PEMBAHASAN
A. Pengertian Umum dan Peran Komunikasi
Komunikasi adalah proses penyampaian suatu maksud, tujuan ataupun
berita-berita kepada pihak-pihak lain dan mendapatkan respons/tanggapan
sehingga pada masing-masing pihak mencapai pengertian yang maksimal.
Bentuk komunikasi tersebut dapat dilakukan secara lisan, tulisan, isyarat/tanda
dan juga dapat menggunakan peralatan (misalnya; radio dengan informasi
suara, data dan gambar). Dalam suatu keadaan darurat (disaster) baik dalam
skala kecil, menengah dan besar, unsur komunikasi adalah salah-satu
komponen (sub-system) yang berperan menentukan terhadap; berhasil atau
kurang berhasil, bahkan gagalnya suatu operasi penyelamatan (search and
rescue) dan pengerahan bantuan penanganan serta penanggulangan terhadap
kejadian musibah/bencana.
Komponen-komponen yang saling menunjang dalam suatu operasi/pengerahan bantuan dimaksud, adalah;
1.
2.
3.
4.
5.
B. Fungsi Komunikasi
Komunikasi yang berada didalam jaring koordinasi untuk penanganan
bencana (disaster) harus berfungsi setiap saat, baik pada tahap sebelum terjadi
musibah/bencana, saat terjadi musibah/bencana, maupun pada tahap pasca
terjadinya musibah/- bencana. Fungsi-fungsi tersebut, meliputi ;
1. Sarana pengindera-dini (early warning system), agar
musibah/-
sejak
awal,
sehingga
semua
1. Openness
Openness atau keterbukaan, menunjukkan pada dua aspek, yaitu kita harus
terbuka pada orang yang berinteraksi dengan kita. Pertama, ada kemauan
membuka diri pada masalah-masalah umum dan kedua, keterbukaan
menunjuk pada kemauan kita untuk memberikan tanggapan pada orang
lain dengan jujur dan terus terang tentang segala sesuatu yang
dikatakannya demikian pula sebaliknya.
2. Emphaty
Emphaty atau empati, adalah kemampuan seseorang untuk menempatkan
dirinya pada peranan atau posisi orang lain. Dalam arti seseorang secara
emosional dan intelektual mampu memahami apa yang dirasakan dan
dialami orang lain.
3. Supportivennes
Supportivennes atau perilaku suportif, seseorang dalam menghadapi suatu
masalah tidak bersikap bertahan. Keterbukaan dan empati tidak akan dapat
berlangsung dalam suasana yang defensif.
4. Positivennes
Positivennes atau sikap positif, sikap positif merujuk pada dua hal, yaitu
sikap positif pada diri sendiri dan sikap positif terhadap orang lain dan
dalam berbagai situasi komunikasi.
5. Equality
Equality atau kesamaan, kesamaan disini merujuk pada dua hal, yaitu
kesamaan bidang pengalaman diantara pelaku komunikasi. Komunikasi
akan efektif ketika para pelakunya memiliki nilai, sikap, perilaku dan
pengalaman yang sama. Kedua, kesamaan dalam kerangka berpikir antara
pihak yang berkomunikasi.
Kelima karakteristik komunikasi tersebut akan menentukan efektif
atau tidaknya kegiatan komunikasi yang dilakukan pada semua kegiatan dalam
rangka penanggulangan bencana.
peranan
peralatan
penting
radio
dirinya
komunikasi
yang
berkemampuan
dalam
keharusan
keterlibatannya.
2. Tidak mempunyai minat dalam memanfaatkan kemampuan diri dan
peralatannya, dan hanya berfikir sudah cukup bila dapat menjalankan
perannya (pada waktu diminta) tanpa usaha untuk menguasai aturanaturannya secara baik dan optimal.
3. Tidak tahu harus berbuat apa,.. karena ketidak-tahuan dan tidak terlatih.
Dari uraian secara umum yang ditulis diatas, maka terlihat begitu
pentingnya kita semua harus paham akan posisi dan peran ORARI (organisasi
beserta anggota didalamnya), bahwa kegiatan public service yang dilakukan
ORARI dalam keadaan disaster dengan segala bentuk dan implikasinya, akan
berujung pada seberapa besar kemampuan koordinasinya, kemampuan dan
pengetahuan individu yang dilibatkan, serta dukungan kerja-sama terpadu dari
semua pihak/unit yang ikut dalam kegiatan penanggulangan bencana tersebut
E. Komunikasi Integratif Penanganan Bencana
Penanganan bencana yang berlandaskan kepada peraturan, jika ditinjau
dari aspek legal, memang dapat dipertanggungjawabkan. Namun nuansa
birokratis yang berbelit belit, tetap tidak bisa dihindari. Karena itu,
mengingat aspek legal wajib dijalankan, sedangkan penanganan bencana harus
dilakukan dengan cepat, maka peran komunikasi dalam menyampaikan
informasi secara cepat, merupakan salah satu jalan untuk mendukung
penanganan bencana yang eskalasinya meningkat.
Myers dan Myers (1988: 4) berpendapat, bahwa komunikasi
dimaksudkan untuk berbagi informasi dan mengurangi kekakuan dalam
organisasi. Jadi, komunikasi dapat menciptakan suatu fleksibilitas dalam
melaksanakan kegiatan organisasi tanpa harus melakukan penyimpangan
terhadap peraturan yang ada. Dalam pemikiran konvensional, komunikasi
merupakan pengungkapan diri yang berjalan sesuai dengan aturan atau norma
yang berlaku sebagai hak dan kewajiban setiap orang yang terlibat didalamnya
(Littlejohn&Foss,
2009
:189).
Dengan
demikian,
komunikasi
dapat
Bachtiar
Chamsah
(2007:
9),
dalam
implementasi
termasuk
:dedicated
membangun
shelter
pengungsian,
selayaknya
jika
diperhatikan
informasi
bukan
berarti
menghentikan
kebebasan
adalah hak yang melekat dalam diri manusia (Haryanto, 2010:7). Karena itu,
penetapan standar informasi bencana yang terkoordinasi dengan baik, harus
disebarluaskan dengan memanfaatkan saluran komunikasi yang ada di
masyarakat, seperti media massa dan media alternatif lain.
Boykoff dan Robert (dalam Susanna Hornig Priest, 2010: 145),
menyatakan bahwa, liputan media massa menjadi kontributor utama dalam
memberikan pemahaman kepada masyarakat maupun tindakan yang harus
diambil dalam menghadapi berbagai isu tentang lingkungan, teknologi dan
resiko yang akan terjadi. Sedangkan McQuail (2005:57) menyatakan,
khalayak media massa yang berjumlah besar, tersebar luas, heterogin dan tidak
terorganisir bisa dipengaruhi oleh liputan media.
F. Pengelolaan Data dan Informasi Penanggulangan Krisis
Informasi penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana harus
dilakukan dengan cepat, tepat, akurat dan sesuai dengan kebutuhan. Pada saat
pra, saat dan pascabencana pelaporan informasi penanggulangan krisis
kesehatan akibat bencana dimulai dari pengumpulan sampai penyajian
informasi dan ditujukan untuk mengoptimalisasikan upaya penanggulangan
krisis kesehatan akibat bencana.
Dalam pengumpulan data sebaiknya terpilah, sesuai dengan keharusan
untuk mengarus utamakan gender dalam semua kebijakan/program/kegiatan
yang memerlukan data terpilah.
1. Informasi PraBencana
Dalam rangka mendukung upayaupaya sebelum terjadi bencana
diperlukan data dan informasi yang lengkap, akurat dan terkini sebagai
bahan masukan pengelola program di dalam mengambil keputusan terkait
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Salah satu bentuk
informasi yang cukup penting adalah adanya profil yang mengambarkan
kesiapsiagaan sumber daya dan upayaupaya yang telah dilakukan terkait
dengan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana di daerah,
khususnya di tingkat kabupaten/kota. Informasi yang dikumpulkan dalam
bentuk profil terdiri dari:
formulir
isian
form
B2
(terlampir).
Sumber
Provinsi.
Informasi dari lintas sektor terkait, misalnya meteorologi dan
geofisika dalam rangka penanggulangan krisis kesehatan akibat
bencana yang disebabkan oleh fenomena cuaca dan iklim (prakiraan
cuaca harian/mingguan, prakiraan hujan bulanan dan prakiraan musim
hujan/kemarau) serta informasi gempa bumi dan tsunami yang
lain
(Form
penanggulangan
B2
pada
krisis
Pedoman
dan
Sistem
masalah
Informasi
memanfaatkan
teknologi
informasi/elektronik
untuk
lebih
pelayanan
kesehatan
(pencegahan
KLB,
dan
membutuhkan
konseling
lanjut,
psikoterapi
atau
dan
pembangunan
kembali/rekonstruksi
Daftar Pustaka
Anisa. 2013. Emergency and Humanitarian Action Technical uide Fo Health
Crisis
Response
in
Disaster.
Available:
http://www.ino.searo.who.int/LinkFiles/Emergency_and_humanitarian_act
ion_Technical_quide_for_Health_Crisis_Response_in_Disaster.pdf.
Diakses tanggal 31 Maret 2015.
Aris.
2011.
Urgensi
Komunikasi
Bencana.
Available:
http://digilib.unila.ac.id/1993/1/URGENSI%20KOMUNIKASI
%20BENCANA%20-ANDY%20CORRY.pdf. Diakses tanggal 31 Maret
2015.
Marisa.
2014.
Disaster.
Available:
http://journal.tarumanagara.ac.id/index.php/kidFik/article/viewFile/1243/1
284. Diakses tanggal 31 Maret 2015.
Zainal,
Muhammad.
2011.
Available:
http://jurnalsospol.fisipol.ugm.ac.id/index.php/jsp/article/view/45/36.
Diakses tanggal 31 Maret 2015.
Ramlan,
Nina.
2013.
Pedoman
Pos
Informasi.
Available: