Anda di halaman 1dari 27

Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum Volume 5 No.3, September – Desember 2011.

ISSN 1978-5186

PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK INTERNASIONAL

Siti Azizah

Dosen Bagian Hukum Internasionl Fakultas Hukum Universitas Lampung

ABSTRAK

Menggunakan metode normatif empiris, penelitian ini berupaya agar dapat


menemukan hukum in-concreto yang sesuai untuk diterapkan untuk
menyelesaikan perkara jual beli barang internasional. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penyelesaikan sengketa jual beli barang internasional
dilakukan melalui perundingan dan konsiliasi.

Kata kunci : kontrak, penyelesaian, konflik.

I. PENDAHULUAN 2. Mendapat keuntungan untuk


mendapatkan barang yang belum
Pesatnya perdagangainn diproduksi di dalam negeri. 3.
internasional dewasa ini karena Mendapat devisa apabila barang
hampir tidak ada lagi suatu negara yang terjual ke luar negeri
yang betul-betul dapat memenuhi tersebut merupakan barang yang
kebutuhannya dari hasil produksi biaya produksinya relative lebih
negaranya sendiri. Adanya saling murah di bandingkan dengan
ketergantungan antara negara-negar ongkos pembuatan barang itu di
hal ini disebabkan karena adanya luar negeri.
perbedaan dalam hal pemilikan Keuntungan lainnya
sumber kekayaan alam dan kemajuan perdagangan luar negeri antara lain
di bidang teknologi oleh masing- adalah:
masing negara. 1. Mernperluas pasar bagi hasil
Di samping itu negara-negara produksi yang tidak dapat
melakukan perdagangan luar negeri, dinaikkan lagi penjualannya di
karena dapat diperoleh keuntungan- luar negeri.
keuntungan antara lain sebagai 2. Mengimpor mesin-mesin
berikut : industri yang lebih modern dan
1. Diperolehnya secara tidak pengetahuan tekhnik maupun
langsung barang yang lebih baik menejemen yang lebih baik.
dari pada barang tersebut dibuat Selanjutnya menurut Suhadi
di dalam negeri dengan sumber- Mangkusumondo sector perdagangan
sumber produksi yang sama. luar negeri merupakan salah satu
Dengan demikian keuntungan sektor yang sangat menentukan di
perdagangan luar negeri adalah dalarn proses pertumbuhan ekonomi.
untuk mendapatkan barang yang Perdagangan barang-barang
lebih baik dengan harga yang dari suatu negeri ke negeri lain di
lebih murah daripada barang luar batas-batas negara tersebut
tersebut diproduksi di dalamn dengan istilah perdagangan luar
negeri. negeri. Perdagangan luar negeri atau
Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum Volume 5 No.3, September – Desember 2011. ISSN 1978-5186

perdagangan internasional baru bisa yaitu pada tahun 1953, 1967,


terjadi apabila antara kedua Negara 1976, 1980, tahun 1990.
telah menjadi hubungan diplomatik. Perubahan terakhir pada tanggal
Hal ini sesuai dengan beberapa teori 1 Januari tahun 2000, dan disebut
yang dikemukakan oleh parah ahli Incoterms 2000.
perdagangan internasional, bahwa 2. Uniform Customs an Practice For
hubungan antara eksportir dan Documentary Credits (Uniforms
importir dapat berjalan lancer apabila Customs), yang mengatur tentang
antara negara pemebeli dan penjual Cara-Cara Pembayaran dalam
masing-masing memiliki hubungan jual beli perusahaan/jual beli
diplomatic yang baik serta kestabilan barang secara internasional, yang
politik terjaga. ditinjau kembali pada tahun 1962
Menurut Peter Mahmud dan 1974, terakhir direvisi pada
Marzuki, salah satu bentuk tahun 1993 yang diterbitkan oleh
perdagangan internasional adalah ICC Publication No.500.
perdagangan barang secara Disamping dua peraturan
internasional atau menurut konvensi internasional diatas, terdapat dua
Perserikatan Bangsa-Bangsa konvensi yang diadakan di Den Haag
mengenai kontrak-kontrak jual beli dan diterima pada bulan April 1962
barang secara internasiona (1980) yaitu :
(UN Covention on Contracts for The 1. Convention Relating to a Unform
International Sale of Goods (1980)) Law on The Internstional Sale of
disebut sebagai jual beli barang Goods (ULIS); dan
secara internasional perdagangan 2. Convention Relating to a
barang secara internasional terjadi Uniform Law, on the Formation
apabila suatu perusahaan di suatu of Contracts For The
negara memesan barang dari International Sale of Goods
perusahaan di negara lain. (ULFC).
Perusahaan yang memesan disebut Kedua konvensi ini telah
sebagai pembeli sedangkan direvisi dan disempurnakan oleh
perusahaan yang memproduksi United National Commision on
barang disebut penjual. Jual beli International Trade Law
barang secara internasional sudah (UNCITRAL) dan melalui
diatur menurut ketentuan Konferensi PBB yang diadakan di
internasional. Adapun ketentuan- Viena pada tanggal 10 Maret sampai
ketentuan internasional yang dengan 11 April 1980 ditetapkan
mengatur jual beli barang secara dengan nama Konvensi PBB
internasional antara lain adalah : mengenai kontrak-kontrak jual beli
1. International Commercial Terms barang secara internasional (1980)
(lncoterms), mengenai syarat- (United Nation Convention For The
syarat (dan penjabarannya) bagi International Sale of Goods (1980).
perdagangan internasional yang (CISG).
pertama kali dihasiikan oleh Konvensi ini bertujuan untuk
International Chamber of meningkatkan “International Trade”
Commerce (ICC) pada tahun atas dasar kesamaan derajat dan
1936 (Incoterms 1936) dan telah kemanfaatan bersama yang
mengalami enam kali merupakan unsure yang penting
penambahan dan perubahan, dalam peningkatan hubungan
Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum Volume 5 No.3, September – Desember 2011. ISSN 1978-5186

