepat organisasi tersebut berkembang, maka kebutuhan
informasi juga akan berkembang sedemikian rupa sehingga sistem
informasi yang sekarang digunakan sudah tidak bisa lagi memenuhi
kebutuhan organisasi tersebut.
b. Perkembangan teknologi informasi
Perkembangan teknologi informasi yang cepat menyebabkan
perangkat keras maupun perangkat lunak yang digunakan untuk
mendukung beroperasinya sistem informasi tidak bisa berfungsi
secara efisien dan efektif. Hal ini disebabkan :
1) Perangkat keras yang digunakan sudah tidak di produksi lagi,
karena teknologinya ketinggalan jaman (outdated) sehingga
layanan pemeliharaan perangkat keras tidak dapat lagi dilakukan
oleh perusahaan pemasok perangkat keras.
2) Perusahaan pembuat perangkat lunak yang sedang digunakan,
sudah mengeluarkan versi terbaru. Versi terbaru itu umumnya
mempunyai feature yang lebih banyak, melakukan optimasi
proses dari versi sebelumnya dan memanfaatkan feature baru
dari perangkat keras yang juga telah berkembang. Meskipun
pada umumnya, perusahaan pengembang perangkat keras
maupun perangkat lunak tersebut, mecoba menjaga
kompatibilitas dengan versi terdahulu, namun kalau dilihat dari

4
sisi efektivitasnya, maka pemanfaatan infrastruktur tersebut
tidak efektif. Hal ini disebabkan karena feature-feature yang
baru tidak termanfaatkan dengan baik. Mengingat
perkembangan teknologi informasi yang berlangsung dengan
cepat, maka para pengguna harus sigap dalam memanfaatkan
dan menggunakan teknologi tersebut.
4. Perkembangan tingkat kemampuan pengguna (user) sistem informasi
Sistem informasi yang baik, akan dikembangkan berdasarkan tingkat
kemampuan dari para pemakai, baik dari sisi :
a. Tingkat pemahaman mengenai teknologi informasi,
b. Kemampuan belajar dari para pemakai, dan
c. Kemampuan beradaptasi terhadap perubahan sistem.
Dari sisi pemakai, dikenal istilah end-usercomputing (EUC). EUC adalah
pemakai yang melakukan pengembangan sistem untuk keperluan dirinya
sendiri. Mengingat bervariasinya kemampuan EUC dan sulitnya melakukan
pemantauan serta pengendalian terhadap EUC, maka EUC akan
menyebabkan masalah yang serius dalam
pengembangan maupun dalam pemeliharaan sistem informasi. Ancaman
yang paling serius adalah adanya disintegrasi sistem menjadi sistem yang
terfragmentasi.
5. Daya Guna Sistem Informasi Sangat Ditentukan Oleh Integritas Sistem
Informasi Itu Sendiri
Sistem informasi yang terpadu (integrated) mempunyai daya guna yang
tinggi, jika dibandingkan dengan sistem informasi yang terfragmentasi.
Usaha untuk melakukan integrasi sistem yang ada di dalam suatu organisasi
menjadi satu sistem yang utuh merupakan usaha yang berat dengan biaya
yang cukup besar dan harus dilakukan secara berkesinambungan.
Sinkronisasi antar sistem yang ada dalam sistem informasi itu, merupakan
prasyarat yang mutlak untuk dapat mendapatkan
sistem informasi yang terpadu.
Sistem informasi, pada dasarnya terdiri dari minimal 2 aspek yang harus
berjalan secara selaras, yaitu aspek manual dan aspek yang terotomatisasi

