Anda di halaman 1dari 27

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Sistem


2.1.1 Pengertian Sistem
Pengertian sistem menurut Hitesh Gupta (2011:14), adalah pengelompokan
secara teratur antar komponen yang saling terhubung satu sama lain sesuai dengan
rencana untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam hal ini, komponen dapat berarti
bagian material fisik, langkah-langkah manajerial atau prosedur dalam struktur di
berbagai level.
Sedangkan menurut James O’Brien (2010:26), “Sistem adalah sekelompok
komponen yang saling berhubungan, bekerja bersama untuk mencapai tujuan
bersama dengan menerima input serta menghasilkan output dalam proses
transformasi yang teratur”.

2.1.2 Elemen Sistem


Menurut McLeod (2004) yang dikutip oleh Yakub (2012:3) tidak semua
sistem memiliki kombinasi elemen-elemen yang sama, tetapi susunan dasarnya sama.
Elemen-elemen yang terdapat dalam sistem ditandai dengan adanya:
1. Tujuan
Tujuan ini menjadi motivasi yang mengarahkan pada sistem, karena tanpa
tujuan yang jelas sistem menjadi tak terarah dan tak terkendali.
2. Masukan
Masukan (input) sistem adalah segala sesuatu yang masuk ke dalam sistem dan
selanjutnya menjadi bahan untuk diproses. Masukan dapat berupa hal-hal
berwujud maupun yang tidak berwujud. Masukan berwujud adalah bahan
mentah, sedangkan yang tidak berwujud adalah informasi.
3. Keluaran
Keluaran (output) merupakan hasil dari input yang sudah dilakukan pemrosesan
sistem dan keluaran dapat menjadi masukan untuk subsistem yang lain.
4. Batasan
Batasan (boundary) sistem adalah pemisah antara sistem dan daerah diluar
sistem. Selain itu juga sebagai batasan-batasan dari tujuan yang akan dicapai
oleh sistem. Batas sistem menentukan konfigurasi, ruang lingkup atau
kemampuan sistem.
5. Umpan balik
Umpan balik ini digunakan untuk mengendalikan masukan maupun proses.
Umpan balik juga bertugas mengevaluasi bagian dari output yang dikeluarkan.
Tujuannya untuk mengatur agar sistem berjalan sesuai dengan tujuan.
6. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada diluar sistem.

2.1.3 Klasifikasi Sistem


Menurut McLeod yang dikutip dalam bukunya Yakub (2012:4) sistem dapat
diklasifikasikan dari beberapa sudut pandang diantaranya:
1. Sistem abstrak (abstract system)
Sistem abstrak adalah sistem yang berupa pemikiran atau ide-ide yang tidak
tampak secara fisik. Sistem teologia yang berisi gagasan tentang hubungan
manusia dengan Tuhan merupakan contoh abstract system.
2. Sistem fisik (physical system)
Sistem fisik adalah sistem yang ada secara fisik, sistem computer, sistem
akuntansi, sistem produksi, sistem sekolah dan sistem transportasi merupakan
contoh physical system.
3. Sistem tertentu (deterministic system)
Sistem tertentu adalah sistem yang beroperasi dengan tingkah laku yang dapat
diprediksi, interaksi antara bagian dapat dideteksi dengan pasti sehingga
keluarannya dapat diramalkan. Sistem computer sudah diprogramkan,
merupakan contoh deterministic system karena program computer dapat
diprediksi dengan pasti.
4. Sistem tak tentu (probabilistic system)
Sistem tak tentu adalah suatu sistem yang kondisi masa depannya tidak dapat
diprediksikan karena mengandung unsur probabilitas. Sistem arisan merupakan
contoh probabilistic system karena sistem arisan tidak dapat diprediksikan
dengan pasti.
5. Sistem tertutup (close system)
Sistem tertutup merupakan sistem yang tidak bertukar materi, informasi atau
energy dengan lingkungan. Sistem ini tidak berinteraksi dan tidak dipengaruhi
oleh lingkungan, misalnya reaksi kimia dalam tabung terisolasi.
6. Sistem terbuka (open system)
Sistem ini adalah sistem yang berhubungan dengan lingkungan dan dipengaruhi
oleh lingkungan. Sistem perdagangan merupakan contoh open system, karena
dapat dipengaruhi oleh lingkungan.

