Anda di halaman 1dari 3

Nama : Syahdan Dafa Q

NPM : 1906384932

Analisis Kesejahteraan Sosial Bagi Pekerja pada UU Cipta Kerja 2020

a. Rezim Kesejahteraan Sosial/ Negara Kesejahteraan apa yang terkandung dalam


UU Cipta Kerja 2020?

b. Mengapa Pemerintah dan DPR membentuk UU Cipta Kerja dalam durasi yang
sangat kilat? apa urgensi nya?

c. Apakah pengaturan baru tentang pekerja akan membawa perlindungan dan


kesejahteraan yang lebih baik kepada para pekerja, atau malah sebaliknya?

Jawaban :

a. Negara kesejahteraan yang terkandung dalam Undang-undang Cipta Kerja 2020


lebih mengarah ke dalam liberal kapitalistik. Undang-undang Cipta Kerja 2020
menunjukkan negara diarahkan kepada pengelolaan sumber daya yang ekstratif.

b. Pemerintah berharap UU Cipta Kerja yang telah disahkan Dewan Perwakilan


Rakyat (DPR), membuat posisi Indonesia bisa meroket menjadi negara maju
dari negara berkembang.

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto pun mengatakan, UU Cipta Kerja


merupakan salah satu cara agar Indonesia bisa terlepas dari jebakan negara
berpenghasilan menengah atau middle income trap. Dan urgensi Pemerintah dan
DPR adalah :

1. Memanfaatkan potensi untuk dapat keluar dari jebakan negara


berpenghasilan menengah (middle income trap), dengan adanya bonus
demografi yang kita miliki saat ini.

2. Menjawab tantangan terbesar untuk menyediakan lapangan kerja.


3. Penyederhanaan, sinkronisasi dan pemangkasan regulasi-regulasi atas
banyaknya aturan dan regulasi (hyper-regulasi), yang menghambat
pencapaian tujuan untuk penciptaan lapangan kerja.

4. Sebagai instrument untuk penyederhanaan dan peningkatan efektifitas


birokrasi.

5. Mendorong peningkatan investasi, sehingga akan mampu menciptakan


lapangan kerja baru, dengan tetap memberikan perlindungan dan
kemudahan bagi UMK-M dan Koperasi, serta meningkatkan
perlindungan bagi pekerja atau buruh.

6. Jumlah UMK (Mikro & Kecil) = 64,13 Juta dari total UMKM=64,19
atau sebesar 99,98%, dengan jumlah tenaga kerja di sektor informal
sebesar 70,5 juta (55,7%), sehingga untuk bisa masuk ke Sektor Formal
perlu dipermudah mulai pendirian, perijinan, dan pembinaannya.

Namun, UU Cipta kerja ini dianggap tidak memiliki tiga prinsip yang diusung
buruh. Ketiga hal tersebut adalah perlindungan kerja, perlindungan terhadap
pendapatan, serta jaminan sosial terhadap pekerjaan. UU ini dianggap akan
sangat merugikan dan merusak kesejahteraan mereka.

c. Dalam UU Cipta Kerja, Pasal 151 berubah ketentuannya menjadi pengusaha


tidak lagi harus menunggu penetapan dari LPPH dalam proses PHK. Ketentuan
Pasal 155 yang dihapus pun membuat PHK tanpa penetapan dari LPPH tidak
lagi batal demi hukum. Pengusaha berpotensi lolos dari kewajibannya saat
proses PHK dan tetap dapat memutuskan hubungan kerja secara sepihak
walaupun perundingan pemutusan kerja bersama buruh/serikat buruh berujung
gagal. Ketentuan dalam UU ini diperparah dengan disisipkannya Pasal 154A
yang berisi semakin banyaknya alasan buruh untuk di PHK.

Dengan satu alasan ini saja sudah sewajarnya mengapa para buruh menolak
keras UU ini karena bisa merugikan dan merusak kesejahteraan mereka.

Anda mungkin juga menyukai