5
(aspek komputer). Pengembangan sistem informasi yang berhasil apabila
dilakukan dengan mengembangkan kedua aspek tersebut. Sering kali
pengembang sistem informasi hanya memfokuskan diri pada pengembangan
aspek komputernya saja, tanpa memperhatikan aspek manualnya. Hal ini di
akibatkan adanya asumsi bahwa aspek manual lebih mudah diatasi dari pada
aspek komputernya. Padahal salah satu faktor penentu keberhasilan
pengembangan sistem informasi adalah dukungan perilaku dari para
pengguna sistem informasi tersebut, dimana para pengguna sangat terkait
dengan sistem dan prosedur dari sistem informasi pada aspek manualnya.
6. Keberhasilan Pengembangan Sistem Informasi Sangat Bergantung Pada
Strategi Yang Dipilih Untuk Pengembangan Sistem Tersebut
Strategi yang dipilih untuk melakukan pengembangan sistem sangat
bergantung kepada besar kecilnya cakupan dan tingkat kompleksitas dari
sistem informasi tersebut. Untuk sistem informasi yang cakupannya luas
dan tingkat kompleksitas yang tinggi diperlukan tahapan pengembangan
seperti :
a. Penyusunan Rencana Induk Pengembangan
b. Pembuatan Rancangan Global
c. Pembuatan Rancangan Rinci
d. Implementasi, dan
e. Operasionalisasi.
Dalam pemilihan strategi harus dipertimbangkan berbagai faktor seperti:
a. Keadaan yang sekarang dihadapi
b. Keadaan pada waktu sistem informasi siap dioperasionalkan dan
keadaan dimasa mendatang
c. Antisipasi perkembangan organisasi dan perkembangan teknologi.
Ketidaktepatan dalam melakukan prediksi keadaan dimasa mendatang,
merupakan salah satu penyebab kegagalam implementasi dan
operasionalisasi sistem informasi.
7. Pengembangan Sistem Informasi Organisasi Harus Menggunakan
Pendekatan Fungsi Dan Dilakukan Secara Menyeluruh (Holistik)

6
Pada banyak kasus, pengembangan sistem informasi dilakukan dengan
menggunakan pendekatan struktur organisasi dan pada umumnya mereka
mengalami kegagalan, karena struktur organisasi sering kali kurang
mencerminkan semua fungsi yang ada didalam organisasi. Sebagai
pengembang sistem informasi hanya bertanggung jawab dalam
mengintegrasikan fungsi-fungsi dan sistem yang ada didalam organisasi
tersebut menjadi satu sistem informasi yang terpadu.
Pemetaan fungsi-fungsi dan sistem ke dalam unit-unit struktural yang ada
di dalam organisasi tersebut adalah wewenang dan tanggungjawab dari
pimpinan organisasi tersebut. Penyusunan rancang bangun/desain sistem
informasi seharusnya dilakukan secara menyeluruh sedangkan dalam
pembuatan aplikasi bisa dilakukan secara sektoral atau segmental menurut
prioritas dan ketersediaan dana. Pengembangan sistem yang dilakukan
segmental atau sektoral tanpa adanya desain sistem informasi yang
menyeluruh akan menyebabkan kesulitan dalam melakukan intergrasi
sistem.
8. Informasi Telah Menjadi Aset Organisasi
Dalam konsep manajemen modern, informasi telah menjadi salah satu
aset dari suatu organisasi, selain uang, SDM, sarana dan prasarana.
Penguasaan informasi internal dan eksternal organisasi merupakan salah
satu keunggulan kompetitif (competitive advantage), karena keberadaan
informasi tersebut :
a. Menentukan kelancaran dan kualitas proses kerja,
b. Menjadi ukuran kinerja organisasi/perusahaan,
c. Menjadi acuan yang pada akhirnya menentukan kedudukan/peringkat
organisasi tersebut dalam persaingan lokal maupun global.
9. Penjabaran Sistem Sampai Ke Aplikasi Menggunakan Struktur Hirarkis
Yang Mudah Dipahami
Dalam semua kepustakaan yang membahasa konsep sistem, hanya
dikenal istilah sistem dan subsistem. Hal ini akan menimbulkan kesulitan
dalam melakukan penjabaran sistem informasi yang cukup luas cakupannya.
Oleh karena itu, dalam penjabaran sering digunakan istilah sebagai berikut :

7
a. Sistem
b. Subsistem
c. Modul
d. Submodul
e. Aplikasi
Masing-masing subsistem dapat terdiri atas beberapa modul, masing-
masing modul dapat terdiri dari beberapa submodul dan masing-masing
submodul dapat terdiri dari beberapa aplikasi sesuai dengan kebutuhan.
Struktur hirarki seperti ini sangat memudahkan dari segi pemahaman
maupun penamaan. Pada beberapa kondisi tidak perlukan penjabaran
sampai 5 tingkat, misalnya sebuah modul tidak perlu lagi dijabarkan dalam
sub-sub modul, karena jabaran berikutnya sudah sampai tingkatan aplikasi.

B. Analisis dan perancangan system informasi kesehatan


1. Analisis sistem
Analisis system bertugas untuk menganalisis system informasi yang telah
ad, mengembangkannya dan menyusun system baru pada sub system yang
bermasalh dengan bantuan computer.
Analisis system adalah orang yang bertanggung jawab untuk
mempelajari informasi yang berhubungan dengan masalah-masalah yang
timbul dan mampu memberi jalan keluar sesuai dengan masalah yang
dihadapi.
Tugas utama dari seorang analis system ini adalah menganalisis system
yang telah ada, mengembangkannya dan menyusun system baru terutama
pada subsistem yang bermasalah dengan bantuan teknologi computer. Kunci
utama yang perlu diperhatikan adalah mengkombinasikan antara hasi
lanalisisnya dengan teknologi computer sehingga dapat menjelaskan
bagaimana sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan dengan
metodologi yang tersedia dan teknologi computer yang dimiliki dapat
memberikan hasil yan gterbaik dalam meningkatkan aktivitas perusahaan.

8
Tugas seorang analis system bukan saja menganalisis dan mendesain
system, tetapi lebih dari itu ia haruslah mampu menyajikan satu system
informasi manajemen yang terpadu.
Maka seorang analis system haruslah orang yang memiliki pengetahuan
yang terpadu antara aktivitas bisnis system informasi dan teknologi. Analis
system bukanlah seorang progremer yang ditugaskan/merasa mampu
membuat program mutakhir dengan computer untuk menyelesaikan
masalah.
Dalam menyusun system informasi manajemen suatu perusahaan
diperlikan orang yang mampu memahami apa itu system informasi
manajemen, masalah-masalah yang dihadapi dalam system informasi
manajemen perusahaan tersebut dan mampu memberikan solusi serta
menggabungkan solusi tersebut dengan bantuan teknologi computer.
Ada banyak istilah bagi analis system ini, seperti desainer system,
pengembang system, konsultsn system, konsultsn manajemen, analis
operasi, anallis informasi,analis bisnis, dan knowledge engineruntuk system
pakar tetapi yang paling sering digunakan di Indonesia adalah analis system.
2. Rancangan sistem
Setelah tahap analisis sistem selesai dilakukan, maka analisis sistem telah
mendapatkan gambaran dengan jelas apa yang harus dikerjakan. Tahap
desain sistem mempunyai dua tujuan utama, yaitu :
a. Untuk memenuhi kebutuhan kepada pemakai system
b. Untuk memberikan gambaran yang jelas dan rancang bangun yang
lengkap kepada pemrogram komputer dan ahli – ahli teknik lainnya
yang terrlibat.
Untuk mencapai tujuan ini, analis sistem harus dapat mencapai sasaran –
sasaran sebagai berikut :
a. Desain sistem harus berguna, mudah dipahami dan nantinya mudah
digunakan
b. Desain sistem harus dapat mendukung tujuan utama perusahaan
c. Desain sistem harus efisien dan efektif untuk dapat mendukung
pengolahan transaksi, pelaporan manajemen dan mendukung