2.2 Konsep Dasar Informasi


2.2.1 Pengertian Informasi
Informasi adalah sumber daya yang penting dalam kegiatan pengembangan
bisnis. Semua kemajuan ekonomi dan sosial tergantung sangat signifikan dalam
transfer informasi komersial, ilmiah dan teknis. Informasi adalah hasil atau produk
dari pengolahan data. Informasi terdiri dari data yang diambil, diproses atau
digunakan, untuk tujuan informatif (Hitesh Gupta, 2011:8).

Gambar 2.1 From Data to Action


(Sumber: Hitesh Gupta, 2011)

2.2.2 Karakteristik Informasi


Karakteristik utama, menurut Hitesh Gupta (2011:13) proses informasi
adalah:
a. Relevansi
b. Ketersediaan
c. Ketepatan waktu
Atribut variabel tertentu yang diinginkan dan diperlukan oleh informasi
adalah objektivitas, sensitivitas, perbandingan, kesadaran dan kelengkapan. Informasi
ini harus berkualitas. Karena rendahnya kualitas informasi memiliki efek buruk pada
kinerja organisasi. Kualitas informasi ditentukan oleh bagaimana dapat memotivasi
tindakan manusia dan berkontribusi untuk pengambilan keputusan yang efektif.
Ukuran dari kualitas suatu informasi adalah:
a. Akurasi: tingkat keakuratan informasi tergantung pada kebenaran data
yang dikumpulkan baik itu dari sumber primer atau sekunder.
b. Bentuk: nilai informasi meningkat jika bentuk yang diberikan sesuai
dengan kebutuhan dari pembuat keputusan. Contohnya jika pembuat
keputusan membutuhkan informasi penjualan dalam bentuk pola grafik,
dia akan menghargai apabila menerima informasi (atau data) dalam
bentuk grafik dan bukan dalam bentuk tabel.
c. Ketepatan waktu: informasi harus tersedia ketika dibutuhkan.
Tertundanya informasi memiliki nilai kurang sebagai sumber daya.
d. Relevansi: ketersediaan informasi perlu diperbarui sepanjang waktu
sehingga dapat sesuai dengan utilitas saat ini.
e. ABC sifat informasi: kadang-kadang informasi yang dihasilkan secara
internal dapat dikategorikan berdasarkan ketersediaan, biaya dan
ketergantungan.

2.3 Konsep Dasar Sistem Informasi


2.3.1 Pengertian Sistem Informasi
Sistem informasi menurut Valacich dan Schneider (2015:46), sistem
informasi menggunakan teknologi informasi untuk mengumpulkan, membuat dan
mendistribusikan data. Teknologi informasi meliputi hardware, software dan jaringan
telekomunikasi.
Menurut Reynolds dan Ralph (2015:8), “Sistem informasi adalah seperangkat
elemen yang saling terkait atau komponen-komponen yang mengumpulkan,
memproses, menyimpan, output data dan informasi dan memberikan mekanisme
umpan balik untuk memenuhi tujuan”.
Menurut James O’Brien (2010:34), mengatakan bahwa komponen sistem
informasi terbagi atas beberapa hal, yaitu:
1. Sumber daya data (sebagai data dan pengetahuan).
2. Sumber daya manusia (sebagai pemakai akhir dan ahli SI).
3. Sumber daya software (sebagai program dan prosedur).
4. Sumber daya hardware (mesin dan media).
5. Sumber daya jaringan (sebagai media komunikasi dan dukungan jaringan).
Dalam sistem informasi terdapat 3 hal penting yang saling berhubungan
(Valacich dan Schneider, 2015:47), diantaranya sebagai berikut:
a. Data
Data merupakan material mentah, informasi yang belum terformat atau hanya
data seperti kata-kata dan angka. Data tidak memiliki makna dan bernilai kecil
hingga diproses.
b. Information (Informasi)
Data yang telah diformat dan atau terorganisir dengan berbagai cara sehingga
menjadi berguna (informasi) bagi seseorang yang menggunakan.
c. Knowledge (Pengetahuan)
Dalam menggunakan informasi, pengetahuan dibutuhkan. Pengetahuan adalah
kemampuan untuk memahami informasi, dapat berupa pendapat dan membuat
keputusan atau memprediksi berdasarkan informasi yang didapat.

