• Jual Beli
– JB merupakan perbuatan hukum antara pihak penjual dan pembeli mengenai suatu barang.
– Pasal 1457 KUH Perdata, “perjanjian antara penjual dan pembeli dimana pihak
penjual mengikatkan diri untuk menyerahkan benda dan pihak pembeli untuk
membayar harga yang sudah diperjanjikan itu”.
– Pasal 1313 KUH Perdata, “Perjanjian atau kontrak adalah suatu peristiwa dimana
seorang atau satu pihak berjanji kepada seorang atau pihak lain atau dimana dua
orang atau dua pihak itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal”.
• Jual Beli Internasional
• Adalah transaksi yang melibatkan kepentingan lebih dari satu hukum nasional, lebih dari satu pihak
yang tunduk pada hukum negara yang berbeda.
• Perbuatan hukum
Jual beli • Akibat hukum
INTERNASIONAL
Convention on the International Sale of Goods 1980 (CISG).
Selain CISG, terdapat juga konvensi-konvensi terkait dengan kontrak internasional, antara lain:
- Konvensi UNIDROIT (the Unidroit Principles of International Contracts);
7
INTERNATIONAL SALES TRANSACTIONS
10
Latar Belakang CISG
• Meningkatnya transaksi perdagangan internasional
• Perbedaan sistem hukum di dunia
• Kelemahan konvensi-konvensi yang sebelumnya (dua
Konvensi Den Haag 1964)
– Terlalu mencerminkan semata-mata tradisi hukum dan
ekonomi negara-negara Eropa Kontinental
– Abstrak dan kompleks -> tidak mudah dipahami oleh pelaku
bisnis
Materi CISG
• Bab I: Ketentuan Umum
– Pengertian jual beli barang, pengertian fundamental breach
• Bab II: Kewajiban Penjual
– Mengirim barang, menyerahkan dokumen, dan peralihan hak milik (Ps 30)
• Bab III: Kewajiban Pembeli
– Membayar harga barang dan mengambil barang (Ps 52)
• Bab IV: Peralihan Risiko
• Bab V: Ketentuan-ketentuan Umum terhadap Kewajiban Pembeli dan Penjual
– Pembatalan (anticipatory repudiation), upaya-upaya terhadap kerugian, dll (Ps 71-88)
• Bab VI: Penutup
– Ratifikasi, kesempatan bagi negara bukan penandatangan untuk mengikatkan diri pada CISG
Ruang Lingkup CISG
Pasal 1 Ayat (1) CISG
- Barang yang dibeli untuk keperluan pribadi, keluarga atau untuk keperluan rumah
tangga, kecuali apabila penjual, pada setiap saat sebelum atau pada saat
pengakhiran kontrak, tidak mengetahui atau belum mengetahui bahwa barang
tersebut dibeli untuk setiap keperluan tersebut;
- Melalui lelang;
- Atas dasar eksekusi atau dengan cara lain berdasarkan wewenang hukum;
- Saham, efek, surat-surat berharga atau uang;
- Kapal, hovercraft atau pesawat terbang;
- Tenaga listrik. (Pasal 2 of CISG)
Kontrak perdagangan barang dibedakan dengan kontrak jasa
Pasal 3 CISG:
(1) Kontrak untuk penyediaan barang yang akan dibuat atau diproduksi
dianggap sebagai penjualan kecuali apabila pihak yang memesan
barang tersebut mengupayakan bagian penting dari bahan-bahan yang
diperlukan untuk melaksanakan pembuatan atau produksi tersebut.
(2) Konvensi ini tidak berlaku untuk kontrak-kontrak di mana bagian
utama dari kewajiban pihak yang menyediakan barang adalah penyedia
tenaga kerja atau jasa lainnya.
Misalnya:
- hal yang berkaitan dengan penentuan harga barang yang dijual;
- Syarat-syarat penyerahan;
- Perpindahan hak milik atas barang.
CISG hanya mengatur pembuatan kontrak dan hak &
kewajiban para pihak
Konvensi ini hanya mengatur pembuatan kontrak perdagangan serta hak dan kewajiban dari penjual
dan pembeli yang timbul dari kontrak tersebut. Secara khusus, kecuali sebagaimana dengan tegas
dinyatakan lain dalam Konvensi ini, Konvensi tidak mengatur hal-hal berikut ini:
(a) keabsahan kontrak;
(b) dampak yang mungkin ditimbulkan oleh kontrak terhadap hak milik atas barang yang dijual.
(c). tanggung jawab penjual atas kematian atau cidera badan yang disebabkan oleh barang yang
dijual.
(lihat Pasal 5).
