Rahmawati
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogjakarta
rahmawatingali@gmail.com
ABSTRACT
This research is to find out the process of implementing
a fiduciary guarantee agreement and to know the legal
consequences of a fiduciary guarantee agreement when
FIF Astra is not registered. Based on the results of the
study it can be concluded that in terms of its
implementation and the contents of FIF Astra's
financing agreement, it has fulfilled the provisions of
legislation, especially the Civil Code. This is intended to
provide legal certainty for the parties, both for fiduciary
providers and for fiduciary recipients so that they can
provide legal protection to creditors (fiduciary
recipients) and other third parties. Regarding to the
consequences of fiduciary guarantee law which is not
registered according to Law Number 42 of 1999 that
fiduciary guarantees must be made with a Notary Deed
and registered with the Office of the Ministry of Law
and Human Rights, in order to have execution power, in
addition, creditors will obtain preferential rights. If the
fiduciary guarantee is not made under the hand and is
not registered in accordance with the provisions of the
legislation, it does not have the execution power, and
the right of preferential rights and can be nullified and
voided by law.
[376] AHKAM, Volume 7, Nomor 2, November 2019: 375-396
Pendahuluan
Era globalisasi sekarang ini, masyarakat berkembang sangat
cepat. Batas batas ataupun jarak di dunia sudah tidak berpengaruh
dengan adanya teknologi internet. Dalam segi ekonomi juga
mengalami perkembangan yang sangat cepat dan juga menuntut
kecepatan mobilitas bagi masyarakat yang terlibat di dalamnya. 1
Salah satu hal yang mendukung kecepatan dalam mobilitas
masyarakat adalah kendaraan bermotor. Secara umum jenis
kendaraan bermotor digunakan masyarakat ada dua jenis, yaitu
sepeda motor dan mobil. Sepeda motor memiliki harga yang relatif
lebih murah daripada mobil, akan tetapi kemampuan muatannya
juga lebih sedikit dibandingkan dengan mobil, yang daya
angkutmnya lebih besar dan banyak. Untuk sebagian masyarakat
harga sepeda motor sulit dijangkau apabila dibeli dengan cara tunai
atau kontan. Kebutuhan mobilitas yang mendesak masyarakat agar
lebih cepat, menuntut masyarakat untuk memiliki kendaraan pribadi
dan di lain pihak, dealer kendaraan menginginkan agar produknya
terjual kepada masyarakat agar mendapat keuntungan.
Banyak lembaga pembiayaan sepeda motor berlomba-lomba
menciptakan inovasi produk terbaru sepeda motor dengan berbagai
macam inovasi tebaru serta para produsen sepeda motor semakin
meningkatkan kapasitas produksinya. Hal ini juga penawaran
produk sepeda motor mengakibatkan tingginya minat masyarakat
untuk membeli sepeda motor. Dengan kemudahan yang ditawarkan
oleh para lembaga pembiayaan dalam menarik minat pembeli,
pembeli tidak harus membayar lunas pembelian sepeda motor,
1
Sunaryo, Hukum Lembaga Pembiayaan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008),
h. 99.
Rahmawati: Analisis Pelaksanaan… [377]
6
Pasal 11 Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia.
7
Munir Fuady, Jaminan Fidusia…, h. 29.
[380] AHKAM, Volume 7, Nomor 2, November 2019: 375-396
Pengertian Perjanjian
Perjanjian telah diatur di dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata Pasal 1313 KUH Perdata menyatakan bahwa suatu
persetujuan adalah suatu perbuatan dimana satu orang atau lebih
mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih. Definisi dalam
pasal ini belum memuaskan. Tentu untuk memperoleh pengertian
yang lebih mendalam mengenai pengertian perjanjian tidaklah
Rahmawati: Analisis Pelaksanaan… [381]
8
P.N.H. Simanjuntak, Hukum Perdata Indonesia, (Jakarta: Kencana PT
Fajar Interpratama Mandiri, 2015), h. 285.
9
M. Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, (Bandung: Alumni,
1986), h. 6.
[382] AHKAM, Volume 7, Nomor 2, November 2019: 375-396
Pengertian Kredit
Kata kredit berasal dari 3 sumber bahasa. Dari bahasa
Yunani, yaitu "credere" yang berarti kepercayaan, dalam bahasa
Romawi yaitu "credo" yaitu kepercayaan, sedangkan dalam bahasa
Latin yaitu berarti kepercayaan akan kebenaran dalam praktek
sehari-hari. Sedangkan pengertian kredit menurut Gatot Supramono
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara pihak kreditur dengan pihak debitur yang
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau
pembagian hasil keuntungan.11
Pengertian kredit dalam dunia per-FIF-an pada Pasal 1
angka 11 Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang FIFan
yaitu: Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang persetujuan
atau kesepakatan pinjam meminjam antara pihak FIF dengan pihak
lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya
10
Wiryono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Perjanjian, (Bandung: Bale,
1985), h. 17.
11
Gatot Supramono, Perbankan dan Masalah Kredit Suatu Tinjauan
Yuridis, (Jakarta: Djambatan, 1996), h. 61.
Rahmawati: Analisis Pelaksanaan… [383]
12
Agustina, “Pelaksanaan Perjanjian Fidusia pada Fif Astra Ditinjau dari
Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia”, Jurnal Pro
Hukum, vol. Iv, No.1, Juni 2015, h. 47.
13
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Jaminan di Indonesia Pokok-
pokok Hukum Jaminan dan Jaminan Perorangan, (Yogyakarta: Liberty, 1980), h.
1.
[384] AHKAM, Volume 7, Nomor 2, November 2019: 375-396
14
Soebekti, Jaminan-jaminan untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum
di Indonesia, (Bandung: Alumni, 1986), h. 29.
15
Ratu Resmiati, ‘’Masalah Hukum Pendaftaran Fidusia’’, Makalah
dalam Lokakarya “Fudusia dan Permasalahannya” 10 Agustus 2006 di Jakarta),
h. 3.
Rahmawati: Analisis Pelaksanaan… [385]
satuan benda; (10) Termasuk hasil dari benda yang telah menjadi
obyek fidusia; (11) Termasuk juga hasil klaim asuransi dari benda
yang menjadi obyek jaminan fidusia; (12) Benda persediaan
(inventory), stok perdagangan.
Pembebanan fidusia yang obyeknya barang persediaan,
dalam hukum Anglo Saxon dikenal dengan nama floating16 lien
atau floating charge. Obyek jaminan fidusia yang berupa benda
persediaan/inventory yang selalu berubah-ubah atau tidak tetap
dalam akta jaminan fidusianya perlu dicantumkan uraian yang jelas
mengenai jenis, merek, kualitas dari benda tersebut,17dan antara
arus masuk dan arus keluar atau piutang harus dijaga dan dilaporkan
kepada penerima fidusia.
16
Floating (mengembang) karena jumlah benda yang menjadi obyek
jaminan sering berubah-ubah sesuai dengan persediaan stok, mengikuti irama
pembelian dan penjualan benda tersebut.
17
Penjelasan Pasal 6 Undang-Undang Jaminan Fidusia.
[386] AHKAM, Volume 7, Nomor 2, November 2019: 375-396
18
Rachmadi Usman, Hukum Jaminan Keperdataan, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2009), h. 519.
19
Lihat Pasal 29 Sampai Pasal 34 UUJF.
Rahmawati: Analisis Pelaksanaan… [391]
20
Grace P. Nugroho, Eksekusi Terhadap Benda Objek Perjanjian Fidusia
Dengan Akta di Bawah Tangan, Artikel, 10 0ktober 2007.
[392] AHKAM, Volume 7, Nomor 2, November 2019: 375-396
21
Lihat Pasal 368 KUH Pidana.
Rahmawati: Analisis Pelaksanaan… [393]
Penutup
Berdasarkan pemaparan yang dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa:
Pertama, pelaksanaan perjanjian jaminan fidusia merupakan
dasar untuk aturan pendaftaran jaminan fidusia, namun peraturan
tentang pendaftaran jaminan fidusia secara elektronik dan jaminan
fidusia yang tidak didaftarkan tidak sah. Fidusia bisa dikatakan sah
apabila terlebih dahulu terpenuhi syarat sahnya perjanjian yang
dibuat oleh para pihak, dan kemudian diikuti dengan pembebanan
benda yang dibuat dengan akta notaris.
Kedua, akibat hukum perjanjian jaminan fidusia yang tidak
didaftarkan Menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999
Bahwa Jaminan fidusia harus dibuat dengan Akta Notaris dan
didaftarkan pada Kantor Kementerian Hukum dan HAM, agar
memiliki kekuatan eksekusi, di samping itu, kreditor akan
22
Lihat Pasal 372 KUH Pidana.
[394] AHKAM, Volume 7, Nomor 2, November 2019: 375-396
DAFTAR PUSTAKA