9
keputusan yang akan dilakukan oleh manajemen, termasuk tugas –
tugas lainnya yang tidak dilakukan oleh computer
d. Desain sistem harus dapat mempersiapkan rancang bangun yang
terinci untuk masing – masing komponen dari sistem informasi yang
meliputi data, informasi serta pengendalian intern.
Desain sistem merupakan formulasi spesifikasi rinci dari sistem yang
diusulkan. Terdapat tiga tahap atau langkah umum dalam perancangan
sistem.
a. Evaluasi rancangan alternatif dari sistem yang diusulkan
b. Penyajian spesifikasi rancangan rinci
c. Penyajian laporan perancangan system
3. Implementasi sistem
Implementasi Sistem Informasi Kesehatan (SIK) di Era Desentralisasi
SIK adalah suatu sistem pengelolaan data dan informasi kesehatan
disemua tingkat pemerintahan secara sistematis dan terintegrasi untuk
mendukung manajemen kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat Perturan perundang undangan. Bagian atau
ranah yang menyebutkan SIK adalah Kepmenkes Nomor
004/Menkes/SK/I/2003 tentang kebijakan dan strategi desentralisasi bidang
kesehatan dan Kepmenkes Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang
petunjuk pelaksanaan pengembangan sistem laporan informasi kesehatan
kabupaten/kota. Kebutuhan akan data dan informasi disediakan melalui
penyelenggaraan SIK, yaitu dengan cara pengumpulan, pengolahan, analisis
data serta penyajian informasi.
Desentralisasi merupakan fenomena yang kompleks dan sulit
didefenisikan. Defenisinya bersifat kontekstual karena tergantung pada
konteks historis, institusional, serta politis di masing-masing Negara.
Namun, secara umum desentralisasi dapat didefenisikan sebagai
pemindahan tanggung jawab dalam perencanaan, pengambilan keputusan,
pembangkitan, serta pemanfaatan sumber daya serta kewenangan
administrative dari pemerintah pusat ke :
a. Unit-unit territorial pemerintah pusat atau kementrian.

10
b. Tingkat pemerintahan yang lebih rendah.
c. Organisasi semi otonom.
d. Badan otoritas regional
e. Organisasi nonpemerintah atau organisasi yang bersifat sukarela.
Pada era desentralisasi, masalah menonjol yang dihadapi adalah
perubahan struktur dan fungsi sumber daya manusia, khususnya di tingkat
distrik dan provinsi, setelah peleburan kantor wilayah dan kantor
Departemen Kesehatan (Depkes).
Perubahan SIK di tingkat nasional, provinsi maupun kabupaten semenjak
era desentralisasi, sebenarnya tidak hanya dipicu oleh kebijakan itu sendiri
(seakan-akan menimbulkan korban Sistem Informasi Kesehatan Nasional
(SIKNAS) yang mengalami kekosongan data dan informasi) tetapi juga
didorong oleh perkembangan teknologi informasi yang cukup pesat serta
difusi teknologi tersebut di sektor kesehatan secara meluas. Aturan yang
lebih inci dan mendalam dalam hal pemanfaatan teknologi informasi
(informatika) dan pembinaan teknis kepada para petugas di daerah akan
mencakup konsep data kesehatan masyarakat (tidak hanya penyakit dan
status kesehatan, tetapi juga sumber daya dan indikator kinerja manajemen
pelayanan kesehatan), standar dan aturan website Dinas Kesehatan sebagai
data repository maupun format pertukaran data serta interoperabilitas data
antar organisasi. Implementasi atau penerapan desentralisasi/ otonomi
regional didasari dengan dikeluarkannya :
a. UU No. 22 Tahun 1999 yang mengatur tentang Pemerintahan Daerah.
b. UU No. 25 Tahun 1999 mengenai Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah.
Proses pelaksanaan desentralisasi diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP),
Keputusan Presiden dan Keputusan Menteri yang dikeluarkan berikutnya,
antara lain (termasuk kesehatan) :
a. PP No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom.
b. PP No. 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan atas
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

11
c. Keputusan Presiden No. 40 Tahun 2001 tentang Pedoman
Kelembagaan dan Pengelolaan Rumah Sakit Daerah.
d. Keputusan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial R.I. No.
1747/Menkes-Kesos/SK/XII/2000 tentang Pedoman Penetapan
Standar Pelayanan Minimal dalam Bidang kesehatan di Kabupaten/
Kota
e. Keputusan Menteri Kesehatan R.I. No. 551/Menkes/SK/V/2002
tentang Kebijakan dan Strategi Pengembangan SIKNAS.
SIK memberikan dukungan informasi kepada proses pengambilan
keputusan disemua tingkat administrasi pelayanan kesehatan (Sistem
Kesehatan). Maka, SIK harus sesuai dengan struktur manajemen kesehatan
dari Sistem Kesehatan. Dengan adanya desentralisasi, maka pengembangan
SIK diserahkan pada kemampuan dan kebutuhan daerah sesuai kondisinya
masing-masing. Karakteristik data yang dibutuhkan di pusat dan daerah pun
berbeda dimana daerah mesti menjaring data berdasar ID yang unik,
sedangkan kebutuhan pusat lebih kepada jumlah data yang tidak serinci data
di daerah.
Implementasi SIK di era desentralisasi mencakup sistem pencatatan dan
pelaporan seperti data vital, surveilans, data pelayanan, pemetaan,
pengendalian wabah tetapi, ini masih belum terintegrasi dengan database
yang online diwebsite Dinas Kesehatan dan Depkes sesuai standar dan
interoperabilitasnya. Pemanfaatan internet yang semakin luas dikalangan
medis seharusnya mampu meningkatkan proses pembelajaran dikalangan
medis dan masyarakatnya. Perubahan tentu tidak semudah itu terjadi.
Diperlukan pengembangan secara bertahap, pelatihan, penelitian dan
tenaga-tenaga baru bidang informatika kesehatan.
4. Pemeliharaan sistem
Pemeliharaan sebuah sistem teknologi informasi dapat dikatakan
sebagian besar bergantung pada ketersediaan sumber daya manusia di
bidang IT yang memiliki kemampuan yang sesuai dengan kebutuhan dan
kompleksitas sistim yang dimiliki. Alternatif yang terbaik bila perusahaan
tidak ingin direpotkan dengan permasalahan di bidang IT yang hanya

12
dianggap sebagai bidang penunjang adalah dengan menjalin kontrak
pemeliharaan dengan perusahaan di bidang jasa teknologi informasi.\
Tahap pemeliharaan dilakukan setelah tahap implementasi. Sistem baru
yang berjalan digunakan sesuai dengan keperluan organisasi. Selama masa
hidupnya, sistem secara periodik akan ditinjau. Perubahan dilakukan jika
muncul masalah atau jika ternyata ada kebutuhan baru. Selanjutnya,
organisasi akan menggunakan sistem yang telah diperbaiki tersebut.
Pemeliharaan Sistem meliputi :
a. System Back-Up
Membuat Salinan/copy untuk data-data penting perusahaan yang ada
pada computer user maupun server ke dalam backup storage
(External Disk).
b. System Optimization
Melakukan Defragmentasi data dan membuang sampah-sampah
yang ada pada computer, serta memperbaiki kesalahan setting
sehingga computer dapat berjalan normal
c. System Rebuild
Membangun dan menata ulang kembali system yang rusak oleh
faktor yang tidak disengaja, agar system dapat bekerja normal
kembali.
d. System Upgrade
Menambah fungsi, memperbaharui system yang ada sesuai dengan
kebutuhan pelanggan, serta melakukan testing stabilitas untuk
hardware dan software.
e. Training dan Pelatihan
Memberikan Pengarahan dan konsultasi kepada operator computer,
sehingga operator dapat mengoperasikan computer sesuai dengan
prosedur pengoperasian komputer yang baik dan benar.
f. Update Anti Virus & Pembersihan Virus
Melakukan Update Definition file Anti Virus sehingga anti virus
yang ada dapat memproteksi komputer dari serangan virus baik virus