Kebebasan para pihak
• Kebebasan para pihak untuk memilih hukum ini, atau untuk
tidak memberlakukan beberapa ketentuan dari CISG (Ps 6).
• Ps 9: para pihak terikat pada kebiasaan-kebiasaan dalam
perdagangan yang telah disepakatinya.
• Para pihak boleh mengesampingkan
berlakunya CISG dalam kontraknya. Tapi harus
tegas.
Penafsiran ketentuan dalam CISG
Terjadi karena ada dua Pasal yang nampak bertentangan, yakni Pasal 14(1)
dan Pasal 55.
Pasal 14(1):
“Proposal untuk menyepakati sebuah kontrak … merupakan penawaran
apabila hal tersebut cukup jelas ... Proposal dianggap cukup jelas apabila
menunjukkan barang dan secara tegas atau tersirat mengatur atau
membuat ketentuan untuk menentukan kuantitas dan harga.”
• Pasal 55:
“Apabila kontrak telah secara sah diakhiri tetapi tidak ditetapkan atau
dibuat secara tegas atau tersirat ketentuan untuk menentukan harga,
maka dalam hal tidak adanya indikasi yang berlawanan, para pihak
dianggap telah secara tersirat membuat referensi harga yang secara
umum dikenakan pada saat pembuatan kontrak untuk barang seperti
tersebut yang dijual dalam keadaan yang dapat dibandingkan dalam
perdagangan terkait.”
Apa akibatnya apabila offer dalam kontrak tidak
menetapkan harga?
(1) Satu pihak tidak bertanggung jawab atas kelalaian untuk melaksanakan setiap
kewajibannya apabila ia membuktikan bahwa kelalaian tersebut adalah akibat dari
rintangan yang diluar kendalinya dan bahwa ia tidak dapat secara wajar diharapkan
telah memperhatikan rintangan tersebut pada saat penutupan kontrak atau telah
menghindari atau menyelesaikannya atau menyelesaikan akibat-akibatnya.
(2) Apabila kelalaian pihak tersebut adalah akibat kelalaian pihak ketiga yang telah
ia ikut sertakan untuk melaksanakan keseluruhan atau sebagian dari kontrak, maka
pihak tersebut dibebaskan dari kewajiban …
Letter of Credit
Pembayaran Transaksi Internasional
8 6 4
2 10 11
Penjual Pembeli
1
(Beneficiary) (Applicant)
5 13
Pengangkut 12
Keterangan
1= perjanjian jual beli
2= aplikasi L/C
3= Bank I memberitahukan kepada Bank II
4= Bank II memberitahukan kepada Penjual
5= Penjual mengirim barang melalui Pengangkut
6= Penjual menyerahkan dokumen-dokumen kepada Bank II
7= Bank II mengirim dokumen-dokumen kepada Bank I
8= Bank II membayar kepada Penjual
9= Bank I membayar kepada Bank II
10= Pembeli membayar kepada Bank I
11= Bank I menyerahkan dokumen-dokumen kepada Pembeli
12= Pembeli mengambil barang dari Pengangkut dgn menyerahkan dokumen-dokumen
13= Pengangkut menyerahkan barang kepada Pembeli.
Dokumen-dokumen dalam L/C
• Bill of Lading;
• Dokumen pengangkutan lainnya;
• Polis Asuransi;
• Commercial Invoice;
• Certificate of Origin;
• Dll,
• Bank I: Issuing Bank
• Bank II bisa:
- Hanya sebagai Advising Bank;
- Bisa juga sebagai Confirming Bank;
Pengaturan L/C
Uniform Customs and Practices for Commercial Documentary Credit (UCP)
- UCP 1933
- UCP 1974
- UCP 400 (1983)
- UCP 500 (1993)
- UCP 600
Indonesia menjadi negara yang menyetujui berlakunya UCP tanggal 31 Maret
1971.
Sebelum 1971, berlakunya UCP di Indonesia berdasarkan kebiasaan
perdagangan (usance)
• UCP hanya mengikat kalau ditunjuk
• Apabila UCP bertentangan dengan hukum
nasional hukum nasional yang menang.
Hubungan Hukum
a. Antara Penjual (Beneficiary) dan Pembeli
(Applicant) : hubungan hukum perjanjian jual
beli
b. Antara Pembeli dan Issuing Bank :
berdasarkan Pemberian Kuasa (Pasal 2 UCP)
Kewajiban Para Pihak
a. Pembeli: membayar kepada Bank
b. Bank:
- Memberitahukan kepada Penjual (kredit advis);
- Memeriksa dokumen (appear on their face);
- Membayar kepada Penjual;
- Mengirim dokumen kepada Pembeli
c. Penjual:
- Mengirim barang;
- Menyerahkan dokumen kepada Bank
Independence Principle
• Prinsip bahwa hubungan hukum masing-masing saling
terpisah
“In the Documentary Credit operation, all parties … deal with documents and not with goods…”
Article 15 UCP:
“Banks assume no liability or responsibility, to the form, sufficiency, accuracy, genuineness,
falsification or legal effect of any document … nor do they assume any liability or responsibility for
the description, quantity, weight, quality, condition, packing, delivery, value or the existence of the
goods represented by any documents …”
Macam-macam L/C
1. Revocable L/C;
2. Irrevocable L/C;
3. Anticipatory (Red Clause) L/C;
4. Back to Back L/C;
5. Transferable L/C;
6. Standby L/C;
7. Revolving L/C.
Revocable & Irrevocable
Revocable: bisa dibatalkan.
Irrevocable: tidak bisa dibatalkan.
Advising Bank
Advising Bank II Issuing Bank
Issuing Bank II
Penjual I Pembeli
Penjual II
Applicant II Applicant
Transferable L/C
Hanya ada satu L/C
Pembeli
Penjual II Penjual I
Applicant
Hukum Pengangkutan
Pengangkutan Laut
Pengertian
• Hukum Pengangkutan adalah hukum yang
mengatur masalah penyelenggaraan
pengangkutan barang dan orang melalui darat,
laut, dan udara.
• Sehingga terjadi adanya hukum pengangkutan
laut, udara, dan darat.
Dasar Hukum – Pengangkutan Laut
1. KUHPerd
2. KUHD BK II, T. I, II, III, IV, V, V.A & V.B
3. UU no. 21 Th 1992ttg Pelayaran diganti dgn
UU no.17 –2008 L.N 2008 -64.
4. PP. no. 82 Th 1999, ttg ANGK. Di Perairan
5. PP. no. 51 Th 2002 ttg PERKAPALAN
Dasar Hukum - Perkapalan
• KUHD BK. II;
• 1. Titel I. Ttg Kapal
– Definisi Kapal
– Pendaftaran Kapal
– Klasifikasi Kapal
• 2. T II. Pengusaha Kapal
– Syarat-syarat usaha pelayaran
– Menurut Luas Wilayah Operasinya
– Menurut Sifat Usahanya
• 3. T III.Nachoda Kapal &ABK
• 4. T IV.Perjanjian Kerja laut
Dasar Hukum – Pengangkutan Laut
• KUHD BK. II
1. TITEL V -------- ttg CHARTER
2. TITEL V.A ----- ttg Pengangkutan Barang
3. TITEL V.B ----- ttg Pengangkutan Orang
Dasar Hukum
• Traktat-traktat
1. The International Convention for The Unification of Certain
Rules Relating to Bill of Lading (Den Haag 1924) = THE
HAGUE RULES 1924.
2. United Nation Convention on Carriage of Goods by Sea 1978
= THE HAMBURG RULES 1978
3. Convention on Safety Life At Sea = SOLAS
Pengertian Kapal
• KUHD pasal 309.
• Kapal adalah segala alat2 berlayar, bagaimanapun
disebutnya dan sifatnya.
• UU no.17 –2008, pasal 36, sbb;
• Adalah kendaraan air dgn bentuk dan jenis apa pun, yang
digerakkan dgn tenaga mekanik, tenaga angin, atau
ditunda, termasuk kendaraan yg berdaya dukung dinamis,
kendaraan dibawah permukaan air, serta alat apung dan
bangunan terapung yg tidak berpindah.
Pendaftaran Kapal
• Diatur dlm KUHD ps 314, sedang dlm UU no. 17—
2008, pasal 158 jo. Pasal 163.
• Tujuan pendaftaran kapal adalah utk memperoleh
surat tanda kebangsaan kapal.
• Ps 158 ayat(4) mengatakan bahwa akta pendaftaran
kapal dianggap sbg tanda bukti hak milik.
• Kapal yg dpt didaftar se-kurang2-nya berukuran GT
7. Dlm KUHD min. 20m
Surat tanda Kebangsaan Kapal - Pasal 163 ayat (2)
SHIPOWNER CARRIER
ACTUAL- CARRIER
ORANG
PENGANGKUTAN B/L
LAUT
BARANG
SHIPPER CONSIGNEE
Pengangkut/Carrier
• Pengangkut/Carrier adalah setiap orang yang
mengadakan perjanjian dengan
pengirim/shipper. (Pasal 466 KUHD)
• Pengusaha Kapal/Reder = orang yg
mempergunakan kapal utk pelayaran dilaut
(pasal 320 KUHD). Sekarang Perusahaan
Pelayaran
UU No. 17 tahun 2008 – pasal 7
• Hanya menyebut jenis angkutan laut, sbb:
– Angkutan laut dalam negeri
– Angkutan laut luar negeri
– Angkutan laut khusus
– Angkutan laut pelayaran rakyat.
PENGUSAHA KAPAL (REDER)
• Dahulu disebut Reder (Pasal 320 KUHD), dan
berbedakan dengan istilah REDERIJ. Sekarang
dikenal dengan sebutan PERUSAHAAN
PELAYARAN. Syarat utk menjadi Perusahaan
pelayaran, harus;
1. Berbentuk badan hukum Indonesia P.T/
BUMN/Daerah, atau koperasi.
2. Harus memiliki izin usaha (ps 19 PP no.8 -1999)
Untuk memperoleh izin usaha;
a. Memiliki kapal berbendera Indonesia yg laik laut
dgn ukuran GT 175.
b.Memiliki tenaga ahli sesuai dgn bidangnya.
c.Memiliki akta pendirian Perusahaan bagi pemohon
yg berbadan hukum Indonesia yg mengajukan
permohonan izin usaha
d.Memiliki surat ket. domisili perusahaan
e.Memiliki NPWP
Bentuk-bentuk Usaha Pelayaran
• Menurut luas wilayah operasinya;
1. Pelayaran lokal
2. Pelayaran pantai/ interinsuler /pelayaran
Nusantara
3. Pelayaran Samudera.
• Menurut sifatnya dibedakan menjadi;
1. Pelayaran tetap (Regular Liner Service)
2. Pelayaran tidak tetap (Tramp Service)
Pelayaran Jurusan Tetap/Liner
• Pelayaran yg dijalankan secara tetap dan teratur antara
dua tempat atau lebih. (lih. Pasal 517.e KUHD).
1. Presumption of liability
2. Absolute liability
3. Presumption of non-liability
4. Limitation of liability
Sistem Tanggung Jawab Pengangkut udara
• Tanggung jawab utk penumpang dan bagasi tercatat serta
barang berlaku : sistem presumption of liability dan
limitation of liability
• Utk bagasi tangan berlaku: sistem presumption of non
liability dan limitation of liability
• Utk pihak ketiga: Absolute liability dan Limitation of
liability
Pengangkutan Darat
Pengangkutan Darat
• UU No. 23 tahun 2007 tentang Perkeretaapian
• UU No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan
Pengertian
• Ruang lingkup angkutan darat dinyatakan
sepanjang dan selebar negara, artinya ruang
lingkup sama dengan ruang lingkup negara.
Angkutan darat dapat dilakukan dengan
berjenis-jenis alat pengangkutan.
• Terdiri dari pengangkutan orang dan barang.
Moda Pengangkutan Darat
• Barang: kereta api, truk
• Penumpang: sepeda motor, mobil
penumpang, mobil bus, kereta api, bus, taxi,
Pihak-pihak dalam pengangkutan darat
• Pengangkut
• Pengirim
• penerima
Pengangkut
• Orang yang mengikatkan diri untuk
menyelenggarakan pengangkutan barang
dan/atau orang dari suatu tempat ke tempat
tujuan tertentu dengan selamat
• Memiliki wewenang mengadakan perjanjian
pengangkutan dan memikul beban resiko
keselamatan barang-barang yang diangkut
Pengirim
• Pihak yang membuat perjanjian pengangkutan
dengan pihak pengangkut untuk
menyelenggarakan pengangkutan dengan
selamat, sesuai dengan perjanjian
• Pengirim membayar biaya pengangkutan
sebagai kontra-prestasi
Penerima
• Pihak ketiga yang berkepentingan terhadap
diterimanya barang kiriman.
• Kedudukan penerima:
– Sekaligus pengirim: pihak yang mengadakan
perjanjian pengangkutan dengan pengangkut
– Orang lain yang ditunjuk pengirim untuk menerima
barang yang dikirimnya.
Tanggung Jawab Pengangkut - Barang
• Menyelenggarakan pengangkutan barang dari
tempat asal sampai ke tujuan dengan selamat
• Pengangkut harus mengganti kerugian yang
diderita oleh para pihak yang dirugikan (Pasal
91 KUHD)
Tanggung Jawab Pengangkut - Orang
• Mengangkut orang setelah setelah adanya
perjanjian pengangkutan/pembayaran biaya
angkutan
• Bertanggung jawab atas kerugian yang diderita
oeh penumpang atau pihak ketiga karena
kelalaiannya
Pertanyaan
• Bagaimana tanggung jawab pengangkut jika
terjadi:
– Keterlambatan pengiriman barang;
– Kecelakaan terhadap penumpang?
• Bagaimana perbandingannya dengan
pengangkutan udara?