2.4 Sistem Pendukung Keputusan (SPK)


2.4.1 Pengertian Sistem Pendukung Keputusan
Decision Support System (DSS) adalah suatu kumpulan yang terorganisir dari
orang, prosedur, perangkat lunak (software), database dan perangkat yang digunakan
untuk membantu membuat keputusan dalam memecahkan masalah (Reynolds dan
Ralph, 2015:316).

2.4.2 Komponen Sistem Pendukung Keputusan


Sistem Pendukung Keputusan terdiri dari beberapa komponen sebagai berikut
(Reynolds dan Ralph, 2015:322):
a. DSS database
Sistem manajemen DSS database memungkinkan manajer dan pengambil
keputusan untuk melakukan analisis kualitatif pada data perusahaan besar
dalam database, data warehouses, data mart menggunakan data mining dan
business intelligence. Sistem manajemen DSS database juga dapat terhubung ke
database eksternal untuk memberikan manajer dan pengambil keputusan lebih
banyak informasi dan mendukung keputusan. Database eksternal dapat meliputi
internet, perpustakaan, database pemerintah dll. Kombinasi akses dari database
internal atau eksternal dapat meningkatkan kinerja sistem DSS.
b. Model base
Base model memungkinkan manajer dan pengambil keputusan untuk
melakukan analisis kuantitatif pada kedua data internal maupun eksternal.
Setelah database besar dikumpulkan dan disimpan, perusahaan menggunakan
model (analisis) untuk mengubah data menjadi produk masa depan, layanan dan
keuntungan. Base model memberikan pengambil keputusan akses ke berbagai
model sehingga dapat mengeksplorasi skenario yang berbeda dan dapat dilihat
efeknya. Hal itu dapat membantu dalam proses pengambilan keputusan.
c. User interface atau pengelolaan dialog
Antarmuka pengguna atau dialog manajer memungkinkan pengguna
berinteraksi dengan DSS untuk mendapatkan informasi.

2.4.3 Langkah-Langkah Pemodelan Dalam Sistem Pendukung Keputusan


Untuk mendapatkan keputusan yang baik ada beberapa tahapan proses yang
harus dilalui yaitu:
a. Tahap penelusuran (intelligence) yaitu pada tahap ini proses penelusuran dan
pendeteksian dari lingkup proplematika serta proses pengenalan masalah, data
masukan diperoleh, diproses, dan diuji untuk mengidentifikasi masalah.
b. Tahap design yaitu pada tahap ini adalah proses menemukan, mengembangkan
dan menganalisis alternatif tindakan yang bisa dilakukan. tahap ini meliputi
proses untuk mengerti permasalah, membuat solusi serta menguji kelayakan
solusi.
c. Tahap choice yaitu pada tahap ini dilakukan proses pemilihan diantara berbagai
alternatif tindakan yang akan dijalankan. tahap ini meliputi pencarian, evaluasi,
dan rekomendasi solusi yang sesuai untuk model yang telah dibuat. Solusi dari
model merupakan nilai spesifik untuk variabel hasil pada alternatif yang dipilih.
d. Tahap implementasi yaitu tahap pelaksanaan dari keputusan yang telah diambil
Pada tahap ini diperlukan untuk menyusun serangkaian tindakan yang
terencana, sehingga hasil keputusan dapat dipantau dan disesuaikan apabila
diperlukan perbaikan.

2.5 Multi Criteria Decision Making


Multi Criteria Decision Making (MCDM) adalah suatu metode pengambilan
keputusan untuk menetapkan alternatif terbaik dari sejumlah alternatif berdasarkan
beberapa kriteria tertentu. Kriteria biasanya berupa ukuran, aturan atau standar yang
digunakan dalam pengambilan keputusan. MCDM digunakan untuk menyelesaikan
masalah-masalah dalam ruang diskret. Oleh karena itu, pada MCDM biasanya
digunakan untuk melakukan penilaian atau seleksi terhadap beberapa alternatif dalam
jumlah yang terbatas. Ada beberapa fitur umum yang akan digunakan dalam MCDM,
yaitu alternatif, atribut, konflik, antar kriteria, bobot keputusan dan matriks
keputusan.
Beberapa metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah MCDM,
antara lain sebagai berikut:
1. Simple Additive Weighting Method (SAW)
2. Weighted Product Model (WPM)
3. ELECTRE
4. Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS)
5. Analytic Hierarchy Process (AHP)

2.6 Ellimination and Choice Translation Reality (ELECTRE)


Metode ELECTRE termasuk dalam metode analisis pengambilan keputusan
multikriteria yang berasal dari Eropa pada tahun 1960-an. ELECTRE adalah akronim
dari Elimination Et Choix Traduisant la Realite (Wikipedia).
Metode ELECTRE merupakan salah satu metode yang digunakan untuk
menentukan peringkat dan menentukan alternatif terbaik. Konsep dasar metode
ELECTRE adalah untuk menangani hubungan outranking dengan menggunakan
perbandingan berpasangan dari beberapa alternatif berdasarkan setiap kriteria yang
sesuai. Hubungan outranking menjelaskan bahwa alternatif ke-i tidak mendominasi
alternatif ke-j secara kuantitatif.
Alternatif dikatakan didominasi jika ada alternatif lain yang mengungguli
mereka dalam satu atau lebih atribut dan sama dalam atribut yang tersisa (Made
Sudarma dkk, 2015).
1. Pertama yang dilakukan dalam metode ELECTRE adalah membentuk
perbandingan berpasangan setiap alternatif pada setiap kriteria (a ij). Nilai
tersebut harus dinormalisasikan ke dalam suatu skala yang dapat
diperbandingkan ( x ij):
aij
r ij =

√∑
M
2
aij
i=1

Untuk i = 1, 2, 3, … m dan j = 1, 2, 3, … n
Sehingga didapatkan matriks hasil R hasil dari normalisasi.
[ ]
r 11 r 12 ⋯ r 1 n
r r … r2 n
R= 21 22
⋮ ⋮ ⋮

rm 1 r m 2 r mn

R adalah matriks yang telah dinormalisasi, dimana m menyatakan alternatif, n


menyatakan kriteria dan r ij adalah normalisasi pengukuran pilihan dari alternatif
ke-i dalam hubungannya dengan kriteria ke-j.
2. Setelah dinormalisasi, langkah yang dilakukan selanjutnya adalah memberikan
bobot (faktor kepentingan) pada setiap kriteria yang mengekspresikan
kepentingan relatifnya (w i) dengan cara setiap kolom dari matrik R dikalikan
dengan bobot-bobot (w j ) yang ditentukan oleh pembuat keputusan. Sehingga,
weighted normalized matrix adalah V = RW yang ditulis dalam rumus dibawah
ini:

[ ] [ ]
v 11 v 12 ⋯ v 1 n w 1 r 11 w2 r 12 ⋯ wn r 1 n
v v … v2n w 1 r 21 w2 r 22 … wn r 2 n
R= 21 22 = RW =
⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮
… …
vm1 vm2 v mn w 1 r m 1 w2 r m 2 w n r mn

Dimana w adalah:

[ ]
w1 0 ⋯ 0
n
0 w2 … 0
R= , dan ∑ w=1
⋮ ⋮ ⋮
… i=1
0 0 wn

3. Langkah ketiga adalah menentukan himpunan dari concordance dan


discordance, untuk setiap pasang dari alternatif k dan l (k, l = 1, 2, 3, … m dan
k≠l) kumpulan kriteria j dibagi menjadi dua himpunan bagian, yaitu
concordance dan discordance. Bilamana sebuah kriteria dalam suatu alternatif
termasuk concordance adalah:
C kl= { j∨ y kj ≥ y ij }
Untuk j = 1, 2, 3, … n
Sebaliknya, komplementer dari himpunan bagian ini adalah discordance, yaitu
bila:
D kl ={ j∨ y kj < y ij }
Untuk j = 1, 2, 3, … n
4. Langkah ke-empat adalah menentukan nilai matriks concordance dan
discordance.
a. Concordance
Untuk menentukan nilai dari elemen-elemen matriks concordance adalah
dengan menjumlahkan bobot-bobot yang termasuk dalam himpunan bagian
concordance, secara matematisnya adalah sebagai berikut:
C kl= { j∨∑ j ∈C kl ≥ w j }
Untuk j = 1, 2, 3, … n
Sehingga matriks concordance yang dihasilkan ialah:
C=¿
b. Discordance
Untuk menentukan nilai dari elemen-elemen pada matriks discordance adalah
dengan membagi maksimum selisih nilai kriteria yang termasuk dalam
himpunan bagian discordance dengan maksimum selisih nilai seluruh kriteria
yang ada, secara matematisnya adalah sebagai berikut:
d kl =max ¿ ¿ ¿
Sehingga matriks discordance yang dihasilkan ialah:
D=¿
5. Selanjutnya adalah menentukan matriks dominan concordance dan discordance.
a. Concordance
Dominasi matriks concordance dibangun dengan menggunakan nilai
threshold untuk indeks concordance, yaitu dengan membandingkan setiap
nilai elemen matriks concordance dengan nilai threshold.
C kl ≥ c
Dengan nilai threshold (c ), adalah:
M M
1
c= ∑∑C
M ( M −1) k=1 l=1 kl
Berdasarkan nilai threshold, nilai setiap elemen matriks F sebagai matriks
dominan concordance ditentukan sebagai berikut:
f kl=1 , jika C kl ≥ c
f kl=0 , jika Ckl < c
b. Discordance
Untuk membangun matriks dominan discordance juga menggunakan
bantuan nilai threshold, yaitu:
M M
1
d= ∑∑ d
M (M −1) k=1 l=1 kl
Dan nilai setiap elemen untuk matriks G sebagai matriks dominan
discordance ditentukan sebagai berikut:
gkl =1 , jika Ckl ≥ d
gkl =0 , jika C kl <d
6. Langkah selanjutnya adalah menentukan aggregate dominance matrix sebagai
matriks E, yang setiap elemennya merupakan perkalian antara elemen matriks F
dengan matriks G, sebagai berikut:
e kl =f kl x g kl
7. Matriks E memberikan urutan pilihan dari setiap alternatif, yaitu bila e kl = 1
maka alternatif Ak merupakan pilihan yang lebih baik daripada Al . Sehingga
baris dalam matriks E yang memiliki jumlah e kl = 1 paling sedikit dapat
dieliminasi. Dengan demikian alternatif terbaik adalah yang mendominasi
alternatif lainnya.

2.7 Basis Data


Menurut Connolly dan Begg (2014:63), “Basis data adalah kumpulan data yang
terbagi dan terhubung secara logikal dan deskripsi dari data yang dirancang untuk
memenuhi kebutuhan informasi suatu organisasi”.

2.8 Database Language


Menurut Connolly dan Begg (2014:89), Database Language terbagi atas dua bagian,
yaitu Data Definition Language dan Data Manipulation Language.
a. Data Definition Language (DDL)
Data Definition Language (DDL) adalah sebuah bahasa yang mengizinkan
DBA atau pengguna untuk mendeskripsikan dan nama entitas, atribut, dan
hubungan yang diperlukan aplikasi, beserta integrity yang berhubungan dan
batasan keamanan (Connolly dan Begg, 2014:90).
b. Data Manipulation Language (DML)
Data Manipulation Language (DML) merupakan suatu bahasa yang
menyediakan seperangkat operasi untuk mendukung manipulasi data yang
berada pada basis data. Pengoperasian data yang akan dimanipulasi meliputi:
1. Penambahan data baru ke dalam basis data.
2. Modifikasi data yang disimpan ke dalam basis data.
3. Pengembalian data yang terdapat di dalam basis data.
4. Penghapusan data dari basis data (Connolly dan Begg, 2014:90).
DML terbagi menjadi 2 jenis yaitu:
1. Procedural DML
Suatu bahasa yang memperbolehkan pengguna untuk mendeskripsikan ke
sistem data apa yang dibutuhkan dan bagaimana mendapatkan data
tersebut secara tepat.
2. Non-Procedural DML.
Sebuah bahasa yang mengizinkan pengguna untuk menentukan data apa
yang dibutuhkan tanpa memperhatikan bagaimana data diperoleh
(Connolly dan Begg, 2014:91).

2.9 Database Management System


Database Management System (DBMS) merupakan suatu sistem perangkat
lunak yang memungkinkan pengguna untuk mendefinisikan, membuat, memelihara
dan mengatur akses ke basis data (Connolly dan Begg, 2014:64).
Komponen DBMS terbagi menjadi lima yaitu (Connolly dan Begg, 2014:66):
Gambar 2.2 The DBMS Environment
(Sumber: Connolly dan Begg, 2014)
a. Hardware (Perangkat Keras)
Hardware dapat berkisar dari komputer tunggal, mainframe tunggal
hingga jaringan komputer. Hardware yang dipakai tergantung pada
kebutuhan organisasi dan Database Management System (DBMS) yang
digunakan.
b. Software (Perangkat Lunak)
Komponen perangkat lunak terdiri dari perangkat lunak DBMS dan
program aplikasi beserta sistem operasi (OS), termasuk jaringan
perangkat lunak jika DBMS digunakan melalui jaringan.
c. Data
Dalam DBMS, data merupakan yang terpenting. Khususnya dilihat dari
segi sudut pandang end user mengenai data, dimana data berfungsi
sebagai jembatan antara komponen mesin dengan komponen manusia.
d. Procedures
Panduan dan aturan dalam membuat dan menggunakan basis data.
Prosedur didalam basis data berupa: login ke dalam basis data,
penggunaan fasilitas DBMS atau aplikasi program, cara menjalankan dan
menghentikan DBMS, membuat backup database atau menangani
kerusakan hardware atau software.
e. People (Manusia)
Komponen terakhir yaitu manusia yang terlibat dengan sistem tersebut.

2.10 Analisa Perancangan Perangkat Lunak


2.9.1 Rapid Application Development (RAD)
Rapid Application Development (RAD) berkembang pada tahun 90-an.
Metodologi RAD berusaha memperbaiki kelemahan SDLC dengan cara merubah fase
SDLC agar beberapa bagian dari sistem dapat dikembangkan terlebih dahulu dan
sampai ke tangan user. Dengan cara ini user dapat mengenal sistem dengan lebih baik
dan menyarankan perubahan agar sistem menjadi lebih seperti apa yang dibutuhkan.
RAD adalah suatu pendekatan berorientasi objek terhadap pengembangan
sistem yang mencakup suatu metode pengembangan serta perangkat-perangkat lunak.
RAD bertujuan untuk mempersingkat waktu yang biasanya diperlukan dalam siklus
hidup pengembangan sistem tradisional antara perancangan dan penerapan suatu
sistem informasi (Kendall, 2010).

Gambar 2.3 Siklus RAD


(Sumber: Kendall, 2010)
RAD memiliki 3 fase yang melibatkan penganalisis dan pengguna dalam
tahap penilaian, perancangan dan penerapan. Adapun ketiga fase tersebut adalah
(Kendall, 2010):
a. Requirements Planning
Dalam fase ini, pengguna dan penganalisis bertemu untuk mengidentifikasikan
tujuan aplikasi atau sistem serta untuk mengidentifikasikan syarat informasi
yang ditimbulkan dari tujuan tersebut.
b. RAD Design Workshop
Fase ini adalah untuk merancang dan memperbaiki yang bisa digambarkan
sebagai workshop. Penganalisis dan pemrogram dapat bekerja membangun dan
menunjukkan representasi visual desain dan pola kerja kepada pengguna.
Workshop desain ini dapat dilakukan selama beberapa hari tergantung dari
ukuran aplikasi yang akan dikembangkan.
c. Implementation
Pada fase implementasi, penganalisis bekerja dengan para pengguna secara
intens selama workshop dan merancang aspek-aspek bisnis dan nonteknis
perusahaan. Setelah aspek-aspek ini disetujui dan sistem dibangun dan disaring,
sistem baru atau bagian dari sistem diuji coba dan kemudian diperkenalkan
kepada organisasi

2.9.2 Unified Modelling Language (UML)


Pada perkembangan teknik Pemrograman Berorientasi Objek (PBO)
muncullah sebuah standarisasi bahasa pemodelan untuk pembangunan perangkat
lunak yang dibangun dengan menggunakan pemrograman berorientasi objek yaitu
Unified Modelling Language (UML).
Unified Modelling Language (UML) merupakan kosakata umum berbasis
objek dan diagram teknik yang cukup relative untuk memodelkan setiap proyek
pengembangan sistem mulai dari tahap analisis hingga tahap desain dan implementasi
(Dennis, et al., 2015:34).
Diagram-diagram yang ada pada Unified Modelling Language dibagi menjadi
2 jenis yakni:
a. Behavior diagrams
Menyediakan analisa dengan cara menggambarkan relasi yang dinamis antar
objek yang mewakili sistem informasi dalam hal bisnis.
b. Structure diagrams
Diagram yang digunakan untuk menggambarkan data dan relasi paten yang
terdapat pada sistem informasi.
Berikut ini merupakan Unified Modelling Language (UML) diagram yang digunakan
dalam pengerjaan tugas akhir:
Tabel 2.1 Daftar Diagram UML
Nama Diagram Digunakan Untuk Fase Utama
Behavior Diagram
Mengambil kebutuhan bisnis untuk
Use Case Diagram sistem dan menggambarkan interaksi Analisa
antara sistem dengan lingkungannya.
Menampilkan perilaku objek dalam
Sequence Diagram use case. Berfokus pada urutan Analisa, Desain
kegiatan berbasis waktu.
Menggambarkan alur kerja bisnis
pada masing-masing class, alur dari
Activity Diagram aktivitas pada use case atau dapat Analisa, Desain
digunakan untuk memperjelas
metode perancangan.
Structure Diagram
Menggambarkan relasi antar class
Class Diagram Analisa, Desain
modeled dalam sebuah sistem.

2.9.2.1 Use Case Diagram


Use case diagram digunakan oleh para analis untuk mengetahui lebih baik lagi
mengenai fungsionalitas sistem dari tingkatan yang sangat tinggi. Use case diagram
menyediakan cara yang mudah dalam berkomunikasi dengan pengguna mengenai apa
yang sebenarnya dilakukan oleh sistem (Dennis, et al., 2015:121). Berikut ini adalah
beberapa elemen dari use case diagram:
Tabel 2.2 Elemen Use Case Diagram
Gambar 2.4 Contoh Use Case Diagram
(Sumber: Dennis, et al., 2015:125)

2.9.2.2 Sequence Diagram


Sequence diagram menggambarkan objek-objek yang berperan serta dalam
use case dan pesan-pesan yang dilewati oleh objek dari waktu ke waktu untuk sebuah
use case. Sequence diagram merupakan model dinamis yang menunjukkan urutan
eksplisit dari pesan-pesan yang dilewati antar objek dalam suatu interaksi yang
didefinisikan. Karena, sequence diagram menekankan pada urutan kegiatan berbasis
waktu maka dapat sangat membantu dalam memahami spesifikasi secara real-time
dan dapat digunakan untuk membantu memahami use case yang kompleks (Dennis, et
al., 2015:204). Sequence diagram memiliki beberapa elemen diantaranya sebagai
berikut (Dennis, et al., 2015:206):
Tabel 2.3 Elemen Sequence Diagram
Gambar 2.5 Contoh Sequence Diagram Make Appointment Use Case
(Sumber: Dennis, et al., 2015:205)

2.9.2.3 Activity Diagram


Activity diagram menggambarkan alur kerja bisnis independen dari class,
aliran kegiatan dalam use case atau desain rinci sebuah metode (Dennis, et al.,
2015:130). Berikut ini terdapat beberapa elemen dari activity diagram:
Tabel 2.4 Elemen Activity Diagram
Gambar 2.6 Contoh Activity Diagram for the Manage Appointment Use Case
(Sumber: Dennis, et al., 2015:133)

2.9.2.4 Class Diagram


UML memiliki class diagram. Diagram ini digunakan untuk menggambarkan
perbedaan yang mendasar antara class-class, hubungan antar-class dan dimana
subsistem class tersebut.
Dennis, et al (2015:176) menyatakan “Class diagram adalah model statis yang
menampilkan kelas-kelas dan relasi kelas dalam sebuah sistem secara konstan dari
waktu ke waktu”.
Class diagram memiliki beberapa elemen diantaranya sebagai berikut (Dennis,
et al., 2015:178):
Tabel 2.5 Elemen Class Diagram
Gambar 2.7 Contoh Class Diagram
(Sumber: Dennis, et al., 2015:177)

2.11 Perangkat Lunak Pendukung


2.10.1 PHP
PHP bermula sebagai sebuah set alat untuk melakukan tugas-tugas sederhana
yang berhubungan dengan Web. PHP pertama kali muncul dalam Web pada tahun
1994. Awalnya PHP tidak melakukan apapun selain melacak kunjungan ke halaman
Web tertentu (resume Online Rasmus Lerdorf – penemu PHP). PHP kemudian
dikembangkan untuk berinteraksi dengan database, serta menyediakan toolset untuk
buku tamu online dan pengolahan form HTML. Seiring berjalannya waktu, PHP
menjadi sangat populer sebagai alternatif untuk bahasa yang kurang web-friendly
seperti C.
PHP adalah bahasa programming yang bersifat rekursif. PHP digunakan untuk
menjalankan pekerjaan berbasis web yang sederhana (Brett McLaughlin, 2013:2).