persahabatan antara negara. Hal ini kontrak penjualan (baik mengenai


didasarkan atas pendapat bahwa kualitas maupun jumlah) yang
pemberlakuan ketentuan-ketentuan dikirim eksportir Indonesia kepada
seragam yang mengatur kontrak- importir di luar negeri, sering terjadi
kontrak “International sale of goods di Indonesia. Hal ini demikian
trade” dengan memperhatikan sistem- sering complain dari pihak importir.
sistem sosial, ekonomi dan hukum Apabila terjadi kasus demikian,
yang berbeda, akan memberikan bagaimanakah metode penyelesaian
sumbangan terhadap penghapusan sengketa yang harus dilakukan?
hambatan-hambatan hukum dalam
“International Trade” dan II. PEMBAHASAN
mendorong peningkatan
“International Trade”. Untuk mendapatkan data
Konvensi ini sampai dengan penelitian guna meniawab
bulan Februari 1994 telah diratifikasi pernasalahan mengenai hukum ,yang
dan diberlakukan di 37 negara, berlaku dalam kontrak dan forum
namun Indonesia hingga kini belum peradilan yang dipilih untuk
menjadi peserta konvensi. menyelesaikan sengketa jual beli
Adakalanya dalam jual beli barang internasional, maka peneliti
barang secara internasional para rnelakukan penelitian terhadap 11
pihak terlibat dala suatu perselisihan perusahaan yang menjadi sarnple
atau sengketa yang disebabkan oleh penelitian. Adapun mengenai profil
salah satu pihak (penjual/pembeli) perusahaan yang menjadi sarnple
tidak melaksanakan hak atau penelitian, diuraikan. Sebagai
kewajiban atau tidak melaksanakan berikut:
ketentuan-ketentuan yang telah
disepakati dalamkontrak seperti 2.1 Profil Perusahaan
dalam kasus tercemarnya 85.000 ton
Crude Palm Oil (CPO) dengan solar 2.1.1 Nama Perusahaan, tahun
yang diekspor oleh tiga perusahaan berdirinya dan bidang usaha
Indonesia (PT. PN, PT. Paknus, dan perusahaan.
PT. TT) ke negara-negara Eropa,
yaitu Belanda (6.500 ton), Inggris Adapun profil perusahaan yang
(1.500 ton), dan Italia (2.000 ton), berkaitan dengan nama perusahaan,
sehingga ditahan dipelabuhan tahun berdiri, dan bidang usaha yang
Rotterdam oleh Pemerintah Belanda. dijalankan disajikan pada table 1.
Kasus tidak sesuai barang
sebagaimana ditentukan dalam

Tabel 1
Nama Perusahaan, tahun berdiri dan bidang usaha.

No Nama Perusahaan Tahun Berdiri Bidang Usaha


1 PT. PN VII (Persero) 1996 Eksportir produsen
2 PT. Garuntang 1960 Eksportir produsen
3 PN IX 1969 Eksportir produsen
PT.Tunas Baru Eksportir produsen perkebunan
4 1978
Lampung kelapa sawit
Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum Volume 5 No.3, September – Desember 2011. ISSN 1978-5186

5 PT. Elyana and Co 1959 Perdagangan Umum


PT. Great Giant
6 1978 Eksportir produsen
Pineaple
PT. Bumi Alam
7 1988 Eksportir
Makmur
8 PT.Cipta Niaga 1986 Eksportir
9 PT.Kemala Lampung 1989 Eksportir
PT.Trans Pasific
10 1989 Eksportir
Tradine lnc
11 PT. Indra Sampurna 1970 Eksportir

Tabel di atas menunjukkan, peristiwa-peristiwa yang sering


bahwa perusahaan yang menjadi dialaminya selanra malakukan
sampel dalam penelitian ini adalah penjualan barang komoditas ekspot
perusahaan yang bergerak dalam dengan perusahaan asing di luar
bidang usaha eksporsemata mata dan negeri.
eksportir produsen, yaoti perusahaan
yang menjual barang keluar negeri 2.1.2 Jenis barang komoditi yang
atas produktivitas perusahaan yang diekspor dan tujuan negara
bersangkutan. Sedangkan apabila ekspor
dilihat dari tahun berdirinya
perusaltaan-perusahaan yang Adapun jenis barang komoditas
bersangkutan sudah berpengalaman yang diekspor darI tujuan negara
dalam bidang ekpsort dan ekspor dapat diliHat pada table 2.
mengetahui seluk beluk dan

Tabel 2
Jenis barang komoditi ekspor dan tujuan negara ekspor

No Nama Perusahaan Komoditas Ekspor Negara Tujuan

1 PT.PN VII (Persero) SIR 3 L AS


SIR 10,SIR 20 SIR Singapura
3CV 60
2 PT. Garuntang Crumb rubber Amerika(Meksiko,Canad
a)Eropa, Jepang,
Singapura
3 PT. PN IX Karet Singapura, Cina, AS
Kopi Jepang, Italia, Belanda,
Maroko
Kakao Malaysia, Singapura
The Eropa, Malaysia, Rusia
4 PT. Tunas Baru Indo Copraexpeller Hamburg(Jerman)
Lampung Indo Palm ex peller
Crude palm oil Singapura
Crude coconut oil Singapura
Palm Fatty Oil Singapura
RBD Palm stearin Singapura
Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum Volume 5 No.3, September – Desember 2011. ISSN 1978-5186

Crude palm kernel Singapura


Oil Singapura
Robusta coffe USA, Eropa, Asia
5 PT. Elyana and co Kopi Robusta Jerman, Jepang, Eropa,
Amerika
6 PT. Great Giant Nanas dalam Asia, Eropa, Amerika
Pineaple kaleng
7 PT. Bumi Alam Kopi Robusta Jerman, Singapura
Makmur Lada Hitam Amerika, Singapura
8 PT. Cipta Niaga Damar Batu India
Damar Mata Taiwan, India
Kucing
9 PT. Kemala Kopi Singapura,Jerman
Lampung Lada Hitam Singapura
10 PT. Trans Pasific Kacang Tanah Malaysia
Trading Inc Bawang Merah Taiwan
11 PT. Indra Sampurna Tembakau Belanda
Sumber: Data sekunder (Sales Contract) tahun I 997, 1998 dan 1999 diolah

Dari Tabel 2 di atas dapat Taiwan; serta tembakau diekspor ke


diketahui bahwa komiditas karet Belanda.
banyak diekspor ke Amerika Serikat, Negara dari perusahaan-
Singapura, Canada, Eropa, Jepang, perusahaan yang mengimpor
Meksiko dan China. komoditas dari lndonesia ini, ada
Kornoditas kopi banyak yang menjadi peserta Konvensi
diekspor ke Jerman, Jepang, CISG seperti Arnerika Serikar,
Arnerika Serikat. Eropa. Singapura. Jerman, china, Meksiko, dan
Komoditas copraexpeller, palm Belanda. Sedangkan Negara,negara
expeller diekspor ke Jerman. CPO, lainnya (singapura, lndia, Jepang,
crude coconut oil, crude paln'r kernel Taiwan, Malaysia) tidak menjadi
oil, dan RBD pahn sterin diekspor ke peserta Konvensi CISG).
Singapura. Lada hitam diekspor ke
Amerika Serikat, singapura, dan 2.1.3 Cara eksportir
Eropa. Nanas dalam kaleng diekspor berkomunikasi dengan
ke Asia, Eropra dan Ameriika. importer di luar negari
Damar batu diekspor ke India,
dammar mata kucing diekspor kc Hasil survey pada perusahaan-
India dan Tairvan. Kacang tanah perusahaan ekspor mengenai cara
berkulit diekspor ke Malaysia; berkotntrnikasi dengan importir di
bawang merah segar diekspor ke luar negeri dapat dilihat pada tabel 3.

