• Jual Beli
– JB merupakan perbuatan hukum antara pihak penjual dan pembeli mengenai
suatu barang.
– Pasal 1457 KUH Perdata, “perjanjian antara penjual dan pembeli dimana
pihak penjual mengikatkan diri untuk menyerahkan benda dan pihak pembeli
untuk membayar harga yang sudah diperjanjikan itu”.
– Pasal 1313 KUH Perdata, “Perjanjian atau kontrak adalah suatu peristiwa
dimana seorang atau satu pihak berjanji kepada seorang atau pihak lain
atau dimana dua orang atau dua pihak itu saling berjanji untuk
melaksanakan suatu hal”.
• Jual Beli Internasional
• Adalah transaksi yang melibatkan kepentingan lebih dari satu hukum nasional, lebih dari
satu pihak yang tunduk pada hukum negara yang berbeda.
• Perbuatan hukum
Jual beli • Akibat hukum
INTERNASIONAL
Convention on the International Sale of Goods 1980 (CISG).
Selain CISG, terdapat juga konvensi-konvensi terkait dengan kontrak internasional, antara lain:
- Konvensi UNIDROIT (the Unidroit Principles of International Contracts);
- Konvensi the United Nation Commission on International Trade and Law
(UNCITRAL) ;
NASIONAL
- Buku III KUH Perdata;
- KUHD
-Undang- Undang No. 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan
-Undang-Undang No.19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik)
8
INTERNATIONAL SALES TRANSACTIONS
11
Latar Belakang CISG
• Meningkatnya transaksi perdagangan internasional
• Perbedaan sistem hukum di dunia
• Kelemahan konvensi-konvensi yang sebelumnya
(dua Konvensi Den Haag 1964)
– Terlalu mencerminkan semata-mata tradisi hukum dan
ekonomi negara-negara Eropa Kontinental
– Abstrak dan kompleks -> tidak mudah dipahami oleh
pelaku bisnis
Materi CISG
• Bab I: Ketentuan Umum
– Pengertian jual beli barang, pengertian fundamental breach
• Bab II: Kewajiban Penjual
– Mengirim barang, menyerahkan dokumen, dan peralihan hak milik (Ps 30)
• Bab III: Kewajiban Pembeli
– Membayar harga barang dan mengambil barang (Ps 52)
• Bab IV: Peralihan Risiko
• Bab V: Ketentuan-ketentuan Umum terhadap Kewajiban Pembeli dan Penjual
– Pembatalan (anticipatory repudiation), upaya-upaya terhadap kerugian, dll (Ps 71-88)
• Bab VI: Penutup
– Ratifikasi, kesempatan bagi negara bukan penandatangan untuk mengikatkan diri pada CISG
Ruang Lingkup CISG
Pasal 1 Ayat (1) CISG
Pasal 3 CISG:
(1) Kontrak untuk penyediaan barang yang akan dibuat atau diproduksi
dianggap sebagai penjualan kecuali apabila pihak yang memesan barang
tersebut mengupayakan bagian penting dari bahan-bahan yang diperlukan
untuk melaksanakan pembuatan atau produksi tersebut.
(2) Konvensi ini tidak berlaku untuk kontrak-kontrak di mana bagian utama
dari kewajiban pihak yang menyediakan barang adalah penyedia tenaga
kerja atau jasa lainnya.
CISG hanya berlaku bagi kontrak jual beli barang murni (tidak ada unsur
jasanya).
Hubungan antara CISG dan Hukum Nasional
Pasal 7(2) CISG:
“Pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan hal-hal yang diatur dalam Konvensi
ini yang tidak dengan tegas ditetapkan di dalamnya akan ditetapkan sesuai dengan
prinsip-prinsip umum yang mendasarinya atau, dalam hal tidak adanya prinsip-
prinsip tersebut, sesuai dengan hukum yang berlaku berdasarkan peraturan-
peraturan hukum perdata internasional.”
Misalnya:
- hal yang berkaitan dengan penentuan harga barang yang dijual;
- Syarat-syarat penyerahan;
- Perpindahan hak milik atas barang
CISG hanya mengatur pembuatan kontrak dan hak &
kewajiban para pihak
Konvensi ini hanya mengatur pembuatan kontrak perdagangan serta hak dan kewajiban dari penjual dan
pembeli yang timbul dari kontrak tersebut. Secara khusus, kecuali sebagaimana dengan tegas dinyatakan
lain dalam Konvensi ini, Konvensi tidak mengatur hal-hal berikut ini:
(a) keabsahan kontrak;
(b) dampak yang mungkin ditimbulkan oleh kontrak terhadap hak milik atas barang yang dijual.
(c). tanggung jawab penjual atas kematian atau cidera badan yang disebabkan oleh barang yang
dijual.
(lihat Pasal 5).
Salah satu alasan mengapa Indonesia tidak meratifikasi CISG meskipun Belanda sudah meratifikasi adalah
karena Indonesia masih memakai KUHPer
Kebebasan para pihak
• Kebebasan para pihak untuk memilih hukum ini, atau untuk tidak
memberlakukan beberapa ketentuan dari CISG (Ps 6).
• Ps 9: para pihak terikat pada kebiasaan-kebiasaan dalam
perdagangan yang telah disepakatinya.
• Para pihak boleh mengesampingkan berlakunya
CISG dalam kontraknya. Tapi harus tegas.
