Anda di halaman 1dari 10

Ketentuan-Ketentuan Pokok dalam Contracts for the International Sales of Goods

(CISG)

1. Pengertian Contracts for the International Sales of Goods (CISG)


Dalam sejarah hukum kontrak internasional telah dilahirkan Contracts for The
International Sale of Goods (CISG) oleh negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-bangsa
(PBB). CISG adalah salah satu peraturan internasional yang mengatur tentang ketentuan-
ketentuan kontrak jual beli yang dikhususkan untuk mengatur sistem kontrak bagi pihak-
pihak yang melakukan kontrak dengan latar belakang hukum nasional yang berbeda.1
Pemberlakuan Konvensi Vienna 1980 memberikan pengaruh besar bagi konvensi
Hague 1964. Oleh karena peserta konvensi Vienna 1980 ini adalah juga peserta konvensi
Hague 1964, maka berdasarkan pada ketentuan Pasal 99 khususnya paragraf 3 dari konvensi
Vienna 1980 yang mewajibkan Negara yang menyatakan diri tunduk pada konvensi Vienna
1980 ini wajib untuk menyatakan penarikan diri dari konvensi Hague 1964 dengan segala
bentuk penyimpangan yang diperbolehkan, maka secara praktis konvensi Hague 1964
menjadi hampir tidak memiliki anggota lagi dan karenanya menjadi tidak berarti lagi, kecuali
untuk bagianbagian dari ketentuan-ketentuan tertentu yang masih di “reserved” oleh Negara-
negara tertentu, dengan tidak memberlakukan ketentuan yang asama, yang diatur dalam
konvensi Vienna 1980. Inipun relatif sangat kecil jumlahnya.2
Konvensi PBB tentang Kontrak untuk Penjualan Barang Internasional/Contracts for
the International Sales of Goods (CISG), kadang-kadang dikenal sebagai Konvensi Wina 3
adalah perjanjian multilateral yang menetapkan kerangka kerja yang seragam untuk
perdagangan internasional. Diratifikasi oleh 93 negara, yang dikenal sebagai "Negara pihak
pada Persetujuan", Konvensi ini mengatur sebagian besar perdagangan dunia, menjadikannya
salah satu instrumen paling sukses dalam hukum perdagangan internasional. Guatemala dan
Laos adalah pihak-pihak terbaru dalam Konvensi, yang masing-masing mengaksesnya pada
tanggal 12 Desember 2019 dan 24 September 2019. 4
1
Erviana, Raja Sapta, Prof. ,M. Hawin ,S.H., LL.M., Ph.D, Penerapan CISG dalam kontrak bisnis internasional di
Indonesia, Tesis, 2009, hlm.1
2
Gunawan Widjaja, Aspek Hukum Dalam Kontrak Dagang Internasional: Analisis Yuridis Terhadap Kontrak Jual
Beli Internasional”, Jurnal Hukum Bisnis Vol. 27 No. 4 (Tahun 2008). Hlm. 30.
3
Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Kontrak untuk Penjualan Barang Internasional, Wina, 11 April
1980, S.Treaty Document Number 98-9 (1984), Dokumen PBB Nomor A / CONF 97/19, 1489 UNTS 3. Teks lengkap dari
CISG tersedia dalam format pdf di http://www.uncitral.org/uncitral/en/uncitral_texts/sale_goods/1980CISG.html . dalam
https://en.m.wikipedia.org/wiki/United_Nations_Convention_on_Contracts_for_the_International_Sale_of_Goods yang
diakses pada tanggal 25 Februari 2020.
4
Republik Demokratik Rakyat Laos mengaksesi Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Kontrak untuk
penjualan Barang Internasional (CISG) komisi PBB tentang Hukum Perdagangan Internasional di uncitral.un.org. dalam
https://en.m.wikipedia.org/wiki/United_Nations_Convention_on_Contracts_for_the_International_Sale_of_Goods yang

1
Convention on Contracts for the International Sales of Goods (CISG) adalah konvensi
yang mengatur aturan hukum materiil yang akan diberlakukan pada setiap transaksi
perdagangan internasional. Dalam pandangan mereka konvensi yang berkaitan dengan
pilihan hukum, bukanlah konvensi yang mengenai aturan hukum dalam transaksi
perdagangan internasional, melainkan hanya memberlakukan ketentuan hukum domestik
pada suatu transaksi perdagangan internasional. Sedangkan “An international sale is more
than a domestic sale with incidental ireign elements”.5 Dikatakan lebih lanjut bahwa “It
entails special problem of communication and transportation, requires the parties to operate
in alien legal and environments, and oblige them generally to speak in diferent language in
more than literal sense.”
Dengan demikian jelaslah mengapa konvensi Vienna 1980 diperlukan dan
dibutuhkan. Sifat dan karakteristik yang berbeda antara international trade dan domestic
trade telah membawa akibat bahwa hukum domestik tidak dengan begitu saja dapat
diberlakukan dalam setiap transaksi perdagangan internasional. Belum lagi chauvinistic
character yang senantiasa melekat pada diri individu atau pihak-pihak tertentu mengenai
keberlakuan hukum domestik dari suatu negara tertentu terhadap Negara lainnya.6

2. Ketentuan-ketentuan dalam Contracts for the International Sales of Goods (CISG)


CISG berlaku untuk perjanjian jual beli antara pihak-pihak dengan domisili usaha
yang berada pada Negara yang berbeda yang merupakan anggota Konvensi Vienna 1980 ini,
atau ketentuan hukum perdata internasional yang berlaku menunjuk pada berlakunya hukum
dari Negara yang merupakan anggota konvensi Vienna 1980.7
CISG hanya mengatur mengenai pembentukan perjanjian jual beli, hak dan kewajiban
dari penjual dan pembeli yang terbit dari perjanjian jual beli tersebut, dan tidak mengatur
mengenai keabsahan perjanjian dan atau setiap pasal dari padanya atau penerapannya, dan
akibat perjanjian terhadap kepemilikan dari benda yang diperdagangkan. CISG juga tidak
berlaku terhadap kewajiban penjual untuk kematian atau luka pribadi dari setiap orang yang
disebabkan oleh benda yang diperdagangkan.8

diakses pada tanggal 25 Februari 2020


5
Bernard Audit, “The Vienna Sales Convention and The Lex Mercatoria”, http://www.jus.uio.no/sisu, dalam
https://saepudinonline.wordpress.com/2010/10/12/konvensi-jual-beli-internasional/diunduh tanggal 25 Februari 2020.
6
Gunawan Widjaja, Gunawan Widjaja, Loc. Cit.
7
Pasal 1 Paragraph 1 CISG.
8
Pasal 4 CISG.

2
Para pihak dalam konvensi ini bebas untuk mengesampingkan pemberlakuan CISG
ini, ataupun mengatur secara berbeda ketentuan-ketentuan yang diatur dalam CISG ini, atas
kehendak mereka.9
Menurut CISG, keberadaan perjanjian jual beli tidak perlu dibuat ataupun dibuktikan
secara tertulis, dan tidak memerlukan formalitas tertentu. Keberadaan jual beli dapat
dibuktikan dengan segala macam alat bukti termasuk saksi-saksi. Dikatakan lebih lanjut
dalam konvensi Vienna 1980 bahwa suatu pernyataan yang dibuat atau suatu tindakan yang
dilakukan oleh pihak yang menerima penawaran (tidak mutlak harus pembeli) yang
mengindikasikan persetujuan terhadap suatu penawaran yang diajukan oleh pihak lainnya,
diperlukan sebagai suatu bentuk penerimaan, namun
demikian “silence” atau “inactivity” tidak diperlakukan sebagai penerimaan.10 jadi dalam hal
ini dapat dikatakan bahwa perjanjian jual beli baru ada manakala ada penawaran yang
disampaikan dan penerimaan yang harus berwujud dalam bentuk tindakan atau perbuatan
atau suatu pernyataan yang dilakukan oleh pihak yang menerima penawaran. Sementara itu,
saat efektifnya suatu penerimaan adalah pada saat penerimaan ini diterima oleh pihak yang
mengajukan penawaran, dengan ketentuan bahwa penerimaan penawaran tersebut haruslah
sampai dalam jangka waktu yang telah ditentukan oleh pemberi penawaran atau dalam suatu
jangka waktu yang secara umum dianggap patut untuk melakukan penerimaan suatu
penawaran untuk jual beli.11
Ketentuan Pasal 4 CISG, seperti telah disinggung di atas, tidak mengatur mengenai
keabsahan perjanjian jual beli yang dibentuk oleh para pihak. ketentuan ini jelas menerbitkan
kesulitan bagi penyelessaian sengketa, dimana salah satu pihak dalam perjanjian jual beli
tersebut mendalilkan ketidaabsahan perjanjian jual beli yang dibuat. Secara konseptual,
sebagai hukum materiil yang berlaku mengatur seluruh isi perjanjian jual beli, jelas tidak
mungkin pilihan hukum Negara tertentu untuk menentukan keabsahan perjanjian jual beli
yang dibuat. Disamping itu, perlu untuk diperhatikan dan dipertimbangkan dengan seksama,
bukankah tujuan para pihak untuk memilih CISG dan karenanya tunduk pada ketentuan CISG
adalah untuk mengecualikan pemberlakuan hukum nasional dari Negara tertentu, termasuk
hukum dari para pihak dalam perjanjian tersebut. Persoalan akan menjadi rumit jika ternyata
ketentuan dalam CISG ini bertentangan dengan hukum nasional (hukum domestic) dari salah

