Anda di halaman 1dari 9

PELAKSANAAN JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PINJAM-MEMINJAM

DI KOPERASI SIMPAN PINJAM

Disusun Oleh:

FRITZIE FAIS ZEN/8111420405

MUHAMMAD TIO YUSTISIA/8111420410

MUHAMMAD RIDHO IKHSANUL F/8111420418

IQBAL AZEGAF PAMUNGKAS/8111420431

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVESITAS NEGERI SEMARANG

2022

1
ABSTRAK
  Fidusia dapat diartikan sebagai sebuah pendelegasian terhadap wewenang dari pemilik
kepada pihak lain yang didelegasikan untuk mengeksekusi hal yang dilegasikan. Fidusia sendiri
merupakan kata yang jarang diucapkan dalam penggunaan bahasa sehari-hari. Karena kata
fidusia ini tidak hanya digunakan di Indonesia melainkan di berbagai negara seperti roma fides,
Belanda fiduciare dan Inggris fiduciary yang artinya sama dengan kata fidusia di Indonesia yang
artinya kepercayaan. Sebenarnya fidusia ini merupakan salah satu bentuk dari pengalihan hak
dan wewenang dari seorang pemilik barang pada orang lain untuk mengeksekusi barang yang
dimilikinya tersebut. Maka dari itu, umumnya istilah fidusia ini sendiri kental kaitannya dengan
jaminan kredit yang diberikan pada pihak debitur dan diberikan kepada pihak kreditur. Di fidusia
ada pelaksanaan pembebanan jaminan fidusia dalam Perjanjian pinjam-meminjam. Dalam hal ini
perjanjian pinjam-meminjam akan membahas pembebanan jaminan fidusia dalam perjanjian
pinjam-meminjam di koperasi. Pelaksanaan perjanjian pinjam-meminjam dengan jaminan fidusia
dengan cara yaitu pembebanan jaminan fidusia dibawah tangan dan akta notarial, pada dasarnya
pembebanan dengan akta notarial dan didaftarkan di kantor pendaftaran fidusia sudah benar
namun dalam hal pembuatan dengan akta dibawah tangan hal tersebut dapat dikatakan sangat
beresiko, dengan adanya asas pacta sunt servanda. Disini juga akan membahas upaya-upaya
penyelesaian wanprestasi dalam perjanjian pinjam-meminjam dengan jaminan fidusia di koperasi
simpan-pinjam. Didalam perjanjian fidusia ini upaya yang dilakukan untuk melakukan
penyelesaian wanprestasi dalam perjanjian pinjam-meminjam dengan merujuk pada dalam kitab
Undang-Undang hukum perdata dan UU no.  42 tahun 1999 tentang fidusia.

Kata kunci: Fidusia, Pinjaman, Jaminan, Kredit


 
 

2
ABSTRACK
  Fiduciary can be interpreted as a delegation of authority from the owner to another party
who is delegated to execute the delegated thing. Fiduciary itself is a word that is rarely spoken in
everyday language use. Because the word fiduciary is not only used in Indonesia but in various
countries such as Rome fides, Dutch fiduciary and English fiduciary which means the same as
the word fiduciary in Indonesia which means trust. Actually this fiduciary is a form of transfer of
rights and authority from an owner of the goods to another person to execute the goods he owns.
Therefore, generally the term fiduciary itself is closely related to credit guarantees given to the
debtor and given to the creditor. In fiduciary there is the implementation of the imposition of
fiduciary guarantees in the loan-borrowing agreement. In this case the loan-borrowing agreement
will discuss the imposition of fiduciary guarantees in the loan-borrowing agreement in
cooperatives. The implementation of the loan-borrowing agreement with a fiduciary guarantee is
carried out in a way that is the imposition of an underhand fiduciary guarantee and a notarial
deed, basically the imposition with a notarial deed and registered at the fiduciary registration
office is correct, but in the case of making it with an under-handed deed it can be said to be very
risky, with the principle of pacta sunt servanda. It will also discuss efforts to resolve defaults in
loan agreements with fiduciary guarantees in savings and loan cooperatives. In this fiduciary
agreement, efforts are made to settle the default in the loan agreement by referring to the Civil
Code and Law no. 42 of 1999 concerning fiduciary.
 
Keyword: Fiduciary, Loan, Guarantee, Credit
 

3
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Menurut Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945, Pembangunan ekonomi adalah bagian
dari pembangunan nasional, pembangunan tersebut dilakukan dalam rangka meningkatkan
perekonomian nasional, sebagai tugas pemerintah sesuai dengan aturan yang berlaku. Salah satu
badan yang menjadi sarana penunjang bagi kemajuan ekonomi yaitu Koperasi. Koperasi
merupakan Badan usaha beranggotakan perorangan atau badan hukum, badan usaha tersebut
bersandar atas kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi secara langsung merupakan gerakan
ekonomi rakyat yang berdasar kepada asas kekeluargaan.
Pada buku ke 3 bab ke 13 KUH Perdata pada Pasal 1754 terdapat adanya definisi
mengenai perjanjian pinjam-meminjam. Pinjam meminjam adalah perjanjian antara pihak yang
satu memberikan kepada pihak yang lain atas suatu jumlah tertentu barang-barang yang
menghabis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang belakangan ini akan
mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula.
Di dalam Pasal 1 angka 2 UU No 42 Tahun 1999 terdapat istilah atau definisi mengenai
jaminan Fidusia. Jaminan Fidusia merupakan hak jaminan atas benda bergerak baik yang terlihat
maupun yang tidak terlihat, dan benda diam atau tidak bergerak khususnya bangunan tidak dapat
dibebani hak tanggungan seperti yang dimaksud dalam UU di atas Tentang Hak Tanggungan
yang tetap berada dalam penguasaan pemberi Fidusia, sebagai aset atau barang berharga yang
dititipkan oleh peminjam dana (agunan) bagi pelunasan utang tertentu, yang memberikan
kedudukan yang diutamakan kepada penerima Fidusia terhadap kreditur lainnya. Terdapat
persyaratan atau prosedur dalam melaksanakan pinjam meminjam, yaitu perlu adanya jaminan
sebagai bentuk perlindungan hukum dari adanya wanprestasi yang dapat timbul dikemudian hari,
akan tetapi dengan adanya lembaga jaminan Fidusia kreditur menjadi lebih aman dalam
menyalurkan kreditnya meskipun dalam pelaksanaannya perlindungan yang diberikan oleh
lembaga jaminan Fidusia dirasa masih belum mencukupi.

4
Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pelaksanaan Pembebanan Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pinjam-


Meminjam di Koperasi Simpan-Pinjam?
2. Bagaimana Upaya-Upaya Penyelesaian Wanprestasi Dalam Perjanjian Pinjam-Meminjam
Dengan Jaminan Fidusia Di Koperasi Simpan-Pinjam
Tujuan
1. Untuk mengetahui Pelaksanaan Pembebanan Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pinjam-
Meminjam di Koperasi Simpan-Pinjam
2. Untuk mengetahui Upaya-Upaya Penyelesaian Wanprestasi Dalam Perjanjian Pinjam-
Meminjam Dengan Jaminan Fidusia Di Koperasi Simpan-Pinjam

PEMBAHASAN

a. Pelaksanaan Pembebanan Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pinjam-Meminjam di


Koperasi Simpan-Pinjam
Pelaksanaan Koperasi perjanjian pinjaman memberikan jaminan kepercayaan
dengan pengenaan jaminan fidusia. Di bawah tangan dan akta notaris. pada dasarnya
pembebanan dengan akta notaris dan didaftarkan di kantor pendaftaran fidusia pada
koperasi-koperasi di sekitar kita sudah benar. tetapi dalam hal pembuatan akta dibawah
tangan Bisa dibilang sangat berisiko, menurut asa pacta sunt servanda menyatakan semua
perjanjian yang dibuat  secara sah berlaku sebagai undang undang bagi mereka yang
membuatnya.hal ini membuktikan bahwa undang undang sendiri mengakui dan
menempatkan keeudukan para pihak dalam perjanjian tersebut sejajar dengan pembuat
undang undang. Akan tetapi tetap saja tidak cukup untuk memenuhi kepastian hukum
dari akta dibawah tangan tersebut. Hal ini dikarenakan akta tersebut tidak sesuai dengan
ketentuan pembebanan jaminan fidusia yang sesuai dengan UU No. 42 Tahun 1999
Tentang Jaminan  fidusia terutama pada pasal 5,11,12. Beberapa koperasi yang bekerja
sama dengan kantor pinjaman  juga melanggar prinsip  yuridis jaminan.

5
Yuridis jaminan sendiri adalah prinsip formalisme yaitu terdapat beberapa
tindakan yang diharuskan oleh Perundang-undangan untuk dilakukan oleh pihak-pihak
yang terkait suatu jaminan utang yaitu : keharusan pembuatan akta, keharusan
pencatatan, pelaksanaan di depan pejabat tertentu, penggunaan instrument tertentu, dan
penggunaan kata-kata tertentu. Oleh karena itupembuatan penjanjian pinjam meminjam
pada koperasi simpan pinjam  terdapat suatu kesalahan dalam hal pembebanan jaminan
fidusia dibawah tangan.Maka bisa disimpulkan perjanjian pembebanan koperasi simpan
pinjam akta dibawah tangan tersebut bukan akta yang otentik dan hal tersebut bisa
merugikan kedua belah pihak yaitu debitur dan kreditur, kerugian yang dapat dialami
oleh debitur yaitu kreditur bisa saja sewenang wenang dalam melakukan hak eksekusi
tanpa melalui badan pelelangan umum dan kerugian bagi kreditur yaitu apabila debitur
tidak melakukan pelunasan hutang atau wanprestasi dan melarikan barang. yang menjadi
objek jaminan jadikreditur tidak bisa menjerat debitur dengan wanprestasi yang terdapat
pada  Undang Undang No.42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia dikarenakan tidak
sahnya perjanjian yang dibuat dibawah tangan tersebut.

b. Upaya-upaya penyelesaian wanprestasi dalam perjanjian pinjam meminjam dengan


jaminan fidusia.
Apabila terjadi sebuah wanprestasi hal yang paling penting dilakukan adalah
maintenance atau pengecekan pembayaran  oleh debitur itu bertujuan sebagai upaya
pencegahan. Maintenance dalam hal ini berperan penting dan harus dilakukan rutin setiap
bulannya. Ingatkan maintenance ini harus dilakukan oleh seorang kolektor koperasi.
Dengan melakukan pengecekan maka pihak koperasi akan lebih mudah dan dapat
mengetahui apakah debitur tersebut melakukan kewajiban pembayarannya dengan baik
dan benar atau tidak. Debitur juga diwajibkan untuk selalu membiarkan utangnya tiap
bulan dengan ketentuan bahwa debitur dikenai surat peringatan pertama apabila tidak
membayar dengan waktu yang sudah ditentukan oleh koperasi, Selanjutnya apabila pada
bulan berikutnya tetap belum membayar maka pihak koperasi harus memberikan surat
peringatan ke-2 begitupun bulan-bulan selanjutnya.
Lalu apabila teguran hanya dirasakan oleh pihak debitur maka koperasi harus
memberikan somasi kepada pihak debitur. Somasi adalah surat peringatan terakhir yang

6
selanjutnya akan dilakukan penarikan objek fidusia dari tangan debitur. Somasi diberikan
dengan jangka waktu 4 bulan berturut-turut. Dan jika Debitur tidak melakukan
Pembayaran utang tersebut tentu maka akan diberikan renda. Ketentuannya dihitung per
hari dari habisnya masa pinjamannya itu sebesar 0,1% dari jumlah keuntungan tiap
harinya. Pelaksanaan penarikan objek yang dilakukan koperasi harus memiliki bagian
hukum atau legal yang ada dalam koperasi dan apabila penarikan tersebut melalui
putusan pengadilan maka pihak koperasi harus menghadirkan notaris sebagai saksi dalam
hal tersebut apabila objek jaminan tersebut dilakukan pembebanan dengan akta notaris.
Berkaitan dengan penarikan objek jaminan fidusia pada koperasi simpan pinjam
untuk melakukan eksekusi apabila debitur melakukan wanprestasi atau tidak melakukan
kewajibannya sebagai debitur sesuai dalam KUH Perdata pasal 1763 yaitu siapa
menerima pinjaman suatu diwajibkan mengembalikannya dalam jumlah dan keadaan
yang sama dan pada waktu ditentukan. Kemudian dalam pasal 1764 KUH Perdata
mengatur jika Debitur tidak mampu memenuhi kewajiban maka ia diwajibkan membayar
pinjaman atau harga barang yang dipinjamnya maka koperasi dapat melakukan eksekusi
sesuai dengan ketentuan dari UU No 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia yaitu pada
pasal 29 sampai pasal 34.

7
PENUTUP

Kesimpulan
Pelaksanaan pembebanan jaminan Fidusia dalam perjanjian pinjam- meminjam di Koperasi
Simpan Pinjam yaitu dengan tata cara melakukan peminjaman terdapat dua cara pembebanan
Fidusia pada perjanjian pinjam meminjam di koperasi, yang pertama adalah dengan pembuatan
akta jaminan di bawah tangan dan Fidusia notarial, akta Fidusia dibawah tangan yaitu pihak
koperasi dengan debitur hanya melakukan perjanjian pinjam- meminjam dengan hanya
berdasarkan kesepakatan antara kedua belah pihak atau pembebanan jaminan Fidusia dibawah
tangan. Apabila terjadi sebuah wanprestasi hal yang paling penting dilakukan adalah pengecekan
pembayaran  oleh debitur itu bertujuan sebagai upaya pencegahan, Debitur juga diwajibkan
untuk selalu membiarkan utangnya tiap bulan dengan ketentuan bahwa debitur dikenai surat
peringatan pertama apabila tidak membayar dengan waktu yang sudah ditentukan oleh koperasi,
Selanjutnya apabila pada bulan berikutnya tetap belum membayar maka pihak koperasi harus
memberikan surat peringatan kedua dan memberikan somasi kepada debitur.
 

8
Daftar Pustaka

Muhammad, Abdulkadir. (2010). Hukum Perdata Indonesia. Bandung. Penerbit PT Citra Aditya
Bakti

Hernoko, Agus Yudha. (2014). Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas Dalam Kontrak
Komersial. Jakarta. Penerbit Prenadamedia Group

Miru, Ahmadi & Pati, Sakka. (2014). Makna Pasal 1233 Sampai 1456

Pachta, Andjar W Dkk. (2007). Hukum Koperasi Indonesia, Pemahaman, Regulasi, Pendirian,
Dan Modal Usaha. Jakarta. Rajawali Pers, Jakarta

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPdt) Pasal 1754

Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia

Anda mungkin juga menyukai