2.10.2 MySQL
MySQL adalah database server relasional yang memiliki beberapa fitur dan
berbeda dengan database server lain, yaitu:
a. Flexibility
MySql mampu dijalankan oleh banyak Operating System (OS) dan banyak
bahasa pemrograman.
b. Power
Kelebihan lain dari MySql adalah kecepatan kinerja yang dimiliki. Hal inilah
menjadi salah satu database yang populer.
MySql sebagai salah satu DBMS yang paling populer memiliki beberapa
keunggulan dibandingkan dengan database lain, yaitu:
a. Performance yang tinggi, reliable dan mudah untuk digunakan.
b. Open Source, dapat digunakan dan dikembangkan oleh siapa saja.
c. Dapat dijalankan pada sistem client/server maupun sebagai embedded system
d. Cross-Platform, MySql dapat digunakan pada berbagai macam sistem operasi
(Gilmore, 2010:477).

2.10.3 Xampp
Sekarang ini banyak paket software instalasi webserver yang disediakan secara gratis
diantaranya menggunakan Xampp. Dengan menggunakan paket software instalasi ini,
maka sudah dapat melakukan beberapa instalasi software pendukung web server yaitu
Apache, PHP, phpMyadmin dan database MySql (Madcoms, 2010:341).
2.12 Evaluasi Kinerja Dosen
Evaluasi Kinerja Dosen adalah suatu proses yang dilaksanakan sebagai upaya
untuk menilai kesesuaian pelaksanaan kegiatan akademik oleh dosen dibandingkan
dengan tujuan pendidikan atau standar akademik yang telah ditetapkan. Kegiatan
evaluasi tersebut merupakan salah satu upaya untuk terus menerus meningkatkan
kualitas akademik dari dosen. Evaluasi memiliki peranan yang sangat penting sebab
berbagai informasi dapat diperoleh dari hasil pelaksanaan proses evaluasi tersebut,
dan selanjutnya dapat dipergunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan pada
berbagai komponen yang terdapat dalam proses belajar mengajar. Informasi yang
telah diperoleh tersebut selanjutnya dapat dipergunakan untuk memperbaiki kinerja
dosen secara menyeluruh. Agar proses pelaksanaan evaluasi berjalan dengan baik,
maka dibuat suatu instrumen evaluasi kinerja yang dapat dipakai oleh dosen.
(http://bkma.umm.ac.id/home.php?c=1414).

2.13 Literature Review


Penelitian yang dilakukan oleh Mesdina Situmeang pada tahun 2015 dari
STMIK Budi Darma Medan dalam jurnalnya yang berjudul Perancangan Aplikasi
Penilaian Hasil Kinerja Dosen Terbaik Dengan Metode Simple Multi Attribute
Rating Technique (Studi Kasus: AKPER Yayasan Binalita Sudarma Medan).
Dijelaskan tentang dalam mengambil sebuah informasi mengenai penilaian hasil
kinerja tidak lepas dari yang namanya keputusan. Bagi Akper Yayasan Binalita
Sudarma Medan, penilaian diperlukan untuk memperbaiki manajemen kampus,
menerima masukan baik bersifat kritik dan saran untuk membuat Akper Yayasan
Binalita Sudarma Medan menjadi lebih baik. Dalam melakukan pengambilan
keputusan, peneliti menggunakan metode SMART. Hasil yang diperoleh SPK
penilaian kinerja dosen dengan metode SMART dapat memberikan kemudahan bagi
perusahaan untuk memproses analisa dosen.
Penelitian selanjutnya berjudul Perancangan Sistem Pendukung Keputusan
Penilaian Prestasi Dosen Berdasarkan Penelitian dan Pengabdian Masyarakat oleh Sri
Eniyati dan Rina Candra N. S. (2010). Dalam penelitian ini, peneliti merancang suatu
sistem pendukung keputusan dengan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) yang
dapat membantu untuk menilai prestasi dosen berdasarkan penelitian dan pengabdian
masyarakat. Dalam proses penentuan prestasi dosen digunakan beberapa kriteria
yakni penelitian, pemakalah, penulis jurnal dan pengabdian masyarakat. Hasil yang
diperoleh adalah dapat memberikan kemudahan bagi pimpinan dalam menentukan
keputusannya, sehingga keputusan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan.

Anda mungkin juga menyukai