9
 Pasal 6 CISG.
10
Pasal 18 Paragraph 1 CISG.
11
Pasal 18 Paragraph 1 CISG.

3
satu atau para pihak yang membuat perjanjian jual beli ini, khususnya yang menyangkut
keabsahan perjanjian.12
Terkait dengan hal keabsahan dari suatu perjanjian, ada dua hal yang dapat
dikemukakan disini. Pertama terkait dengan subjeknya yang berhubungan dengan pihak yang
melakukan perjanjian yaitu, masalah kecapakan dan ada tidaknya kewenangan dari pihak
yang masuk ke dalam perjanjian jual beli ini, dan masalah ada tidaknya persetujuan bebas
dari para pihak untuk mengikatkan diri dalam perjanjian jual beli ini. Kedua berkaitan dengan
objeknya, yaitu yang terkait dengan pelaksanaan perjanjian jual beli itu sendiri. Dalam
permasalahan kedua ini, perlu diperhatikan bahwa dalam hal ketentuan hukum materiil
mengenai pelaksanaan perjanjian jual beli yang diatur dalam CISG bertentangan dengan
ketentuan hukum domestic yang berlaku di suatu Negara tertentu yang merupakan Negara
salah satu pihak dalam perjanjian jual beli, maka hal ini dapat dijadikan sebagai alasan untuk
menyatakan perjanjian jual beli menjadi tidak sah dan harus dibatalkan.13
Selanjutnya, terkait dengan hal-hal yang meliputi objek perjanjian, khususnya
pelaksanaan perjanjian, maka selain benda yang diperjualbelikan haruslah benda yang
diperbolehkan untuk diperjualbelikan di Negara dimana benda tersebut di transportasikan,
maka seluruh ketentuan CISG harus dinyatakan berlaku dan sah, manakala terdapat
pertentangan atau tidak sesuai dengan ketentuan hukum domestic yang berlaku di suatu
Negara tertentu yang merupakan Negara dari salah satu pihak dalam perjanjian jual beli.
Dalam konteks ini ketentuan hukum domestik yang diberlaku dalam Negara tertentu yang
merupakan Negara dari salah satu pihak dalam perjanjian jual beli yang bertentangan atau
berbeda dari ketentuan CISG harus dinyatakan tidak berlaku.14
Dengan demikian berarti untuk menghindari terjadinya permasalahan yang terkait
dengan keabsahan perjanjian jual beli yang dibuat berdasarkan CISG dan karenanya tunduk
pada ketentuan CISG ini, perlu dikatakan bahwa terhadap masalah kecakapan dan
kewenangan subjektif dari para pihak untuk masuk dalam perjanjian jual beli ini dan
kesepakatan bebas dalam pembentukan perjanjian jual beli, kedua hal ini tunduk sepenuhnya
pada aturan hukum domestik dari Negara dimana para pihak berkedudukan hukum dan atau
menjalankan kegiatan usahanya. Dengan demikian persoalan terkait dapat diselesaikan.15
Selanjutnya untuk menentukan berlakunya CISG, ada 4 hal berikut yang perlu
diperhatikan:
12
Gunawan Widjaja, Loc. cit.Hal. 29-30.
13
Ibid. Hal. 30.
14
Ibid
15
Ibid.

4
a. Mengenai para pihak dalam perjanjian jual beli:
1) Para pihak haruslah pihak-pihak yang memiliki tempat yang berada pada Negara
yang berbeda yang keduanya telah ikut serta memberlakukan CISG;
2) Para pihak dalam perjanjian jual beli haruslah pihak-pihak yang memiliki tempat
usaha pada Negara yang berbeda, dan hanya salah satu pihak yang negaranya telah
ikut serta memberlakukan CISG, tetapi kaidah hukum internasional menunjuk
hukum dari negara ini (peserta CISG) sebagai hukum yang berlaku bagi transaksi
jual beli tersebut.
b. Mengenai isi perjanjian:
1) Perjanjian jual beli yang diatur dalam CISG adalah perjanjian komersial dan tidak
meliputi penjualan kepada konsumen atau pengguna akhir dan;
2) Tidak semua benda-benda yang diperdagangkan dapat tunduk kepada ketentuan
CISG. Dalam hal ini dapat diperhatikan ketentuan Pasal 2 CISG.
c. CISG mengecualikan penjualan barang dimana pembeli memasok sejumlah besar dari
barang tersebut untuk keperluan produksi. CISG juga tidak berlaku bagi penjualan dimana
kewajiban pokok dari jual belinya adalah pemberian jasa tenaga kerja atau sejenisnya.
d. CISG mengecualikan :
1) keabsahan perjanjian;
2) Akibat terhadap benda yang diperjualbelikan, termasuk hak pihak ketiga atas benda
tersebut;
3) Tanggung jawab terhadap cidera atau kematian yang disebabkan oleh benda yang
diperjualbelikan tersebut. 16
CISG dibagi menjadi empat bagian:
Bagian I: Lingkungan Aplikasi dan Ketentuan Umum (Artikel 1–13)
CISG berlaku untuk kontrak penjualan barang antara pihak-pihak yang tempat
usahanya berada di Negara yang berbeda, ketika Negara tersebut merupakan Negara pihak
pada Persetujuan (Pasal 1 (1) (a)). Mengingat jumlah Negara Peserta yang signifikan, ini
adalah jalan biasa untuk penerapan CISG.
CISG juga berlaku jika para pihak berada di negara yang berbeda (yang tidak perlu
menjadi Negara pihak pada Persetujuan) dan konflik peraturan hukum menyebabkan
penerapan hukum Negara pihak pada Persetujuan. 17 Misalnya, kontrak antara pedagang

16
Pasal 2 CISG.
17
Pasal 1 (b).

5
Jepang dan pedagang Brasil dapat memuat klausa bahwa arbitrase akan berada di Sydney
berdasarkan hukum Australia 18 dengan konsekuensi bahwa CISG akan berlaku. 
CISG dimaksudkan hanya untuk barang dan produk komersial. Dengan beberapa
pengecualian terbatas, itu tidak berlaku untuk barang pribadi, keluarga, atau rumah tangga,
juga tidak berlaku untuk pelelangan, kapal, pesawat terbang,  19atau tidak berwujud 20 dan
layanan. 21 Posisi perangkat lunak komputer 'kontroversial' dan akan tergantung pada
berbagai kondisi dan situasi. 22 Yang penting, pihak-pihak dalam kontrak dapat
mengecualikan atau memvariasikan aplikasi CISG. 
Interpretasi CISG paling mempertimbangkan "karakter internasional" dari Konvensi,
kebutuhan untuk penerapan yang seragam, dan kebutuhan untuk itikad baik dalam
perdagangan internasional. Perselisihan mengenai interpretasi CISG harus diselesaikan
dengan menerapkan 'prinsip-prinsip umum' CISG, atau - di mana tidak ada prinsip-prinsip
seperti itu tetapi masalahnya diatur oleh CISG (a gap praeter legem ) dengan menerapkan
aturan privat. hukum internasional . 23
CISG memungkinkan penjualan secara lisan atau tidak ditandatangani, 24 tetapi di
beberapa negara, kontrak tidak sah kecuali tertulis. Namun, di banyak negara, kontrak
lisan diterima, dan negara-negara itu tidak keberatan menandatangani, sehingga negara-
negara dengan persyaratan tertulis yang ketat menggunakan kemampuan mereka untuk
mengecualikan artikel-artikel yang berkaitan dengan kontrak lisan, memungkinkan mereka
untuk menandatangani juga.25
CISG bukan kualifikasi lengkap dengan definisinya sendiri. Kesenjangan ini harus
diisi oleh hukum nasional yang berlaku dengan pertimbangan konflik peraturan hukum yang
berlaku di tempat yurisdiksi. 26
18
Lebih tepatnya, hukum New South Wales sebagaimana diamanatkan dalam Sale of Goods (Vienna Convention)
Act 1986 (NSW).
19
Pasal 2.
20
Dari Pasal 2 (d) dan (f), tidak berwujud seperti saham ,saham , sekuritas investasi , instrumen atau uang yang dapat
dinegosiasikan , dan listrik.
21
Pasal 3, Akan tetapi, kontrak Penjualan Barang di bawah CISG dapat mencakup layanan (  misalnya transportasi,
pemasangan, pengawasan, pelatihan) hingga 50% dari harga kontrak yang disepakati pada tanggal penandatanganan kontrak
( Lihat Verweyen / Foerster / Toufar Handbuch des Internationalen Warenkaufs UN-Kaufrechts (CISG) 2. Auflage, 2008
2.1.1 hal. 46)
22
Peter Schlechtriem, 'Persyaratan Aplikasi dan Lingkungan Penerapan CISG' (2005) 36 Victoria University of
Wellington, Tinjauan Hukum, 781.
23
Pasal 7
24
Pasal 11.
25
Khususnya, Argentina, Belarus, Chili, Cina, Hongaria, Latvia, Lithuania, Paraguay, Federasi Rusia, dan Ukraina
tidak terikat oleh Pasal 11
26
Dalam kotak peralatan (CD-Rom, yang dilampirkan ke Verweyen, Foerster, Toufar Handbuch des Internationalen
Warenkaufs UN-Kaufrecht (CISG) 2. Auflage, 2008, para pihak dapat dengan mudah mengidentifikasi kesenjangan dan
bagaimana mereka akan diisi di bawah asumsi hukum yang berlaku di Swiss atau Jerman. Kotak alat ini juga terdiri dari
perangkat lunak untuk menentukan penerapan CISG.

6
Bagian II: Pembuatan Kontrak (Artikel 14-24)
Tawaran untuk kontrak harus ditujukan kepada seseorang, harus cukup pasti - yaitu,
menggambarkan barang, jumlah, dan harga - dan menunjukkan niat agar pemberi penawaran
terikat pada penerimaan.  27 CISG tampaknya tidak mengakui
kontrak common unilateral common law  tetapi, tunduk pada indikasi yang jelas oleh pihak
pemberi penawaran, memperlakukan setiap proposal yang tidak ditujukan kepada orang
tertentu hanya sebagai undangan untuk mengajukan penawaran. 28 Lebih lanjut, di mana tidak
ada harga atau prosedur eksplisit untuk secara implisit menentukan harga, maka para pihak
diasumsikan telah menyetujui harga berdasarkan pada itu umumnya dibebankan pada saat
penutupan kontrak untuk barang-barang tersebut yang dijual dengan harga yang sebanding
keadaan. 29
Secara umum, suatu penawaran dapat dicabut asalkan penarikannya mencapai pihak
penerima penawaran sebelum atau pada saat yang sama dengan tawaran tersebut, atau
sebelum penerima penawaran mengirimkan suatu penerimaan. 30 Beberapa penawaran
mungkin tidak dicabut; misalnya ketika penerima penawaran secara wajar mengandalkan
penawaran sebagai barang yang tidak dapat dibatalkan. 31 CISG membutuhkan tindakan
positif untuk menunjukkan penerimaan; diam atau tidak aktif bukanlah penerimaan. 32
CISG berupaya untuk menyelesaikan situasi umum di mana balasan penawaran terhadap
penawaran menerima penawaran asli, tetapi upaya untuk mengubah ketentuan. CISG
mengatakan bahwa perubahan apa pun pada ketentuan asli adalah penolakan terhadap
penawaran itu adalah penawaran balik kecuali jika ketentuan yang diubah tidak mengubah
secara material ketentuan penawaran. Perubahan pada harga, pembayaran, kualitas, kuantitas,
pengiriman, pertanggungjawaban para pihak, dan ketentuan arbitrase semuanya dapat secara
material mengubah ketentuan penawaran. 33

Bagian III: Penjualan Barang (Artikel 25–88)

