Anda di halaman 1dari 6

Nama : Syifa Putri Sabila

NIM : 20210401195
UAS Kontak Dagang

1. Kontrak adalah perjanjian antara dua pihak yang mengikat secara


hukum. Namun, ada beberapa jenis kontrak yang tidak memiliki
konsekuensi hukum. Salah satu contohnya adalah kontrak sosial.
Kontrak sosial adalah perjanjian yang dibuat oleh individu-individu
dalam suatu masyarakat untuk membentuk pemerintahan atau
sistem politik. Kontrak sosial ini tidak memiliki konsekuensi hukum
yang dapat ditegakkan secara langsung. Contoh terkenal dari kontrak
sosial adalah teori yang diajukan oleh filsuf Jean-Jacques Rousseau
dalam bukunya yang berjudul "The Social Contract".
Dalam kontrak sosial, individu-individu setuju untuk mengorbankan
sebagian kebebasan pribadi mereka untuk mendapatkan manfaat
dan perlindungan dari pemerintah atau sistem politik yang dibentuk.
Kontrak sosial ini lebih bersifat sebagai dasar filosofis atau ideologis
dalam membentuk suatu masyarakat yang adil dan beradab

2. Dalam kontrak jual beli tanah dan bangunan, jika bangunan tersebut
bukan dimiliki oleh pemilik tanah, tetapi dimasukkan dalam kontrak
dengan pernyataan tegas "jual beli ini meliputi segala sesuatu yang
terdapat di atas dan tertanam di tanah tersebut", maka jual beli
tersebut tidak sah.
Dasar hukumnya dapat ditemukan dalam Pasal 1320 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) yang menyatakan bahwa
suatu perjanjian sah jika memenuhi syarat-syarat berikut:
Kesepakatan antara pihak-pihak yang terlibat. Artinya, pemilik tanah
dan calon pembeli harus sepakat mengenai transaksi jual beli.
Kecakapan untuk membuat perjanjian. Pihak-pihak yang terlibat
harus cakap secara hukum, yaitu memiliki kemampuan untuk
melakukan perbuatan hukum.
Suatu hal yang halal. Transaksi jual beli harus dilakukan atas barang
yang sah dan tidak bertentangan dengan hukum.
Dalam kasus di mana pihak yang memiliki bangunan menuntut,
penyelesaian sengketa dapat dilakukan melalui proses hukum. Pihak
yang merasa dirugikan dapat mengajukan gugatan ke pengadilan
untuk menyelesaikan sengketa tersebut. Pengadilan akan
mempertimbangkan bukti-bukti yang ada dan memutuskan apakah
jual beli tersebut sah atau tidak.

3. Dalam perancangan kontrak, terdapat beberapa faktor hukum yang


harus dipenuhi. Berikut adalah beberapa faktor tersebut:

Kesepakatan: Kontrak harus didasarkan pada kesepakatan antara


pihak-pihak yang terlibat. Kesepakatan ini harus bersifat bebas dan
sukarela, tanpa adanya paksaan atau penipuan.
Kecakapan: Pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak harus memiliki
kecakapan hukum untuk membuat perjanjian. Mereka harus memiliki
kapasitas hukum dan tidak sedang dalam keadaan yang
menghalangi mereka untuk membuat kontrak, seperti di bawah umur
atau tidak berkepribadian hukum.

Objek yang sah: Kontrak harus memiliki objek yang sah. Objek
tersebut harus sesuai dengan hukum dan tidak bertentangan dengan
ketentuan yang berlaku. Misalnya, kontrak yang melibatkan kegiatan
ilegal atau melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan
tidak sah.
Kesesuaian dengan ketentuan hukum: Kontrak harus mematuhi
ketentuan hukum yang berlaku. Hal ini termasuk mematuhi ketentuan
peraturan perundang-undangan, peraturan pemerintah, dan
ketentuan lainnya yang berlaku di negara tersebut.
Ketentuan yang jelas: Kontrak harus memiliki ketentuan yang jelas
dan tegas. Ketentuan-ketentuan tersebut harus dapat dipahami
dengan jelas oleh pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak.

Kontrak Online
Dalam konteks kontrak online, faktor-faktor hukum yang harus
dipenuhi dalam perancangan kontrak tetap berlaku. Namun, ada
beberapa hal tambahan yang perlu diperhatikan:
Perlindungan data pribadi: Kontrak online sering melibatkan
pertukaran informasi pribadi antara pihak-pihak yang terlibat. Oleh
karena itu, penting untuk memastikan bahwa kontrak tersebut
mematuhi undang-undang perlindungan data pribadi yang berlaku.

Keabsahan elektronik: Kontrak online harus memenuhi persyaratan


keabsahan elektronik yang ditetapkan oleh hukum yang berlaku. Hal
ini termasuk penggunaan tanda tangan elektronik yang sah dan
metode pengiriman yang aman.

Penyelesaian sengketa: Kontrak online sering kali melibatkan pihak-


pihak dari berbagai yurisdiksi yang berbeda. Oleh karena itu, penting
untuk mempertimbangkan mekanisme penyelesaian sengketa yang
sesuai, seperti arbitrase internasional atau penyelesaian sengketa
secara online.