Tebel 3
Cara berkomunikasi dengan mitra pembeli di luar negeri
Cara berkomunikasi dgn importir N
Melalui surat menyurat 10
Melalui faximile 10
Melalui telpon 7
Pembeli dating sendiri ke perusahaan 3
Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum Volume 5 No.3, September – Desember 2011. ISSN 1978-5186

Melalui broker internasional 2


Melalui kantor pemasaran bersama 2
Sumber: data lapangan tahun 2000
Dari tebel 3 di atas dapat pemasaran bersama biasanya
diketahui bahwa cara perusahaan digunakan oleh eksportir BUMN
berkomunikasi dengan pembeli di (PT. Perkebunan VII dan IX).
luar negeri banyak dilakukan melalui Selanjutnya hasil penelitian
hubungan surat-menyurat, melalui dari pertanyaan apakah perusahaan-
faximile, dan melalui hubungan perusahaan yang membeli komoditas
telepon. Cara lainnya eksportir dari Indonesia merupakan pembeli
menjual barang l<e importer di luar lama, pembeli baru, atau campuran
negeri adalah melalui broker antara pembeli lama dan baru, dapat
internasional. Sedangkan koantor dilihat pada tabel 4.

Tabel 4
Importir yang membeli komoditas ekspor Indonesia

Importir yangmembeli komoditas N


Importir lama (mitra lama) 8
Importir baru (sama sekali) 3
Importir baru dan lama 11

Dari tabel 4 di atas diketahui, Dari tabel tersebut dapat


bahwa umumnya eksportir Indonesia diketahui bahwa, pada umumnya
menjual komoditas kepada importir (63.60%) eksportir tidak
lama dan irnportir baru. Hal ini juga rnerundingkan tentang hukum yang
rnenunjulikan bahwa umumnya akan digunakan/dipakai dalarn
eksportir sudah memiliki langganan kontrak, dan hanya ada 27.30%
pembeli yang tetap di luar negeri, di eksportir yang menjawab
samping itu eksportir juga berusaha “merundingkan”
mencari pembeli baru di nagara Dari 27,30% eksportir yang
lainnya. menjawab "ya", hukum yang
dipilih/digunakan dalam membuat
2.1.4 Perundingan tentang Hukum kontrak jual-beli tersebut dibuat
yang akan dipilih/digunakan menurut hukum Indonesia.
dalam membuat Contract Sedangkan dari 63,60% eksportir
Sales. yang menjawab "Tidak", belasan
bahwa jual-beli yang dilakukan
Hasil penelitian dari sesuai dengan kebiasaan yang sudah
pertanyaan apakah sebelum membuat lazim dalam perdagangan
kontrak penjrralan mengenai internasional.
komoditas nyang akan dijual, antara Tidak adanya perundingan
penjual (eksportir) dan pernbeli antara penjual dan pembeli mengenai
(importir) terlebih dahulu hukum mana yang akan dipakai
merundingkan tentang hukum yang dalam kontrak jual-beli barang
akan digunakan/dipakai dalam internasional, akan berpengaruh
membuat kontrak, diperoleh jawaban terhadap masalah tentang siapa yang
seperti terlihat pada tabel 5.
Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum Volume 5 No.3, September – Desember 2011. ISSN 1978-5186

akan mempersiapkan naskah kontrak


apakah pihak penjual atau pembeli.

Tabel 5
Ada tidanya perundingan tentang hukurn yang akan dipakai
dalam kontrak jual-beli

Jawaban N %
Ya 3 27.30
Tidak 7 63,6-
Tidak Tahu 1 9,10
Jumlah 11
Sumber: Data lapangan Tahun 2000, diolah

2.2 Hukurn Yang Berlaku dalam Dari tabel 6 dapat diketahui


Kontrak Jual Beli Barang adanya 12 istilah kontrak jual-beli
Internasional baranga internasional. Adapun
rnengenai di negara mana saja istilah
Untuk mengetahui hr"rkum dari kontrak-kontrak tersebut
yarrg berlaku dalam kontrak, maka digunakan dapat dilihat pada tabel 7.
pertama-tama peneliti malakukan Dari beberapa istilah kontrak
penelitian terhadap kontrak-kontrak tersebut di atas, dapat diketahui
yang digunakan dalam jual-beli bahwa istilah Contract digunakan
barang internasional. oleh perusahaan Switzerlan;
Contract, FOB Contract, CIF, C&F
2.2.1 Istilah-istilah kontrak yang or FOB Contract digunakan di
digunakan dalam jual beli Amerika Serikat; lstilah Contract dan
barang Internasional Confirmation of Porchase digunakan
di Jerman; Sales Contract, Sales
Hasil penelitian terhadap I I Confirmation, dan Technically
perusahaan ekspor telah diperoleh Specied Rubber International
sebanyak 35 buah kontrak yang Contract digunakan di Indonesia;
digunakan dalam jual-beli barang Purchase Contract digunakarr di
internasional. Dari ke-35 kontrak Singapura; dan Conflrrnation of
jual-beli tersebut, dapat diketahui Purchase dan Purchesed order
tentang nama-nama/istilah kontrak digunakan di Jepang; serta di
jual-beli yang biasa digunakan dalarn Belanda (untuk tembakau)
jual-beli internasional sebagaimana menggunakan istilah Bought Note.
ditunjukkan dalam tabel 6.

Tabel 6
Istihh-istilah kontrak yang dipakai dalam jual-beli barang Internasional

Nama konrtak jual-beli n %


A Contract 10 28.57
B Sales Contract 2 5,71
C Purchase Contract 8 22,85
Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum Volume 5 No.3, September – Desember 2011. ISSN 1978-5186

D Confirmation of Purchase 2 5,71


E Memorandum 2 5,71
F Sales Confirmation 2 5,71
G FOB Contract 1 2,85
H CIF, C&F, or FOB Contract 1 2,85
I Tehnical ly Sepci fied Rubber International 3 8,57
Contract
J Purchased order 2 5,71
K Bought note 1 2,85
L lmport contract 1 2,85

Sumber: Data sekunder tahun 1997,1998 dan 1999 diolah

Tabel 7
Negara-negara yang menggunakan istilah kontrak jual-beli barang

Nama/Istilah Kontrak Negara yang menggunakan


a Contrak Jerman
b Sales Contract Indonesia
c Purchase Contract Singapura
d Confirmation of Purchase Jerman
e Memorandum Jepang
f Sales Confirmation Indonesia
g FOB Contract USA
h CIF, C&F, FOB Contract USA
i Tehnically Spepcified Rubber Indonesia
International Contract
j Purchased order Jepang
k Bought note Belanda
l Import contract Usa
Sumber: Data sekunder Tahun 1997, 1998, dan 1999 diolah

2.2.2 Klausula mengenai syarat- internasional sebagaimana diuraikan


syarat perdagangan yang di atas, maka ditemukan mengenai
dimuat dalam kontrak jual syarat-syarat (ketentuan khusus)
beli barang Internasional perdaganagan di dalam jual beli
barang internasional. Adapun syarat-
Hasil penelitian terhadap syarat perdagangan ini dapat dilihat
klausula-klausula yang dimuat di dalam tabel 8.
dalarn setiap kontrak jual-beli barang

Tabel 8
Syarat-syarat/ketentuan khusus perdagangan yang dipergunaka dalam
jual-beli barang Internasional

Dimuat di F.O.B C.I.F C&F Tidak ada n


klausula
Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum Volume 5 No.3, September – Desember 2011. ISSN 1978-5186

Terms 4 1 2 - 7
Price 11 1 4 - 16
Condition 3 - - - 3
Parity 2 - - - 2
Freight basis 1 - - - 1
Tidak memuat - - - - 6
21 2 6 6 35
Sumber: data sekunder, diolah

Dari tabel di atas diketahui 5.2.3 Klausula mengenai hukum


bahwa 60% syarat-syarat yang berlaku dalam kontrak
perdagnagan menggunakan FOB;
17,14% menggunakan C&F, ada Hasil penelitian terhadap
5,17% yang menggunakan ClF. klausula-klausula yang dimuat di
Sedangkan 17,14% kontrak lainnya dalarn setiap kontrak jual-beli barang
tidak memuat syarat. Syarat internasional sebagaimana
perdagangan FOB tersebut sebagaian dikemukakan di atas, maka
besar (50%) termuat di dalam diternukan mengenai hukum yang
klausula harga (price). Sedangkan berlaku dalam kontrak jual-beli
lainnya termuat dalam klausula barang internasional.
terms, condition, parity dan fieight Adapurn mengenai hukum
basis. sedangkan untuk syarat yang digunakan/dipakai dalam jual
perdagangan CIF dan C & F terrnuat beli internasional dapat dilihat pada
di dalam klausa terms dan price. tabel 9.

Tabel 9
Hukum yang dipilih/berlaku dalam kontrak
Jual-beli Internasional

Hukum yang dipilih/berlaku N %


Hukum asing 20 57,14
Hukum Indonesia 3 8,57
Tidak memuat pilihan hukum 12 34,29
Jumlah 35 100,00
Sumber : diolah dari data sekunder.

Dari tabel 9 di atas diketahui, Selanjutnya mengenai perkata-


bahwa 57,l4% kontrak-kontrak jual- an/kalimat klausula memilih hukum
beli yang dibuat tunduk pada asing (pernbeli) dari 57,14% kontrak
ketentuan hukum asing (pembeli), jual-beli tersebut di atas adarah
dan hanya ada 8,57% kontrak yang sebagai berikut :
dibuat dan tunduk pada hukum a) This sales has heen made on the
Indonesia. Sedangkan 34,29% conditions of the Europectn
kontrak lainnya tidak mernuat pilihan Contract for Coffee…
hukum.
Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum Volume 5 No.3, September – Desember 2011. ISSN 1978-5186

b) Subject to the terms and tersebut di atas, khususnya kontrak-


conditions of SICOM VGR kontrak jual-beli barang yang dibuat
Contract; antara perusahaan Indonesia dengan
c) This contract is to based on the perusahaan yang berdomisili di
rules and by law of International Amerika Serikat, Jerman dan
Rubber Contract for Technically Belanda, di mana negara-negara ini
Specified Rubber; atau Subject menjadi peserta Konvensi CISC;
to Regulations Covering tidak diketemukan klausula yang
International Contract for memberlakukan CISG.
Technically Specified Rubber; Di samping itu ada juga
d) The terms and conditions on the kontrak-kontrak jual-beli yang di
dutch contract for Indonesian dalarnnya tidak mernuat pilihan
Coffee latest edition; hukum, tetapi memuat klausula
e) This contract is subject to the tentang tidak berlakunya Konvensi
Rules of the American Spice CISC yang dinyatakan secara tegas
Trade Association Import CIF, sebagai berikut : "The unifbrnr Law
C&F, or FOB Conrract; on the International Sale of Goods
f) This Contract Incorporates the shall not apply to this contract. Ini
provisions, rerms, and conditions berarti behwa walaupun tidak ada
of the FOB, Ex-Dock and Spot pilihan hukum, namun CISG tidak
Contract of the Green Coffee berlaku, jadi yang berlaku adalah
Association of New york, Inc. Incoterm 1990.
g) The Right of parties and this
agreement shall be governed by 2,3 Forum Peradilan yang dipilih
the Law of Japan. untuk menyelesaiakn Sengketa
Sedangkan bunyi klausula bagi Jual beli Barang Internasional
kontrak yang memilih hukurn
Indonesia adalah sebagai berikut : Guna menjawab permasalahan
"This contract is made subject “forum peradilan apakah yang dipilih
to the prevailing export and foreign untuk menyelesaikan sengketa jual-
exchange regulations o.f the beli barang internasional", maka
Government of the Republic of penulis melakukan penelitian
Indonesia". terhadap kontrak-kontrak.iual beli
Kata-kata kelimat yang barang internasional, apakah kontrlk
menyatakan hukum yang berlaku tersebut memuat klausula
dalam kontnk tersebut di atas dapat penyelesaian sengketa atau tidak,
diternukan dalarn klausula remarks, Hasil penelitian terhadap 35 buah
conditions, dar klausula applicable kontrakjual beli internasional dapat
law. dilihat pada table l0.
Selanjutrrya apabila kita
rnemperhatikan beberapa klausula

Tabel 10
Ada / tidaknya klausula penyelesaian sengketa
Jual beli barang Internasional

Klausula Nama forum N %


penyelesaian
Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum Volume 5 No.3, September – Desember 2011. ISSN 1978-5186

ada Arbitrase 14 40
tidak ada Tidak ada 21 60
Jumlah 35 100
Sumber : data sekunder tahun 1997, 1998 dan 1999 diolah.

Dari tabel l0 di atas, diketahui hreach thereof, vhich cannot be


bahwa pada umumnya (60%) arnicably settled by Arbitration
kontrak-kontrak jual beli bararrg held in Tokyo under the rules
internasional tidak memuat klausula of conciliation und Arbitration
penyelesaian sengketa. Hanya 40% of the Japan Contmercial
saja kontrak-kontrak jual beli barang Arbitration Association.
internasional yang memuat klausula (4) Kontrak jual-beli kopi yang
penyelesaian, yaitu melalui forum kontraknya disiapkan Importir
arbitrase. Arnerika Serikat :
Adapun bunyi klausula dari a. Any quality dispute arising
40% kontrak jual-beli yang under this contract shall be
didalamnya memuat klausula decided upon by the Panel
arbitrase adalah sebagai berikut : of Quatity Arbitrators of the
(1) Kontrak jual-beli barang (kopi) Rubber Trlade As.sociation
yang kontraknya disiapkan oleh of North America, Inc In
importir Jerman: accordance with Conditions
a. Arbitration: Anlt dispute of Import Conlract of that
arising out of lhis contract Assctcialron (komoditas
lo be settled by friendly karet).
arbitration (Hamburger b. Arbitration : Under the
Private Arbitruge im kaffe- Rules of American Spice
Einfuhrhendel) Trade Association... and the
b. Arbitration : Quality trough rules contained in
Hamburg Private Arbritstion Booklet 44...
Arbitration in the Coffee (komoditas lada)
Import Trade. (5) Kontrak jual-beli yang
(2) Kontrak jual-beli yang kontraknya disiapkan importer
kontraknya disiapkan oleh Jennan untuk komoditas
exportir Indonesia : copraexpeller dan pahn
a. Arbitration : Friendly expeller: Arbitation : as per
Arbitration if no amicable GAFTA 125 in London.
settlernent can be reached Berdasarkan pada adanya
between seller and buyer klausula arbitrase yang dirnuat dalam
(komoditas kopi); kontrak jual-beli internasional ini,
b. Arbitration : Regional maka jika terjadi persengketaan
Center (komoditas karet); antara perjual (eksportir) dengan
(3) Kontrak jual-beli kopiyang pembeli (importer) yang berkaitan
kontraknya disiapkan Importir dengan isi kontrak, akan diselesaikan
Jepang: Arhitration : Any melalui arbitrase.
dispute, controversy or Selanjutnya apabila kita
diffirence arising out of in mernperhatikan klausula dalarn
relstion to or in connection with kontrak yang dibuat oleh eksportir
this Purchase Order or lhe Indonesia tersebut di atas, maka
Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum Volume 5 No.3, September – Desember 2011. ISSN 1978-5186

klausula tersebut sangat sederhana melalui perundingan dan


sekali bunyinya, yaitu: "friendly konsiliasi/rnediasi yang hasilnya
arbitration if no arnicablc settlement diusahakan untuk tidak
can be reached between Seller and mcrugikan bagi kedua belah
Buyer" (untuk komoditas kopi) jika pihak.
tidak dicapai penyelesaian secara
baik hati/damai antara penjual dan 3.2 Saran
pembeli, maka akan dilakukan
melalui arbitrase yang bersahabat. Penulis memberikan saran,
Merurut penulis, kata-kata "arbitrase hendaknya pemerintah melalui
yang bersahabat" berarti bahwa departernen yang terkait memberikan
penyelesaiannya akan dilakukan penyuluhan kepada eksportir di
melalui perundingan antara pihak Indonesia, khususnya dalam hal
penjual dan pembeli. penyusunan kontrak-kontrak jual-beli
Sedangkan untuk klausula barang internasional; sehingga
arbitrase yang bunyinya Regional kontrak-kontrak jual-beli barang
center (untuk komoditas karet), ini internasional yang ditutup memilih
menurut penulis sangat kurang jelas, hukum Indonesia.
apakah yang dirnaksud adalah BANI
(Badan Arbitrase Nasional
Indonesia) atau lainnya. DAFTAR PUSTAKA

III. PENUTUP Adibroto, Soepriyo, 1987. Letter of


Credit dalam Teori dan
3.1 Kesimpulan
Praktek. Dahara Prize,
Semarang.
1. Kontrak-kontrak jual-beli barang
internasional yang dibuat antara
Adofl, Huala, 1997. Hukum ekonomi
perusahaan Indonesia dan
Internasional. PT. Raja
perusahaan asing di luar negeri
Grafindo Persada, Jakarta.
(untuk komoditas: kopi, lada,
karet, nanas dalam kaleng) pada
Cambridge University Press, 1995.
umumnya memilih/mununjuk
Cambridge International
pada hukum asing; sedangkan
Dictionary of English.
lainnya tidak menunjuk pilihan
hukum. Hanya sebagian kecil
Gautama Sudargo, 1997. Hukum
kontrak yang rnemilih.tunduk
Dagang Internasional. Alumni,
pada ketentuan hukurn Indonesia.
Bandung.
2. Dalam jual-beli barang
internasional yang didasarkan
Gow Giok Song, 1965. Hukum
pada kontrak, baik di dalam
Perdata Internasional
kontrak tersebut terdapat klausula
Indonesia, Jilid II (Bagian
penyelesaian sengketa atau tidak,
Keempat). PT. Kinta, Jakrta.
secara praktis jika terjadi
perselisihan/sengketa dalam jual-
Kusumaatmadja, Muctar, 1990.
beli barang internasional yang
Pengantar Hukum
disebabkan faktor-faktor tertentu
Internasional, Buku I Bagian
yang dirumuslian dalam kontrak,
Umum. BInacipta, Bandung.
maka penyelesaiannya dilakukan
Pilihan Hukum dalam Kontrak Perdata Internasional
Oleh : Dr. Aminah,SH, Msi.
Bagian perdata, Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
Email : aminahlana@gmail.com

Abstract
Sebagai konsekuensi dari era globalisasi, hubungan hukum antar masyarakat dunia
menjadi terbuka dan mudah sekali, Kontrak Perdata Internasional merupakan salah satu
hubungan hukum yang digunakan untuk mempermudah kerjasama diantara mereka, namun
terkadang kemudahan dalam kerjasama tersebut seringkali mengalami hambatan apabila
terjadi sengketa diantara mereka, misalkan salah satu pihak tidak memenuhi janjinya
(prestasinya).apabila salah satu pihak tidak merasa dirugikan karena perbuatan pihak lainnya
yang wanprestasi dapat menuntut kepada lembaga yang berwenang, misalnya pengadilan.
Penyelesaian sengketa kontrak perdata internasional melalui pengadilan seringkali
menimbulkan ketidak puasan bagi pihak yang dikalahkan sebab hakim dalam pengadilan
harus menentukan lex cause (hukum yang seharusnya berlaku) terlebih dahulu dan terkadang
lex cause nya tidak begitu familier bagi hakim atau bagi salah satu pihaknya, belum lagi
adanya factor factor non yuridis yang banyak mempengaruhi proses peradilan sehingga
kondisi tersebut bias menghasilkan putusan yang kurang memuaskan.
Salah satu solusi untuk mengatasi hal tersebut para pihak dapat membuat pilihan
hukum (pilihan hukumnya atau pilihan forumnya) sehingga diharapkan dapat memperoleh
putusan dalam penyelesaian sengketa yang timbul dalam kontrak Perdata Internasional yang
memuaskan
Tulisan ini mengkaji bagaimana apa yang dimaksud dengan pilihan hukum dan fungsi
pilihan hukum dalam sebuah kontrak Perdata Internasional internasional
Hasil dari kajian menunjukkan bahwa 1).Pilihan hukum adalah hukum yang dipilih
oleh para pihak dalam kontrak sebagai alat untuk meintepretasikan kontrak tersebut dan
untuk menyelesaikan jika terjadi sengketa 2) fungsi pilihan hukum dalam sebuah kontrak
Internasional antara lain: menjamin kepastian hukum dalam penyelesaian sengketa, sebagai
antisipasi para pihak jika terjadi sengketa dan diharapkan mewujudkan keadilan dalam
penyelesaian sengketa dalam kontrak perdata Internasional
ABSTACT

As a consequence of the globalization era, legal relations between the world


community are open and very easy, the International Civil Contract is one of the legal
relations used to facilitate cooperation between them, but sometimes the ease in cooperation
often faces obstacles in the event of a dispute between them, for example wrong one party
does not fulfill its promises (achievements). if one party does not feel disadvantaged because
the other party's actions that default can sue the competent institution, such as the court.
Settlement of international civil contract disputes through the courts often results in
dissatisfaction for the defeated party because the judge in the court must determine the lex
cause (law that should apply) first and sometimes the lex cause is not so familiar to the judge
or for one of his parties, not to mention non-juridical factors that influence the judicial
process so that these conditions can produce unsatisfactory decisions.
One solution to overcome this is that the parties can make a legal choice (the choice
of the law or the choice of the forum) so that it is expected to be able to obtain a decision in
the settlement of disputes arising in a satisfactory International Civil contract
This paper examines how what is meant by choice of law and function of choice of
law in an international international Civil contract
The results of the study show that 1). Choice of law is the law chosen by the parties in the
contract as a means to interpret the contract and to resolve if a dispute occurs 2) the choice of
legal function in an international contract includes: ensuring legal certainty in dispute
resolution, as an anticipation of the parties in the event of a dispute and is expected to bring
about justice in dispute resolution in international civil contracts
1. Latar Belakang :
Di era globalisasi ini, berbagai hubungan antara manusia yang berada pada jarak yang

berbeda mudah sekali, salah satunya adalah hubungan hukum antar masyarakat dunia

menjadi terbuka dan mudah sekali, mereka bias melakukan hubungan hukum apapun juga

dengan mudah, hubungan hukum keluarga, hubungan hukum kerjasama, atau bahkan

hubungan hukum Bisnis/perdagangan.

Kontrak Perdata Internasional merupakan salah satu hubungan hukum yang

digunakan untuk mempermudah kerjasama, bisnis atau perdagangan diantara mereka.

Kontrak Perdata Internasional merupakan sebuah perjanjian/kontrak yang terdapat unsur

asing. Unsur asing tersebut bisa terkait dengan subyek, obyek maupun lokasi pembuatan atau

pelaksanaan perjanjian.Terkait dengan subyeknya yaitu mereka berbeda kewarganegaraannya

atau domisilinya, terkait dengan obyeknya yaitu obyek dari perjanjian tersebut berada di luar

negeri, terkait dengan pembuatan dan pelaksanaan perjanjian salah satunya dilakukan di luar

negeri.

Kemudahan dalam hubungan kontrak perdata Internasional tersebut seringkali

mengalami hambatan apabila terjadi sengketa diantara mereka, misalkan salah satu pihak

tidak memenuhi janjinya (prestasinya).apabila salah satu pihak tidak merasa dirugikan karena

perbuatan pihak lainnya yang wanprestasi dapat menuntut kepada lembaga yang berwenang,

misalnya pengadilan. Penyelesaian sengketa kontrak perdata internasional melalui pengadilan

seringkali menimbulkan ketidak puasan bagi pihak yang dikalahkan sebab hakim dalam

pengadilan harus menentukan lex cause (hukum yang seharusnya berlaku) terlebih dahulu

dan terkadang lex cause nya tidak begitu familier bagi hakim atau bagi salah satu pihaknya,

belum lagi adanya factor factor non yuridis yang banyak mempengaruhi proses peradilan

sehingga kondisi tersebut bias menghasilkan putusan yang kurang memuaskan


Salah satu solusi untuk mengatasi hal tersebut para pihak dapat membuat pilihan

hukum sehingga diharapkan dapat memperoleh putusan dalam penyelesaian sengketa yang

timbul dalam kontrak Perdata Internasional yang memuaskan

Menurut hukum Perdata Indonesia dengan berdasarkan asas kebebasan berkontrak

para pihak yang terlibat dalam perjanjian dapat menentukan secara bebas klausula dari

perjanjiannya dengan pembatasan tidak bertentangan dengan UU, ketertiban umum dan

Kesusilaan, termasuk dalam menentukan klausula dalam penyelesaian sengketa.

Dalam sebuah perjanjian dapat dibuat klausula penyelesaian sengketa, para pihak

dapat melakukan pilihan forum dan pilihan hukumnya yang akan digunakan untuk

menyelesaikan sengketa yang timbul. Pilihan hukum dan pilihan forum juga lazim digunakan

dalam klausula penyelesaian sengketa dari kontrak internasional dengan pembatasan tidak

boleh bertentangan dengan ketertiban umum dan tidak boleh menjelma menjadi

penyelundupan hukum.

II. Permasalahan :

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas ada beberapa permasalahan yang akan

dibahas dalam makalah ini antara lain :

1. Apa yang disebut pilihan hukum dalam Hukum Perdata Internasional?

2. Bagaimana fungsi pilihan hukum dalam sebuah kontrak perdata internasional ?


III. Metode Penelitian :

Penelitian hukum ini menggunakan metode pendekatan Yuridis Normatif, yaitu suatu
pendekatan masalah dengan jalan menelaah dan mengkaji suatu peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan berkompeten untuk digunakan sebagai dasar dalam
melaksanakan pemecahan masalah.
Spesifikasi penelitian ini adalah deskriptif analitis, yaitu penelitian yang sifat dan
tujuannya memberikan deskripsi atau mengambarkan pengaturan tentang pilihan hukum
dalam Hukum Perdata Internasional dan Fungsi pilihan hukum dalam Kontrak Perdata
Internasional
Data yang akan digunakan dalam penelitian ini data sekunder yang diperoleh dengan
melakukan studi dokumen yang terdiri dari bahan-bahan hukum dan alat penelitian yang
dipergunakan dalam studi dokumen dilakukan dengan penelusuran literatur kepustakaan.
Analisis yang dipilih dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif yang tidak hanya
mampu memperoleh kesimpulan semata, tetapi juga mampu dipergunakan untuk
pengembangan suatu penelitian baru yang sejenis.

III. Pembahasan :

1. Pilihan Hukum dalam Perdata Internasional

Hukum Perdata Internasioanal adalah hukum yang mengatur hubungan privat (antar

perorangan) yang mengandung unsure asing atau melintasi batas wilayah Negara. Unsur

asing atau melintasi batas wilayah Negara tersebut bisa terkait dengan subyek, obyek maupun

lokasi pembuatan atau pelaksanaan perbuatan hukum. Terkait dengan subyeknya misalnya

hubungan hukum yang dilakukan oleh mereka yang berbeda kewarganegaraannya atau

domisilinya, terkait dengan obyeknya yaitu misalnya obyek dari perjanjian tersebut berada di

luar negeri, terkait dengan pembuatan dan pelaksanaan perbuatan hukum misalnya perbuatan

hukum tersebut dibuat /dilaksanakan di luar negeri.


Ruang lingkup Kaidah hukum perdata internasinal (HPI) terdiri dari 2 yaitu pertama

kaidah HPI substantif, yaitu kaidah-kaidah HPI yang dijaminsi oleh kaidah hukum obyektif ,

kedua kaidah HPI ajektif/formal/procedural yaitu Upaya-upaya hukum yang dapat dilakukan

oleh subyek HPI untuk menegakkan hak-haknya yang dijamin oleh kaidah hukum objektif

dengan bantuan pengadilan.

Kaidah HPI substantif biasanya ditemukan dalam hukum materiil dari suatu Negara

tertentu dan sekaligus menjadi sumber hukum HPI subtantif seperti contohnya di Indonesia

ketentuan yang mengatur kontrak perdata internasional di Indonesiamenggunakan KUH

Perdata, sedangkan kaidah HPI ajektif terdapat pada azas-asas HPI misalnya dan tergantung

dari sistim hukum yang dianut dari suatu Negara tersebut ( sistim hukum Anglo Saxon atau

sistem hukum Eropa Kontinental)

Salah satu bentuk hubungan hukum Perdata Internasional adalah hubungan bisnis

Internasional, hubungan bisnis Internasional adalah aktivitas yang bertujuan memperoleh

keuntungan yang dilakukan oleh pelaku bisnis yang mengandung unsur asing (melintasi batas

negara/melibatkan lebih dari satu sistem hukum negara yang berbeda). Setiap hubungan

bisnis memerlukan suatu kepastian untuk menunjang kelancaran usaha bisnis tersebut.

Dalam hubungan bisnis internasional, perjanjian/kontrak lazim digunakan dalam bisnis

internasional untuk memperoleh kepastian untuk perlindungan kepentingan para pihak,

kontrak tersebut biasanya disebut sebagai kontak Perdata Internasional/kontrak bisnis

internasional.

Kontrak bisnis Internasional merupakan suatu kesepakatan secara timbal balik antara

dua atau lebih para pelaku bisnis yang mengandung unsur asing/melibatkan lebih dari sistem

dari satu sistem hukum negara yang berbeda serta menimbulkan akibat hukum para pihak.
Kesepakatan dalam kontrak bisnis internasional dibuat berdasarkan asas kebebasan

berkontrak/freedom of contract (Pasal 1338 KUH Perdata), para pihak bebas membuat isi

dari kontrak sesuai dengan kepentingan yang dikehendaki para pihak. kebebasan dalam

menentukan isi perjanjian tersebut menurut Pasal 1337 KUH Perdata (sebagai sumber hukum

HPI Indonesia) dibatasi dengan ketentuan “harus memiliki sebab yang halal “ yaitu tidak

bertentangan dengan Undang-Undang, ketertiban umum dan kesusilaan.

Isi dari kontrak meliputi obyek perjanjian beserta pengaturan hak dan kewajibannya,

termasuk dalam menentukan klausula dalam penyelesaian sengketa. Dalam klausula sengketa

para pihak dapat melakukan pilihan hukum. Jadi .Pilihan hukum adalah hukum yang dipilih

oleh para pihak dalam kontrak sebagai alat untuk mengintepretasikan isi dari perjanjian

meliputi obyek, pengaturan hak dan kewajiban atau untuk menyelesaikan jika terjadi

sengketa.

Secara umum terdapat jenis pilihan hukum antara lain : 1

 Pilihan hukum (choice of law), dalam hal ini para pihak menentukan sendiri dalam

kontrak tentang hukum mana yang berlaku terhadap intepretasi kontrak tersebut.

 Pilihan Forum (Choice of yurisdiction) yakni para pihak menentukan sendiri dalam

kontrak tentang pengadilan atau forum mana yang berlaku jika terjadi sengketa di antara

para pihak dalam kontrak tersebut.

 Pilihan domisili (choice of domicile), dalam hal ini masing-masing pihak melakukan

penunjukan dimanakah domisili hukum dari para pihak tersebut.

Pilihan hukum sebagai salah satu asas dalam dalam Hukum Perdata Internasional

(HPI) dibatasi dengan ketentuan-ketentuan antara lain :

1
Munir Fuadi, Penyelesaian sengketa Bisnis Melalui arbitrase, Jurnal Hukum Bisnis, Yayasan Pengembangan
Hukum Bisnis, Vol 21, Oktober-November 2002, Hal.88.
- Tidak melanggar ketertiban umum

- Hanya boleh di bidang hukum kontrak

- Tidak boleh mengenai hukum kontrak kerja

- Tidak boleh boleh mengenai ketentuan perdata dengan sifat publik.2

- Pilihan hukum harus dilakukan secara bonafide (dengan itikad baik) dan tidak boleh

sengaja dipilih dengan maksud melakukan penyelundupan hukum3

Didalam praktek dalam kontrak bisnis internasional, pilihan hukum yang sering

dilakukan untuk penyelesaian sengketanya adalah pilihan forum dan pilihan hukum yang

akan digunakan untuk menyelesaiakan sengketa yang timbul.

Pilihan hukum yang dipilih dapat menggunakan salah satu dari ketentuan hukum

material dari negara tertentu, sedangkan pilihan forumnya dapat memilih lembaga tertentu

misalnya Pengadilan , arbitrase atau lembaga penyelesai sengketa lainnya.

2. Fungsi pilihan hukum dalam sebuah kontrak internasional :

Klausula pilihan hukum banyak dibuat oleh para pihak dan merupakan hal yang

sangat penting dalam kontrak bisnis Internasional. Ada beberapa alasan mengapa klausula

pilihan hukum banyak dibuat dan penting dalam kontrak Internasional, antara lain :

a. Alasan memenuhi asas kebebasan berkontrak

Para pihak kontrak bisnis internasional memiliki kepentingan masing-masing.

Kepentingan tersebut menjadi dasar negosiasi dalam menentukan isi/subtansi kontak tersebut.

Kehendak bebas merupakan hak asasi manusia, maka masing-masing pihak diberikan

2
Munir Fuady, Ibid , hal.89.
3
Sudargo Gaautama, Hukum Perdata Internasional Indonesia, jilid II Bagian 4, buku ke 5, alumni, Bandung,
1992, hal. 18-24.
kebebasan untuk menentukan kehendak sesuai dengan kepentingannya. Kebebasan untuk

menyatakan kehendak merupakan penerapan azas kebebasan berkontrak/freedom of contract

yang telah dijamin dalam Pasal 1338 KUH Perdata, asalkan tidak bertentangan dengan

undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum (Pasal 1337 KUH Perdata).

Dengan diberikan kebebasan , para pihak dapat menentukan isi perjanjian tersebut,

termasuk di dalamnya menentukan klausula penyelesaian sengketanya.

b. Alasan praktis

Dengan melakukan pilihan hukum para pihak dalam kontrak bisnis internasional bisa

bersepakat menentukan isi perjanjian sehingga secara praktis mereka mengatur sendiri

hubungan hukumnya serta akibat-akibat hukumnya. Dengan melakukan pilihan hukum dan

pilihan forum maka hubungan hukum tersebut lebih mudah karena masing – masing sudah

mengetahui hukum yang digunakan untuk mengintrepetasikan isi kontrak tersebut dan

mengetahui forum yang akan digunakan untuk menyelesaikan sengketanya, sehingga para

pihak lebih bisa mempersiapkan segala sesuatunya sebelum terjadinya hal-hal yang tidak

sesuai dengan isi kontrak tersebut.

c. Alasan kepastian hukum :

Semua kontrak/perjanjian yang sudah di buat secara sah berlaku sebagai Undang-

undang bagi mereka yang membuatnya (Pasal 1338 (1) KUH Perdata), oleh karena itu

perjanjian telah mengikat para pihak dan harus ditaati (asas Pacta Sunservanda). Hal ini

menunjukkan ada kepastian hukum, kepastian hukum ini sangat diperlukan dalam suatu

kontrak bisnis Internasional. Kepastian hukum mengenai hak dan kewajiban hukum masing-

masing pihak dalam transaksi, kepastian dalam pelaksanaan transaksi, serta akibat-akibat

hukum yang timbul. Kepastian hukum juga termasuk kepastian atas pilihan hukum yang

digunakan untuk penyelesaian kasus jika terjadi sengketa, para pihak sudah mengetahui
secara pasti ketentuan hukumnya sehingga bisa dapat diprediksi alternatif-alternatif

penyelesaiannya jika terjadi sebuah sengketa.

d. untuk menentukan kepastian lex cause ( hukum yang seharusnya berlaku):

Suatu Kasus sengketa kontrak bisnis internasional terkait dengan dua sistem hukum

yang berbeda sehingga untuk menyelesaikan kasus tersebut harus ditentukan lex cause nya

(hukum yang seharusnya berlaku). Untuk kontrak bisnis Internasional yang terdapat pilihan

hukumnya maka untuk menyelesaikan sengketa tersebut hakim/arbiter tidak perlu bersusah

payah melakukan proses penentuan lex cause nya melainkan dapat secara langsung

menentukan lex cause nya dengan menggunakan hukum yangmeb sudah dipilih oleh para

pihak.

Untuk kontrak bisnis internasional yang tidak terdapat pilihan hukumnya , hukum

yang seharusnya digunakan (lex cause) nya belum pasti karena masih harus dilakukan proses

penrtuannya dan tergantung hakim mendasarkan pada doktrin/teori yang mana untuk

menentukan lex cause nya.

Ada beberapa teori dalam hukum perdata internasional yang dapat digunakan untuk

menemukan hukum yang seharusnya berlaku (lex cause) bagi suatu hubungan pihak yang

tidak ada pilihan hukumnya. Teori-teori itu adalah : pertama teori lex loci contractus, kedua

teori lex loci soluntionis, ketiga teori the proper law of contract, dan ke empat teori the most

characteristic connection. Sebagai berikut 4:

a) teori lex loci contractus.

Menurut teori lex loci contractus , hukum yang berlaku adalah hukum tempat dimana

kontrak itu dibuat. Teori ini merupakan teori klasik yang tidak mudah diterapkan dalam

4
Ida Bagus Wiyasa Putra , aspek-aspek hukum Perdata Internasional dalam transaksi bisnis internasional,
Rafika Aditama, Bandung, hlm 67-68.
praktek pembentukan kontrak internasional modern sebab pihak-pihak yang berkontrak

tidak selalu hadir bertatap muka membentuk kontrak di suatu tempat (contract between

absent person). Dapat saja mereka berkontrak melalui telepon atau sarana-sarana

komunikasi lainnya. Alternatif yang tersedia bagi kelemahan teori ini adalah, pertama,

teori Post Box, dan kedua, teori penerimaan. Menurut teori Post Box hukum yang berlaku

adalah hukum tempat post box si penerima tawaran mengirimkan penerimaan

tawarannya, Menurut teri penerimaan, hukum yang berlaku adalah hukum tempat dimana

si pengirim penawaran menerima kiriman penerimaan tawarannya.

b) Teori lex loci soluntionis.

Menurut teori lex loci soluntionis hukum yang berlaku adalah hukum tempat dimana

perjanjian dilaksanakan, bukan tempat dimana kontraknya ditandatangani. Kesulitan

utama kontrak ini adalah, jika kontrak itu harus dilaksanakan tidak di suatu tempat,

seperti kasus jual beli yang melibatkan pihak-pihak (penjual dan pembeli) yang berda di

negara yang berbeda dan dengan sistim hukum yang berbeda pula.

c) Teori the proper law of contract.

Menurut teori the proper law of contract hukum yang berlaku adalah hukum negara

yang paling wajar berlaku bagi kontrak itu, yaitu dengan cara mencari titik berat ( center

of gravity) atau titik taut yang paling erat dengan kontrak itu.

d) Teori the most characteristic connection.

Menurut teori the most characteristic connection , hukum yang berlaku adalah dari pihak

yang melakukan pestasi yang paling karakteristik. Kelebihan teori terakhir ini adalah

bahwa dengan teori ini dapat dihindari beberapa kesulitan, seperti keharusan untuk

mengadakan klasifikasi lex loci contractus atau lex loci soluntionis, disamping juga

dijanjikannya kepastian hukum secara lebih awal oleh teori ini.


V. Kesimpulan

Berdasar pembahasan dalam artikel ini maka penulis menyimpulkan antara lain

1) Pilihan hukum adalah hukum yang dipilih oleh para pihak dalam kontrak sebagai alat

untuk meintepretasikan kontrak tersebut dan untuk menyelesaikan jika terjadi

sengketa

2) fungsi pilihan hukum dalam sebuah kontrak Internasional antara lain: menjamin

kepastian hukum dalam penyelesaian sengketa, sebagai antisipasi para pihak jika

terjadi sengketa dan diharapkan mewujudkan keadilan dalam penyelesaian sengketa

dalam kontrak.
Daftar Pustaka:
Sudargo Gautama, Pengantar Hukum Perdata Internasional, Bina Cipta Bandung, 1989.
Sudargo Gaautama, Hukum Perdata Internasional Indonesia, jilid II Bagian 4, buku ke 5, Alumni,
Bandung, 1992
Sudargo Gautama, Arbitrase Dagang Internasional, Alumni, bandung, 1979.
Kartini Mulyadi, Gunawan Wijaya, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian, PT. Raja
Grafindo Persada,jakarta, 2002.
Whisnu Situni, Identifikasi dan Reformulasi Sumber-sumber Hukum Internasional,
Mandar maju, bandung, 1989.
Priyatna Abdurrasyid, Pengusaha Perlu Meningkatkan minatnya terhadap Arbitrase dan
ADR, Jurnal Hukum Bisnis, Volume 21,Jakarta, 2002.
Hikmahanto Juwana, Pembatasan putusan Arbitrase Internasional oleh Pengadilan
Nasional, Jurnal Hukum Bisnis, Volume 21,Jakarta, 2002.
Munir Fuady, Penyelesaian Sengketa Bisnis melalui Arbitrase, Jurnal Hukum Bisnis,
Volume 21,Jakarta, 2002.
Kapita Selekta Arbitrase dan Permasalahannya, mahkamah Agung RI, 2003.
Ida Bagus Wiyasa Putra , Aspek-aspek hukum Perdata Internasional dalam transaksi
bisnis internasional, Rafika Aditama, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai