Anda di halaman 1dari 222

Hukum Perniagaan Internasional

Departemen Hukum Dagang


PENGANTAR
• Pengertian Perdagangan Internasional
• Adalah transaksi yang melibatkan kepentingan lebih dari satu hukum nasional, lebih dari satu pihak
yang tunduk pada hukum negara yang berbeda.
• Masing-masing pihak lebih memilih agar kontrak yang mereka
buat tunduk atau menggunakan hukum negara mereka
• Perdagangan Internasional meliputi Perdagangan BARANG dan
JASA
• Perdagangan Barang diatur dalam GATT (General Agreement on Tarif and
Trade)
• Perdagangan Jasa diatur dalam GATS (The General Agreement on Trade in
Services (GATS), seperti asuransi, perbankan, pasar modal dan lain-lain.
• Latar Belakang Perdagangan Internasional
– Teori tradisional: setiap negara memiliki manfaat dan kerugian
komparatif dalam memproduksi suatu barang.
– Ricardo: manfaat substansial yang diperoleh oleh suatu negara yang
menspesialisasikan diri dalam memproduksi barang. (harga terendah
dari barang yang mampu diproduksi.
– Heckscher-Ohlin, “a country tends to specialize in the production of,
and to export, those comodities requiring in their production large
amounts of productive factors in relatively abundant supply in that
country, and to import (from abroad) those commodities requiring in
their production large amounts of productive factors in relatively
scarce supply at home”.
• Keunggulan Sebagai Daya Saing
– Keunggulan mutlak
– Keunggulan komparatif
– Keunggulan kompetitif
– Keunggulan inovatif
• Contoh Keunggulan sebagai Daya Saing
– Keunggulan dalam berinovasi – mencipta dan melakukan invensi sesuai selera konsumen masa kini
– Keunggulan dalam menyusun strategi yang terpadu dan lengkap untuk menguasai pasar.
– Keunggulan negara Y karena bahan baku dan biaya tenaga kerja yang lebih murah – sehingga
dapat memproduksi komoditas lebih murah dan lebih baik sehingga produktivitas lebih tinggi.
– Keunggulan negara X dalam produksi karet alam dan rempah-rempah – negara X terletak di
daerah tropis – faktor alam
JUAL BELI DAN JUAL BELI INTERNASIONAL

• Jual Beli
– JB merupakan perbuatan hukum antara pihak penjual dan pembeli mengenai
suatu barang.
– Pasal 1457 KUH Perdata, “perjanjian antara penjual dan pembeli dimana
pihak penjual mengikatkan diri untuk menyerahkan benda dan pihak pembeli
untuk membayar harga yang sudah diperjanjikan itu”.
– Pasal 1313 KUH Perdata, “Perjanjian atau kontrak adalah suatu peristiwa
dimana seorang atau satu pihak berjanji kepada seorang atau pihak lain
atau dimana dua orang atau dua pihak itu saling berjanji untuk
melaksanakan suatu hal”.
• Jual Beli Internasional
• Adalah transaksi yang melibatkan kepentingan lebih dari satu hukum nasional, lebih dari
satu pihak yang tunduk pada hukum negara yang berbeda.
• Perbuatan hukum
Jual beli • Akibat hukum

Akibat • Hak (penjual dan pembeli)


• Kewajiban(penjual dan pembeli)
hukum
• Secara teoritis, unsur asing yang menjadi indikator, suatu kontrak adalah
kontrak internasional yang mengandung unsur:
– Kebangsaan yabf berbeda;
– Para pihak yang memiliki domisii hukum yang berbeda;
– Hukum yang dipilih adalah hukum asing, termasuk aturan-aturan atau prinsip2 kontrak
internasional terhadap kontrak tersebut;
– Penyelesaian sengketa diselesaikan di luar negeri;
– Pelaksaan kontrak tersebut di luar negeri;
– Kontrak ditandatangani di luar negeri;
– Objek kontrak berada di luar negeri
– Bahasa yang digunakan dalam kontrak adalah bahasa asing;
– Digunakan mata uang asing dalam kontrak tersebut.
HUKUM YANG MENGATUR

INTERNASIONAL
Convention on the International Sale of Goods 1980 (CISG).
Selain CISG, terdapat juga konvensi-konvensi terkait dengan kontrak internasional, antara lain:
- Konvensi UNIDROIT (the Unidroit Principles of International Contracts);
- Konvensi the United Nation Commission on International Trade and Law
(UNCITRAL) ;
NASIONAL
- Buku III KUH Perdata;
- KUHD
-Undang- Undang No. 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan
-Undang-Undang No.19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik)

8
INTERNATIONAL SALES TRANSACTIONS

• Contracts for the international sale of goods


• Kontrak Asuransi
• Kontrak Letter of Credit
• Kontrak Pengangkutan (Transportation
/shipping contracts), dsb.
CISG
Sejarah CISG
• CISG merupakan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Kontrak Penjualan
(Jual-Beli) Barang Internasional (Vienna Convention).
• CISG disahkan pada Konvensi PBB di Viena pada 11 April 1980 – pemberlakuannya
berbeda-beda untuk masing-masing negara.
• Dikerjakan oleh the working group dari UNCITRAL (the UN Commission on
International Trade and Law) pada tahun 1968.
• CISG dianggap sebagai perjanjian internasional pertama yang sifatnya komprehensif
yang dibuat sejak PD II.
• Negara-negara anggota berhak menerima CISG dengan persyaratan.
• Diantaranya banyak juga yang tidak menerima ketentuan-ketentuan tertentu dalam
CISG.
• CISG memperbolehkan kontrak tidak tertulis.
• www.cisg.law.pace.edu

11
Latar Belakang CISG
• Meningkatnya transaksi perdagangan internasional
• Perbedaan sistem hukum di dunia
• Kelemahan konvensi-konvensi yang sebelumnya
(dua Konvensi Den Haag 1964)
– Terlalu mencerminkan semata-mata tradisi hukum dan
ekonomi negara-negara Eropa Kontinental
– Abstrak dan kompleks -> tidak mudah dipahami oleh
pelaku bisnis
Materi CISG
• Bab I: Ketentuan Umum
– Pengertian jual beli barang, pengertian fundamental breach
• Bab II: Kewajiban Penjual
– Mengirim barang, menyerahkan dokumen, dan peralihan hak milik (Ps 30)
• Bab III: Kewajiban Pembeli
– Membayar harga barang dan mengambil barang (Ps 52)
• Bab IV: Peralihan Risiko
• Bab V: Ketentuan-ketentuan Umum terhadap Kewajiban Pembeli dan Penjual
– Pembatalan (anticipatory repudiation), upaya-upaya terhadap kerugian, dll (Ps 71-88)
• Bab VI: Penutup
– Ratifikasi, kesempatan bagi negara bukan penandatangan untuk mengikatkan diri pada CISG
Ruang Lingkup CISG
Pasal 1 Ayat (1) CISG

1) Konvensi ini berlaku untuk kontrak perdagangan


barang antara pihak-pihak yang tempat usahanya
berada di Negara-negara yang berbeda:
a. Apabila negara-negara tersebut adalah Negara-negara
penandatangan; atau
b. Apabila peraturan hukum perdata internasionalnya
mengarah kepada pelaksanaan hukum dari Negara
Penandatangan.
CISG berlaku bagi:
1. Perjanjian jual beli barang antara Pihak A dan B yang tempat bisnisnya merupakan Contracting
States dari CISG. CISG berlaku secara otomatis kecuali jika A dan B menyatakan secara tegas tidak
memberlakukannya.
Bagaimana kalau hanya salah satu yang merupakan Contracting State CISG?
2. Perjanjian jual beli barang antara pihak-pihak yang tempat bisnisnya bukan merupakan
Contracting State dari CISG apabila Hukum Perdata Internasionalnya memberlakukan hukum
Contracting State CISG.
Beberapa negara tidak memberlakukan ketentuan ini (berdasarkan Pasal 95 CISG).
3. Perjanjian jual beli barang antara pihak-pihak yang tempat bisnisnya bukan merupakan
Contracting State dari CISG apabila para pihak memberlakukannya.
Pasal 95 CISG
• Setiap Negara dapat menyatakan pada saat
penyimpanan instrumen ratifikasi,
penerimaan, persetujuan atau
penambahannya bahwa ia tidak terikat akan
terikatnya oleh sub ayat (1)b dari Pasal 1 CISG
Pilihan Hukum Yang Digunakan
• Hukum Yang Dipilih Para Pihak
• Jika tidak dipilih, maka yang berlaku adalah hukum dimana perjanjian itu dibuat—asas “Lex Loci
Contractus”.
• The Most Characteristic Connection
– Hukum yang dipakai adalah hukum dimana prestasi lebih spesifik (lebih banyak) dipakai.
• Mis, antara penjual dan pembeli, lebih banyak kewajiban penjual, karena lebih banyak
prestasinya.
• The Most Significant Relationship
– Dilihat dari prakteknya, kecenderungan para pihak sesungguhnya menginginkan hukum yang
mana yang akan di pakai.
• Mis, Indonesia Vs Singapura, kontrak dengan bahasa Indonesia, mata uang rupiah
Hukum Indonesia dipakai.
• The Most Characteristic Connection
– Hukum yang dipakai adalah hukum dimana prestasi lebih spesifik
(lebih banyak) dipakai.
• Mis, antara penjual dan pembeli, lebih banyak kewajiban penjual,
karena lebih banyak prestasinya.
• The Most Significant Relationship
– Dilihat dari prakteknya, kecenderungan para pihak sesungguhnya
menginginkan hukum yang mana yang akan di pakai.
• Mis, Indonesia Vs Singapura, kontrak dengan bahasa Indonesia, mata
uang rupiah Hukum Indonesia dipakai.
CISG tidak berlaku bagi perdagangan. (Pasal 2 of CISG)
- Barang yang dibeli untuk keperluan pribadi, keluarga atau untuk keperluan
rumah tangga, kecuali apabila penjual, pada setiap saat sebelum atau pada saat
pengakhiran kontrak, tidak mengetahui atau belum mengetahui bahwa barang
tersebut dibeli untuk setiap keperluan tersebut; CISG hanya untuk komersial
- Melalui lelang; karena dalam pelelangan peraturannya sudah dibuat oleh
pemerintah
- Atas dasar eksekusi atau dengan cara lain berdasarkan wewenang hukum;
karena sudah diatur dalam hukum publik
- Saham, efek, surat-surat berharga atau uang; terdapat banyak unsur yang diatur
oleh negara/otoritas.
- Kapal, hovercraft atau pesawat terbang; karena dikategorikan benda tetap,
karena ketentuan CISG hanya untuk benda bergerak.
- Tenaga listrik. Dianggap sebagai bukan benda di beberapa negara (jaman dulu).
Karena tenaga listrik diatas 100mW dianggap sebagai barang publik
Kontrak perdagangan barang dibedakan dengan kontrak jasa

Pasal 3 CISG:
(1) Kontrak untuk penyediaan barang yang akan dibuat atau diproduksi
dianggap sebagai penjualan kecuali apabila pihak yang memesan barang
tersebut mengupayakan bagian penting dari bahan-bahan yang diperlukan
untuk melaksanakan pembuatan atau produksi tersebut.
(2) Konvensi ini tidak berlaku untuk kontrak-kontrak di mana bagian utama
dari kewajiban pihak yang menyediakan barang adalah penyedia tenaga
kerja atau jasa lainnya.

CISG hanya berlaku bagi kontrak jual beli barang murni (tidak ada unsur
jasanya).
Hubungan antara CISG dan Hukum Nasional
Pasal 7(2) CISG:
“Pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan hal-hal yang diatur dalam Konvensi
ini yang tidak dengan tegas ditetapkan di dalamnya akan ditetapkan sesuai dengan
prinsip-prinsip umum yang mendasarinya atau, dalam hal tidak adanya prinsip-
prinsip tersebut, sesuai dengan hukum yang berlaku berdasarkan peraturan-
peraturan hukum perdata internasional.”

Misalnya:
- hal yang berkaitan dengan penentuan harga barang yang dijual;
- Syarat-syarat penyerahan;
- Perpindahan hak milik atas barang
CISG hanya mengatur pembuatan kontrak dan hak &
kewajiban para pihak
Konvensi ini hanya mengatur pembuatan kontrak perdagangan serta hak dan kewajiban dari penjual dan
pembeli yang timbul dari kontrak tersebut. Secara khusus, kecuali sebagaimana dengan tegas dinyatakan
lain dalam Konvensi ini, Konvensi tidak mengatur hal-hal berikut ini:
(a) keabsahan kontrak;
(b) dampak yang mungkin ditimbulkan oleh kontrak terhadap hak milik atas barang yang dijual.