• CISG itu powerful
Penafsiran ketentuan dalam CISG
Terjadi karena ada dua Pasal yang nampak bertentangan, yakni Pasal 14(1)
dan Pasal 55.
Pasal 14(1):
“Proposal untuk menyepakati sebuah kontrak … merupakan
penawaran apabila hal tersebut cukup jelas ... Proposal dianggap cukup jelas
apabila menunjukkan barang dan secara tegas atau tersirat mengatur atau
membuat ketentuan untuk menentukan kuantitas dan harga.”
• Pasal 55:
“Apabila kontrak telah secara sah diakhiri tetapi tidak ditetapkan atau
dibuat secara tegas atau tersirat ketentuan untuk menentukan harga,
maka dalam hal tidak adanya indikasi yang berlawanan, para pihak
dianggap telah secara tersirat membuat referensi harga yang secara
umum dikenakan pada saat pembuatan kontrak untuk barang seperti
tersebut yang dijual dalam keadaan yang dapat dibandingkan dalam
perdagangan terkait.”
Apa akibatnya apabila offer dalam kontrak tidak
menetapkan harga?
• Apakah kontraknya sah?
• Apakah kontraknya batal?
Ada dua pendapat
Pendapat 1 Pendapat 2
-Kontraknya berlaku -Kontraknya tidak
(sah). berlaku (tidak sah).
-Mungkin, harga barang -Pasal 14(1) dan Pasal
tidak dapat ditentukan 55 adalah terpisah.
pada waktu kontrak -Pasal 55 hanya dapat
dibuat. digunakan oleh negara
-Pasal 55 memberikan yang menyatakan
suatu mekanisme untuk bahwa dia tidak terikat
menetapkan harga. oleh Pasal 14(1).
Apakah offer bisa ditarik kembali?
• Bisa, asalkan penarikan kembali tersebut sampai kepada pihak
penerima tawaran (offeree) sebelum offeree mengirimkan acceptance.
• Tidak bisa apabila ditentukan demikian.
• Tidak bisa, apabila wajar bagi offeree untuk mempercayai bahwa
penawaran tersebut tidak dapat ditarik kembali dan offeree telah
bertindak sesuai dengan kepercayaan tersebut.
• Hak dan kewajiban para pihak dalam jual beli internasional
– Pasal 25 s.d. Pasal 88 CISG
Kewajiban Penjual
1. Menyerahkan barang, dokumen-dokumen yang
berkaitan dengan barang tersebut;
2. Mengalihkan hak kepemilikan atas barang
tersebut.
Kapan? Dimana? Dan bagaimana caranya? CISG
menyediakan aturan tertentu yang bisa dipakai
apabila para pihak tidak menentukannya. Lihat
Pasal 31 – 34 CISG.
3. Menyerahkan barang dengan jumlah, kualitas dan diskripsi yang
diharuskan dalam kontrak. Dalam hal ini, Pembeli wajib memeriksa
barang dan segera memberitahukan kepada Penjual apabila barang
tidak sesuai dengan yang diperjanjikan. Pembeli diberi kesempatan 2
tahun setelah barang diterimanya untuk memberitahukan hal tsb.
4. Menyerahkan barang yang bebas dari hak atau tuntutan pihak ketiga,
termasuk hak yang lahir karena HAKI.
Kewajiban Pembeli
1. Membayar harga barang;
2. Mengambil barang sesuai kesepakatan;
Upaya hukum terhadap pelanggaran kontrak
(1) Satu pihak tidak bertanggung jawab atas kelalaian untuk melaksanakan setiap
kewajibannya apabila ia membuktikan bahwa kelalaian tersebut adalah akibat dari
rintangan yang diluar kendalinya dan bahwa ia tidak dapat secara wajar diharapkan
telah memperhatikan rintangan tersebut pada saat penutupan kontrak atau telah
menghindari atau menyelesaikannya atau menyelesaikan akibat-akibatnya.
(2) Apabila kelalaian pihak tersebut adalah akibat kelalaian pihak ketiga yang telah ia
ikut sertakan untuk melaksanakan keseluruhan atau sebagian dari kontrak, maka
pihak tersebut dibebaskan dari kewajiban …
Letter of Credit
PEMBAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL
Advance Payment
(PembayaranDimuka)
Open
Account
(Perhitungan
Kemudian)
Collection
(Wesel Inkaso) LETTER OF
CREDIT
Pembayaran Transaksi Internasional
8 6 4 2 10 11
Penjual 1 Pembeli
(Beneficiary) (Applicant)
5 13
Pengangkut 12
Keterangan
1= perjanjian jual beli
2= aplikasi L/C
3= Bank I memberitahukan kepada Bank II
4= Bank II memberitahukan kepada Penjual
5= Penjual mengirim barang melalui Pengangkut
6= Penjual menyerahkan dokumen-dokumen kepada Bank II
7= Bank II mengirim dokumen-dokumen kepada Bank I
8= Bank II membayar kepada Penjual
9= Bank I membayar kepada Bank II
10= Pembeli membayar kepada Bank I
11= Bank I menyerahkan dokumen-dokumen kepada Pembeli
12= Pembeli mengambil barang dari Pengangkut dgn menyerahkan dokumen-dokumen
13= Pengangkut menyerahkan barang kepada Pembeli.
