Anda di halaman 1dari 17

A.

Pendahuluan

Sistem informasi rumah sakit merupakan suatu pengelolaan informasi diseluruh seluruh tingkat
rumah sakit secara sistematis dalam rangka penyelengggaraan pelayanan kepada masyarakat.
Perkembangan Sistem Informasi Rumah Sakit yang berbasis computer (Computer Based Hospital
Information System) di Indonesia telah dimulai pada akhir dekade 80an.

Dalam era seperti saat ini, begitu banyak sektor kehidupan yang tidak terlepas dari peran serta dan
penggunaan teknologi komputer, terkhusus pada bidang-bidang dan lingkup pekerjaan. Semakin
hari, kemajuan teknologi komputer, baik dibidang piranti lunak maupun perangkat keras berkembang
dengan sangat pesat, disisi lain juga berkembang kearah yang sangat mudah dari segi pengaplikasian
dan murah dalam biaya. Solusi untuk bidang kerja apapun akan ada cara untuk dapat dilakukan
melalui media komputer, dengan catatan bahwa pengguna juga harus terus belajar untuk mengiringi
kemajuan teknologinya. Sehingga pada akhirnya, solusi apapun teknologi yang kita pakai, sangatlah
ditentukan oleh sumber daya manusia yang menggunakannya.

Rumah Sakit, sebagai salah satu institusi pelayan kesehatan masyarakat akan melayani traksaksi
pasien dalam kesehariannya. Pemberian layanan dan tindakan dalam banyak hal akan mempengarui
kondisi dan rasa nyaman bagi pasien. Semakin cepat akan semakin baik karena
menyangkut nyawa pasien.

Semakin besar jasa layanan suatu rumah sakit, akan semakin kompleks pula jenis tindakan dan
layanan yang harus diberikan yang kesemuanya harus tetap dalam satu koordinasi terpadu. Karena
selain memberikan layanan, rumah sakit juga harus mengelola dana untuk membiayai
operasionalnya.

Melihat situasi tersebut, sudah sangatlah tepat jika rumah sakit menggunakan sisi kemajuan
komputer, baik piranti lunak maupun perangkat kerasnya dalam upanya membantu penanganan
manajemen yang sebelumnya dilakukan secara manual.

B. Sistem Informasi Rumah Sakit

Pada umumnya saat ini sistem informasi yang ada di beberapa rumah sakit dapat digambarkan
sebagai berikut:

Masing-masing program memiliki sistem informasi sendiri yang belum terintegrasi. Sehingga bila
diperlukan informasi yang menyeluruh diperlukan waktu yang cukup lama.

Terbatasnya perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) di berbagai jenjang, padahal
kapabilitas untuk itu dirasa memadai.

Terbatasnya kemampuan dan kemauan sumber daya manusia untuk mengelola dan mengembangkan
sistem informasi

Masih belum membudayanya pengambilan keputusan berdasarkan data/informasi.

Belum adanya sistem pengembangan karir bagi pengelola sistem informasi, sehingga seringkali
timbul keengganan bagi petugas untuk memasuki atau dipromosikan menjadi pengelola sistem
informasi.
Sistem Informasi Rumah sakit harus dibangun untuk mengatasi kekurangan maupun
ketidakkompakan antar unit kerja. Dalam melakukan pengembangan sistem informasi secara umum,
ada beberapa konsep dasar yang harus dipahami oleh para pengembang atau pembuat rancang
bangun sistem informasi (designer). Konsep-konsep tersebut antara lain:

1. Sistem informasi tidak identik dengan sistem komputerisasi

Pada dasarnya sistem informasi tidak bergantung kepada penggunaan teknologi komputer. Sistem
informasi yang memanfaatkan teknologi komputer dalam implementasinya disebut sebagai Sistem
Informasi Berbasis Komputer (Computer Based Information System).

Yang dimaksudkan dengan sistem informasi adalah sistem informasi yang berbasis komputer. Isu
penting yang mendorong pemanfaatan teknologi komputer atau teknologi informasi dalam sistem
informasi suatu organisasi adalah :

Pengambilan keputusan yang tidak dilandasi dengan informasi.

Informasi yang tersedia, tidak relevan.

Informasi yang ada, tidak dimanfaatkan oleh manajemen.

Informasi yang ada, tidak tepat waktu.

Terlalu banyak informasi.

Informasi yang tersedia, tidak akurat.

Adanya duplikasi data (data redundancy).

Adanya data yang cara pemanfaatannya tidak fleksibel.

2. Sistem informasi organisasi adalah suatu sistem yang dinamis.

Dinamika sistem informasi dalam suatu organisasi sangat ditentukan oleh dinamika perkembangan
organisasi tersebut. Oleh karena itu perlu disadari bahwa pengembangan sistem informasi tidak
pernah berhenti.

3. Sistem informasi sebagai suatu sistem harus mengikuti siklus hidup sistem

Seperti lahir, berkembang, mantap dan akhirnya mati atau berubah menjadi sistem yang baru. Oleh
karena itu, sistem informasi memiliki umur layak guna. Panjang pendeknya umur layak guna sistem
informasi tersebut ditentukan diantaranya oleh:

a. Perkembangan organisasi tersebut

Makin cepat organisasi tersebut berkembang, maka kebutuhan informasi juga akan berkembang
sedemikian rupa sehingga sistem informasi yang sekarang digunakan sudah tidak bisa lagi memenuhi
kebutuhan organisasi tersebut.

b. Perkembangan teknologi informasi


Perkembangan teknologi informasi yang cepat menyebabkan perangkat keras maupun perangkat
lunak yang digunakan untuk mendukung beroperasinya sistem informasi tidak bisa berfungsi secara
efisien dan efektif. Hal ini disebabkan:

Perangkat keras yang digunakan sudah tidak di produksi lagi, karena teknologinya ketinggalan jaman
(outdated) sehingga layanan pemeliharaan perangkat keras tidak dapat lagi dilakukan oleh
perusahaan pemasok perangkat keras.