(Lihat Pasal 4 CISG)

(c). tanggung jawab penjual atas kematian atau cidera badan yang disebabkan oleh barang yang
dijual.
(lihat Pasal 5).

Salah satu alasan mengapa Indonesia tidak meratifikasi CISG meskipun Belanda sudah meratifikasi adalah
karena Indonesia masih memakai KUHPer
Kebebasan para pihak
• Kebebasan para pihak untuk memilih hukum ini, atau untuk tidak
memberlakukan beberapa ketentuan dari CISG (Ps 6).
• Ps 9: para pihak terikat pada kebiasaan-kebiasaan dalam
perdagangan yang telah disepakatinya.
• Para pihak boleh mengesampingkan berlakunya
CISG dalam kontraknya. Tapi harus tegas.
• CISG itu powerful
Penafsiran ketentuan dalam CISG

• Ditafsirkan secara konsisten; perlu diciptakan


keseragaman;
• Apabila terdapat ketentuan yang tidak secara
tegas menyelesaikan suatu masalah, maka
dipakai prinsip-prinsip umum yang ada dalam
CISG. Kalau tidak terdapat prinsip-prinsip
umum, maka baru dipakai hukum nasional.
Ketentuan dalam kontrak dan kebiasaan & praktek
berlaku
• Kebiasaan (hal yang dianggap benar dan dilakukan
secara berulang-ulang) dan praktek dianggap
berlaku asal diketahui oleh para pihak atau
seharusnya diketahui oleh para pihak atau diketahui
secara luas (internasional).
• Ketentuan dalam kontrak mengalahkan kebiasaan
(lex mercantoria) dan praktek tersebut.
Bentuk kontrak menurut CISG
• Tidak harus tertulis (lihat Pasal 11)
• Tetapi, Kontrak tertulis yang memuat ketentuan
yang mensyaratkan setiap perubahan atau
pengakhiran dilakukan melalui perjanjian tertulis,
tidak dapat diubah atau diakhiri melalui
perjanjian yang tidak tertulis.
• Negara peserta pada waktu ratifikasi boleh
mengenyampingkan Pasal 11.
Pasal 11 CISG
• Kontrak perdangan tidak harus disepakati
atau dibuktikan secara tertulis dan tidak
tunduk kepada persyratan lain berkaitan
dengan bentuknya. Kontrak perdagangan
dapat dibuktikan dengan cara apapun,
termasuk kesaksian.
Pembentukan kontrak
• Menurut asas CISG, kontrak terbentuk karena
adanya penawaran dan penerimaan;
• CISG menganut teori penerimaan/receptie
theory. Saat seseorang melakukan penawaran
dan pembeli melakukan penerimaan dan
pembeli menerima pernyataan menerima dari
pembeli.
Terbentuknya (lahirnya) Kontrak menurut CISG
- Ketika suatu tawaran (offer) diterima.
- Kapan suatu offer dianggap diterima?
a. ketika penerimaan (acceptance) diterima oleh orang yang memberi tawaran
(offeror).
Disebut the Receipt Rule.
b. Apabila offeror membolehkan acceptance dengan suatu tindakan tertentu,
maka kontrak dianggap lahir ketika tindakan tersebut dilakukan.
- Diam/tidak bertindak tidak bisa dikatakan sebagai acceptance.
• Menurut CISG Kontrak lahir atau kesepakatan terjadi ketika
pemberitahuan penerimaan tawaran oleh si penerima
tawaran diterima kembali oleh orang yang menawarkan
A Counter-offer
- Balasan terhadap penawaran yang memuat tambahan-tambahan,
batasan-batasan, atau perubahan lain adalah suatu penolakan
terhadap penawaran tersebut dan merupakan kontra penawaran.

- Namun, balasan terhadap penawaran yang memuat ketentuan-


ketentuan tambahan atau ketentuan-ketentuan yang berbeda yang
secara materiil tidak mengubah ketentuan-ketentuan penawaran
dianggap sebagai penerimaan, kecuali apabila pihak yang menawarkan,
tanpa penundaan yang tidak semestinya, menyampaiakn keberatannya.
- Harga merupakan hal yang material, namun bertentangan dalam pasal
14 CISG.

(Lihat Pasal 19 CISG).


A Counter-offer
• For example:
Offer to buy Rojolele
Buyer rice Rp.13,000 per kg.
Seller
To be delivered on 20
Nov 2017

Buyer The Rojolele rice is delivered Seller


on 20 Nov 2017 with
Rp.13,300 per kg.
Kontroversi tentang penetapan harga di dalam suatu Offer

Terjadi karena ada dua Pasal yang nampak bertentangan, yakni Pasal 14(1)
dan Pasal 55.

Pasal 14(1):
“Proposal untuk menyepakati sebuah kontrak … merupakan
penawaran apabila hal tersebut cukup jelas ... Proposal dianggap cukup jelas
apabila menunjukkan barang dan secara tegas atau tersirat mengatur atau
membuat ketentuan untuk menentukan kuantitas dan harga.”
• Pasal 55:
“Apabila kontrak telah secara sah diakhiri tetapi tidak ditetapkan atau
dibuat secara tegas atau tersirat ketentuan untuk menentukan harga,
maka dalam hal tidak adanya indikasi yang berlawanan, para pihak
dianggap telah secara tersirat membuat referensi harga yang secara
umum dikenakan pada saat pembuatan kontrak untuk barang seperti
tersebut yang dijual dalam keadaan yang dapat dibandingkan dalam
perdagangan terkait.”
Apa akibatnya apabila offer dalam kontrak tidak
menetapkan harga?
• Apakah kontraknya sah?
• Apakah kontraknya batal?
Ada dua pendapat

Pendapat 1 Pendapat 2
-Kontraknya berlaku -Kontraknya tidak
(sah). berlaku (tidak sah).
-Mungkin, harga barang -Pasal 14(1) dan Pasal
tidak dapat ditentukan 55 adalah terpisah.
pada waktu kontrak -Pasal 55 hanya dapat
dibuat. digunakan oleh negara
-Pasal 55 memberikan yang menyatakan
suatu mekanisme untuk bahwa dia tidak terikat
menetapkan harga. oleh Pasal 14(1).
Apakah offer bisa ditarik kembali?
• Bisa, asalkan penarikan kembali tersebut sampai kepada pihak
penerima tawaran (offeree) sebelum offeree mengirimkan acceptance.
• Tidak bisa apabila ditentukan demikian.
• Tidak bisa, apabila wajar bagi offeree untuk mempercayai bahwa
penawaran tersebut tidak dapat ditarik kembali dan offeree telah
bertindak sesuai dengan kepercayaan tersebut.
• Hak dan kewajiban para pihak dalam jual beli internasional
– Pasal 25 s.d. Pasal 88 CISG
Kewajiban Penjual
1. Menyerahkan barang, dokumen-dokumen yang
berkaitan dengan barang tersebut;
2. Mengalihkan hak kepemilikan atas barang
tersebut.
Kapan? Dimana? Dan bagaimana caranya? CISG
menyediakan aturan tertentu yang bisa dipakai
apabila para pihak tidak menentukannya. Lihat
Pasal 31 – 34 CISG.
3. Menyerahkan barang dengan jumlah, kualitas dan diskripsi yang
diharuskan dalam kontrak. Dalam hal ini, Pembeli wajib memeriksa
barang dan segera memberitahukan kepada Penjual apabila barang
tidak sesuai dengan yang diperjanjikan. Pembeli diberi kesempatan 2
tahun setelah barang diterimanya untuk memberitahukan hal tsb.
4. Menyerahkan barang yang bebas dari hak atau tuntutan pihak ketiga,
termasuk hak yang lahir karena HAKI.
Kewajiban Pembeli
1. Membayar harga barang;
2. Mengambil barang sesuai kesepakatan;
Upaya hukum terhadap pelanggaran kontrak

1. Pihak yang dirugikan dapat menuntut


pelaksanaan kewajiban, ganti rugi dari pihak
yang lain atau membatalkan perjanjian;
2. Pembeli dapat menurunkan harga apabila
barang yang diterima tidak sesuai dengan yang
diperjanjikan;
Fundamental breach
• Pelanggaran kontrak dianggap fundamental apabila: merugikan pihak
lain dan secara substansial menyebabkannya tidak mendapat apa yang
seharusnya ia dapatkan berdasarkan kontrak.
• Contoh : tidak di packing dengan baik sehingga barang jadi rusak.
• Pihak yang dirugikan boleh menyatakan untuk mengingkari (tidak
melaksanakan) kontrak.
(Pasal 25 CISG)
Fundamental breach
• Adalah pelanggaran perjanjian yang mengakibatkan pihak lain
kehilangan secara substansial apa yang seharusnya dia peroleh dari
kontrak. Di sini tidak termasuk akibat yang sebelumnya tidak
diperkirakan oleh pihak pelanggar atau tidak dapat diperkirakan oleh
“a reasonable person of the same kind in the same circumstances.”
• Pihak yang dirugikan boleh menyatakan untuk mengingkari (tidak
melaksanakan) kontrak
• Fundamental breach mungkin bisa disamakan
kedudukannya dengan:
- barang tidak dikirim (termasuk barang telat
dikirim)
- harga pembelian tidak dibayar;
- Pembeli gagal mengambil barang.

Dalam ketiga hal tersebut, pihak yang dirugikan


dapat mengingkari perjanjian.
• Pihak dalam kontrak tidak dapat minta ganti
kerugian yang seharusnya bisa dihindari sendiri
dengan langkah-langkah yang layak;
• Pihak bisa dibebaskan dari membayar ganti
kerugian karena adanya halangan/kejadian
yang di luar kekuasaannya.
Remedies-Buyer
• Ciri-ciri: kumulatif, serta-merta (immediate)
• Tipe Remedies:
– Spesific Performance: mengirimkan barang pengganti, memperbaiki
barang
– Avoidance: dapat diterapkan apabila 1) salah satu pihak melakukan
fundamental breach; atau 2) telah diberikan Nachfrist notice, tetapi
tidak dilakukan
• Price Reduction
• Refusing Early Delivery
• Refusing Excess Quantity
Avoidance
• Avoidance: notifikasi dari salah satu pihak bahwa ia membatalkan
kontrak
• Dilakukan sebagai salah satu bentuk remedies
• Yang tidak dibatalkan dalam kontrak:
– Pasal-pasal terkait penyelesaian sengketa
– Pasal-pasal terkait hak dan kewajiban para pihak setelah avoidance of
contract
Requests for Spesific Performance
• Pihak yang dirugikan dapat meminta pengadilan untuk menerapkan tindakan
tertentu (request for spesific performance)
• Misalnya
– Pengiriman barang
– Penggantian barang substitusi oleh pihak yang melanggar kontrak
• Dalam ranah Common Law: apa saja yang menjadi syarat untuk dapat
menerapkan Request for Spesific Performance?
• US’ Uniform Commercial Code:
– “A court may deem just”
– “The goods are unique”
• Masalah: bagaimana mengukur keunikan
• Mana yang bisa dimintakan spesific performance? 2017 Ford Focus vs 1957 Jaguar XKSS
Remedies-Seller
• Missing Spesification
Shoe Seller’s Case
• Merits of the Case
– Sales Contract between Buyer and Seller in January 1991
– Goods: Shoes
– Buyer (D/German) refused to pay two invoices because Seller (P/Italian)
was late in delivering the shoes
– However, Buyer accepted the shoes
• Claim of the Plaintiff
– To recover the amounts it had billed the defendant on its invoices
Shoe Seller’s Case (lanjutan)
• Applicability
– Italy and German = Parties to the CISG
– Sales Contract entered in January 1991 = governed by CISG
• Argument I: Notification/Nachfrist
– May be exercised only after the buyer (D) had given Nachfrist; and mention the
exact period of time to perform delivery
• Argument II: Fundamental Breach
– Defendant’s Contention
• Shoes are of different material  wrinkle
• Shoes did not correspond the original sample
– Defendant should have been able to:
• Explain the exact use of the defects
• Shows that the goods cannot be used
Shoe Seller’s Case (lanjutan)
Judgment
• In order to use the CISG avoidance, either
– The buyer must have sent a Nachfrist notice giving the seller more time to
perform; or
– The seller must have committed a fundamental breach of contract
• Neither of these tests were met
• Court is in favor of the Plaintiff.
PAROL EVIDENCE RULE
Pasal 8 Ayat 3 CISG
Dalam menentukan maksud dari pihak atau pemahaman yang ditangkap oleh pihak
secara wajar, pertimbangan yang tepat perlu ditentukan untuk semua keadaan yang
berkaitan dengan hal tersebut termasuk negosiasi-negosiasi, setiap praktik yang
telah ditentukan bersama oleh para pihak, prosedur, dan setiap tindakan-tindakan
berikutnya yang ditentukan oleh para pihak.
CISG memasukkan negosiasi dan percakapan sebelum final draft. Apabila ada
pertentangan antara negosiasi sebelumnya dengan final contract maka percakapan
dan negosiasi sebelumnya akan mejadi konsideran. CISG mentracing perjanjian dan
negosiasi sebelumnya.
Parol evidence rule : mengesampingkan negosiasi/kebiasaan/conservation sebelumnya.
Final draft dari sebuah perjanjian adalah hak dan kewajiban para pihak.
CISG TIDAK menganut Parol Evidence Rule
Pelimpahan Risiko
• Menentukan saat kapan risiko hilang atau kerusakan barang berpindah
dari Penjual kepada Pembeli adalah sangat penting di dalam kontrak
perdagangan internasional.
• Para pihak mungkin mengaturnya di dalam kontrak mereka baik secara
tegas atau dengan menggunakan suatu peristilahan tertentu. Contoh :
Free on Board : apabila sudah diangkut dengan kapal.
• Apabila tidak ditentukan dalam kontrak mereka, ketentuan dalam CISG
dapat berlaku.
Pelimpahan risiko menurut CISG
1. Kontrak melibatkan pengangkutan barang:
a. Bila Penjual tdk terikat untuk menyerahkan di suatu tempat
tertentu: risiko beralih kpd pembeli saat barang tsb dipindahkan ke
pengangkut pertama
b. Bila terikat (lihat a), maka risiko beralih kpd pembeli saat barang
tsb diserahkan kpd pengangkut di tempat tersebut. Penyerahan
kepada orang lain tidak melimpahkan risiko.

Namun, risiko tidak beralih kepada pembeli hingga barang benar-


benar teridentifikasi.
2. Kontrak perdagangan barang dalam persinggahan (transit):
 Risiko beralih kepada Pembeli terhitung sejak waktu penutupan kontrak.
 Risiko ditanggung oleh pembeli terhitung sejak barang diserahkan kpd pengangkut
yg mengeluarkan dokumen pengangkutan.
 Tetapi, apabila pada saat penutupan kontrak penjualan, penjual mengetahui atau
seharusnya mengetahui bahwa barang-barang tersebut telah hilang atau rusak dan
tidak memberitahukan hal tersebut kepada pembeli, maka kehilangan atau
kerusakan tersebut menjadi risiko penjual.
3. Kontrak selain no. 1 dan 2 di atas:
Risiko beralih kepada pembeli saat ia mengambil barang tersebut atau,
apabila ia tidak melakukannya tepat waktu, terhitung mulai saat barang
tersebut diserahkan kepadanya.

Namun, risiko tidak beralih kepada pembeli hingga barang benar-benar


teridentifikasi.
Pelanggaran yang bisa diantisipasi

Apabila bisa dilihat bahwa salah satu pihak akan


melanggar kontrak, maka:
- pihak yang lain dapat menangguhkan pelaksanaan
kewajibannya; atau
-pihak yang lain dapat menyatakan bahwa kontrak
batal.
Harus dengan pemberitahuan sebelumnya.
Pembebasan tanggung jawab mengganti kerugian
Pasal 79

(1) Satu pihak tidak bertanggung jawab atas kelalaian untuk melaksanakan setiap
kewajibannya apabila ia membuktikan bahwa kelalaian tersebut adalah akibat dari
rintangan yang diluar kendalinya dan bahwa ia tidak dapat secara wajar diharapkan
telah memperhatikan rintangan tersebut pada saat penutupan kontrak atau telah
menghindari atau menyelesaikannya atau menyelesaikan akibat-akibatnya.
(2) Apabila kelalaian pihak tersebut adalah akibat kelalaian pihak ketiga yang telah ia
ikut sertakan untuk melaksanakan keseluruhan atau sebagian dari kontrak, maka
pihak tersebut dibebaskan dari kewajiban …
Letter of Credit
PEMBAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Advance Payment
(PembayaranDimuka)

Open
Account
(Perhitungan
Kemudian)

Collection
(Wesel Inkaso) LETTER OF
CREDIT
Pembayaran Transaksi Internasional

• Pembayaran tanpa Letter of Credit (L/C):


a. Advanced payment;
b. Konsinyasi;
c. Draft Collection.
2 Pembayaran dengan L/C
KELEMAHAN CARA LAIN SELAINL/C
Cara-cara pelaksanaan pembayaran luar negeri (Amir M.S., 1996: 36):
1. Tunai
2. Open account
Kelemahan 1 dan 2 (Amir M.S., 1996: 36):
Pembayaran terlebih dulu oleh importir  risiko importir (1)
Eksportir yang lokasinya jauh  risiko importir (1)
Bonafiditas eksportir yang tidak diketahui sepenuhnya oleh importir  risikoimportir
(1)
Pengiriman barang terlebih dulu oleh eksportir  risiko eksportir besar (2)

FHUGM Letter of Credit 3


Mengapa menggunakan Letter of Credit?

• Posisikan diri anda sebagai penjual, yang bertransaksi dengan


pembeli dari luar negeri
• Posisikan diri anda sebagai pembeli, yang bertransaksi dengan
penjual dari luar negeri.
KEUNTUNGANLC
Keuntungan LCbagi eksportir (Amir M.S., 1999: 74-77):
Kepastian pembayaran dan menghindari risiko non-payment
Penguangan dokumen bisa langsung dilakukan
Biaya bank relatif kecil
Terhindar dari risiko pembatasandevisa
Kemungkinan memperoleh kredit tanpa bunga
Keuntungan LC bagi importir (Ibid.):
Nama baik dan reputasi bank berpengaruh baik pada bonafiditas importir di mata
eksportir
LCsebagai jaminan bagi importir bahwa dokumen akan diterima dalam keadaan
lengkap dan utuh untuk diteliti olehbank
Importir dapat mencantumkan syarat-syarat pengamanan dalam LC

FHUGM Letter of Credit 4


Pengaturan L/C
• Uniform Customs and Practices for Commercial Documentary Credit
(UCP)
- UCP 1933
- UCP 1974
- UCP 400 (1983)
- UCP 500 (1993)
- UCP 600
• Indonesia menjadi negara yang menyetujui berlakunya UCP tanggal 31
Maret 1971.
• Sebelum 1971, berlakunya UCP di Indonesia berdasarkan kebiasaan
perdagangan (usance)
• UCP hanya mengikat kalau ditunjuk
• Apabila UCP bertentangan dengan hukum
nasional hukum nasional yang menang.
PENGERTIANL/C
• Letter of Credit is a bank commitment that it will, under certains
circumstances, make a paymentto the letter’s beneficiary,
typically the seller or its bank.
• The bank’s statement is credible because ofthe
bank’s international reputation, a reputation that will generally be well
understood in theinternational banking network.
Definisi-Letter of Credit
• Instrumen yang diterbitkan oleh bank, atau pihak lain, berdasarkan
permintaan dari konsumen (account party)
• Merupakan perjanjian antara penerbit (issuer) dan account party yang
ditujukan untuk membayar pihak ketiga (beneficiary)
• Penerbit wajib untuk membayarkan sejumlah uang, dalam kurun waktu
yang telah ditentukan, dan apabila pihak ketiga (beneficiary) telah
berhasil melengkapi dokumen yang harus diserahkan kepada account
party.
Letter of Credit

 surat yang dikeluarkan oleh suatu bank (bank devisa)


 atas permintaan importir (nasabah/ langgananbank tersebut)
 ditujukan kepada eksportir di luar negeri  beneficiary (relasi importir)
 memberi hak kepada eksportir untuk menarik wesel-wesel atas importir
bersangkutan
 untuk sejumlah uang yang disebutkan dalam suratitu
 bank yang bersangkutan menjamin untuk mengaksep wesel atau menguangkan
wesel yangditarik
 asal memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam surat tersebut

FH UGM Letter of Credit 8


Dasar Hukum
• Uniform Customs and Practices for
Documentary Credits (UCP) 600 – model rules
Persyaratan L/C
• L/C harus:
– Dalam bentuk tertulis
– Ditandatangani oleh penerbit
– Lengkap dan jelas
• Secara jelas harus dinyatakan apakah L/C irrevocable;
jika tidak ada pernyataan maka dianggap revocable
Dokumen-dokumen dalam L/C
• Bill of Lading; Dianggap hukum surat berharga
• Dokumen pengangkutan lainnya;
• Polis Asuransi;
• Commercial Invoice;
• Certificate of Origin;
• Dll,
Mekanisme L/C
Cara pembayaran dengan L/C
9
Bank II
(Advising/Con- 7 Bank I
firming Bank) (Issuing Bank)
3

8 6 4 2 10 11

Penjual 1 Pembeli
(Beneficiary) (Applicant)

5 13
Pengangkut 12
Keterangan
1= perjanjian jual beli
2= aplikasi L/C
3= Bank I memberitahukan kepada Bank II
4= Bank II memberitahukan kepada Penjual
5= Penjual mengirim barang melalui Pengangkut
6= Penjual menyerahkan dokumen-dokumen kepada Bank II
7= Bank II mengirim dokumen-dokumen kepada Bank I
8= Bank II membayar kepada Penjual
9= Bank I membayar kepada Bank II
10= Pembeli membayar kepada Bank I
11= Bank I menyerahkan dokumen-dokumen kepada Pembeli
12= Pembeli mengambil barang dari Pengangkut dgn menyerahkan dokumen-dokumen
13= Pengangkut menyerahkan barang kepada Pembeli.
PROSEDUR L/C
1

5
12 11 2
6
SHIPPING DOCUMENT

T
REIMBURSEMEN
10
4 7

REIMBURSEMENT 9

3
ADVISING/CONFIRMING BANK
FHUGM Letter of Credit ISSUING BANK 12
KETERANGAN
1) Pembeli dan Penjual menandatangani kontrak jual beli dg syarat pembayaran L/C
2) Pembeli minta bank-nya, Issuing Bank” untuk menerbitkan L/C.
3) “Issuing Bank” membuka L/C dan minta bank korespondennya (Advising Bank) untuk memberikan konfirmasi atas
L/C.
4) “Advising Bank” memberitahukan kepada penjual bahwa L/C telah dibuka.
5) Penjual menerima L/C dan sesuai dg syarat kontrak dan penjual sanggup memenuhi syarat L/C yang tercantum,
penjual menyiapkan pengapalan.
6) Penjual menyampaikan dokumen yang diperlukan kepada Advising Bank.
7) Bank yang ditunjuka memerikasa dokumen dan mencocokkan dengan syarat dalam kredit. Jika cocok melakukan
pembayaran.
8) Bank menerima dokumen lalu meneruskan ke Issuing Bank.
9) “Issuing Bank” memeriksa lg, jika cocok dg dokumen yang diisyaratkan dlm L/C, maka Issuing Bank membayar
kembali (reimbursement) kepada yang telah melunasi.
10) Dokumen diteruskan ke Pembeli.
11) Issuing Bank menerima pelunasan dari Pembeli.
12) Pembeli meneruskan dokumen pengangkutan kepada kantor pelayaran setempat atau agen pengangkut yang akan
menyerahkan barang kepada pembeli
PIHAK-PIHAK DALAML/C
• Opener (applicant; pemohon)
• Bank I: Issuing Bank
– bank devisa tempat importir membukaL/C
• Bank II bisa:
- Hanya sebagai Advising Bank;
- bank koresponden dari issuing bank di negaraeksportir
- Bisa juga sebagai Confirming Bank;
• Beneficiary (penerima manfaat)
Advising & Confirming Bank
• Advising Bank
– Bank yang bekerjasama dengan penerbit L/C untuk
memberitahu beneficiary bahwa ia memiliki credit atas
pengiriman dan untuk mengirimkan credit tersebut setelah
memverifikasi tanda-tangan beneficiary.
• Confirming Bank
– Bank yang membuat janji untuk membayar, menerima,
atau menegosiasikan L/C yang diterbitkan oleh bank lain
ketika dokumen dikirim kepadanya.
Hubungan Hukum
a. Antara Penjual (Beneficiary) dan Pembeli
(Applicant) : hubungan hukum perjanjian jual
beli/sales contract
b. Antara Pembeli dan Issuing Bank :
berdasarkan Pemberian Kuasa (Pasal 2 UCP)
Kewajiban Para Pihak
a. Pembeli: membayar kepada Bank
b. Bank:
- Memberitahukan kepada Penjual (kredit advis);
- Memeriksa dokumen (appear on their face);
- Membayar kepada Penjual;
- Mengirim dokumen kepada Pembeli
c. Penjual:
- Mengirim barang;
- Menyerahkan dokumen kepada Bank
Kewajiban Bank
• Memeriksa dokumen dengan hati-hati untuk
memastikan kesesuaiannya dengan perjanjian
• Perlu diingat: bahwa Bank hanya memiliki kewajiban
untuk memeriksa dokumen, bukan memastikan
keadaan barang, apakah barang sudah sampai, dll
PRINSIPL/C
1. Prinsip Indipendency
2. Prinsip Keterikatan Pada Dokumen
3. Penipuan
4. Penetapan Pengadilan (injunction)
5. Pilihan Hukum
6. Pilihan Forum
No 1 dan 2 telah diatur dalam UCP500 dan UCP600.
No. 3-6, belum ada pengaturannya.
Independence Principle
• Prinsip bahwa hubungan hukum masing-masing
saling terpisah

Pembeli Bank I Bank I Bank I / II

Penjual Pembeli Bank II Penjual


• Pasal 3 UCP500 dan Pasal 4 UCP600
– Pasal 4 UCP600
“Kredit menurut sifatnya merupakan transaksi yang terpisah dari
kontrak penjualan atau kontrak lainnya yang menjadi dasar
kredit. Bank-bank sama sekali tidak memperhatikan atau terikat
oleh kontrak seperti ini, walaupun terdapat rujukan apapun
terhadap kontrak dimaksud dimasukkan dalamkredit...dst”
Kasus PT.BCAVsNV Perseroan DagangSetia
Maurice O’Meare Co. VsNational Parn Bank of NY,239 NY386
Prinsip Keterikatan Pada Dokumen
(Document Compliance Rule)

• Pasal 4 UCP500, Pasal 5 UCP600


– Bank-bank berurusan dengan dokumen dan tidak dengan barang,
jasa atau pelaksanaan terhadap mana dokumen-dokumen tersebut
mungkin berkaitan.
– Kasus Equitable Trust Co Vs. Dawson Partners

– UCP hanya mengikat kalau ditunjuk


– Apabila UCP bertentangan dengan hukum nasional maka hukum
nasional yang menang
Transaksi yang harus menggunakan L/C
Pemeriksaan dokumen
• Bank harus memeriksa dokumen-dokumen yang
diserahkan oleh Penjual.
• Standar pemeriksaannya adalah:
– “Reasonable care”;
– Pada permukaannya / secara formal saja (appear on their
face).
Strict Compliance Rule
• Bank dapat menolak dokumen yang tidak sesuai
dengan syarat-syarat di L/C
• Contoh:
– L/C: pengiriman 5000 tas, di B/L hanya tertulis 4997
tas
Strict Compliance Doctrine
• Prinsip bahwa dokumen-dokumen yang diserahkan oleh Penjual harus
sama dengan yang disyaratkan dalam L/C.
• Bank bisa menolak dokumen dengan alasan:
- Tidak sesuai dengan yang disyaratkan dalam advis kredit.
- Tidak diserahkan tepat waktu (sesuai dengan advis kredit).
Strict Compliance Doctrine Standar
pemeriksaan (“reasonable care” dan “appear on
their face”)
Persyaratan Material
• Article 4 UCP:

“In the Documentary Credit operation, all parties … deal with documents and not with goods…”

• Bank tidak bertanggung jawab ats semua syarat meterial.

Article 15 UCP:
“Banks assume no liability or responsibility, to the form, sufficiency, accuracy, genuineness,
falsification or legal effect of any document … nor do they assume any liability or responsibility for
the description, quantity, weight, quality, condition, packing, delivery, value or the existence of the
goods represented by any documents …”
Kasus Trans Trust Sprl v. Danubian Trading Co.

• Pokok Permasalahan
• Tuntutan
• Analisa
• Kesimpulan

Condition Precedent
• Syarat yang harus dilakukan sebelum kontrak dibuat
• Apakah L/C merupakan condition precedent dalam kasus tsb?
Kewajiban Bank
• Amendment
– Major discrepancy: L/C bisa diamandemen
– Butuh persetujuan dari issuing bank, confirming bank (kalau ada), dan
beneficiary.
• Waiver
– Minor discrepancy: bank mendapat written waiver dari Account Party
– Implied Waiver
• Fraud
– “Bank assume no liability or responsibility for the form, sufficiency,
genuineness, falsification, or legal effect of any documents”
Hak dan Kewajiban Account Party
• Berdasarkan dua kontrak
– Dengan beneficiary
– Dengan issuing bank
• Doctrine of Privity
Hak dan Kewajiban Beneficiary
• Hak untuk mendapatkan pembayaran dari L/C
• Kewajiban: memenuhi syarat-syarat L/C dan
menunjukkan dokumen kepada bank
Macam-macam L/C
1. Revocable L/C;
2. Irrevocable L/C;
3. Anticipatory (Red Clause) L/C;
4. Back to Back L/C;
5. Transferable L/C;
6. Standby L/C;
7. Revolving L/C.
• Menurut sifatnya:
• Revocable L/C
dapat dibatalkan kembali kapan saja oleh importir tanpa memerlukan
persetujuan eksportir
• Irrevocable L/C
Tidak dapat dibatalkan dan opening bank mengikatkan diri untuk melunasi
wesel-wesel yang ditarik dalam jangka waktu berlakunya L/C, kecuali
dengan persetujuan semua pihak yang terlibat dalam L/C.
• Irrevocable and ConfirmedL/C
tidak dibatalkan sepihak dan mempunyai jaminan pelunasan berganda atas
wesel dan atas penyerahan dokumen pengapalan yang diberikan oleh opening
bank bersama-sama dengan advising bank.
• Berdasarkan saat pembayaran
o Sight L/C
L/C yang jika persyaratan dipenuhi, maka negotiating bank wajib
membayar nominal L/Ckepada eksportir paling lama dalam 7 hari kerja.
o Usance L/C
Pembayarannya baru dapat dilunasi jika L/C tersebut sudah jatuh tempo
yaitu sekian hari dari tanggal pengapalan (tgl BL)
o Red Clause L/C
pembayaran dilakukan oleh negotiating bankkepada eksportir sebelum
barangdikapalkan
Anticipatory (Red Clause) L/C
• L/C yang memberikan pembayaran di muka
(advanced payment). Beneficiary cukup
memberikan kuitansi dan pernyataan untuk
memenuhi janji.
• Sisanya bisa dicairkan dengan menyerahkan
dokumen-dokumen yang ditentukan dalam
L/C.
• Berdasarkan syarat-syaratnya
o OpenL/C
memberi hak kpd eksportir untuk menegosiasikan dokumen pengapalan melaluibank mana saja yang
diinginkannya
o Restricted L/C
pembatasan negotiating bank
o Documentary L/C
eksportir wajib menyerahkan dokumen pengapalan yangmembuktikan pemilikan barang serta
dokumen pelengkap lainnyasebagai syarat untuk memperoleh pembayaran.
o Revolving L/C
kredit yang tersedia dapat dipakai ulang tanpa perlu mengadakan perubahan syaratbaik dalam bentuk
waktu maupun nilai uang.
o Back to back L/C
dapat dibuka lagi oleh eksportir penerimaL/C pertama kepada eksportir kedua dengan menjaminkan
L/C yang diterimanya.
Back to Back L/C
Second L/C First L/C

Advising Bank
Advising Bank II Issuing Bank
Issuing Bank II

Penjual I Pembeli
Penjual II
Applicant II Applicant
Transferable L/C
Hanya ada satu L/C

Advising Bank II Advising Bank Issuing Bank

Pembeli
Penjual II Penjual I
Applicant
L/C yangaman?
• Untuk eksportir?
irrevocable L/C,
sight L/C,
red clause L/C
• Untuk importir?
documentary L/C
What is theUCP?
• UCP refers to the Uniform Customs andPractices for Documentary
Credits
• UCP is the internationally recognized set ofrules governing the use of letters of
credit
• also known as documentarycredits.
• UCPiswrittenintovirtuallyeveryletterofcreditand accepted worldwide
(although
• intheUnitedStatesUCCArticle5mayoftenbewritteninas the governinglaw).
UCP 500 and UCP600
• UCP500 became effective in 1993.
• UCP600 became effective in July 1, 2007 is the date on which
letters of credit can be governed by UCP600.
• For existing credits that incorporate the UCPwithout referenceto
a specific UCP
• version the credit will still likely need to be amended to reflect it is
governed by UCP600.
• A credit subject to UCP500 will NOT automatically be subject to
UCP600 unless
• the credit UCP600 isamended.
Revocable & Irrevocable
Revocable: bisa dibatalkan.
Irrevocable: tidak bisa dibatalkan.

• UCP 400: pada dasarnya “revocable.”


• UCP 500: pada dasarnya “irrevocable.”
Revocable merupakan “pengecualian”
• UCP 600: hanya mencakup yang “irrevocable”
Hukum Pengangkutan
• Dimensi Hukum Pengangkutan
– Pengangkutan sebagai usaha (business)  Perusahaan pengangkutan
(Kereta api (railway); Kendaran bermotor umum (highway); Kapal Laut, lanau, sungai penyeberangan,
(waterway);Pesawat udara (air way):
• Berdasarkan suatu perjanjian;
• Kegiatan ekonomi di bidang jasa;
• Berbentuk perusahaan;
• Mengunakan alat angkut mekanik;
– Pengangkutan sebagai perjanjian (agreement)
– Pengangkutan sebagai proses penerapan (applying process);
• Subyek pelaku pengangkutan
• Status pelaku pengangkutan
• Obyek pengangkutan
• Peristiwa pengangkutan
• Hubunganpengangkutan
• Tujuanpengangkutan
• Peran penting transportasi terkait dengan aspek ekonomi
– Berperan dalam ketersedian barang(availability of goods);
– Stabilisasi dan penyamaan harga;
– Penurunan harga (price reduction);
– Meningkatkan nilai tanah (landvalue);
– Terjadinya spealisasi antar wilayah(territorial division of labour);
– Berkembangnya usaha skala besar (large scale production);
– Terjadinya urbanisasi dan konsentrasiproduk

3
Asas Hukum Pengangkutan
• AsasHukumPublik
– Landasan UU yang lebih mengutamakan kepentingan umum/masyarakat (asas
manfaat, usaha bersama dan kekeluargaan, kemandirian, dll)
– UU Perkeretapian, Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, dan UU Pelayaran, UU Penerbanga
• AsasHukumPerdata
– Perjanjian
– Asas koordinatif dan kesetaraan
– Asas campuran (atas tiga perjanjian: pemberian kuasa,
penyimpanan barang, melakukan pekerjaan)
– Asas resistensi (pengangkut tidak mengunakan hak resistenti/menahan
barang)
– Asas pembuktian dengan dokumen (setiap pengangkutan dibuktikan dengan
dokumen pengangkutan, kecuali jika terdapat kebiasaan yg telah berlaku umum.