PROSEDUR L/C
1
5
12 11 2
6
SHIPPING DOCUMENT
T
REIMBURSEMEN
10
4 7
REIMBURSEMENT 9
3
ADVISING/CONFIRMING BANK
FHUGM Letter of Credit ISSUING BANK 12
KETERANGAN
1) Pembeli dan Penjual menandatangani kontrak jual beli dg syarat pembayaran L/C
2) Pembeli minta bank-nya, Issuing Bank” untuk menerbitkan L/C.
3) “Issuing Bank” membuka L/C dan minta bank korespondennya (Advising Bank) untuk memberikan konfirmasi atas
L/C.
4) “Advising Bank” memberitahukan kepada penjual bahwa L/C telah dibuka.
5) Penjual menerima L/C dan sesuai dg syarat kontrak dan penjual sanggup memenuhi syarat L/C yang tercantum,
penjual menyiapkan pengapalan.
6) Penjual menyampaikan dokumen yang diperlukan kepada Advising Bank.
7) Bank yang ditunjuka memerikasa dokumen dan mencocokkan dengan syarat dalam kredit. Jika cocok melakukan
pembayaran.
8) Bank menerima dokumen lalu meneruskan ke Issuing Bank.
9) “Issuing Bank” memeriksa lg, jika cocok dg dokumen yang diisyaratkan dlm L/C, maka Issuing Bank membayar
kembali (reimbursement) kepada yang telah melunasi.
10) Dokumen diteruskan ke Pembeli.
11) Issuing Bank menerima pelunasan dari Pembeli.
12) Pembeli meneruskan dokumen pengangkutan kepada kantor pelayaran setempat atau agen pengangkut yang akan
menyerahkan barang kepada pembeli
PIHAK-PIHAK DALAML/C
• Opener (applicant; pemohon)
• Bank I: Issuing Bank
– bank devisa tempat importir membukaL/C
• Bank II bisa:
- Hanya sebagai Advising Bank;
- bank koresponden dari issuing bank di negaraeksportir
- Bisa juga sebagai Confirming Bank;
• Beneficiary (penerima manfaat)
Advising & Confirming Bank
• Advising Bank
– Bank yang bekerjasama dengan penerbit L/C untuk
memberitahu beneficiary bahwa ia memiliki credit atas
pengiriman dan untuk mengirimkan credit tersebut setelah
memverifikasi tanda-tangan beneficiary.
• Confirming Bank
– Bank yang membuat janji untuk membayar, menerima,
atau menegosiasikan L/C yang diterbitkan oleh bank lain
ketika dokumen dikirim kepadanya.
Hubungan Hukum
a. Antara Penjual (Beneficiary) dan Pembeli
(Applicant) : hubungan hukum perjanjian jual
beli/sales contract
b. Antara Pembeli dan Issuing Bank :
berdasarkan Pemberian Kuasa (Pasal 2 UCP)
Kewajiban Para Pihak
a. Pembeli: membayar kepada Bank
b. Bank:
- Memberitahukan kepada Penjual (kredit advis);
- Memeriksa dokumen (appear on their face);
- Membayar kepada Penjual;
- Mengirim dokumen kepada Pembeli
c. Penjual:
- Mengirim barang;
- Menyerahkan dokumen kepada Bank
Kewajiban Bank
• Memeriksa dokumen dengan hati-hati untuk
memastikan kesesuaiannya dengan perjanjian
• Perlu diingat: bahwa Bank hanya memiliki kewajiban
untuk memeriksa dokumen, bukan memastikan
keadaan barang, apakah barang sudah sampai, dll
PRINSIPL/C
1. Prinsip Indipendency
2. Prinsip Keterikatan Pada Dokumen
3. Penipuan
4. Penetapan Pengadilan (injunction)
5. Pilihan Hukum
6. Pilihan Forum
No 1 dan 2 telah diatur dalam UCP500 dan UCP600.
No. 3-6, belum ada pengaturannya.
Independence Principle
• Prinsip bahwa hubungan hukum masing-masing
saling terpisah
“In the Documentary Credit operation, all parties … deal with documents and not with goods…”
Article 15 UCP:
“Banks assume no liability or responsibility, to the form, sufficiency, accuracy, genuineness,
falsification or legal effect of any document … nor do they assume any liability or responsibility for
the description, quantity, weight, quality, condition, packing, delivery, value or the existence of the
goods represented by any documents …”
Kasus Trans Trust Sprl v. Danubian Trading Co.
• Pokok Permasalahan
• Tuntutan
• Analisa
• Kesimpulan
Condition Precedent
• Syarat yang harus dilakukan sebelum kontrak dibuat
• Apakah L/C merupakan condition precedent dalam kasus tsb?
Kewajiban Bank
• Amendment
– Major discrepancy: L/C bisa diamandemen
– Butuh persetujuan dari issuing bank, confirming bank (kalau ada), dan
beneficiary.
• Waiver
– Minor discrepancy: bank mendapat written waiver dari Account Party
– Implied Waiver
• Fraud
– “Bank assume no liability or responsibility for the form, sufficiency,
genuineness, falsification, or legal effect of any documents”
Hak dan Kewajiban Account Party
• Berdasarkan dua kontrak
– Dengan beneficiary
– Dengan issuing bank
• Doctrine of Privity
Hak dan Kewajiban Beneficiary
• Hak untuk mendapatkan pembayaran dari L/C
• Kewajiban: memenuhi syarat-syarat L/C dan
menunjukkan dokumen kepada bank
Macam-macam L/C
1. Revocable L/C;
2. Irrevocable L/C;
3. Anticipatory (Red Clause) L/C;
4. Back to Back L/C;
5. Transferable L/C;
6. Standby L/C;
7. Revolving L/C.
• Menurut sifatnya:
• Revocable L/C
dapat dibatalkan kembali kapan saja oleh importir tanpa memerlukan
persetujuan eksportir
• Irrevocable L/C
Tidak dapat dibatalkan dan opening bank mengikatkan diri untuk melunasi
wesel-wesel yang ditarik dalam jangka waktu berlakunya L/C, kecuali
dengan persetujuan semua pihak yang terlibat dalam L/C.
• Irrevocable and ConfirmedL/C
tidak dibatalkan sepihak dan mempunyai jaminan pelunasan berganda atas
wesel dan atas penyerahan dokumen pengapalan yang diberikan oleh opening
bank bersama-sama dengan advising bank.
• Berdasarkan saat pembayaran
o Sight L/C
L/C yang jika persyaratan dipenuhi, maka negotiating bank wajib
membayar nominal L/Ckepada eksportir paling lama dalam 7 hari kerja.
o Usance L/C
Pembayarannya baru dapat dilunasi jika L/C tersebut sudah jatuh tempo
yaitu sekian hari dari tanggal pengapalan (tgl BL)
o Red Clause L/C
pembayaran dilakukan oleh negotiating bankkepada eksportir sebelum
barangdikapalkan
Anticipatory (Red Clause) L/C
• L/C yang memberikan pembayaran di muka
(advanced payment). Beneficiary cukup
memberikan kuitansi dan pernyataan untuk
memenuhi janji.
• Sisanya bisa dicairkan dengan menyerahkan
dokumen-dokumen yang ditentukan dalam
L/C.
• Berdasarkan syarat-syaratnya
o OpenL/C
memberi hak kpd eksportir untuk menegosiasikan dokumen pengapalan melaluibank mana saja yang
diinginkannya
o Restricted L/C
pembatasan negotiating bank
o Documentary L/C
eksportir wajib menyerahkan dokumen pengapalan yangmembuktikan pemilikan barang serta
dokumen pelengkap lainnyasebagai syarat untuk memperoleh pembayaran.
o Revolving L/C
kredit yang tersedia dapat dipakai ulang tanpa perlu mengadakan perubahan syaratbaik dalam bentuk
waktu maupun nilai uang.
o Back to back L/C
dapat dibuka lagi oleh eksportir penerimaL/C pertama kepada eksportir kedua dengan menjaminkan
L/C yang diterimanya.
Back to Back L/C
Second L/C First L/C
Advising Bank
Advising Bank II Issuing Bank
Issuing Bank II
Penjual I Pembeli
Penjual II
Applicant II Applicant
Transferable L/C
Hanya ada satu L/C
Pembeli
Penjual II Penjual I
Applicant
L/C yangaman?
• Untuk eksportir?
irrevocable L/C,
sight L/C,
red clause L/C
• Untuk importir?
documentary L/C
What is theUCP?
• UCP refers to the Uniform Customs andPractices for Documentary
Credits
• UCP is the internationally recognized set ofrules governing the use of letters of
credit
• also known as documentarycredits.
• UCPiswrittenintovirtuallyeveryletterofcreditand accepted worldwide
(although
• intheUnitedStatesUCCArticle5mayoftenbewritteninas the governinglaw).
UCP 500 and UCP600
• UCP500 became effective in 1993.
• UCP600 became effective in July 1, 2007 is the date on which
letters of credit can be governed by UCP600.
• For existing credits that incorporate the UCPwithout referenceto
a specific UCP
• version the credit will still likely need to be amended to reflect it is
governed by UCP600.
• A credit subject to UCP500 will NOT automatically be subject to
UCP600 unless
• the credit UCP600 isamended.
Revocable & Irrevocable
Revocable: bisa dibatalkan.
Irrevocable: tidak bisa dibatalkan.
3
Asas Hukum Pengangkutan
• AsasHukumPublik
– Landasan UU yang lebih mengutamakan kepentingan umum/masyarakat (asas
manfaat, usaha bersama dan kekeluargaan, kemandirian, dll)
– UU Perkeretapian, Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, dan UU Pelayaran, UU Penerbanga
• AsasHukumPerdata
– Perjanjian
– Asas koordinatif dan kesetaraan
– Asas campuran (atas tiga perjanjian: pemberian kuasa,
penyimpanan barang, melakukan pekerjaan)
– Asas resistensi (pengangkut tidak mengunakan hak resistenti/menahan
barang)
– Asas pembuktian dengan dokumen (setiap pengangkutan dibuktikan dengan
dokumen pengangkutan, kecuali jika terdapat kebiasaan yg telah berlaku umum.
4
- Sifat Perjanjian Pengangkutan
8
• Aspek-aspek pengangkutan
9
PIHAK-PIHAK DALAM PENGANGKUTAN
Antara lain:
• Pihak Pengangkut (Carrier)
• Pihak Penumpang (Passanger)
• Pihak Pengirim (Consigner, Shipper)
• Pihak penerima kiriman (Consignee)
• Selain itu terdapat jugapihak-pihak sebagai penunjang
pengangkutan:
– Perusahaan ekspedisimuatan
– Perusahaan agen perjalanan
– Perusahaan agen pelayaran
– Perusahaan bongkar muat
10
• PIHAK PENGANGKUT(CARRIER)
– Merupakan penyelenggara pengangkutan
– KUHDtidak memberikandefinisi.
– Pasal 466 dan 521 hanya tentang Pengangkutan Laut
• Pengangkut adalah pihak yang mengikatkan diri untuk menyelenggarakan
pengangkutan barang dan atau jasa orang dari suatu tempat ke tempat lain
dengan selamat.
• Lawannya: Pengirim dan atau penerima.
– Kriterianya:
• Perusahaan penyelenggara pengangkutan;
• Mengunakan alat pengangkutan mekanik;
• Penerbit dokumen pengangkutan;dan
• Memperoleh ijin usaha dari pemerintah
• Misalnya: PT.KAI, PT.GIA, PT.PELNI, CV.Titipan Kilat, CV JNEdan lain-lain
11
– Pengangkut dan Hak Retensi
• Pengangkut tidak mempunyai hak retensi;
• Jika uang angkutan tidak dibayar, Pengangkut tidak berhak menahan
barang sebagai jaminan uang angkutan/retensi (Pasal 493 ayat 1
KUHD);
• Jika uang angkutan tidak dibayar, maka Pengangkutan harus
menggugat ke Pengadilan Negeri setempat.
• PIHAK PENUMPANG(PASSANGER)
– Pasal 341 KUHD, penumpang adalah semua orang yang ada di kapan
kecuali nahkoda.
– Kriterianya:
• Orang berstatus sebagai pihak dalam perjanjian pengangkutan
• Pihak tersebut wajib membayar biaya pengangkutan
• Pembayaran tersebut dibuktiakan adanya karcis yang dikuasai
penumpang
• PIHAK PENGIRIM (CONSIGNER,SHIPPER)
– Pihak yang mengikatkan diri untuk membayar biaya pengangkutan barang dan atas
dasar itu berhakmemperoleh pelayanan pengangkutan barang dari pengangkut.
– Khusus dalam perairan air disebut “shipper” dan UU Perkeretapain
menyebut ‘penguna jasa” dan‘penerima barang”.
– Kriteria:
• Pihak dalam perjanjian yang berstatus sebagai pemilik barang atau bertindak
atas nama pemilik barang atau sebagai penjual
• Membayar biaya pengangkutan
• Pemegang dokumen pengangkutan barang
13
• PIHAKPENERIMAKIRIMAN(CONSIGNEE)
– Perusahaan atau perserorangan yang memperoleh hak dari pengirim;
– Dibuktikan dengan adanya penguasaan dokumen pengangkutan;
– Membayar atau tanpa membayar biayapengangkutan;
– Kedudukan Hukum Penerima
• Sebagai Derden Beding (Pihak ketiga yang berkepentingan, ex Pasal 1317
KUH Perdata);
• Sebagai Cessionaris diam-diam mengenai hak tagih Pengirim terhadap
Pengangkut (Ex 613 KUHPerdata);
• Sebagai Pemegang Kuasa (lastgever), ExPasal 1792 – 1819 KUHPerdata.
• PERUSAHAAN EKSPEDISI MUATAN
– Pasal 86 – 90 KUHD. Menurut KUHD PEM: perusahaan yang kegiatan usahanya
mencarikan pengangkut barang di daratatau di perairan untuk kepentinganpengirim.
– Dikenal dalam perjanjian pengangkutanbarang;
– Berfungsi sebagai agen (wakil) dalam perjanjian pengangkutan
yang bertindak atas nama pengirim atau penerima
– PEM wajib memcatat dalam buku catatan harian sifat, jumlah, dan harga barang yang
harus diangkut (Pasal 86 KUHD);
– Menjamin pengiriman barang yang diterimanya (Psl87)
– Menanggung kerusakan atau hilangnya barang ygdisebabkan
oleh kesalahan atau kurang hati-hati (Psl88);
– Adanya dokumen pengangkutan (Psl90).
– Perantara Pengangkutan, antara lain:
• Ekspeditur (Pasal 86 s/d 90 KUHD);
• Makelar Kapal (Cargodoor) Pasal 62 dst KUHD)
• Transport ondernemer
• Agen Duane (EMKL: PPNo. 22/69, Stuwadoor (Pengatur Muatan).
15
PERUSAHAAN BONGKAR MUAT (Cargo Hadling)
16
BARANGMUATAN(CARGO)
• Merupakan barang yg sah dan dilindungi undang2, dimuat dlm alat
pengangkut yg sesuai dengan atau tidak dilarang undang2, serta tidak
bertentangandgn ketertiban umum ataukesusilaan;
• Dilihat dari cara menjaga dan mengurusnya(custody and hadling), barang
muatan dibedakan:
– Barang berbahaya (dangerous cargo), sifat mudah terbakar (highly flamable), mudah
meledak (highly exploded), mudah pecah (highly breakable), mengadung racun
(poisonous);
– Barang dingin (beku)/ refrigerated cargo);
– Barang yg panjang atau berat melebihi ukuran tertentu.