13
lam amaupun baru, dan juga melakukan scaning virus serta
membersihkan komputer dari Virus.
g. System Security
Pemasangan Firewall dan sistem authentifikasi untuk pengamanan
system dan data penting perusahaan dari orang luar yang tidak
berkepentingan.Langkah-langkah pemeliharaan sistem terdiri atas:
1) Penggunaan Sistem, Yaitu menggunakan sistem sesuai
dengan fungsi tugasnya masing-masing untuk operasi rutin
atau sehari-hari.
2) Audit Sistem, Yaitu melakukan penggunaan dan penelitian
formal untuk menentukan seberapa baik sistem baru dapat
memenuhi kriteria kinerja. Hal semacam ini disebut
penelaahan setelah penerapan dan dapat dilakukan oleh
seorang auditor internal.
3) Penjagaan Sistem, Yaitu melakukan pemantauan untuk
pemeriksaan rutin sehingga sistem tetap beroperasi dengan
baik. Selain itu juga untuk menjaga kemutakhiran sistem jika
sewaktu-waktu terjadi perubahan lingkungan sistem atau
modifikasi rancangan software.
4) Perbaikan Sistem, Yaitu melakukan perbaikan jika dalam
operasi terjadi kesalahan (bugs) dalam program atau
kelemahan rancangan yang tidak terdeteksi saat tahap
pengujian sistem.\
5) Peningkatan Sistem, Yaitu melakukan modifikasi terhadap
sistem ketika terdapat potensi peningkatan sistem setelah
sistem berjalan beberapa waktu, biasanya adanya potensi
peningkatan sistem tersebut terlihat oleh manajer kemudian
diteruskan kepada spesialis informasi untuk dilakukan
modifikasi sesuai keinginan manajer.

14
Cara Pemeliharaan System Informasi,meliputi :
1. Pemeliharaan sistem
Pemeliharaan sistem informasi adalah suatu upaya untuk
memperbaiki, menjaga, menanggulangi, mengembangkan
sistem yang ada. Pemeliharaan ini di perlukan untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas kinerja sistem yang
kita ada agar dalam penggunaannya dapat optimal. Berikut
ini beberapa pengertian lain tentang pemeliharaan sistem dari
beberapa sumber :
a. merupakan siklus terakhir dari SDL
b. Pemeriksaan periodik, audit dan permintaan pengguna
akan menjadi source untuk melakukan perawatan sistem
diseluruh masa hidup sistem.
Pemeliharaan sistem merupakan cara terbaik untuk
menjaga efiensi sistem yang sudah ada. Seperti kata pepatah,
lebih baik memelihara dari pada mengganti. Berikut
merupakan beberapa alasan mengapa kita perlu memelihara
sistem yang ada :
a. agar dapat meningkatkan sistem / kinerja sistem
b. menyesuaikan dengan perkembangan, agar sistem yang
ada tidak tertinggal,dll.
2. jenis – jenis pemeliharaan sistem
jenis – jenis pemeliharaan sistem meliputi :
a. pemeliharaan korektif, adalah pemeliharaan yang
mengkoreksi kesalahan – kesalahan yang ditemukan pada
sistem, pada saat sistem di jalankan / berjalan.
b. Pemeliharaan adaptif, yaitu pemelihaaan yang bertujuan
untuk menyesuaikan perubahan yang terjadi
c. Pemeliharaan perfektif, pemeliharaan ini bertujuan untuk
menigkatkan cara kerja suatu system
d. Pemeliharaan preventif, pemeliharaan ini bertujuan untuk
menangani masalah – masalah yang ada

15
3. Siklus Hidup Pemeliharaan Sistem (SMLC)
Siklus hidup pemeliharaan system meliputi :
a. Permintaan Perubahan
b. Mengubah permohonan pemeliharaan menjadi suatu
perubahan
c. Menspesifikasi perubahan
d. Membangun pengganti
e. Menguji pengganti\
f. Melatih pengguna dan melakukan tes penerimaan, dll.
4. Pemeliharaan Sistem
Pemeliharaan sistem sangatlah penting bagi pengguna
sistem. Karena, seringkali penggunaan sistem operasi
menjadi tidak aman karena alasan-alasan seperti :
a. Sistem terinfeksi malware aktif
b. Sistem berkas corrupt
c. Perangkat keras melemah
Untuk mencegah hal-hal tesebut, digunakanlah
mOS(maintenance Operating system) yang berfungsi untuk:
a. Manajemen Malware yang aktif
b. Pemulihan data (recovery) dan perbaikan sistem berkas
c. Diagnosa perangkat keras.
MOS tidak menulis ke disk atau menjalankan kode apapun
dari disk, memiliki akses langsung ke perangkat keras, dan
hanya membutuhkan sedikit bagian dari perangkat keras
untuk bekerja dengan sempurna. Selain dengan mOS, kita
juga dapat memelihara sistem (pada windows) dengan cara-
cara yang sederhana seperti:
a. Jangan pernah mematikan power sampai sistem benar-
benar sudah shutdown.
b. Buatlah backup data-data yang penting.
c. Lakukan defragment setidaknya satu bulan sekali.