Perusahaan pembuat perangkat lunak yang sedang digunakan, sudah mengeluarkan versi terbaru.
Versi terbaru itu umumnya mempunyai feature yang lebih banyak, melakukan optimasi proses dari
versi sebelumnya dan memanfaatkan feature baru dari perangkat keras yang juga telah berkembang.

Meskipun pada umumnya, perusahaan pengembang perangkat keras maupun perangkat lunak
tersebut, mecoba menjaga kompatibilitas dengan versi terdahulu, namun kalau dilihat dari sisi
efektivitasnya, maka pemanfaatan infrastruktur tersebut tidak efektif.

Hal ini disebabkan karena feature-feature yang baru tidak termanfaatkan dengan baik. Mengingat
perkembangan teknologi informasi yang berlangsung dengan cepat, maka para pengguna harus sigap
dalam memanfaatkan dan menggunakan teknologi tersebut.

Konsekuensi dari pemanfaatan teknologi informasi tersebut adalah:

Dalam melakukan antisipasi perkembangan teknologi, harus tepat.

Harus selalu siap untuk melakukan pembaharuan perangkat keras maupun perangkat lunak
pendukungnya, apabila diperlukan.

Harus siap untuk melakukan migrasi ke sistem yang baru.

Perkembangan perangkat komunikasi menyebabkan perubahan desain sistem perangkat keras yang
digunakan, dari sistem dengan pola tersentralisasi menjadi sistem dengan pola terdistribusi. Pada
pola terdistrubusi, kemampuan pengolahan data (computing power) di pecah menjadi dua, satu
diletakkan pada komputer induk yang berfungsi sebagai pelayan (server) dan yang satu lagi
diletakkan di komputer pengguna (client), desain ini disebut sebagai clientserver achitecture.

Kecenderungan perkembangan perangkat lunak, terutama perangkat lunak basis data (database),
juga mengikuti perkembangan desain sistem perangkat keras tersebut diatas. Pada server diletakkan
perangkat lunak back-end dan pada client diletakkan perangkat lunak front-end.

Perangkat lunak backend adalah perangkat lunak pengelola sistem basis data (database management
system/DBMS), sedangkan perangkat lunak front-end adalah perangkat lunak yang dikembangkan
dengan pemrograman visual berdasarkan 4GL dari DBMS tersebut atau dengan perangkat lunak
antarmuka (interface) untuk berbagai DBMS seperti ODBC (open database connectivity).

c. Perkembangan tingkat kemampuan pengguna (user) sistem informasi.

Sistem informasi yang baik, akan dikembangkan berdasarkan tingkat kemampuan dari para pemakai,
baik dari sisi :

1) Tingkat pemahaman mengenai teknologi informasi,


2) Kemampuan belajar dari para pemakai, dan

3) Kemampuan beradaptasi terhadap perubahan sistem.

Dari sisi pemakai, dikenal istilah end-usercomputing (EUC). EUC

adalah pemakai yang melakukan pengembangan sistem untuk keperluan dirinya sendiri. Mengingat
bervariasinya kemampuan EUC dan sulitnya melakukan pemantauan serta pengendalian terhadap
EUC, maka EUC akan menyebabkan masalah yang serius dalam pengembangan maupun dalam
pemeliharaan sistem informasi.

Ancaman yang paling serius adalah adanya disintegrasi sistem menjadi sistem yang terfragmentasi.

4. Daya guna sistem informasi sangat ditentukan oleh tingkat integritas sistem informasi itu sendiri.

Sistem informasi yang terpadu (integrated) mempunyai daya guna yang tinggi, jika dibandingkan
dengan sistem informasi yang terfragmentasi. Usaha untuk melakukan integrasi sistem yang ada
didalam suatu organisasi menjadi satu sistem yang utuh merupakan usaha yang

berat dengan biaya yang cukup besar dan harus dilakukan secara berkesinambungan. Sinkronisasi
antar sistem yang ada dalam sistem informasi itu, merupakan prasyarat yang mutlak untuk dapat
mendapatkan sistem informasi yang terpadu.

Sistem informasi, pada dasarnya terdiri dari minimal 2 aspek yang harus berjalan secara selaras, yaitu
aspek manual dan aspek yang terotomatisasi (aspek komputer). Pengembangan sistem informasi
yang berhasil apabila dilakukan dengan mengembangkan kedua aspek tersebut.

Sering kali pengembang sistem informasi hanya memfokuskan diri pada pengembangan aspek
komputernya saja, tanpa memperhatikan aspek manualnya. Hal ini di akibatkan adanya asumsi
bahwa aspek manual lebih mudah diatasi dari pada aspek komputernya. Padahal salah satu faktor

penentu keberhasilan pengembangan sistem informasi adalah dukungan

perilaku dari para pengguna sistem informasi tersebut, dimana para pengguna sangat terkait dengan
sistem dan prosedur dari sistem informasi pada aspek manualnya.

5. Keberhasilan pengembangan sistem informasi sangat bergantung pada strategi yang dipilih untuk
pengembangan sistem tersebut.

Strategi yang dipilih untuk melakukan pengembangan sistem sangat bergantung kepada besar
kecilnya cakupan dan tingkat kompleksitas dari sistem informasi tersebut. Untuk sistem informasi
yang cakupannya luas dan tingkat kompleksitas yang tinggi diperlukan tahapan pengembangan
seperti: Penyusunan Rencana Induk Pengembangan, Pembuatan Rancangan Global, Pembuatan
Rancangan Rinci, Implementasi dan Operasionalisasi.

Dalam pemilihan strategi harus dipertimbangkan berbagai faktor seperti : keadaan yang sekarang
dihadapi, keadaan pada waktu sistem informasi siap dioperasionalkan dan keadaan dimasa
mendatang, termasuk antisipasi perkembangan organisasi dan perkembangan teknologi.
Ketidaktepatan dalam melakukan prediksi keadaan dimasa mendatang, merupakan salah satu
penyebab kegagalam implementasi dan operasionalisasi sistem informasi.

6. Pengembangan Sistem Informasi organisasi harus menggunakan pendekatan fungsi dan dilakukan
secara menyeluruh (holistik).

Pada banyak kasus, pengembangan sistem informasi dilakukan dengan menggunakan pendekatan
struktur organisasi dan pada umumnya mereka mengalami kegagalan, karena struktur organisasi
sering kali kurang mencerminkan semua fungsi yang ada didalam organisasi. Sebagai

pengembang sistem informasi hanya bertanggung jawab dalam mengintegrasikan fungsi-fungsi dan
sistem yang ada didalam organisasi tersebut menjadi satu sistem informasi yang terpadu.

Pemetaan fungsi-fungsi dan sistem ke dalam unit-unit struktural yang ada di dalam organisasi
tersebut adalah wewenang dan tanggungjawab dari pimpinan organisasi tersebut. Penyusunan
rancang bangun/desain sistem informasi seharusnya dilakukan secara menyeluruh sedangkan dalam
pembuatan aplikasi bisa dilakukan secara sektoral atau segmental menurut prioritas dan
ketersediaan dana. Pengembangan sistem yang dilakukan segmental atau sektoral tanpa adanya
desain sistem informasi yang menyeluruh akan menyebabkan kesulitan dalam melakukan intergrasi
sistem.

7. Informasi telah menjadi aset organisasi.

Dalam konsep manajemen modern, informasi telah menjadi salah satu aset dari suatu organisasi,
selain uang, SDM, sarana dan prasarana. Penguasaan informasi internal dan eksternal organisasi
merupakan salah satu keunggulan kompetitif (competitive advantage), karena keberadaan

informasi tersebut:

Menentukan kelancaran dan kualitas proses kerja,

Menjadi ukuran kinerja organisasi/perusahaan,

Menjadi acuan yang pada akhirnya menentukan kedudukan/peringkat organisasi tersebut dalam
persaingan lokal maupun global.

8. Penjabaran sistem sampai ke aplikasi menggunakan struktur hirarkis yang mudah dipahami.

Dalam semua kepustakaan yang membahasa konsep sistem, hanya dikenal istilah sistem dan
subsistem. Hal ini akan menimbulkan kesulitan dalam melakukan penjabaran sistem informasi yang
cukup luas cakupannya.

Oleh karena itu, dalam penjabaran sering digunakan istilah sebagai berikut:

a. Sistem

b. Subsistem

c. Modul

d. Submodul
e. Aplikasi

Masing-masing subsistem dapat terdiri atas beberapa modul, masing-masing modul dapat terdiri dari
beberapa submodul dan masingmasing submodul dapat terdiri dari beberapa aplikasi sesuai dengan
kebutuhan.

Struktur hirarki seperti ini sangat memudahkan dari segi pemahaman maupun penamaan. Pada
beberapa kondisi tidak perlukan penjabaran sampai 5 tingkat, misalnya sebuah modul tidak perlu lagi
dijabarkan dalam sub-sub modul, karena jabaran berikutnya sudah sampai tingkatan aplikasi.

C. Outsourcing dalam Rancang Bangun (desain) Sistem Informasi Rumah Sakit

Pada dasarnya setiap rumah sakit memiliki sistem yang berbeda antara satu rumah sakit dengan
rumah sakit lainya. Selain karena lokasi, bentuk fisik, jumlah SDM dan lain sebagainya, maka setiap
rumah sakit akan menyesuaikan sistem kerjanya dengan kondisi yang ada.

Secara garis besar, rancang bangun sistem informasi rumah sakit dapat menggunakan dua cara, yaitu
dengan dilakukan sendiri (insourcing) dan dilakukan oleh pihak lain yang memiliki kompetensi
dibidang tersebut (outsourcing)

Pada dasarnya outsourcing di bidang IT adalah suatu perusahaan atau lembaga diluar rumah sakit
yang memiliki kemampuan untuk membuat sistem informasi di Rumah Sakit. Pada umumnya mereka
terdiri dari tiga bagian yaitu Programmer, System Analyst, dan Technical Support.

Menurut The 2001 Outsourcing World Summit, ada 6 alasan utama untuk Outsourcing :

Reduce Cost / Mengurangi biaya (36%)

Focus on Core / Fokus pada inti (36%)

Improve Quality / Meningkatkan kualitas (13%)

Increase speed to market / Meningkatkan kecepatan ke pasar (10%)

Foster Innovation / Membantu inovasi (4%)

Conserver Capital / Menghemat modal (1%)

Dari data di atas, yang paling menjadi alasan utama untuk outsourcing adalah karenadapat
mengurangi biaya dan fokus pada inti (fokus pada apa yang dikuasai).Namun demikian selain adanya
keuntungan dari outsourcing, ada pula beberapa kelemahan, diantaranya adalah bahwa dengan
outsourcing data kita menjadi mudah dibuka oleh pihak luar.

Dalam pelaksanaan rancang bangun sistem informasi rumah sakit pada dasarnya digunakan 4
pertanyaan sederhana sebagai berikut:

Apa fungsi/tugas utama dari rumah sakit ?

Apa objek/sasaran dari fungsi/tugas utama rumah sakit ?

Dukungan operasional apa saja yang diperlukan oleh rumah sakit ?


Sistem apa yang dibutuhkan untuk mengelola rumah sakit tersebut ?

Untuk menjawab secara umum, outsourcing IT akan dapat memberikan jawaban dengan mudah,
namun demikian untuk mendapatkan jawaban yang spesifik sesuai dengan pelayanan di rumah sakit
yang terkait, dibutuhkan masukan dan kerjasama antara pihak rumah sakit dengan outsourcing IT
nya sehingga dapat dihasilkan bisnis proses yang baik sebagai landasan pembuatan program IT
rumah sakit tersebut. Karena berdasarkan pertanyaan diatas, sesungguhnya dapat menjadi
penjabaran sistem informasi rumah sakit sebagai berikut:

Subsistem Layanan Kesehatan, yang mengelola kegiatan layanan kesehatan.

Subsistem Rekam Medis, yang mengelola data pasien.

Subsistem Personalia, yang mengelola data maupun aktivitas tenaga medis maupun tenaga
administratif rumah sakit.

Subsistem Keuangan, yang mengelola data-data dan transaksi keuangan.

Subsistem Sarana/Prasarana, yang mengelola sarana dan prasarana yang ada di dalam rumah sakit
tersebut, termasuk peralatan medis, persediaan obat-obatan dan bahan habis pakai lainnya.

Subsistem Manajemen Rumah Sakit, yang mengelola aktivitas yang ada didalam rumah sakit
tersebut, termasuk pengelolaan data untuk perencaan jangka panjang, jangka pendek, pengambilan
keputusan dan untuk layanan pihak luar.

D. Kesimpulan

Sistem informasi rumah sakit adalah suatu sistem informasi yang komplek yang membutuhkan
perhatian khusus dalam pembuatannya. Namun jika sudah berjalan, hanya diperlukan pemeliharaan
yang prosesnya tidak serumit pada saat pembuatannya.

Dengan outsourcing, maka Rumah Sakit tidak perlu memberi gaji setaraf pakar yang dapat menyusun
sistem informasi rumah sakit seumur masa kerjanya yang tentunya akan menjadi mahal dalam
perhitungan proses pengadaan sistem informasi rumah sakit. Selain itu manajemen akan menjadi
lebih focus, karena manajemen hanya menganggarkan sesuai dengan kontrak kerja untuk
mendapatkan hasil yang diinginkan.

Namun demikian, outsourcing tidak dapat dilepas begitu saja untuk membuat program yang
diinginkan. Tetap perlu keterlibatan orang dalam rumah sakit untuk sama-sama menyusun
perencanaan dan bisnis proses sehingga produk akhir yag dihasilkan dapat sesuai dengan kebutuhan
rumah sakit.

SUMBER : http://yudha.blogstudent.mb.ipb.ac.id/2010/07/12/outsourcing-sistem-informasi-rumah-
sakit/

Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM-RS)


Category: Uncategorised

Published on Thursday, 10 April 2014

Written by Ronny Loekito

Pengembangan Sistem Informasi dan Hambatan-hambatannya:

Pengelolaan data Rumah Sakit yang sangat besar baik data medik pasien maupun data-data
administrasi yang dimiliki oleh rumah Sakit sehingga mengakibatkan :

1. Redudansi Data, pencatatan data yang berulang-ulang menyebabkan duplikasi data sehingga
kapasitas yang di perlukan membengkak dan pelayanan menjadi lambat, tumpukan filing sehingga
memerlukan tempat filing yang cukup luas.

2. Unintegrated Data, penyimpanan data yang tidak terpusat menyebabkan data tidak sinkron,
informasi pada masing-masing bagian mempunyai asumsi yang berbeda-beda sesuai dengan
kebutuhan masing-masing unit /Instalasi.

3. Human Error, proses pencatatan yang dilakukan secara manual menyebabkan terjadinya
kesalahan pencatatan yang semakin besar dan tidak singkrong dari unit satu ke yang lainya dan akan
menimbulkan banyaknya perubahan data (efeknya banyak pelayanan akan berdasarkan sesuka
perawan/dokter sehinga dokter / perawat bisa menambah bahkan mengurangi data/tarif sesuai
dengan kondisi saat itu, misal yang berobat adalah sodaranya makan dengan seenaknya
dokter/perawat memberikan discont tanpa melalu prosedur yang tepat. Dan menimbulkan kerugian
pada rumah sakit.

4. Terlambatnya Informasi, dikarenakan dalam penyusunan informasi harus direkap secara


manual maka penyajian informasi menjadi terlambat dan kurang dapat dipercaya kebenarannya.

Era globalisai yang ditandai dengan adanya Perdagangan bebas mengharuskan sektor Kesehatan
terutam Rumah Sakit untuk meningkatkan daya saing dengan memberikan pelayanan yg sebaik-
baiknya kepada pelanggan ataupun pasien bahkan penyajian laporang yang akurat bagi para
pengambil keputusan, bakan rumah sakit vertical cenderung untuk segera merubah tatana rumah
sakit menjadi sebuah badan layanan umum, sehingga lebih mudah dalam penataan administrasinya.

Guna mengatasi hambatanhambatan dalam pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, keberadaan


Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit sangat dibutuhkan, sebagai salah satu strategik
manajemen dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan memenangkan persaingan bisnis.

Sistem Informasi Manajemen merupakan prosedur pemrosesan data berdasarkan teknologi


informasi yang terintegrasi dan di intergrasikan dengan prosedur manual dan prosedur yang lain
untuk menghasilkan informasi yang tepat waktu dan efektif untuk mendukung proses pengambilan
keputusan manajemen, sehingga dalam tahapannya akan membuat bebrapa SOP baru guna
menungjang kelancaran penerapan Sistem yang tertata dengan rapih dan baik.

Berdasarkan definisi di atas, maka kita dapat membagi Sistem Informasi Manajemen menjadi 5
komponen utama guna menunjang terlaksanana penerapan system informasi yang benar dan sesuai
kebutuhan:

Software (Sistem Informasi Manajeman Rumah Sakit)

Hardware (Perangkat Kerasa berupa Komputer, printer dan lainnya)

Networking (Jaringan LAN, Wireless dan lainnya)

SOP (Standar Operasional Prosedur)

Komitment (Komitmen semua unit/instalasi yang terkait untuk sama-sama mejalankan system
karena system tidak akan berjalan tanpa di Input)

SDM (sumberdaya manusia adalah factor utama suksesnya sebuah system dimana data diinput dan
di proses melalui tenaga-tenaga SMD tersebut)

Sistem Informasi Manajemen saat ini merupakan sumber daya utama, yang mempunyai nilai
strategis dan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai daya saing serta kompetensi utama
sebuah organisasi dalam menyongsong era Informasi ini.

Di bidang kesehatan terutama Rumah Sakit sangat membutuhan Sistem Informasi Manajemen
untuk meningkatkan kualitas pelayanan bagi masyarakat untuk menyongsong Indonesia Sehat 2010.

Berikut hal-hal yang harus diperhatikan agar Sistem Informasi Manajemen yang dibuat dapat
teraplikasikan dengan sukses :

Development Master Plan, cetak biru pembangunan harus dirancang dengan baik mulai dari survei
awal hingga berakhirnya implementasi, yang perlu diperhatikan adalah terlibatnya faktor
pengalaman dalam membangun pekerjaan yang sama, serta peran serta semua bagian dalam
organisasi dalam mensukseskan Sistem Informasi Manajemen yang akan dibangun, master plan ini
yang akan menjadi acuan pembuatan sebuah sistem untuk jangka waktu tidak terbatas.

Integrated, dengan integrasi antar semua bagian organisasi menjadi satu kesatuan, akan membuat
sistem berjalan dengan efisien dan efektif sehingga kendala-kendala seperti redudansi, re-entry dan
ketidakkonsistenan data dapat dihindarkan, dengan harapan pengguna sistem memperoleh manfaat
yang dapat dirasakan secara langsung, perubahan pola kerja dari manual ke computer akan
menimbulkan efek baik dan buruk bagi seorang tenga medis.
Development Team, tim yang membangun Sistem Informasi Manajemen harus ahli dan
berpengalaman di bidangnya, beberapa bidang ilmu yang harus ada dalam membangun sebuah
Sistem Informasi Manajemen yang baik adalah: Manajemen Informasi, Teknik Informasi, Teknik
Komputer, dokter, perawat dan tentunya orang-orang sudah sudah berkecipung dibidang
pengembangan system informasi manajeman khususnya rumah sakit (kesehatan).

Teknologi Informasi, ketepatan dalam memilih Teknologi Informasi sangat penting dalam
pembangunan, komponen-komponen Teknologi Informasi secara umum adalah Piranti Keras
(Hardware), Piranti Lunak (Software) dan Jaringan((Network). Faktor-faktor yang perlu diperhatikan
dalam memilih teknologi adalah :

Price, harga sesuai dengan Teknologi Informasi yang didapat

Performance, diukur dari kemampuan, kapasitas dan kecepatan Teknologi Informasi menangani
proses maupun penampungan data

Flexibility, kemampuan Teknologi Informasi saling beradaptasi dan kemudahan pengembangan


di masa yang akan datang

Survivability, berapa lama Teknologi Informasi mendapatkan dukungan dari vendor maupun
pasar

Yang paling penting adalah sesuikan dengan kebutuhana pengembangan kemasa depan
tentunya

Selain mengikuti suatu siklus hidup, dalam pengembangan sistem informasi, perlu dilakukan
beberapa pendekatan, seperti:

1. Systems Approach

Pendekatan sistem merupakan pendekatan yang memperhatikan sistem informasi sebagai suatu
kesatuan yang utuh terintegrasi dengan semua kegiatan-kegiatan lain di dalam
organisasi. Pendekatan sistem ini juga menekankan pada pencapaian sasaran keseluruhan dari
organisasi, tidak hanya memperhatikan sasaran dari sistem informasi saja.

2. Top-Down Approach

Pendekatan ini dimulai dari tingkatan atas organisasi (strategic planning level), yaitu dimulai dengan
mendefinisikan sasaran dan kebijakan organisasi. Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis
kebutuhan informasi. Setelah kebutuhan informasi dapat ditentukan, maka proses turun ke
penentuan output, input basis data, prosedur-prosedur operasi dan kontrol. Pendekatan dari atas ke
bawah ini sesuai dengan pendekatan sistem.

3. Modular Approach

Pendekatan moduler memecah-mecah sistem yang rumit menjadi bagian modul-modul yang lebih
sederhana. Sebagai akibatnya, tiap-tiap modul dapat dikembangkan dalam waktu yang tepat sesuai
dengan yang direncanakan, mudah dipahami dan mudah dipelihara.
4. Evolutionary Approach

Pendekatan ini akan menghasilkan suatu sistem yang mampu beradaptasi dengan perkembangan-
perkembangan organisasi di masa yang akan datang, sehingga didapatkan suatu sistem yang
mempunyai biaya pemeliharaan yang rendah.

Secara besar system informasi harus dikelompokan pada kelas rumah sakit dan status rumah sakit

Rumah Sakit Vertikal

Rumah Sakt Umum Daerah

Rumah Sakit Umum Swasta

Rumah Sakit Spesialist

Dengan dikelompokannya rumah sakit kedalam kelompok-kelompok diatas guna mempermudah


sejauh mana tingkat kebutuhan system informasi terutama yang di dasarkan pada modular, modul-
modul yang di gunakan oleh rumah sakit daearh tentu akan berbeda dengan rumah sakit vertical
maupun swasta.

Kendala-kendala yang sering terjadi dilapangan saat implementasi adalah

ketidak siapan rumah sakit dalam menerapkan system informasi yang terintergrasi dan berbasi
kmputer.

penyajian data yang belum semua menjadi data electronic yang akan memudahkan pada proses
migrasi data.

Komitment yang dilaksanakan secara bersamaan dan menyelur sehingga menimbulkan kekacaun
pada data transakit.

koordinasi antar unit bagian yang terkesan mementingkan unit masing-masing

berubah-ubahnya kebijakan

Mengubah pola kerja yang sudah terbiasa dengan manual ke komputerisasi

pemahaman yang belum merata antara SDM terkait

dan lain-lain

SUMBER : http://independen.wordpress.com/2008/09/12/sistem-informasi-manajemen-rumah-
sakit-sim-rs/
Pentingnya Aplikasi Sistem Informasi Berbasis Komputer di Rumah Sakit

Category: Uncategorised

Published on Wednesday, 19 March 2014

Written by Ronny Loekito

Pendidikan masyarakat dan akses informasi tentang kesehatan yang semakin tinggi menyebabkan
tingginya tuntutan kebutuhan kesehatan. Guna memenuhi tuntutan pelayanan kesehatan tersebut,
maka komputerisasi sangat dibutuhkan di rumah sakit untuk menghindari kesalahan yang tidak
diinginkan seperti redudansi data, unintegrated data, human eror, dan terlambatnya informasi
mengingat faktor kesehatan sangat penting bagi seseorang. Sistem informasi rumah sakit (SIRS)
secara garis besar mempunyai dua fungsi yaitu sistem informasi pelayanan rumah sakit dan sistem
informasi manajemen rumah sakit (SIMRS). Kedua fungsi tersebut saling terkait dan saling
melengkapi sehingga pada akhirnya akan membuat sistem yang terintegrasi dan handal. Peranan
operasional sistem informasi dalam rumah sakit antara lain adalah (Sutanto, 2008) :

1.Kecepatan, misalnya kecepatan dalam penyelesaian pekerjaan administrasi rumah sakit.

2.Akurasi, dengan SIMRS pemeriksaan data transaksi cukup dengan membandingkan laporan antar
unit yang dihasilkan oleh SIMRS dan juga dapat mencegah terjadinya duplikasi data untuk transaksi-
transaksi tertentu sehingga data terjamin akurasinya.

3.Integrasi, bila dengan sistem manual data pasien harus dimasukkan di setiap unit, maka dengan
SIMRS data tersebut cukup sekali dimasukkan di bagian pendaftaran saja.

4.Peningkatan pelayanan, pengaruh SIMRS yang dirasakan oleh pasien adalah semakin cepat dan
akuratnya pelayanan. Saat ini, pasien tidak perlu menunggu lama untuk menyelesaikan
administrasinya, baik rawat inap ataupun rawat jalan sebab ketika data-data tersebut dibutuhkan
dapat dilihat dengan waktu yang relatif singkat dan akurat.

5.Peningkatan efisiensi, jika kecepatan dan akurasi data meningkat, maka waktu yang dibutuhkan
untuk melakukan pekerjaan administrasi akan lebih cepat dan menghindari permintaan pemeriksaan
laboratorium berulang dikarenakan kertas hasil pemeriksaan sebelumnya hilang.

6.Kemudahan pelaporan, proses pelaporan berbasis komputer hanya memakan waktu beberapa
menit sehingga dapat lebih konsentrasi untuk menganalisa laporan tersebut.

Dari semua peranan SIMRS berbasis komputer tersebut, akan berpengaruh pada meningkatnya
produktivitas kinerja tenaga medis dan staff administrasi di rumah sakit serta meningkatkan atau
memudahkan pelayanan kesehatan sehingga kini hampir seluruh rumah sakit telah dilengkapi
dengan teknologi komputerisasi dalam sistem informasi rumah sakitnya. Pelayanan rumah sakit
terbagi menjadi dua bagian besar yaitu pelayanan medis dan pelayanan yang bersifat non-medis.
Contoh nyata sistem informasi berbasis komputer untuk mendukung pelayanan bersifat non-medis
telah diterapkan dalam rumah sakit yaitu Computerized Billing System merupakan contoh sistem
pengolahan transaksi atau penagihan elektronik untuk fungsi pelayanan administratif dan keuangan,
dimana sistem ini dapat menjamin manajemen keuangan rumah sakit yang cepat, transparan, dan
bertangung jawab (Anisfuad, 2008; Ida, 2009). Sistem ini sudah digunakan hampir di seluruh rumah
sakit, salah satunya adalah RS Margono Soekarjo telah menggunakan aplikasi ini untuk memudahkan
keluarga pasien melihat biaya yang harus dibayarnya karena daftar obat, biaya tindakan dokter, biaya
rawat inap sudah diketahui melalui layar komputer (Suara Merdeka, 2004).

Pelayanan yang bersifat medis contohnya seperti rekam medis berbasis komputer, secara prinsip
digunakan untuk mencatat semua data medis, demografis serta setiap event seorang pasien di
rumah sakit dan disimpan secara digital di dalam database komputer. Aplikasi ini memberikan
kemudahan untuk menyimpan, memperbaharui, mengakses dan mencari catatan-catatan medis
pasien secara lengkap dan cepat. Saat ini klinik Gadjah Mada Medical Centre telah menggunakan
rekam medis berbasis komputer meskipun hanya untuk melayani pasien rawat jalan (Anisfuad, 2005;
Anisfuad, 2008). Aplikasi sistem informasi rekam medis Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah
Bantul dapat mempersingkat proses pembuatan laporan dan menghasilkan laporan eksternal yang
valid sesuai dengan data yang diinput (Suhartanto, 2007). Rekam medis berbasis komputer di
Indonesia tidak berkembang dengan cepat karena adanya isu pengembangan sistem informasi di
rumah sakit antara lain dari aspek finansial, legalitas dan kesiapan pengguna atau tenaga medis.
Untuk mendorong minat dan adopsi rekam medis berbasis komputer, manfaat dan potensinya harus
terus menerus disosialisasikan misalnya mampu menyimpan data pasien dalam jumlah besar hanya
menggunakan perangkat komputer yang bisa dijinjing. Selain itu, dapat memberikan peringatan jika
dokter salah memberikan obat atau ada reaksi antar obat. Di sini, peran penting teknologi dalam
sistem informasi tidak lepas dari potensinya untuk mencegah kesalahan peresepan obat atau medical
error. Disamping sosialisasi yang terus dilakukan, juga memerlukan inisiatif tingkat nasional, seperti
merumuskan perangkat lunak yang sesuai dengan dana rumah sakit dan merancang aspek legalitas
yang memberi jaminan keabsahan informasi rekam medis elektronik. Pada dasarnya, penggunaan
sistem ini sangat tergantung dari tingkat kebutuhan manajemen di rumah sakit (Anisfuad, 2008).
Adapun pelayanan medis berbasis komputer lainnya yaitu sistem informasi keperawatan. Kualitas
pelayanan keperawatan di rumah sakit bergantung kepada kecepatan dan ketepatan dalam
melakukan tindakan keperawatan yang berarti juga pelayanan keperawatan bergantung kepada
efisiensi dan efektifitas struktural yang ada dalam keseluruhan sistem suatu rumah sakit. Pelayanan
keperawatan mengalami perkembangan teknologi informasi yang sangat membantu dalam proses
keperawatan dimulai dari pemasukan data secara digital ke dalam komputer yang dapat
memudahkan pengkajian selanjutnya, intervensi apa yang sesuai dengan diagnosis yan sudah
ditegakkan sebelumnya, hingga hasil keluaran apa yang diharapkan oleh perawat setelah klien
menerima asuhan keperawatan, dan semua proses tersebut tentunya harus sesuai dengan NANDA,
NIC, dan NOC. RSUD Banyumas merupakan salah satu rumah sakit yang sudah menerapkan sistem
informasi keperawatan berbasis komputer menggunakan NANDA (North American Nursing Diagnosis
Association), NIC (Nursing Intervention Classification) dan NOC (Nursing Outcome Classification) yang
diciptakan oleh kawan-kawan perawat di RSUD Banyumas. Saat ini di beberapa bangsal, perawat
menggunakan laptop, wifi dan komputer desktop untuk membuat dokumentasi keperawatan. Sistem
ini mempermudah perawat memonitor klien dan segera dapat memasukkan data terkini serta
intervensi apa yang telah dilakukan ke dalam komputer yang sudah tersedia di setiap bangsal
sehingga akan mengurangi kesalahan dalam dokumentasi hasil tindakan keperawatan yang sudah
dilakukan (meningkatkan kualitas dokumentasi karena dapat mencegah redundancy). Adapun
keuntungan lain dari sistem ini yaitu meningkatkan kualitas asuhan, meningkatkan produktifitas
kerja, memudahkan komunikasi antara tim kesehatan, memudahkan dalam mengakses informasi,
meningkatkan kepuasan kerja perawat, perawat memiliki waktu lebih banyak untuk melayani pasien,
menurunkan Hospital Cost, menurunkan Lost of data and information (Agustine, 2009; Anisfuad,
2006).

Kecenderungan pemanfaatan teknologi juga akan berimbas pada konsep paperless yang ditandai
dengan meluruhnya peran kertas sebagai media pencatat medis. Upaya pengembangan sistem
informasi dalam rumah sakit, saat ini tidak hanya menggunakan teknologi komputerisasi, tetapi juga
telah banyak yang menggunakan teknologi telepon genggam untuk mendongkrak mutu pelayanan.
Layanan informasi rumah sakit yang berbasiskan SMS terintegrasi dapat melayani registrasi antrian
pasien, jadwal praktek dokter, dan kritik dan saran yang membangun sistem pelayanan kesehatan
(Lestantyo dkk, 2008). PDA juga menjadi sarana peningkatan pelayanan rumah sakit yang digunakan
untuk menyimpan berbagai data klinis pasien, informasi obat, maupun panduan terapi tertentu.
Adapun teknologi penyimpan data portable seperti smart card yang dapat menyimpan data pasien
namun aplikasi ini baru digunakan di Eropa dan Amerika Serikat (Anisfuad, 2005).

Dapat disimpulkan kehadiran teknologi khususnya komputer dalam sistem informasi rumah sakit
sangat penting untuk mendukung kemudahan dalam manajemen rumah sakit. Oleh sebab itu,
dengan adanya sistem ini dapat membantu pengolahan data dan menghasilkan informasi yang cepat,
tepat, dan akurat sesuai kebutuhan sehingga mampu meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
bagi masyarakat dalam menyongsong Indonesia Sehat 2010.

SUMBER : http://erzagenatrika.blogspot.com/2010/08/pentingnya-aplikasi-sistem-informasi.html

Sistem Informasi Manajemen

Category: Uncategorised

Published on Tuesday, 25 March 2014

Written by Ronny Loekito

Sistem informasi manajemen (SIM) (bahasa Inggris: management information system, MIS) adalah
sistem perencanaan bagian dari pengendalian internal suatu bisnis yang meliputi
pemanfaatan manusia, dokumen, teknologi, dan prosedur oleh akuntansi manajemen untuk
memecahkan masalah bisnis seperti biaya produk, layanan, atau suatu strategi bisnis. Sistem
informasi manajemen dibedakan dengan sistem informasi biasa karena SIM digunakan untuk
menganalisis sistem informasi lain yang diterapkan pada aktivitas operasional organisasi. Secara
akademis, istilah ini umumnya digunakan untuk merujuk pada kelompok metode manajemen
informasi yang bertalian dengan otomasi atau dukungan terhadap pengambilan keputusan manusia,
misalnya sistem pendukung keputusan, sistem pakar, dan sistem informasi eksekutif.
Tujuan Umum

Menyediakan informasi yang dipergunakan di dalam perhitungan harga pokok jasa, produk, dan
tujuan lain yang diinginkan manajemen.

Menyediakan informasi yang dipergunakan dalam perencanaan, pengendalian, pengevaluasian, dan


perbaikan berkelanjutan.

Menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan.

Ketiga tujuan tersebut menunjukkan bahwa manajer dan pengguna lainnya perlu memiliki akses ke
informasi akuntansi manajemen dan mengetahui bagaimana cara menggunakannya. Informasi
akuntansi manajemen dapat membantu mereka mengidentifikasi suatu masalah, menyelesaikan
masalah, dan mengevaluasi kinerja (informasi akuntansi dibutuhkan dan dipergunakan dalam semua
tahap manajemen, termasuk perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan).

Proses Manajemen

Proses manajemen didefinisikan sebagai aktivitas-aktivitas:

Perencanaan, formulasi terinci untuk mencapai suatu tujuan akhir tertentu adalah aktivitas
manajemen yang disebut perencanaan. Oleh karenanya, perencanaan mensyaratkan penetapan
tujuan dan identifikasi metode untuk mencapai tujuan tersebut.

Pengendalian, perencanaan hanyalah setengah dari peretempuran. Setelah suatu rencana dibuat,
rencana tersebut harus diimplementasikan, dan manajer serta pekerja harus memonitor
pelaksanaannya untuk memastikan rencana tersebut berjalan sebagaimana
mestinya. Aktivitas manajerial untuk memonitor pelaksanaan rencana dan melakukan
tindakan korektif sesuai kebutuhan, disebut kebutuhan.

Pengambilan Keputusan, proses pemilihan di antara berbagai alternative disebut dengan proses
pengambilan keputusan. Fungsi manajerial ini merupakan jalinan antara perencanaan dan
pengendalian. Manajer harus memilih di antara beberapa tujuan dan metode untuk melaksanakan
tujuan yang dipilih. Hanya satu dari beberapa rencana yang dapat dipilih. Komentar serupa dapat
dibuat berkenaan dengan fungsi pengendalian.

Menurut Francisco Proses Manajemen adalah suatu proses Penukaran terhadap nilai dan jasa

Bagian

SIM merupakan kumpulan dari sistem informasi:

Sistem informasi akuntansi (accounting information systems), menyediakan informasi dan transaksi
keuangan.

Sistem informasi akademik (academic information systems), menyediakan informasi tentang proses
pendidikan yang sedang berjalan di suatu akademi/sekolah/perguruan.
Sistem informasi pemasaran (marketing information systems), menyediakan informasi untuk
penjualan, promosi penjualan, kegiatan-kegiatan pemasaran, kegiatan-kegiatan penelitian pasar dan
lain sebagainya yang berhubungan dengan pemasaran.

Sistem informasi manajemen persediaan (inventory management information systems).

Sistem informasi personalia (personal information systems).

Sistem informasi distribusi (distribution information systems).

Sistem informasi pembelian (purchasing information systems).

Sistem informasi kekayaan (treasury information systems).

Sistem informasi analisis kredit (credit analysis information systems).

Sistem informasi penelitian dan pengembangan (research and development information systems).

Sistem informasi analisis software

Sistem informasi teknik (engineering information systems).

Sistem informasi Rumah Sakit (Hospital information systems).

SUMBER : http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_informasi_manajemen

12 Ribu Pasien Indonesia Berobat ke Malaysia Setiap Tahun

Category: Uncategorised

Published on Thursday, 13 March 2014

Written by Ronny Loekito

KOMPAS.com - Pasien Indonesia yang berobat ke luar negeri, khususnya ke negeri tetangga, ternyata
jumlahnya masih sangat tinggi. Setiap tahunnya, ada sekitar puluhan ribu pasien dari berbagai
penjuru Tanah Air yang mencari layanan medis, sekaligus berwisata ke Negeri Jiran.

Menurut Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi, masih tingginya jumlah pasien Indonesia yang berobat
baik ke Singapura maupun Malaysia merupakan fenomena yang memprihatinkan. Hal ini menjadi
salah satu bukti bahwa rumah sakit di Indonesia belum sepenuhnya dapat memberikan layanan
terbaik kepada pasien.

"Menurut National Healthcare Group International Research Development Singapore, 50 persen


pasien internasional yang berobat di Singapura adalah warga Indonesia. Sedangkan rata-rata jumlah
pasien Indonesia yang berobat ke Malaysia adalah 12 ribu orang per tahun," ungkap Menkes dalam
sambutannya saat meresmikan Rumah Sakit Umum (RSU) Bunda Medik di Jakarta, Rabu (12/9/2012).

"Banyaknya kunjungan orang Indonesia yang berobat ke luar negeri tentu memprihantinkan.
Mengapa kita tidak bisa memberikan layanan medis yang lebih baik untuk rakyat kita?" ungkap
Menkes.

Masalah mutu serta kepuasan dalam pelayanan, diakui Menkes Nafsiah masih menjadi tantangan
terbesar bagi rumah sakit di Indonesia. Rumah sakit di Tanah Air sudah seharusnya meningkatkan
kualitas pelayanan serta mengikuti tuntutan dan kebutuhan yang berkembang masyarakat agar
pasien yang berobat ke luar negeri mau kembali berobat di negeri sendiri. "Peningkatan mutu dan
kualitas rumah sakit harus sesuai dengan perkembangan tuntutan dan kebutuhan," tambah Menkes.

Diakui Nafsiah, tantangan bagi Industri rumah sakit di Tanah Air makin berat menyusul telah
diberlakukannya pasar bebas di tingkat ASEAN, dan pasar bebas tingkat Asia Pasifik pada 2020
mendatang. Selain banyaknya pasien yang senang berobat ke luar negeri, tantangan lainnya adalah
belum kompetitifnya asuransi dan penyedia layanan dalam memberikan layanan kesehatan serta
mutu pelayanan rumah sakit yang belum dianggap berstandar Internasional.

Kementerian Kesehatan, lanjutnya, telah melakukan beberapa langkah pembenahan, perbaikan dan
peningkatkan mutu pelayanan rumah sakit agar memenuhi standar Internasional. Kemenkes telah
menetapkan kebijakan Rumah Sakit Kelas Dunia (world class hospital) dengan standar kelas dunia
untuk meningkatkan daya saing pelayanan RS di kawasan Asia Tenggara dan dunia, sekaligus menarik
kembali para pasien yang saat ini berobat di Tanah Air.

RSU Bunda Medik yang diresmikan hari ini mengklaim dirinya sebagai salah satu rumah sakit modern
yang diharapkan menjadi alternatif pasien Indonesia yang biasa berobat ke luar negeri. Meski belum
berstandar internasional, rumah sakit ini memiliki sejumlah peralatan dan pelayanan berteknologi
canggih seperti bedah robotik dan pusat radiodiagnostik yang didalamnya memiliki fasilitas seperti
CT Scan 12 slice, MRI 1,5 Tesla dan MRI Payudara.

"Kami berharap rumah sakit ini dapat menjadi tujuan berobat bagi masyarakat modern di kota
Jakarta dan pasar domestik Indonesia," ungkap Direktur Pengembangan PT Bunda Medik, Ivan R Sini

Anda mungkin juga menyukai