4
- Sifat Perjanjian Pengangkutan

- Perjanjian berkala Ex Pasal 1601 KUHPerdata;


- Perjanjian Konsensuil;
- Ada Charter Partij (Pasal 545 KUHD), Konosomen/Bill Of Lading (Pasal 504,
506 KUHD), Surat Muatan/vrachtbrief) (Pasal 90 KUHD), bukan syarat ada
terjadi atau timbulnya Perjanjian Pengangkutan.
- Fungsinya hanya sebagai tanda atau alat bukti saja.
Sumber Hukum Pengakutan
• LAUT
– KUHD
• Buku II bab V,Pasal 453 – 465 Perjanjian charterkapal
• KUHD,Buku II bab VA, Pasal 466 – 520 pengangkutan barang-barang
• KUHD, Buku II, Bab V-B, Pasal 521 – 544a pengangkutan orang
– UU No 17/2008 tentang Pelayaran .
• DARAT
– KUHD, Buku I Bab V bagian 2 dan 3, Pasal 90 s/d 98—mengatur sekaligus pengangkutan darat dan perairan darat
tetapi khusus pengangkutan barang;
– UU No 23 Tahun 2007 tentang Perkereta Apian
– UU No 29 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan.
• UDARA
• – UU No 1 tahun 2009 tentang penerbangan.
• Buku I, Bab VBagian II, Pasal 86 –90 tentang Kedudukan Ekspeditur sebagai PengusahaPerantara
Pengangkutan
• Pengertian
– Proses kegiatan memuat barang/penumpang ke dalam alat pengangkutan,
membawa barang/penumpang dari tempat pemuatan ketempat tujuan, dan
menurunkan barang/penumpang dari alat pengangkutan ke tempat yang
ditentukan (Abdulkadir Muhammad).
– Perpindahan tempat mengenai benda-benda atauorang- orang, karena
perpindahan itu mutlak diperlukan untuk mencapai dan meningkatkan manfaat
serta efisiensi (Soekardono).
– Perpindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan
mengunakan kendaraan di ruanglalu lintas jalan (UU No. 22 Tahun2009).
Lanjutan...
• Perjanjian timbal balik antara Pengangkut dengan Pengirim, di mana
Pengangkut mengikatkan diri untuk “menyelenggarakan pengangkutan”
barang dan/atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan
selamat, sedangkan Pengirim mengikatkan diri untuk membayar aang atau
biaya angkutan (Prof. Nindyo Pramono).
– Menyelenggarakan Pengangkutan: dapat dilakukan sendiri atau dilakukan
oleh pihak lain atasperintahnya.
– Dengan selamat: bila tidak selamat menjaditanggung jawab Pengangkut.
– Tidak selamat: barang musnah atau barang ada tapi rusak (sebagian atau
seluruhnya).

8
• Aspek-aspek pengangkutan

1. Pelaku, yaitu orang yang melakukan pengangkutan.


2. Alat pengangkutan, yaitu alat yang digunakanuntuk
menyelenggarakan pengangkutan
3. Obyek pengangkutan, yaitu muatan yang diangkut baik barang atau penumpang.
4. Perbuatan yaitu kegiatan mengangkut barang/penumpangsejak pemuatan sampai
dengan penurunan di tempattujuan
5. Fungsi pengangkutan, yaitu meningkatkan kegunaan dan nilai barang
6. Tujuan pengangkutan yaitu sampai ditempat tujuandengan selamat, biaya
pengangkutan lunas.

9
PIHAK-PIHAK DALAM PENGANGKUTAN
Antara lain:
• Pihak Pengangkut (Carrier)
• Pihak Penumpang (Passanger)
• Pihak Pengirim (Consigner, Shipper)
• Pihak penerima kiriman (Consignee)
• Selain itu terdapat jugapihak-pihak sebagai penunjang
pengangkutan:
– Perusahaan ekspedisimuatan
– Perusahaan agen perjalanan
– Perusahaan agen pelayaran
– Perusahaan bongkar muat

10
• PIHAK PENGANGKUT(CARRIER)
– Merupakan penyelenggara pengangkutan
– KUHDtidak memberikandefinisi.
– Pasal 466 dan 521 hanya tentang Pengangkutan Laut
• Pengangkut adalah pihak yang mengikatkan diri untuk menyelenggarakan
pengangkutan barang dan atau jasa orang dari suatu tempat ke tempat lain
dengan selamat.
• Lawannya: Pengirim dan atau penerima.
– Kriterianya:
• Perusahaan penyelenggara pengangkutan;
• Mengunakan alat pengangkutan mekanik;
• Penerbit dokumen pengangkutan;dan
• Memperoleh ijin usaha dari pemerintah
• Misalnya: PT.KAI, PT.GIA, PT.PELNI, CV.Titipan Kilat, CV JNEdan lain-lain

11
– Pengangkut dan Hak Retensi
• Pengangkut tidak mempunyai hak retensi;
• Jika uang angkutan tidak dibayar, Pengangkut tidak berhak menahan
barang sebagai jaminan uang angkutan/retensi (Pasal 493 ayat 1
KUHD);
• Jika uang angkutan tidak dibayar, maka Pengangkutan harus
menggugat ke Pengadilan Negeri setempat.
• PIHAK PENUMPANG(PASSANGER)
– Pasal 341 KUHD, penumpang adalah semua orang yang ada di kapan
kecuali nahkoda.
– Kriterianya:
• Orang berstatus sebagai pihak dalam perjanjian pengangkutan
• Pihak tersebut wajib membayar biaya pengangkutan
• Pembayaran tersebut dibuktiakan adanya karcis yang dikuasai
penumpang
• PIHAK PENGIRIM (CONSIGNER,SHIPPER)
– Pihak yang mengikatkan diri untuk membayar biaya pengangkutan barang dan atas
dasar itu berhakmemperoleh pelayanan pengangkutan barang dari pengangkut.
– Khusus dalam perairan air disebut “shipper” dan UU Perkeretapain
menyebut ‘penguna jasa” dan‘penerima barang”.
– Kriteria:
• Pihak dalam perjanjian yang berstatus sebagai pemilik barang atau bertindak
atas nama pemilik barang atau sebagai penjual
• Membayar biaya pengangkutan
• Pemegang dokumen pengangkutan barang

13
• PIHAKPENERIMAKIRIMAN(CONSIGNEE)
– Perusahaan atau perserorangan yang memperoleh hak dari pengirim;
– Dibuktikan dengan adanya penguasaan dokumen pengangkutan;
– Membayar atau tanpa membayar biayapengangkutan;
– Kedudukan Hukum Penerima
• Sebagai Derden Beding (Pihak ketiga yang berkepentingan, ex Pasal 1317
KUH Perdata);
• Sebagai Cessionaris diam-diam mengenai hak tagih Pengirim terhadap
Pengangkut (Ex 613 KUHPerdata);
• Sebagai Pemegang Kuasa (lastgever), ExPasal 1792 – 1819 KUHPerdata.
• PERUSAHAAN EKSPEDISI MUATAN
– Pasal 86 – 90 KUHD. Menurut KUHD PEM: perusahaan yang kegiatan usahanya
mencarikan pengangkut barang di daratatau di perairan untuk kepentinganpengirim.
– Dikenal dalam perjanjian pengangkutanbarang;
– Berfungsi sebagai agen (wakil) dalam perjanjian pengangkutan
yang bertindak atas nama pengirim atau penerima
– PEM wajib memcatat dalam buku catatan harian sifat, jumlah, dan harga barang yang
harus diangkut (Pasal 86 KUHD);
– Menjamin pengiriman barang yang diterimanya (Psl87)
– Menanggung kerusakan atau hilangnya barang ygdisebabkan
oleh kesalahan atau kurang hati-hati (Psl88);
– Adanya dokumen pengangkutan (Psl90).
– Perantara Pengangkutan, antara lain:
• Ekspeditur (Pasal 86 s/d 90 KUHD);
• Makelar Kapal (Cargodoor) Pasal 62 dst KUHD)
• Transport ondernemer
• Agen Duane (EMKL: PPNo. 22/69, Stuwadoor (Pengatur Muatan).
15
PERUSAHAAN BONGKAR MUAT (Cargo Hadling)

– Perusahaan yg menjalankan bisnis bidang jasa pemuatan barang ke kapal


(loading) dan pembongkaran barang dari kapal(unloading);
– Dilakukan antara lain melalui teknologi petikemas
(container);
– Dokumen bongkar muat ada 2:
• Dokumen pemuatan, meliputi konosemen (bill oflading), daftar muat
(loading list), catatan muat (loading tally), tanda terima barang (mater
receipt), gambar tata letak dan susunan barang (stowage plan);
• Dokumen pembongkaran, meliputi pemberitahuankepada bea cukai, landing
order, tally bongkar, out turn report, dangerous cargo list, dll.

16
BARANGMUATAN(CARGO)
• Merupakan barang yg sah dan dilindungi undang2, dimuat dlm alat
pengangkut yg sesuai dengan atau tidak dilarang undang2, serta tidak
bertentangandgn ketertiban umum ataukesusilaan;
• Dilihat dari cara menjaga dan mengurusnya(custody and hadling), barang
muatan dibedakan:
– Barang berbahaya (dangerous cargo), sifat mudah terbakar (highly flamable), mudah
meledak (highly exploded), mudah pecah (highly breakable), mengadung racun
(poisonous);
– Barang dingin (beku)/ refrigerated cargo);
– Barang yg panjang atau berat melebihi ukuran tertentu.

17
• Dilihat dari jenisnya, barangmuatan dibedakan atas:
– Genaral cargo; berbagai jenis barang yang dimuat dgn cara
pembungkusan/pengepepakan dlm bentuk unit2 kecil;
– Bulk cargo; jenis barang dlm jumlah besar yg dimuat dgn cara
mencurahkan kedalam kapa; atau tanki, misalnyapengapalan
500.000 barel minyakmentah;
– Homogeneous cargo; satu jenis barangdlm jumlah besar dimuat dgn
cara pembungkusan/pengepakan, mis, 100.000 zaksemen

18
DOKUMEN PENGANGKUTAN DAN BILLOFLADING

• Perjanjian pengangkutan pada umumnya tidak tertulis, tetapi


harus dibuktikandgn dokumen pengangkutan; ygterdiri dari:
– Dokumen pengangkutan penumpang
• Disebut jg karcis penumpang (pengangkutam jalan/perairan), tiket
penumpang(udara)
– Dokumen pengankutan barang
• Disebut juga “surat pengangkutan barang” utk pengangkutan jalan,
“dokumen muatan/konosemen” untuk perairan,“tiket bagasi” untuk
barang bawaan penumpang, dan “surat muatan udara” untukkargo.

19
• Konosemen (Bill of Lading)
– Merupakan surat bertanggal dimana pengangkut menerangkan
bahwa dia telah menerima barang tertentu utk diangkut ke suatu
tempat tujuan yg ditunjuk dan disana menyerahkannya kepada
orang yang ditunjuk (penerima) disertai dengan janji-janji apa
penyerahan akan terjadi.
– Konosemen diterbitkan oleh pengangkut atas permintaan
pengirim.

20
Rincian keterangan yg terdapat dalam konosemen;
1. Nama dan alamat lengkap perusahaan pelayaran (pemgangkut);
2. Nama kapal pengangkut;
3. Nama alat pengangkut sebelumnya;
4. Tempat penerimaan oleh pengangkut sebelumnya
5. Nama dan alat pengirim danpenerima;
6. Tempat dan tanggal pembuatan konosemen;
7. Pelabuhan muat danbongkar;
8. Tempat penyerahan oleh pengangkut terusan;
9. Jenis barang, merek, ukuran, berat, dan jumlah;
10. Jumlah biaya pengangkutan dan biaya lain-lain;
11. Tempat pembayaran biaya pengangkutan dan biaya lain-lain;
12. Syarat-syarat penyerahan (klausul perjanjian);
13. Jumlah konosemen asli yang diterbitkan; dan
14. Tanda tangan pengangkut atau orang atas nama pengangkut.
• Fungsi dan pengalihan Konosemen
– Pelindung barang yang diangkut dgnkapal;
– Surat bukti penerimaan barang di ataskapal;
– Tanda bukti milik atasbarang;
– Kuitansi pembayaran biaya pengangkutan;
– Kontrak atau persyataran pengangkutan;
• Konosemen sbg surat berharga
– Adalah surat berharga yg dapat diperjualbelikan(dialihkan kepada pihak lain), dgn
konsekuensi bahwa penyerahan konosemen berarti penyerahan hak milik atas
barang yg tersebut dlm konosemen;
– Setiap orang yg menguasai konosemen dianggap sebagai pemilik sah dari barang yg
tersebut di dalamnya;

22
ANGKUTANMULTIMODA
• Apabila pengangkutan melalui lebih dari 1moda
pengangkutan dan mengunakan gabungan 2 atau lebih jenis alat
pengangkut mekanik serta dibuktikan dgn 1 dokumen
pengangkutanDisebut Pengangkutan multimoda
– Moda Pengangkutan: setiap sistem pengangkutan melalui satu jalur
pengangkutan.
• Sistem pengakutan: jalur (line) pengangkutan melalui jalan raya, jalan rel, perairan,
dan udara.
– Alat pengangkut mekanik:
• kereta api untuk jalan rel
• kendaraan bermotor umum untuk jalanraya
• Kapal untuk sungai, laut, dan danau;
• Pesawat untuk udara

23
• Adalah angkutan barang denganmenggunakan paling sedikit 2 (dua) moda
angkutan yangberbeda atas dasar 1 (satu) kontrak yangmenggunakan
dokumen angkutan multimoda dari satutempat diterimanya barang oleh
operatorangkutan multimoda ke suatu tempat yang ditentukanuntuk
penyerahan barang tersebut (Pasal 50 UU 17 Th 2008).