17
• Dilihat dari jenisnya, barangmuatan dibedakan atas:
– Genaral cargo; berbagai jenis barang yang dimuat dgn cara
pembungkusan/pengepepakan dlm bentuk unit2 kecil;
– Bulk cargo; jenis barang dlm jumlah besar yg dimuat dgn cara
mencurahkan kedalam kapa; atau tanki, misalnyapengapalan
500.000 barel minyakmentah;
– Homogeneous cargo; satu jenis barangdlm jumlah besar dimuat dgn
cara pembungkusan/pengepakan, mis, 100.000 zaksemen
18
DOKUMEN PENGANGKUTAN DAN BILLOFLADING
19
• Konosemen (Bill of Lading)
– Merupakan surat bertanggal dimana pengangkut menerangkan
bahwa dia telah menerima barang tertentu utk diangkut ke suatu
tempat tujuan yg ditunjuk dan disana menyerahkannya kepada
orang yang ditunjuk (penerima) disertai dengan janji-janji apa
penyerahan akan terjadi.
– Konosemen diterbitkan oleh pengangkut atas permintaan
pengirim.
20
Rincian keterangan yg terdapat dalam konosemen;
1. Nama dan alamat lengkap perusahaan pelayaran (pemgangkut);
2. Nama kapal pengangkut;
3. Nama alat pengangkut sebelumnya;
4. Tempat penerimaan oleh pengangkut sebelumnya
5. Nama dan alat pengirim danpenerima;
6. Tempat dan tanggal pembuatan konosemen;
7. Pelabuhan muat danbongkar;
8. Tempat penyerahan oleh pengangkut terusan;
9. Jenis barang, merek, ukuran, berat, dan jumlah;
10. Jumlah biaya pengangkutan dan biaya lain-lain;
11. Tempat pembayaran biaya pengangkutan dan biaya lain-lain;
12. Syarat-syarat penyerahan (klausul perjanjian);
13. Jumlah konosemen asli yang diterbitkan; dan
14. Tanda tangan pengangkut atau orang atas nama pengangkut.
• Fungsi dan pengalihan Konosemen
– Pelindung barang yang diangkut dgnkapal;
– Surat bukti penerimaan barang di ataskapal;
– Tanda bukti milik atasbarang;
– Kuitansi pembayaran biaya pengangkutan;
– Kontrak atau persyataran pengangkutan;
• Konosemen sbg surat berharga
– Adalah surat berharga yg dapat diperjualbelikan(dialihkan kepada pihak lain), dgn
konsekuensi bahwa penyerahan konosemen berarti penyerahan hak milik atas
barang yg tersebut dlm konosemen;
– Setiap orang yg menguasai konosemen dianggap sebagai pemilik sah dari barang yg
tersebut di dalamnya;
22
ANGKUTANMULTIMODA
• Apabila pengangkutan melalui lebih dari 1moda
pengangkutan dan mengunakan gabungan 2 atau lebih jenis alat
pengangkut mekanik serta dibuktikan dgn 1 dokumen
pengangkutanDisebut Pengangkutan multimoda
– Moda Pengangkutan: setiap sistem pengangkutan melalui satu jalur
pengangkutan.
• Sistem pengakutan: jalur (line) pengangkutan melalui jalan raya, jalan rel, perairan,
dan udara.
– Alat pengangkut mekanik:
• kereta api untuk jalan rel
• kendaraan bermotor umum untuk jalanraya
• Kapal untuk sungai, laut, dan danau;
• Pesawat untuk udara
23
• Adalah angkutan barang denganmenggunakan paling sedikit 2 (dua) moda
angkutan yangberbeda atas dasar 1 (satu) kontrak yangmenggunakan
dokumen angkutan multimoda dari satutempat diterimanya barang oleh
operatorangkutan multimoda ke suatu tempat yang ditentukanuntuk
penyerahan barang tersebut (Pasal 50 UU 17 Th 2008).
25
Prinsip-Prinsip TanggungJawab dalam Hukum Pengangkutan
• Menurut Abdulkadir Muhammad, hukumpengangkutan
mengenal tiga prinsip tanggung jawab, yaitu:
– Tanggung jawab karena kesalahan (fault liability);
– Tanggung jawab karena pra-duga (presumption liability);
– Tanggung jawab mutlak (absolute liability).
27
• Prinsip Presumption of nonLiability
– Tergugat (pengangkut) dianggap tidak memiliki tanggungjawab—dalam
arti terdapat pengecualian- pengecualian dalam
mempertanggungjawabkan suatu kejadian atas benda dalam angkutan
– Pasal 143 UU Penerbangan.
– Pengangkut tidak bertanggung jawab atas kerugian karena hilang
atau rusaknya bagasi kabin, kecuali apabila penumpang dapat
membuktikan bahwa kerugian tersebut disebabkan oleh tindakan
pengangkut atau orang yang dipekerjakannya
29
Pengangkutan Laut
Pengertian
• Hukum Pengangkutan adalah hukum yang
mengatur masalah penyelenggaraan
pengangkutan barang dan orang melalui darat,
laut, dan udara.
• Sehingga terjadi adanya hukum pengangkutan
laut, udara, dan darat.
Dasar Hukum – Pengangkutan Laut
1. KUHPerd
2. KUHD BK II, T. I, II, III, IV, V, V.A & V.B
3. UU no. 21 Th 1992ttg Pelayaran diganti dgn
UU no.17 –2008 L.N 2008 -64.
4. PP. no. 82 Th 1999, ttg ANGK. Di Perairan
5. PP. no. 51 Th 2002 ttg PERKAPALAN
Dasar Hukum - Perkapalan
• KUHD BK. II (Tentang Hak dan Kewajiban Yang Terbit Dari Pelayaran)
• 1. Titel I. Ttg Kapal
– Definisi Kapal
– Pendaftaran Kapal
– Klasifikasi Kapal
• 2. T II. Pengusaha Kapal
– Syarat-syarat usaha pelayaran
– Menurut Luas Wilayah Operasinya
– Menurut Sifat Usahanya
• 3. T III.Nachoda Kapal &ABK, dan Penumpang
• 4. T IV.Perjanjian Kerja laut
Dasar Hukum – Pengangkutan Laut
• KUHD BK. II
1. TITEL V -------- ttg PerCHARTERan Kapal
2. TITEL V.A ----- ttg Pengangkutan Barang
3. TITEL V.B ----- ttg Pengangkutan Orang
Dasar Hukum
• Traktat-traktat
1. The International Convention for The Unification of Certain
Rules Relating to Bill of Lading (Den Haag 1924) = THE
HAGUE RULES 1924.
2. United Nation Convention on Carriage of Goods by Sea 1978
= THE HAMBURG RULES 1978
3. Convention on Safety Life At Sea = SOLAS
Pengertian Kapal
• KUHD pasal 309.
• Kapal adalah segala alat2 berlayar, bagaimanapun
disebutnya dan sifatnya.
• UU no.17 –2008, pasal 36, sbb;
• Adalah kendaraan air dgn bentuk dan jenis apa pun, yang
digerakkan dgn tenaga mekanik, tenaga angin, atau
ditunda, termasuk kendaraan yg berdaya dukung dinamis,
kendaraan dibawah permukaan air, serta alat apung dan
bangunan terapung yg tidak berpindah.
Pendaftaran Kapal
• Diatur dlm KUHD ps 314, sedang dlm UU no. 17—
2008, pasal 158 jo. Pasal 163.
• Tujuan pendaftaran kapal adalah utk memperoleh
surat tanda kebangsaan kapal.
• Ps 158 ayat(4) mengatakan bahwa akta
pendaftaran kapal dianggap sbg tanda bukti hak
milik.
• Kapal yg dpt didaftar se-kurang2-nya berukuran
GT 7. Dlm KUHD min. 20m
Surat tanda Kebangsaan Kapal - Pasal 163 ayat (2)
46
Anak Buah Kapal (ABK)
• Ps. 42 UU no. 17 --2008 – ABK adalah awak kapal
selain nahkoda. Dlm KUHD ABK adalah mereka yg
terdapat dlm daftar bahari.
SHIPOWNER CARRIER
ACTUAL- CARRIER
ORANG
PENGANGKUTAN B/L
LAUT
BARANG
SHIPPER CONSIGNEE
Pengangkut/Carrier
• Pengangkut/Carrier adalah setiap orang yang
mengadakan perjanjian dengan
pengirim/shipper. (Pasal 466 KUHD)
• Pengusaha Kapal/Reder = orang yg
mempergunakan kapal utk pelayaran dilaut
(pasal 320 KUHD). Sekarang Perusahaan
Pelayaran
UU No. 17 tahun 2008 – pasal 7
• Hanya menyebut jenis angkutan laut, sbb:
– Angkutan laut dalam negeri
– Angkutan laut luar negeri
– Angkutan laut khusus
– Angkutan laut pelayaran rakyat.
PENGUSAHA KAPAL (REDER)
• Dahulu disebut Reder (Pasal 320 KUHD), dan
berbedakan dengan istilah REDERIJ. Sekarang
dikenal dengan sebutan PERUSAHAAN
PELAYARAN. Syarat utk menjadi Perusahaan
pelayaran, harus;
1. Berbentuk badan hukum Indonesia P.T/
BUMN/Daerah, atau koperasi.
2. Harus memiliki izin usaha (ps 19 PP no.8 -1999)
Untuk memperoleh izin usaha;
a. Memiliki kapal berbendera Indonesia yg laik laut
dgn ukuran GT 175.
b.Memiliki tenaga ahli sesuai dgn bidangnya.
c.Memiliki akta pendirian Perusahaan bagi pemohon
yg berbadan hukum Indonesia yg mengajukan
permohonan izin usaha
d.Memiliki surat ket. domisili perusahaan
e.Memiliki NPWP
CONFERENCE
• FREIGHT CONFERENCE, mengatur ttg;
1. Penetapan tarif angkutan pelayaran samodera
2. Pembagian alokasi muatan antara para anggota
3. Syarat2 perjanjian pengangkutan
2. PERSOALAN:
Menjadi tanggung jawabsiapa?
3. ASAS:
– kerugian yang diderita bersama yang diperbuat untuk menyelamatkan kepentingan
bersama adalah adil bila menjadi tanggungan bersama (termasuk yang tidak menderita
kerugian, selamat);
– kerugian yang dibuat sendiri untuk kepentingansendiri, menjadi tanggungan
sendiri
4. AVARYUMUM/GROSSE/GENERALAVARAGE
pada umumnya semua kerugian yang diderita yang karena terpaksa, sengaja
ditimbulkan dan diderita sebagai akibat langsung dari pada itu, dan biaya-
biaya yang dalam keadaan yang sama dibuat untuk keselamatan dan
kesejahteraan umum dari kapal dan muatan.
(669 sub 23)
5. UNSUR-UNSURAVARYUMUM:
a. Adanya kerugian yang diderita atau biaya-biaya yangdikeluarkan;
b. Keadaan yang mengancam seketika;
c. Ada kesengajaan dalam melakukan perbuatan itu;
d. Kesengajaan itu bertujuan menyelamatkan kapal bersama manusiadari
bahaya yang mengancam seketika;
e. Perbuatan penyelamatan itu BERHASI
86
6. MACAM-MACAM KERUGIAN YANG DIGOLONGKAN KE
DALAM AVARY
87
Pengangkutan Udara
Pengertian
• Pasal 1(13) UU no.1 – 2009:
• Angkutan udara adalah setiap kegiatan dgn
menggunakan pesawat udara utk
mengangkut penumpang, kargo dan/atau
pos utk satu perjalanan atau lebih dari satu
bandar udara ke bandar udara yang
lain/beberapa bandar udara
• Angkutan udara niaga adalah angkutan
udara utk umum dengan memungut bayaran
Dasar Hukum – Pengangkutan Udara
• UU. No. 1 –2009
• O.P.U Stb. 1939 –100.
• Konvensi Warsawa 1929.
• Konvensi Roma 1933 & 1952.
• Protokol Hague 1955.
• Konvensi Guadalajara 1961.
• Montreal Agreement 1966.
• Protokol Guatemala 1971
Penerbangan/Angkutan udara
• Digolongkan menjadi;
1. Kegiatan yg komersial/angk.udara niaga (baik dalam
negeri, maupun luar negeri)
2. Kegiatan yg non-komersial/angkutan udara bukan niaga.
Tujuannya bukan niaga, kayak militer.
• Angkutan udara niaga/komersial terdiri atas;
1. Penerbangan teratur/berjadwal
2. Penerbangan tidak teratur/tidak berjadwal
3. Penerbangan Suplementer
4. Kegiatan keudaraan (aerial work)
Perusahaan Penerbangan
1. Harus berbentuk badan hukum P.T/BUMN
2. Harus mempunyai izin usaha baik usaha angkutan
berjadwal (scheduled-airlines) maupun tidak
berjadwal (un-scheduled airlines)
3. Harus memiliki pesawat
4. Harus memiliki modal yg kuat
5. Harus ada bank garansi (ps 108)
Asas Cabotage
• Berdasarkan ketentuan pasal 85 uu no. 1 – 2009
asas cabotage tetap dipertahankan:
• Yang menyatakan bahwa Angkutan udara niaga
berjadwal dalam negeri hanya dapat dilakukan
oleh badan usaha angkutan udara Nasional baik
milik BUMN, BUMD, BUMS berbentuk P.T yang
telah mendapat izin usaha
Menurut pasal 85 UU. no. 1-2009
1. Presumption of liability
2. Absolute liability
3. Presumption of non-liability
4. Limitation of liability
Sistem Tanggung Jawab Pengangkut udara
• Tanggung jawab utk penumpang dan bagasi tercatat serta
barang berlaku : sistem presumption of liability dan
limitation of liability
• Utk bagasi tangan berlaku: sistem presumption of non
liability dan limitation of liability
• Utk pihak ketiga: Absolute liability dan Limitation of
liability
Pengangkutan Darat
Pengangkutan Darat
• UU No. 23 tahun 2007 tentang Perkeretaapian
• UU No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan
Pengertian
• Ruang lingkup angkutan darat dinyatakan
sepanjang dan selebar negara, artinya ruang
lingkup sama dengan ruang lingkup negara.
Angkutan darat dapat dilakukan dengan
berjenis-jenis alat pengangkutan.
• Terdiri dari pengangkutan orang dan barang.
Moda Pengangkutan Darat
• Barang: kereta api, truk
• Penumpang: sepeda motor, mobil penumpang,
mobil bus, kereta api, bus, taxi.
Pihak-pihak dalam pengangkutan darat
• Pengangkut
• Pengirim
• Penerima
Pengangkut
• Orang yang mengikatkan diri untuk
menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau
orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu
dengan selamat
• Memiliki wewenang mengadakan perjanjian
pengangkutan dan memikul beban resiko terhadap
keselamatan barang-barang yang diangkut atau
penumpang.
Pengirim
• Pihak yang membuat perjanjian pengangkutan
dengan pihak pengangkut untuk
menyelenggarakan pengangkutan dengan
selamat, sesuai dengan perjanjian
• Pengirim membayar biaya beban
pengangkutan sebagai kontra-prestasi.
Penerima
• Pihak ketiga yang berkepentingan terhadap
diterimanya barang kiriman.
• Kedudukan penerima:
– Sekaligus pengirim: pihak yang mengadakan
perjanjian pengangkutan dengan pengangkut
– Orang lain yang ditunjuk pengirim untuk
menerima barang yang dikirimnya.
Tanggung Jawab Pengangkut - Barang
• Menyelenggarakan pengangkutan barang dari
tempat asal sampai ke tujuan dengan selamat
• Pengangkut harus mengganti kerugian yang
diderita oleh para pihak yang dirugikan (Pasal
91 KUHD)
Tanggung Jawab Pengangkut - Orang
• Mengangkut orang setelah setelah adanya
perjanjian pengangkutan/pembayaran biaya
angkutan
• Bertanggung jawab atas kerugian yang diderita
oeh penumpang atau pihak ketiga karena
kelalaiannya
Pertanyaan
• Bagaimana tanggung jawab pengangkut jika
terjadi:
– Keterlambatan pengiriman barang;
– Kecelakaan terhadap penumpang?
• Bagaimana perbandingannya dengan
pengangkutan udara?