INTERNASIONAL UNIDROIT
Dengan adanya upaya harmonisasi ini maka mau tidak mau ada
suatu sistem hukum yang harus menyesuaikan diri dengan aturan-
aturan yang disepakati para pihak atau yg tertuang dalam suatu
instrumen internasional.
B. Tujuan dibentuknya Prinsip-prinsip UNIDROIT
Contoh:
A melakukan kontrak utk penyediaan dan pemasangan instalasi
jaringan produksi khusus yang memuat ketentuan bhw A penjual
berkewajiban utk berkomunikasi kepada B pembeli, utk setiap
perbaikan yang dibuat oleh A mengenai teknologi dari jaringan
tersebut. Kmd stlh 1 thn A memperbaiki jaringan tsb ternyata ada
yg tdk diinformasikan. Dalam hal ini A tdk dpt mengelak bhw
produksi dlm tipe ttt dari jaringan produksi itu bukan tanggung
jawabnya, melainkan tanggung jawab C yg merupakan afiliasinya.
Hal tsb jelas melanggar prinsip itikad baik.
D.3. Prinsip pengakuan hukum terhadap kebiasaan dalam
transaksi bisnis sebagai hukum memaksa
(1) The parties are bound by any usage to which they have agreed
and by any parties which they have established between
themselves.
(2) The parties are bound by a usage that is widely known to and
regularly observed in international trade by parties in the
particular trade concerned except where the application of
such usage would be unreasonable. (Pasal 1.8)
Contoh:
A dan B melakukan negoisasi untuk mengadakan joint venture
contract untuk pengembangan produk baru. Stlh negoisasi yg lama
tanpa ada penawaran atau penerimaan yg formal dan masih ada
beberapa maslah kecil yg masih dlm penyelesaian, kedua belah
pihak mulai melaksanakannya. Ketika kmd para pihak gagal
mencapai suatu persetujuan mengenai masalah kecil tsb,
pengadilan atau mahkamah arbitrase dpt memutus bhw kontrak itu
bagaimanapun juga telah berlaku sejak para pihak mulai
melaksanakannya. Dgn dmk perilaku itu menunjukkan kehendak
mereka untuk terikat oleh kontrak tsb.
D.5. Prinsip larangan bernegoisasi dengan itikad buruk.
(1) “A party is free to negotiate and is not liable for failure to
reach an agreeement.
(2) However, a party who negotiates or breaks off negoitations
in bad faith is liable for the losses caused to the other party.
(3) It is bad faith, in particular, for a party to enter into or
continue negoitations when intending not to reach an
agreement with other party.” (Pasal 2.15)
Contoh:
A mengetahui keinginan B untuk menjual restorannya. A tdk
berniat utk membeli restoran tsb, namun tetap bernegosiasi
panjang dengan B, dgn niat agar restoran tsb tdk dijual kpd C yg
merupakan saingannya. A menggagalkan negoisasi ketika C telah
membeli restoran lain. B kmd menjual restoran pada pihak lain
dgn harga dibawah penawaran C. A bertanggung jawab atas
perbedaan harga tsb.