27
Pasal 14.
28
Pasal 14 (2).
29
Pasal 55.
30
Artikel 15, 16 (1).
31
Pasal 16 (2).
32
Pasal 18.
33
Pasal 19.

7
CISG mendefinisikan tugas penjual, menyatakan yang jelas, 34 karena penjual harus
mengirimkan barang, menyerahkan dokumen apa pun yang berkaitan dengan mereka, dan
mentransfer properti dalam barang, seperti yang dipersyaratkan dalam kontrak. 35 Demikian
pula, tugas pembeli adalah mengambil semua langkah 'yang bisa diharapkan' 36 untuk
menerima pengiriman barang, dan membayarnya. 
Secara umum, barang harus dari kualitas, kuantitas, dan deskripsi yang diperlukan
oleh kontrak, dikemas sesuai dan sesuai untuk tujuan. 37 Penjual diwajibkan untuk
mengirimkan barang yang tidak tunduk pada klaim dari pihak ketiga atas pelanggaran hak
kekayaan industri atau intelektual di Negara tempat barang tersebut akan dijual. Pembeli
berkewajiban untuk segera memeriksa barang dan, tergantung pada beberapa kualifikasi,
harus memberi tahu penjual tentang kurangnya kesesuaian dalam 'waktu yang wajar' dan
selambat-lambatnya dalam waktu dua tahun sejak diterimanya. 
CISG menggambarkan kapan risiko beralih dari penjual ke pembeli tetapi telah
diamati bahwa dalam praktiknya sebagian besar kontrak mendefinisikan kewajiban
pengiriman penjual secara tepat dengan mengadopsi ketentuan pengiriman yang
ditetapkan, seperti FOB dan CIF .
Perbaikan pembeli dan penjual tergantung pada karakter pelanggaran kontrak. Jika
pelanggaran itu mendasar, maka pihak lain secara substansial kehilangan apa yang
diharapkan untuk diterima berdasarkan kontrak. Asalkan tes obyektif menunjukkan bahwa
pelanggaran tidak dapat diperkirakan, 38 maka kontrak dapat dihindari 39 dan pihak yang
dirugikan dapat mengklaim ganti rugi. 40 Di mana sebagian kinerja kontrak telah terjadi, maka
pihak yang berkinerja dapat memulihkan pembayaran yang dilakukan atau barang yang
disediakan; 41 ini kontras dengan hukum umum di mana pada umumnya tidak ada hak untuk
memulihkan barang yang disediakan kecuali hak telah dipertahankan atau kerusakan tidak
memadai, hanya hak untuk mengklaim nilai dari barang tersebut. 42
Jika pelanggaran tidak mendasar, maka kontrak tidak dapat dihindari dan
penyelesaian dapat dicari termasuk mengklaim ganti rugi, kinerja spesifik, dan penyesuaian

34
Laporan Jacob Ziegel dan Claude Samson 'ke Uniform Law Conference of Canada on Convention on Contracts for
International Sale of Goods' (1981) Toronto 168–305.
35
Pasal 30.
36
Pasal 60.
37
Pasal 35.
38
Pasal 25.
39
Pasal 49,64
40

41

42

8
harga. Kerusakan yang dapat diberikan sesuai dengan aturan hukum umum di Hadley v
Baxendale 43 tetapi telah diperdebatkan bahwa uji kemampuan untuk melihat jauh lebih
luas 44 dan akibatnya lebih murah hati kepada pihak yang dirugikan.
CISG memaafkan salah satu pihak dari pertanggungjawaban atas klaim ganti rugi di
mana kegagalan untuk melakukan disebabkan oleh hambatan di luar kendali pihak tersebut,
atau sub-kontraktor pihak ketiga, yang tidak bisa diharapkan secara wajar. Peristiwa luar
seperti itu mungkin di tempat lain disebut force majeure, dan frustrasi kontrak.
Di mana penjual harus mengembalikan harga yang dibayarkan, maka penjual juga
harus membayar bunga kepada pembeli sejak tanggal pembayaran.45 Dikatakan bahwa tingkat
bunga didasarkan pada nilai tukar saat ini di Negara penjual, karena kewajiban membayar
bunga ikut serta dalam kewajiban penjual untuk melakukan penggantian dan bukan hak
pembeli untuk mengklaim kerugian, 46 meskipun ini telah diperdebatkan. 47 Dalam cermin
kewajiban penjual, di mana pembeli harus mengembalikan barang, pembeli bertanggung
jawab atas segala manfaat yang diterima. 48

Bagian IV: Ketentuan Terakhir (Artikel 89-101)


Ketentuan final mencakup bagaimana dan kapan Konvensi ini berlaku, reservasi dan
deklarasi yang diizinkan, dan penerapan Konvensi untuk penjualan internasional di mana
kedua Negara yang bersangkutan memiliki hukum yang sama atau serupa mengenai hal
tersebut.
Bagian IV Artikel, bersama dengan Pembukaan, kadang-kadang ditandai sebagai
ditujukan terutama untuk Negara-negara, 49 tidak untuk orang-orang bisnis yang mencoba
menggunakan Konvensi untuk perdagangan internasional. Mereka mungkin, bagaimanapun,
memiliki dampak yang signifikan terhadap penerapan praktis CISG, 50 sehingga
membutuhkan pengawasan cermat ketika menentukan setiap kasus tertentu.

43
Hadley v Baxendale (1854) 9 Kel 341.
44
Laporan Jacob Ziegel dan Claude Samson 'ke Uniform Law Conference of Canada on Convention on Contracts for
International Sale of Goods' (1981) Toronto 168-305.
45
Pasal 84 (1).
46
Komentar tentang Rancangan Konvensi tentang Kontrak untuk Penjualan Barang Internasional, Disiapkan oleh
Sekretariat, UN Doc. A / CONF.97 / 5 (1979).
47
Peter Schlechtriem, Uniform Sales Law - Konvensi PBB tentang Kontrak untuk Penjualan Barang
Internasional (1st ed, 1986) 99.
48
Pasal 84 (2).
49
Peter Winship, Komentar tentang Analisis Retoris Profesor Kastely (1988) 8 Northwestern Journal of Law &
Business 623, 628.
50
Ulrich G. Schroeter, 'Tulang Belakang atau Halaman Belakang Konvensi? Ketentuan Akhir CISG ', dalam: CB
Andersen & UG Schroeter (eds.), Berbagi Hukum Komersial Internasional di Seluruh Batas Nasional: Perjuangan untuk
Albert H. Kritzer pada Kesempatan Ulang Tahunnya yang Kedelapan Puluh, London: Wildy, Simmonds & Hill (2008) , 425
pada 426.

9
DAFTAR PUSTAKA

Bernard Audit, “The Vienna Sales Convention and The Lex


Mercatoria”, http://www.jus.uio.no/sisu, dalam
https://saepudinonline.wordpress.com/2010/10/12/konvensi-jual-beli-internasional/diunduh
tanggal 25 Februari 2020.

Erviana, Raja Sapta, Prof. ,M. Hawin ,S.H., LL.M., Ph.D, Penerapan CISG dalam
kontrak bisnis internasional di Indonesia, Tesis, 2009.

Gunawan Widjaja, Aspek Hukum Dalam Kontrak Dagang Internasional: Analisis


Yuridis Terhadap Kontrak Jual Beli Internasional”, Jurnal Hukum Bisnis Vol. 27 No. 4
(Tahun 2008).

Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Kontrak untuk Penjualan Barang


Internasional, Wina, 11 April 1980, S.Treaty Document Number 98-9 (1984), Dokumen PBB
Nomor A / CONF 97/19, 1489 UNTS 3. Teks lengkap dari CISG tersedia dalam format pdf
di http://www.uncitral.org/uncitral/en/uncitral_texts/sale_goods/1980CISG.html . dalam
https://en.m.wikipedia.org/wiki/United_Nations_Convention_on_Contracts_for_the_Internati
onal_Sale_of_Goods yang diakses pada tanggal 25 Februari 2020.

Laporan Jacob Ziegel dan Claude Samson 'ke Uniform Law Conference of Canada on
Convention on Contracts for International Sale of Goods' (1981) Toronto 168-305.

Republik Demokratik Rakyat Laos mengaksesi Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa


tentang Kontrak untuk penjualan Barang Internasional (CISG) komisi PBB tentang Hukum
Perdagangan Internasional di uncitral.un.org. dalam
https://en.m.wikipedia.org/wiki/United_Nations_Convention_on_Contracts_for_the_Internati
onal_Sale_of_Goods yang diakses pada tanggal 25 Februari 2020.

Peter Schlechtriem, Uniform Sales Law - Konvensi PBB, tentang Kontrak untuk


Penjualan Barang Internasional (1st ed, 1986), 99.

Peter Schlechtriem, 'Persyaratan Aplikasi dan Lingkungan Penerapan CISG' (2005)


36 Victoria University of Wellington, Tinjauan Hukum, 781.

Peter Winship, Komentar tentang Analisis Retoris Profesor Kastely (1988) 8


Northwestern Journal of Law & Business 623, 628.

10

Anda mungkin juga menyukai