• Manfaat pengangkutan multi moda


– Kemudahan pengurusan dokumen;
– Efisiensi biaya pengangkutan;
– Keamanan dan ketertiban pengangkutan;
– Upaya memajukan pariwisata
Pertanggungjawaban
• Badan usaha: bertanggung jawab terhadap barang yg
diangkut sejak diterima s.d penyerahan kepada penerima
barang
• Penyedia jasa: wajib menerbitkan dokumen, tanggung jawab
terhadap kehilangan/kerusakan/keterlambatan
• Pertanggungjawaban terbatas
• Wajib mengasuransikantanggung jawabnya

25
Prinsip-Prinsip TanggungJawab dalam Hukum Pengangkutan
• Menurut Abdulkadir Muhammad, hukumpengangkutan
mengenal tiga prinsip tanggung jawab, yaitu:
– Tanggung jawab karena kesalahan (fault liability);
– Tanggung jawab karena pra-duga (presumption liability);
– Tanggung jawab mutlak (absolute liability).

• Prinsip Fault liability, liability based on fault(Berdasarkan


adanya unsur kesalahan)
– seorang pengangkut dianggap selalu bertanggungjawab untuk kerugian-
kerugian yang ditimbulkan pada pengankutan yang diselenggarakan;
– Pasal 1365 KUH Perdata
– Pasal 143 UU No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan
26
• Prinsip presumption of liability
– Tergugat (pengangkut) dianggap bertanggungjawab atas segala kerugian
yang timbul, akan tetapi tergugat dapat membebaskan tanggungjawab,
apabila iadapat membuktikan bahwa dirinya tidakbersalah:
– Pasal 468 Ayat 2 KUHDtentang PengakutanLaut
– Pasal 192 Ayat (1) dan 193 Ayat (1) UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

• Prinsip TanggungJawabMutlak (strict liability atau absolute


liability)
– Tergugat (pengangkut) selalu bertanggungjawab tanpa melihatada atau
tidaknya kesalahan atau tidak melihat siapa yangbersalah
– Pasal141 Ayat (1) UUPenerbangan

27
• Prinsip Presumption of nonLiability
– Tergugat (pengangkut) dianggap tidak memiliki tanggungjawab—dalam
arti terdapat pengecualian- pengecualian dalam
mempertanggungjawabkan suatu kejadian atas benda dalam angkutan
– Pasal 143 UU Penerbangan.
– Pengangkut tidak bertanggung jawab atas kerugian karena hilang
atau rusaknya bagasi kabin, kecuali apabila penumpang dapat
membuktikan bahwa kerugian tersebut disebabkan oleh tindakan
pengangkut atau orang yang dipekerjakannya

29
Pengangkutan Laut
Pengertian
• Hukum Pengangkutan adalah hukum yang
mengatur masalah penyelenggaraan
pengangkutan barang dan orang melalui darat,
laut, dan udara.
• Sehingga terjadi adanya hukum pengangkutan
laut, udara, dan darat.
Dasar Hukum – Pengangkutan Laut
1. KUHPerd
2. KUHD BK II, T. I, II, III, IV, V, V.A & V.B
3. UU no. 21 Th 1992ttg Pelayaran diganti dgn
UU no.17 –2008 L.N 2008 -64.
4. PP. no. 82 Th 1999, ttg ANGK. Di Perairan
5. PP. no. 51 Th 2002 ttg PERKAPALAN
Dasar Hukum - Perkapalan
• KUHD BK. II (Tentang Hak dan Kewajiban Yang Terbit Dari Pelayaran)
• 1. Titel I. Ttg Kapal
– Definisi Kapal
– Pendaftaran Kapal
– Klasifikasi Kapal
• 2. T II. Pengusaha Kapal
– Syarat-syarat usaha pelayaran
– Menurut Luas Wilayah Operasinya
– Menurut Sifat Usahanya
• 3. T III.Nachoda Kapal &ABK, dan Penumpang
• 4. T IV.Perjanjian Kerja laut
Dasar Hukum – Pengangkutan Laut
• KUHD BK. II
1. TITEL V -------- ttg PerCHARTERan Kapal
2. TITEL V.A ----- ttg Pengangkutan Barang
3. TITEL V.B ----- ttg Pengangkutan Orang
Dasar Hukum
• Traktat-traktat
1. The International Convention for The Unification of Certain
Rules Relating to Bill of Lading (Den Haag 1924) = THE
HAGUE RULES 1924.
2. United Nation Convention on Carriage of Goods by Sea 1978
= THE HAMBURG RULES 1978
3. Convention on Safety Life At Sea = SOLAS
Pengertian Kapal
• KUHD pasal 309.
• Kapal adalah segala alat2 berlayar, bagaimanapun
disebutnya dan sifatnya.
• UU no.17 –2008, pasal 36, sbb;
• Adalah kendaraan air dgn bentuk dan jenis apa pun, yang
digerakkan dgn tenaga mekanik, tenaga angin, atau
ditunda, termasuk kendaraan yg berdaya dukung dinamis,
kendaraan dibawah permukaan air, serta alat apung dan
bangunan terapung yg tidak berpindah.
Pendaftaran Kapal
• Diatur dlm KUHD ps 314, sedang dlm UU no. 17—
2008, pasal 158 jo. Pasal 163.
• Tujuan pendaftaran kapal adalah utk memperoleh
surat tanda kebangsaan kapal.
• Ps 158 ayat(4) mengatakan bahwa akta
pendaftaran kapal dianggap sbg tanda bukti hak
milik.
• Kapal yg dpt didaftar se-kurang2-nya berukuran
GT 7. Dlm KUHD min. 20m
Surat tanda Kebangsaan Kapal - Pasal 163 ayat (2)

1. SURAT LAUT, utk kapal berukuran GT 175


atau lebih (KUHD 500m3 atau lebih)
2. PAS BESAR, utk kapal berukuran GT 7 s/d
kurang GT 175(KUHD 20m3 –500m3)
3. PAS KECIL, utk kapal berukuran kurang dari
GT 7 (KUHD < dari 20m3)
Akibat Pendaftaran Kapal

• Kapal yang telah didaftar dapat dibebani


hipotik (pasal 60)
• Berarti, kapal yang telah didaftar
berkedudukan sebagai benda tetap.
• KUHD Pasal 314 (4): terhadap kapal-kapal
yang telah terdaftar tidak berlaku
ketentuan-ketentuan tentang gadai.
Dokumen Kapal
Selain CERTIFICATE OF REGISTRY di dlm kapal
terdapat adanya surat-kapal/ dokumen kapal/
ship’s documents, terdiri dari:
1. Surat tanda kebangsaan (certificate of registry)
2. Surat ukur (meetbrief)
3. Sertifikat layak laut(seaworthy certificate)
4. Daftar awak kapal (monsterrol/sr sijil)
5. Sertifikat klasifikasi(clasification certificate)
Sertifikat Klasifikasi
• Diterbitkan oleh BADAN KLASIFIKASI yaitu lembaga
klasifikasi kapal yg melakukan pengukuran kekuatan
konstruksi dan permesinan kapal, jaminan mutu material
marine, pengawasan pembangunan, pemeliharaan, dan
perombakan kapal sesuai dgn peraturan klasifikasi (ps 1
ayat(36) UU no.17 – 2008).

• Di Indonesia oleh P.T BKI (ps 129 UU 17-2008).


Badan-badan Klasifikasi Asing

• Lloyd’s Register of shipping( L– R )


• American Bureau of shipping(A– B)
• Bureau Veritas ( B – V).
• Germanischer Lloyd ( G – L).
• Nippon Kaiyi Kyokai ( N – K).
Awak Kapal, Nahkoda, dan ABK
• Awak kapal = orang yg bekerja atau dipekerjakan di atas kapal oleh
pemilik/operator kapal utk melakukan tugas di atas kapal sesuai dgn
jabatannya yg tercantum dlm buku sijil/monsterrol.
• NAHKODA = salah seorang dari awak kapal yg menjadi pemimpin
tertingi di kapal dan mempunyai wewenang dan tanggung jawab
tertentu.
• A.B.K = awak kapal selain Nahkoda
• Bandingkan dgn ps. 341 KUHD!
Wewenang & Tanggung Jawab Nahkoda
• Nahkoda utk kapal yg berukuran GT 35 atau lebih
mempunyai wewenang; penegakan hukum, serta
bertanggung jawab atas keselamatan, keamanan dan
ketertiban kapal, pelayar dan barang muatan.
• Sedang utk nahkoda kapal berukuran kurang dari GT 35,
tidak mempunyai wewenang PENEGAKAN HUKUM
Tugas dan Kewenangan Khusus Nahkoda

1. Membuat catatan setiap kelahiran,


2. Membuat catatan setiap kematian, dan
3. Menyaksikan dan mencatat surat wasiat
FungsiNahkoda
Sebagai pemimpin kapal:
Pemimpin kapal adalah salah seorang dari awak kapal yang menjadi pimpinan di atas kapal dan bertanggung jawab atas
keselamatan, keamanan dan ketertiban kapal, danbarang muatan yang menjadi kewajibannya.
Sebagai wakil Pengusaha:
a. menerima / menyerahkan barang untuk diangkut, menerima/menagih upah pengangkutan barang,
b. mewakili pengusaha di depan/di luar pengadilan,
c. meminjam uang, menjaminkan, menjual kapal, dalam keadaan mendesak,
d. mengambil tindakan yang perlu dalam hal terjadi keadaan yang luar biasa,

Sebagai Pejabat Penolong:


a. selaku Pejabat Pembuat Catatan Sipil,
b. selaku Notaris,
Sebagai Penegak Hukum:
a. meyidik, menyelidiki, memeriksa, menjatuhkan pidana pada siapapun yang melakukan tindak pidana di
kapal.
b. mengambil tindakan terhadap setiap orang yang secara tidak sah berada diatas kapal.
Pembatasan kewenangan bagi Nakhoda:

1. Dilarang menerima barang untuk diangkut atas namanyasendiri,


2. Dilarang menyimpan, meminum minuman keras hingga mabuk,
3. Dilarang membawa barang2 ilegal utk kepentingansendiri,
4. Dalam hal-hal tertentu wajib memperoleh persetujuan dari pengusaha
kapal,
5. Tidak boleh mempekerjakan seseorang tanpa di masukkan kedalam sijil,
6. Dalam keadaan bahaya ia adalah orang terakhir yang meninggalkan kapal.

46
Anak Buah Kapal (ABK)
• Ps. 42 UU no. 17 --2008 – ABK adalah awak kapal
selain nahkoda. Dlm KUHD ABK adalah mereka yg
terdapat dlm daftar bahari.

• Hubungan antara nahkoda dan ABK dgn Perusahaan


Pelayaran terikat oleh hubungan kerja sbg akibat
dari perjanjian kerja laut.
(Di dlm KUHD diatur pada T IV BK II ps 395 dst.)
Perjanjian Kerja Laut(PKL)
• Merupakan perjanjian khusus
• Perjanjian yang diadakan antara seorang pengusaha kapal pada satu pihak dengan seorang
pekerja pada lain pihak, di mana orang akhir ini mengikat diri untuk melakukan
pekerjaan dalam dinas pengusahakapal sebagai nakhoda atau anak buah kapal dengan
mendapat upah (395 KUHD)
– 398: PKLdapat diadakan untuk waktu tertentu dan waktu tidak tertentu
– 399 : PKLantara pengusaha kapal dgn nakhoda/perwira kapal harus berbentuk tertulis-
-Jika tidak tertulis ancamannya adalahbatal
– 400: PKLpengusaha dengan ABKharus berbentuk akta otenti—jika tidak, ancaman
batal
– 402 : upah (jumlah, bentuk, kapan diberikan, dsb) dimasukkanke dalam perjanjian.
– 404 tidak boleh mengandung concurentie beding (janjilarangan bersaing)—setiap
ketentuan dalam PKLyang membatasi kemerdekaan buruh melakukan pekerjaan
setelah berakhirnya perjanjian adalah batal.
48
CHARTER (ps 453 KUHD )

• Suatu perjanjian antara ship-owner


dengan pencarter, dimana ship-owner
harus menyediakan kapal dalam keadaan
lengkap kepada pencarter
• Sifat perjanjiannya = konsensual.(ps 454)
• Akta perjanjiannya = CHARTER-PARTY
• Hanya berfungsi sbg alat bukti
CHARTER (KUHD T. V ps 453 s/d 465)
• Jenis charter:
1. Time Charter: menurut waktu
2. Voyage Charter: menurut perjalanan
3. Trip Time Charter: menurut waktu dan perjalanan
Disamping itu ada juga yang disebut:
BAREBOAT CHARTER
adalah suatu penyewaan kapal utk suatu jangka
waktu tertentu dan kapal diserahkan dlm keadaan
kosong kpd penyewa.
CHARTER
CHARTER-PARTY CONTRACTING
CARRIER

SHIPOWNER CARRIER
ACTUAL- CARRIER

ORANG

PENGANGKUTAN B/L
LAUT

BARANG
SHIPPER CONSIGNEE
Pengangkut/Carrier
• Pengangkut/Carrier adalah setiap orang yang
mengadakan perjanjian dengan
pengirim/shipper. (Pasal 466 KUHD)
• Pengusaha Kapal/Reder = orang yg
mempergunakan kapal utk pelayaran dilaut
(pasal 320 KUHD). Sekarang Perusahaan
Pelayaran
UU No. 17 tahun 2008 – pasal 7
• Hanya menyebut jenis angkutan laut, sbb:
– Angkutan laut dalam negeri
– Angkutan laut luar negeri
– Angkutan laut khusus
– Angkutan laut pelayaran rakyat.
PENGUSAHA KAPAL (REDER)
• Dahulu disebut Reder (Pasal 320 KUHD), dan
berbedakan dengan istilah REDERIJ. Sekarang
dikenal dengan sebutan PERUSAHAAN
PELAYARAN. Syarat utk menjadi Perusahaan
pelayaran, harus;
1. Berbentuk badan hukum Indonesia P.T/
BUMN/Daerah, atau koperasi.
2. Harus memiliki izin usaha (ps 19 PP no.8 -1999)
Untuk memperoleh izin usaha;
a. Memiliki kapal berbendera Indonesia yg laik laut
dgn ukuran GT 175.
b.Memiliki tenaga ahli sesuai dgn bidangnya.
c.Memiliki akta pendirian Perusahaan bagi pemohon
yg berbadan hukum Indonesia yg mengajukan
permohonan izin usaha
d.Memiliki surat ket. domisili perusahaan
e.Memiliki NPWP
CONFERENCE
• FREIGHT CONFERENCE, mengatur ttg;
1. Penetapan tarif angkutan pelayaran samodera
2. Pembagian alokasi muatan antara para anggota
3. Syarat2 perjanjian pengangkutan

Sedang dlm RATE AGREEMENT Conference TIDAK


MENGATUR ALOKASI MUATAN, jadi hanya mengatur
ttg pentarifan dan syarat perjanjian pengangkutan
Keuntungan Conference
• Adanya tarif uang tambang yg seragam dan berlaku
untuk jangka waktu yg panjang, sehingga sangat
memudahkan para Eksportir/Importir dlm membuat
kalkulasi perniagaan.
• Dgn adanya jadwal kapal secara teratur yg telah
ditentukan jauh sebelumnya, memungkinkan para
pedagang utk mengatur pengapalan dan persediaan
barangnya.
Kerugian Conference
• Adanya kecenderungan monopoli dari
Conference yg tidak memberi kesempatan pihak
lain utk ikut berusaha di bidang pelayaran niaga.
Bentuk-bentuk Usaha Pelayaran
• Menurut luas wilayah operasinya;
1. Pelayaran lokal
2. Pelayaran pantai/ interinsuler /pelayaran
Nusantara
3. Pelayaran Samudera.
• Menurut sifatnya dibedakan menjadi;
1. Pelayaran tetap (Regular Liner Service)
2. Pelayaran tidak tetap (Tramp Service)
Pelayaran Jurusan Tetap/Liner
• Pelayaran yg dijalankan secara tetap dan teratur antara
dua tempat atau lebih. (lih. Pasal 517.e KUHD).

Teratur disini berarti teratur dlm hal:


1. Keberangkatan kapal,
2. Kedatangan kapal,
3. Trayek,
4. Pentarifan
5. Syarat2 perjanjian kengangkutan
Pasal 517f KUHD

Regular Liner Service (R.L.S) harus


mengumumkan tentang:
1. Schedule perjalanan kapal,
2. Pentarifan,
3. Syarat perjanjian pengangkutan.
DOORGAAND-VERVOER (Pengangkutan Berantai) DAN
OPVOLGEND – VERVOER (Pengangkutan Berlanjut)

• Akibat adanya pengangkutan liner, maka terjadi


adanya pengangkutan-berangkai –D.V– Disamping
itu ada juga pengangkutan berlanjut –O.V --.
• Perbedaan antara kedua jenis pengangkutan tsb
terletak dlm hal;
1. Corak pertanggung-jawaban pengangkut
2. Tanda bukti pengangkutannya
Pada O-V (pengangkutan berlanjut)

• Shipper mengadakan perjanjian dgn beberapa Carrier, dgn


demikian proses pengangkutan merupakan serangkaian
dari perjanjian-perjanjian pengangkutan.
• Sbg konsekuensinya masing-masing carrier bertanggung
jawab atas bagiannya masing-masing.
• Sedang bukti perjanjiannya yaitu B/L ada utk masing-
masing perjanjian pengangkutan, sehingga terdapat
beberapa B/L
Pada D-V (pengangkutan berangkai)
• Utk seluruh pengangkutan dilakukan oleh beberapa
carrier, tetapi hanya menggunakan satu B/L, yaitu
Through B/L.
• Mengenai Tanggung-jawab Pengangkut: hanya satu
carrier yang bertanggung jawab kpd shipper/consignee
• Masing2 carrier bertanggung jawb secara berangkai
Variasi Pelaksanaan
• Pertama: shipper mengadakan perjanjian dgn bbrp
carrier sekaligus ttp dgn satu B/L, yaitu Through B/L
• carrier bertanggung jawab kepada shipper secara
tanggung renteng (ps 517(w) ay .1 KUHD)
• Ratio dari tanggung jawab ini adalah agar carrier
terakhir tidak begitu saja melempar tanggung jawab
kepada carrier lain
Variasi Pelaksanaan
• Kedua: Shipper mengadakan perjanjian dgn satu Carrier
(Main Carrier).
• Main carrier mengusahakan proses pengangkutan dgn
cara mengadakan perjanjian dengan beberapa carrier yg
akan melaksanakan pengangkutan itu sampai tujuan(sub-
sub carrier)
• Antara Main Carrier dgn sub-sub carrier tdpt hub kerja
(sub ordinasi)
• masing2 sub-carrier hanya bertanggung-jawab kpd main
carrier, selanjutnya Main carrier bertanggung-jawab kpd
Shipper(ps 517 v ay 1).B/L nya through B/L
Pelayaran Jurusan Tidak Tetap (Tramp Service)

• Pelayaran yang tidak memiliki jadwal, rute,


dan pelabuhan yang tetap.
• Disediakan berdasarkan permintaan.
• Contoh: kapal yang tiba di Tanjung Emas
(Semarang) dari Singapura membawa kargo,
bisa membawa kargo dari Tanjung Emas ke
Pelabuhan Wasior (Papua).
Angkutan Multimoda
(UU 17 -2008 ps 50s/d ps.55)
• Adalah angkutan brg dgn menggunakan
paling sedikit 2 (dua) moda angkutan yg
berbeda atas dasar 1 (satu) kontrak yg
menggunakan dokumen multimoda
• Pengusaha Angkutan bertanggung jawab
terhadap barang sejak diterima sampai
diserahkan kpd penerima barang. (p.51ay1)
Pengangkut = Carrier
• Ment. Ps 466 KUHD + ps 521 KUHD, yaitu;
1. Orang yg mengikatkan dirinya utk menyelenggarakan
pengangkutan orang atau barang, seluruhnya atau
sebagian melalui laut.
2. Pengangkut dlm menyelenggarakan pengangkutan dpt
menggunakan kapal milik sendiri atau milik orang lain dgn
cara mencarter.
• Dari ketentuan tsb dpt disimpulkan bahwa Pengangkut
adalah setiap orang yg mengadakan perjanjian
pengangkutan dgn Pengirim/Penumpang
Menurut The Hague Rules 1924
• Carrier, includes the owner or the charterer
who enters into contract of carriage with a
Shipper.
• Pengangkut adalah pemilik kapal atau
pencarter yg mengadakan perjanjian
pengangkutan dgn pengirim barang
Menurut The Hamburg Rules 1978
• Pengertian Pengangkut/Carrier dibedakan
antara; CARRIER dgn ACTUAL CARRIER
• Carrier = setiap orang utk siapa atau atas nama
siapa perjanjian pengangkutan barang itu
diadakan dgn Shipper/Pengirim.
• Actual Carrier/Pengangkut sesungguhnya =
mereka yg melaksanakan pengangkutan yg telah
dipercayakan kepadanya oleh Carrier
Dalam Pasal 466/521 KUHD
• Kata”menyelenggarakan” pengangkutan, berarti
Pengangkut dpt melakukan sendiri pengangkutan itu,
tetapi dapat juga memerintahkan kpd orang lain utk
melakukan perbuatan pengangkutan itu.
• Jadi ketentuan tsb juga senada dgn ketentuan-ketentuan
Internasional tsb diatas
• Dgn demikian ps 466/521 dgn 320 KUHD ttg Pengusaha
kapal ada kaitannya juga
Konosemen = Bill of Lading

• Perjanjian pengangkutan adalah perjanjian


antara shipper dengan carrier.
• Perjanjian ini bersifat konsensual (ps 504
KUHD).
• Yg wenang menerbitkan B/L (konosemen)
adalah pengangkut, atau agen.
• Nahkoda juga berwenang (ps 505 KUHD)
PENGERTIAN B/L (KONOSEMEN)
• Pasal 506 Ayat(1) KUHD:
• Konosemen adalah sepucuk surat yg
ditanggali, dimana menyatakan bahwa ia
telah menerima barang-barang tertentu
untuk diangkutnya ketempat tujuan yg
ditunjuk dan disana menyerahkannya kepada
orang yg ditunjuk beserta dgn klausula2 apa
penyerahan akan terjadi
FUNGSI B/L

1. Sbg surat tanda terima barang.


2. Sbg surat bukti perjanjian pengangkutan barang
dgn kapal laut.
3. Sbg surat pemilikan barang (documens of title).
4. Sbg surat berharga (waarde-papier/ negotiable
instrumen)
(Ps 506 ayat(2), ps 507 dan 510 kuhd)
Jenis-jenis B/L
• Menurut cara penerbitannya;
1. B/L atas nama (op- naam).
– B/L atas nama mencantumkan nama dari penerima, dan hanya penerima tsb
yang berhak atas barang muatan.
2. B/L atas-pengganti (aan-order)
– B/L atas pengganti menyebutkan nama penerima akan tetapi memuat
keterangan “atau kepada pengganti”
3. B/L atas-tunjuk (aan-toonder)
– B/L atas tunjuk (atas pemegang/bearer B/L) tidak mencantumkan nama
penerima dan hanya menyebutkan “kepada pembawa.” Artinya pengangkut
harus menyerahkan barang muatan kepada pembawa konosemen tersebut.
Jenis-jenis B/L
• Menurut Pelabuhan Tujuan
1. Direct B/L
– B/L bagi pengapalan langsung dari pelabuhan muat ke
pelabuhan tujuan.
2. Through B/L
– B/L yang dikeluarkan apabila terjadi trans-shipment karena
tidak tersedianya jasa langsung ke pelabuhan.
3. Optional B/L
– B/L yang memungkinkan untuk muatan diturunkan pada lebih
dari satu pelabuhan.
Jenis-jenis B/L
• Berdasarkan Kondisi Barang/Nilai
1. Clean B/l
– Barang yang dimuat dalam kondisi baik dan lengkap, tidak terdapat catatan-
catatan kerusakan, kekurangan.
2. Foul B/L atau Dirty B/L (Claused B/L atau Unclean B/L)
– Barang yang dimuat dalam kondisi kurang lengkap, ada kecacatan,
kerusakan.
Dalam praktek perdagangan tdp dua macam B/L, yaitu;
1. Shipped on board B/L
– B/L diterima
2. Received for shipment B/L
– B/L tidak dapat diterima dan oleh karenanya memerlukan perubahan L/C
Tanggung Jawab Pengangkut
• Di dlm KUHD diatur dlm ps. 468
• Tetapi biasanya yg dipakai dlm praktek perniagaan
menggunakan aturan dlm The Hague Rule 1924. karena
ketentuannya lebih tegas.
• Menggunakan sistem From Sling to Sling atau From Tackle
to Tackle.
• Dlm UU baru diatur pada ps 40 dan ps 41
Ps. 468 dan The Hague Rules 1924
• Perjanjian pengangkutan mewajibkan pengangkut menjaga
keselamatan brg yg diangkut sejak saat penerimaannya
sampai saat penyerahannya (ayat.1)
• Ps 1 huruf E The Hague Rules 1924;
• Carriage of goods covers the period from the time when the
goods are loaded on to the time they are discharged from the
ship.
• = Pengangkutan brg meliputi suatu jangka waktu antara saat
pemuatan brg2 sampai saat pembongkaran brg2 itu dari
kapal yg memuatnya dipelabuhan pembongkaran =
UU no. 17 - 2008
• Pasal 40, mengatakan;
• Ayat (1) Perusahaan Angkutan di perairan bertanggung
jawab thd keselamatan dan keamanan penumpang
dan/atau barang yg diangkutnya.

• Ayat (2); Perusahaan Angkutan di perairan bertanggung


jawab thd muatan kapal sesuai dgn jenis dan jumlah yg
dinyatakan dlm dokumen muatan dan/atau perjanjian
atau kontrak pengangkutan yg telah disepakati.
Pasal 41
• Ayat (1). Tanggung jawab sebagaimana dimaksud
dlm ps 40 dpt ditimbulkan sbg akibat
pengoperasian kapal, berupa;
a. Kematian, atau lukanya penumpang yg diangkut
b. Musnah, hilang, atau rusaknya brg yg diangkut
c. Keterlambatan angkutan penumpang dan/atau
brg yg diangkut
d. Kerugian pihak ke tiga
Ayat (3) Pasal 41
• Perusahaan Angkutan di perairan wajib mengasuransikan
tanggung jawabnya sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1)
dan melaksanakan asuransi perlindungan dasar penumpang
umum sesuai dengan peraturan per-UU-an
Sistem Tanggung Jawab Pengangkut
Inter-ocean Shipping
(The Hague Rules 1924)
• Carrier baru mulai bertanggung jawab atas brg muatan yg
diangkut dengan kapalnya, ketika muatan ybs disangkutkan
pada sling/tackle di pelabuhan pemuatan dan berakhir
pada saat muatan tsb dilepaskan dari sling/tackle di
pelabuhan pembongkaran (From Sling to Sling)
Muatan dgn Shore Crane
atau Elevator
Tanggung jawab pengangkut dimulai/diakhiri
pada saat muatan melewati Ship’s raling atau
pagar pinggir kapal
Pengaturan Lain
• Cape Town Convention on International
Interest in Mobile Equipment (Cape Town
Treaty)
• Mengatur tentang jenis kapal yang dapat
diagunkan.
Kerugian Laut (AVARY)
1. PENGERTIAN:
Semua biaya-biaya luar biasa yang dipergunakan untuk kapal dan barang-barangnya, yang
diperbuat bersama-sama atau tersendiri, semua kerugian yang menimpa kapal dan
barang-barangnya selama kapal dalam pelayaran.

2. PERSOALAN:
Menjadi tanggung jawabsiapa?

3. ASAS:
– kerugian yang diderita bersama yang diperbuat untuk menyelamatkan kepentingan
bersama adalah adil bila menjadi tanggungan bersama (termasuk yang tidak menderita
kerugian, selamat);
– kerugian yang dibuat sendiri untuk kepentingansendiri, menjadi tanggungan
sendiri
4. AVARYUMUM/GROSSE/GENERALAVARAGE
pada umumnya semua kerugian yang diderita yang karena terpaksa, sengaja
ditimbulkan dan diderita sebagai akibat langsung dari pada itu, dan biaya-
biaya yang dalam keadaan yang sama dibuat untuk keselamatan dan
kesejahteraan umum dari kapal dan muatan.
(669 sub 23)
5. UNSUR-UNSURAVARYUMUM:
a. Adanya kerugian yang diderita atau biaya-biaya yangdikeluarkan;
b. Keadaan yang mengancam seketika;
c. Ada kesengajaan dalam melakukan perbuatan itu;
d. Kesengajaan itu bertujuan menyelamatkan kapal bersama manusiadari
bahaya yang mengancam seketika;
e. Perbuatan penyelamatan itu BERHASI

86
6. MACAM-MACAM KERUGIAN YANG DIGOLONGKAN KE
DALAM AVARY

• Yang diberikan kepada: musuh/bajak laut/kekuasaan lain; Yang



dilemparkan kelaut;

• Biaya masuk

ke pelabuhan darurat; Biaya penuntutan
kembali (reclame);

• Biaya-biaya
• pembongkaran dan pemuatan kembali; Kerugian
karena kapal
• kandas dengan sengaja;
• Pengeluaran
• selama perjalanan kapal dihambat kekuasaan asing; Biaya awary
grosse. •

87
Pengangkutan Udara
Pengertian
• Pasal 1(13) UU no.1 – 2009:
• Angkutan udara adalah setiap kegiatan dgn
menggunakan pesawat udara utk
mengangkut penumpang, kargo dan/atau
pos utk satu perjalanan atau lebih dari satu
bandar udara ke bandar udara yang
lain/beberapa bandar udara
• Angkutan udara niaga adalah angkutan
udara utk umum dengan memungut bayaran
Dasar Hukum – Pengangkutan Udara
• UU. No. 1 –2009
• O.P.U Stb. 1939 –100.
• Konvensi Warsawa 1929.
• Konvensi Roma 1933 & 1952.
• Protokol Hague 1955.
• Konvensi Guadalajara 1961.
• Montreal Agreement 1966.
• Protokol Guatemala 1971
Penerbangan/Angkutan udara
• Digolongkan menjadi;
1. Kegiatan yg komersial/angk.udara niaga (baik dalam
negeri, maupun luar negeri)
2. Kegiatan yg non-komersial/angkutan udara bukan niaga.
Tujuannya bukan niaga, kayak militer.
• Angkutan udara niaga/komersial terdiri atas;
1. Penerbangan teratur/berjadwal
2. Penerbangan tidak teratur/tidak berjadwal
3. Penerbangan Suplementer
4. Kegiatan keudaraan (aerial work)
Perusahaan Penerbangan
1. Harus berbentuk badan hukum P.T/BUMN
2. Harus mempunyai izin usaha baik usaha angkutan
berjadwal (scheduled-airlines) maupun tidak
berjadwal (un-scheduled airlines)
3. Harus memiliki pesawat
4. Harus memiliki modal yg kuat
5. Harus ada bank garansi (ps 108)
Asas Cabotage
• Berdasarkan ketentuan pasal 85 uu no. 1 – 2009
asas cabotage tetap dipertahankan:
• Yang menyatakan bahwa Angkutan udara niaga
berjadwal dalam negeri hanya dapat dilakukan
oleh badan usaha angkutan udara Nasional baik
milik BUMN, BUMD, BUMS berbentuk P.T yang
telah mendapat izin usaha
Menurut pasal 85 UU. no. 1-2009

• Bahwa setiap negara berhak menolak pemberian


izin pesawat udara asing yang melakukan
angkutan penumpang, barang, dan pos secara
komersial dalam negeri
• Bahwa asas cabotage merupakan hak prerogatif
negara berdaulat sesuai dengan pasal 7 Konvensi
Chicago 1944
Pendaftaran Pesawat Udara

• PASAL 24 UU no. 1-2009 menyatakan, bahwa setiap


pesawat udara yang dioperasikan di Indonesia wajib
mempunyai tanda pendaftaran.
• Pada prinsipnya pesawat udara tidak boleh
mempunyai tanda pendaftaran dan kebangsaan
ganda (Pasal 25)
• Tanda pendaftaran tidak berlaku sbg bukti
kepemilikan pesawat
Perjanjian Pengangkutan Udara

• Adalah perjanjian antara Pengangkut dgn pihak


Penumpang dan atau Pengirim Kargo,untuk
mengangkut Penumpang dan/atau kargo dgn pesawat
udara dengan imbalan pembayaran atau dalam
bentuk imbalan jasa yang lain.
• Perjanjian tsb bersifat konsensual
Pihak-pihak dalam Perjanjian
1. Pengangkut/operator/actual- carrier.
2. Penumpang
3. Pengirim barang ( cargo)

• Di luar pihak2 tersebut diatas ada pihak


ketiga di darat
Dokumen Angkutan
1. Tiket penumpang
2. Tiket bagasi tercatat (claim – tag)
3. Airway bill -> dokumen yang
menginformasikan barang2 apa yang
diangkut

• Bagasi ada dua macam;


1. Bagasi tercatat
2. Bagasi tangan -> taruh di kabin
Prinsip-prinsip Tanggung Jawab Pengangkut Udara

1. Presumption of liability
2. Absolute liability
3. Presumption of non-liability
4. Limitation of liability
Sistem Tanggung Jawab Pengangkut udara
• Tanggung jawab utk penumpang dan bagasi tercatat serta
barang berlaku : sistem presumption of liability dan
limitation of liability
• Utk bagasi tangan berlaku: sistem presumption of non
liability dan limitation of liability
• Utk pihak ketiga: Absolute liability dan Limitation of
liability
Pengangkutan Darat
Pengangkutan Darat
• UU No. 23 tahun 2007 tentang Perkeretaapian
• UU No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan
Pengertian
• Ruang lingkup angkutan darat dinyatakan
sepanjang dan selebar negara, artinya ruang
lingkup sama dengan ruang lingkup negara.
Angkutan darat dapat dilakukan dengan
berjenis-jenis alat pengangkutan.
• Terdiri dari pengangkutan orang dan barang.
Moda Pengangkutan Darat
• Barang: kereta api, truk
• Penumpang: sepeda motor, mobil penumpang,
mobil bus, kereta api, bus, taxi.
Pihak-pihak dalam pengangkutan darat
• Pengangkut
• Pengirim
• Penerima
Pengangkut
• Orang yang mengikatkan diri untuk
menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau
orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu
dengan selamat
• Memiliki wewenang mengadakan perjanjian
pengangkutan dan memikul beban resiko terhadap
keselamatan barang-barang yang diangkut atau
penumpang.
Pengirim
• Pihak yang membuat perjanjian pengangkutan
dengan pihak pengangkut untuk
menyelenggarakan pengangkutan dengan
selamat, sesuai dengan perjanjian
• Pengirim membayar biaya beban
pengangkutan sebagai kontra-prestasi.
Penerima
• Pihak ketiga yang berkepentingan terhadap
diterimanya barang kiriman.
• Kedudukan penerima:
– Sekaligus pengirim: pihak yang mengadakan
perjanjian pengangkutan dengan pengangkut
– Orang lain yang ditunjuk pengirim untuk
menerima barang yang dikirimnya.
Tanggung Jawab Pengangkut - Barang
• Menyelenggarakan pengangkutan barang dari
tempat asal sampai ke tujuan dengan selamat
• Pengangkut harus mengganti kerugian yang
diderita oleh para pihak yang dirugikan (Pasal
91 KUHD)
Tanggung Jawab Pengangkut - Orang
• Mengangkut orang setelah setelah adanya
perjanjian pengangkutan/pembayaran biaya
angkutan
• Bertanggung jawab atas kerugian yang diderita
oeh penumpang atau pihak ketiga karena
kelalaiannya
Pertanyaan
• Bagaimana tanggung jawab pengangkut jika
terjadi:
– Keterlambatan pengiriman barang;
– Kecelakaan terhadap penumpang?
• Bagaimana perbandingannya dengan
pengangkutan udara?

Anda mungkin juga menyukai