16
d. Sisakan sedikitspace kosong di partisi tempat sistem
operasi berada.
e. Gunakan firewall jika anda terkoneksi dengan jaringan.
f. Lakukan pengecekan virus secara rutin.
5. Prosedur Pemeliharaan Sistem
a. SDLC dan SWDLC
Aplikasi yang professional dalam SDLC dan SWDLC dan
teknik maupun perangkat modeling yang mendukungnya
adalah hal-hal keseluruhan yang terbaik yang dapat seseorang
lakukan untuk meningkatkan maintainabilitas system.
b. Definisi data standar
Trend ke arah sistem manajemen database relasional
mendasari dorongan ke normalisasi data dan definisi data
standart.
c. Bahasa pemrograman standar
Penggunaan bahasa pemrograman standart,misalnya C atau
COBOL,akan mempermudah pekerjaan pemeliharaan.
d. Rancangan Moduler
Programer pemeliharaan dapat mengganti modul program
jauh lebih mudah daripada jika ia berurusan dengan
kedeluruhan program.
e. Modul yang dapat digunakan kembali
Modul biasa dari kode yang dapat digunakan kembali,dapat
diakses oleh semua aplikasi yang memerlukannya.
Dokumentasi standar Diperlukan
system,pemakai,perangkat lunak dan dokumentasi
operasiyang standart sehingga semua informasi yang
diperlukan untuk beroperasi dan pemeliharaan aplikasi
khusus akan tersedia.
Kontrol sentral Semua program,dokumentasi dan data test
seharusnya diinstal dalam penyimpanan pusat dari system

17
CASE (Computer-Aided Softtware Engineering atau
computer Assisted Software Enginering.
6. Mengelola Pemeliharaan Sistem
Tantangan mengelola pemeliharaan sistem adalah sama
dengan tantangan mengelola usaha-usaha lain,yaitu tantangan
untuk mengelola manusia. Prioritas untuk mengarahkan
pemeliharaan sistem adalah mengumpulkan sekelompok
pemelihara yang berkompeten dan termotivasi,serta
menyuplai mereka dengan perngkat dan sumber-sumber
untuk melakukan pemeliaraan sistem yang terjadwal maupun
yang tidak terjadwal. Pemeliharaan sistem terjadwal dapat
dibuat menurut kalender atau diagram gantt.Pemeliharaan
tidak terjadwal biasanya dilakukan atas inisiatif pemakai dan
operator. Bagaimanapun juga pihak manajemen seharusnya
menetapkan suatu cara untuk mengawali,merekam,dan
mengevaluasi aktivitas pemeliharaan. Dengan melalui
evaluasi kegiatan pemeliharaan,seorang manager akhirnya
dapat mengoptimalkan program pemeliharaan sistem secara
keseluruhan.
7. Peningkatan sistem
Dalam tahun 2010, Pusat Data dan Informasi giat
menyusun Roadmap untuk penguatan/peningkatan SIK
nasional. Inisiatiinisiatif yang diidentifikasikan di dalam
Roadmap 5 tahun ini adalah khusus untuk menangani tiga
permasalahan besar SIK di atas. Informasi lengkap mengenai
inisiatif yang disusun di dalam Roadmap ini bisa dilihat bila
Roadmap ini diterbitkan.
Salah satu inisiatif yang disusun dalam Roadmap ini
adalah SIKDA Generik. Yang jelas, untuk memperkuatkan
SIK nasional, adopsi TIK harus ditingkatkan agar semua
dapat berbasis elektronik dan data bisa dikirim dan diakses
dengan cepat dan tepat.

18
Namun untuk memodernisasikan SIK dengan adopsi
TIK memerlukan investasi yang sangat tinggi karena
melibatkan banyak dana untuk perangkat keras, lunak,
implementasi dan operasional. Ini menjadi hambatan utama
(selain faktor lain seperti kekurangan dalam infrastruktur
seperti listrik).
Hal tersebut merupakan sebab mengapa implementasi
TIK di sektor Kesehatan masih belum menyeluruh.Dengan
alasan ini, Pusdatin mengambil inisiatif untuk membangun
perangkat lunak SIK yang bisa dipakai di Puskesmas, Rumah
Sakit, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Provinsi, dan di
tingkat nasional sebagai Bank Data Kesehatan Nasional yang
gratis (berbasis open source) untuk semua. Untuk fase
pertama tahun 2011, SIKDA Generik akan konsentrasi dalam
semua modul kecuali modul Rumah Sakit yang akan
dibangun pada fase kedua tahun 2012.
Integrasi mencakup sistem secara teknis (sistem yang
bisa berkomunikasi antar satu sama lain) dan konten (data set
yang sama). Bentuk fisik dari SIK terintegrasi adalah sebuah
aplikasi sistem informasi yang dihubungkan dengan aplikasi
lain (aplikasi sistem informasi puskesmas, aplikasi sistem
informasi rumah sakit, dan aplikasi lainnya) sehingga secara
interoperable terjadi pertukaran data antar aplikasi. Pada
model ini terdapat 7 komponen yang saling terhubung dan
saling terkait, yaitu :
a. Sumber Data Manual
b. Sumber Data Komputerisasi
c. Sistem Informasi Dinas Kesehatan\
d. Sistem Informasi Pemangku Kepentingan
e. Bank Data Kesehatan Nasional
f. Penggunaan Data oleh Kementerian Kesehatan
g. Pengguna Data

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem informasi kesehatan merupakan sarana untuk menunjang
pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat. Sistem informasi
kesehatan yang efektif memberikan dukungan informasi bagi proses
pengambilan keputusan di semua jenjang, bahkan di puskesmas atau di rumah
sakit kecil sekalipun. Bukan hanya data, bahkan juga informasi yang lengkap,
tepat, akurat, dan cepat yang dapat disajikan dengan adanya sistem informasi
kesehatan yang tertata dan terlaksana dengan baik.

B. Saran
Diharapkan denngan pembuatan makalah ini analisa dan perancangan
sistem informasi kesehatan bisa lebih disosialisasikan lagi agar tidak hanya
rumah sakit dan puskesmas besar saja yang bisa menggunakan sistem
informasi ini, tetapi ditempat-tempat kesehatan seperti pustu, posyandu dan
tempat-tempat kesehatan lainnya agar menggunakan analisa dan perancangan
sistem informasi kesehatan ini. Agar semua jaringan data maupun informasi
terkoneksi dengan baik hingga kepusat, sehingga data menjadi valid.

20
DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah D. 2011. Manajemen Pelayanan Kesehatan.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Al Fatta H. 2007. Analisis dan Perancangan Sistem Informasi.


Yogyakarta: Andi Offset.

Mulyanto A. 2009. Sistem Informasi, Konsep dan Aplikasi.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Pratama IPAE. 2014. Sistem Informasi dan Implementasinya.


Bandung: Informatika.

Santoso IA. 2012. Analisis Dan Perancangan Sistem Informasi


Rekam Medis Di RSKIA Bhakti Ibu. Jurnal. Yogyakarta:
STMIK AMIKOM Yogyakarta.
.
Taufiq R. 2013. Sistem Informasi Manajemen. Konsep Dasar,
Analisis dan Metode Pengembangan. Yogyakarta :
Graha Ilmu.

21

Anda mungkin juga menyukai