Jika terjadi sengketa dalam kontrak online, penyelesaiannya dapat


dilakukan melalui mekanisme penyelesaian sengketa yang telah
disepakati dalam kontrak tersebut. Hal ini dapat mencakup negosiasi,
mediasi, atau arbitrase. Jika tidak ada mekanisme penyelesaian
sengketa yang disepakati, pihak-pihak dapat mengajukan gugatan ke
pengadilan yang berwenang sesuai dengan hukum yang berlaku.

4. Anatomi Kontrak dan Kebebasan Berkontrak


Anatomi kontrak merujuk pada struktur atau elemen-elemen yang
terdapat dalam suatu kontrak. Secara umum, anatomi kontrak terdiri
dari beberapa bagian, seperti identitas pihak-pihak yang terlibat,
deskripsi objek kontrak, syarat-syarat, ketentuan pembayaran, dan
mekanisme penyelesaian sengketa. Anatomi kontrak ini dapat
bervariasi tergantung pada jenis kontrak dan kebutuhan pihak-pihak
yang terlibat.
Kebebasan berkontrak adalah prinsip hukum yang memberikan
kebebasan kepada pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak untuk
menentukan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan kontrak, selama
tidak melanggar hukum atau kebijakan publik. Prinsip ini
memungkinkan pihak-pihak untuk bernegosiasi dan mencapai
kesepakatan yang saling menguntungkan.
Dasar Hukum
Dasar hukum untuk kebebasan berkontrak dapat ditemukan dalam
berbagai peraturan hukum, tergantung pada yurisdiksi yang berlaku.
Di Indonesia, dasar hukum untuk kebebasan berkontrak terdapat
dalam Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUHPerdata). Pasal ini menyatakan bahwa "Setiap perjanjian yang
dibuat secara sah mengikat para pihak yang membuatnya."
Selain itu, dalam konteks kontrak online, Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE)
juga memberikan dasar hukum untuk kontrak online. UU ITE
mengatur penggunaan tanda tangan elektronik dan keabsahan
kontrak elektronik.
Standar Kontrak dan Luasnya Kebebasan Berkontrak
Standar kontrak adalah kontrak yang telah disusun sebelumnya dan
digunakan secara umum dalam transaksi yang serupa. Standar
kontrak ini biasanya telah memuat ketentuan-ketentuan yang telah
disepakati sebelumnya dan tidak dapat dinegosiasikan oleh pihak-
pihak yang terlibat. Standar kontrak dapat memberikan kepraktisan
dan efisiensi dalam transaksi, tetapi juga dapat menimbulkan
ketidakseimbangan kekuatan antara pihak yang lebih kuat dan pihak
yang lebih lemah.
Dalam konteks kebebasan berkontrak, penggunaan standar kontrak
dapat membatasi kebebasan pihak-pihak untuk bernegosiasi dan
menentukan syarat-syarat kontrak. Oleh karena itu, dalam beberapa
kasus, undang-undang perlindungan konsumen mengatur
penggunaan standar kontrak untuk mencegah penyalahgunaan dan
melindungi kepentingan konsumen.

5. Kontrak Kesepakatan Jual Beli Sepeda Motor

Kontrak ini dibuat pada tanggal [tanggal pembuatan kontrak] antara:

Pihak Pertama:
Nama: Reno
Alamat: [alamat Reno]
Selanjutnya disebut sebagai "Penjual"

Pihak Kedua:
Nama: Judi
Alamat: [alamat Judi]
Selanjutnya disebut sebagai "Perantara"

Pihak Ketiga:
Nama: Adi
Alamat: [alamat Adi]
Selanjutnya disebut sebagai "Pembeli"

kedua belah pihak telah sepakat untuk melakukan jual beli sepeda
motor dengan rincian sebagai berikut:

Deskripsi Sepeda Motor:

Merek/Model: [merek/model sepeda motor]


Tahun Pembuatan: [tahun pembuatan]
Nomor Polisi: [nomor polisi]
Kilometer: [jumlah kilometer yang telah ditempuh]
Harga:

Penjual menawarkan sepeda motor seharga 20 juta rupiah.


Pembeli mengajukan penawaran sebesar 19 juta rupiah.
Setelah negosiasi, kedua belah pihak sepakat untuk harga
pembelian sebesar 19.5 juta rupiah.
Pembayaran:

Pembeli akan melakukan pembayaran sebesar 19.5 juta rupiah


kepada Penjual dalam bentuk transfer bank.
Pembayaran harus dilakukan secara penuh dan dalam mata uang
rupiah sebelum proses balik nama kendaraan.
Balik Nama:

Balik nama kendaraan akan dilakukan setelah pembayaran


dilakukan oleh Pembeli.
Penjual bertanggung jawab untuk melengkapi semua dokumen yang
diperlukan untuk proses balik nama kendaraan.
Garansi:

Penjual memberikan garansi pada sepeda motor selama 3 tahun


terhitung sejak tanggal pembelian.
Garansi mencakup perbaikan dan penggantian suku cadang yang
rusak akibat kerusakan bawaan.
Bonus:

Pembeli akan menerima bonus berupa dua buah helm dan satu set
ban baru yang belum terpakai

Demikianlah kesepakatan jual beli sepeda motor antara Joni dan


Adi. Kontrak ini sah dan mengikat kedua belah pihak sejak tanggal
pembuatan kontrak.

Penjual:
[Nama Penjual]
[Tanda Tangan Penjual]

Perantara:
[Nama Perantara]
[Tanda Tangan Perantara]

Pembeli:
[Nama Pembeli]
[Tanda Tangan Pembeli]

Anda mungkin juga menyukai