Program Pasca Sarjana Ilmu Hukum Para Pihak dalam Kontrak Internasional • Kontrak ialah suatu perjanjian antara dua orang/lebih yg menciptakan kewajiban utk melakukan/tidak melakukan suatu tindakan ttt. (Black’s Law Dictionary) .
Subjek Hukum yang dapat membuat suatu kontrak
internasional adalah sbb: • Individu • Badan Hukum (dalam hal ini perusahaan) • Organisasi internasional; dan • Negara Individu sebagai Pihak dalam Kontrak Internasional • Individu
Transaksi-transaksi yang dilakukan oleh individu
umumnya dapat digolongkan ke dalam transaksi konsumen.
Individu dalam kapasitasnya sbg konsumen
memang acap kali dikecualikan dari objek pengaturan berbagai perjanjian internasional di bidang kontrak. Alasan individu dikecualikan dari pengaturan berbagai perjanjian internasional di bidang kontrak adalah:
– Transaksi-transaksi yang di buat oleh
individu biasanya bersifat untuk pemenuhan kebutuhan (hidup); – Transaksi-transaksi tersebut biasanya tidak tertulis atau hanya secara lisan.
Sebagai contoh: Pasal 2 Perjanjian CISG 1980; Pasal
2 Convention on Choice of Court Agreement 2005. Badan Hukum /Perusahaan sebagai Pihak dalam Kontrak Internasional
• Status badan hukum atau perusahaan adalah
salah satu yang terpenting. Transaksi- transaksi para pihak yang terlibat dalam sengketa di hadapan badan pengadilan adalah badan hukum (perusahaan).
• Badan hukum dapat diklasifikasikan atas
badan hukum perdata & badan hukum publik (BHMN/State Owned Companies). Kontrak Internasional antara perusahaan dengan perusahaan (asing) • Istilah perusahaan mencakup TNCs, isu yang lahir dari sini adalah nasionalitas perusahaan. • Prinsip umum yg berlaku perusahaan akan tunduk pada hukum nasional dimana ia didirikan.
• Biasanya anak perusahaan dari perusahaan besar
(induk) berada dan didirikan berdasarkan hukum nasional dari negara tuan rumah. Masalah hukum yg timbul adalah status dari anak perusahaan ini sbg suatu perusahaan asing berbdn hkm dari negara tuan rumah. • Masalahnya adalah apakah anak perusahaan itu berhak menyandang perusahaan asing berdasarkan perusahaan induknya atau berdasarkan hukum nasional dari negara. • Kontrak yg ditandatangani antara perusahaan dgn perusahaan (asing) lain umumnya tunduk pd suatu hukum nasional tertentu. • Kesepakatan para pihak untuk memilih salah satu hukum ini sudah menjadi praktik umum. Masalahnya yg menonjol adalah hukum nasional dari pihak mana yang akan berlaku. • Ada kalanya para pihak memberlakukan hukum lain terhadap kontrak selain hukum nasional, yakni berupa praktik2 kebiasaan. • Salah satu instrumen hukum (meski soft law) yg dpt digunakan disini ialah Resolusi International Law Institute dibuat di Basel 1991. Organisasi Internasional sebagai Pihak dalam Kontrak Internasional • Sebelum membuat kontrak dgn suatu organisasi internasional penting diperiksa konstituennya utk menentukan apakah ia memiliki :
(a). Kapasitas untuk masuk ke dalam kontrak;
(b). Kepribadian hukum yang diperlukan untuk menggugat atau digugat.
Misal: Pasal 104 Piagam PBB menyatakan PBB
akan menikmati kapasitas hukum yg dianggap perlu utk itu guna melaksanakan fungsi2nya. UN Charter, Article 104, • “the Organization shall enjoy in the territory of its Members such legal capacity as may be necessary for the exercise of its functions and fulfillment of its purposes."
• Also, in order to ensure that member states may
not interfere in the fulfillment of the UN's mandate by judicial means, Article 105 (1) of the UN Charter establishes that “the Organization shall enjoy in the territory of each of its Members such privileges and immunities as are necessary for the fulfillment of its purposes." Convention on the Privileges and Immunities of the United Nations • Article I, Section 1 states that “the United Nations shall possess juridical personality. It shall have the capacity: (a) to contract; (b) to acquire and dispose of immovable and movable property; and (c) to institute legal proceedings.“
• Also, Article II, Section 2 establishes that “the
United Nations, its property and assets wherever located and by whomsoever held, shall enjoy immunity from every form of legal process.” Article VIII, Section 29 of the P&I Convention: • "The United Nations shall make provisions for appropriate modes of settlement of: (a) disputes arising out of contracts or other disputes of a private ... character to which the United Nations is a party.” The organizations of the UN system have selected arbitration as the "appropriate" mode of settlement of disputes under UN commercial contracts.
• This "dispute resolution" clause provides for
conciliation or arbitration under UNCITRAL rules of procedure as the full and final resolution of a dispute. At the same time, the UN maintains its privileges and immunities which are still not waived in favor of the jurisdiction of a particular court, e.g. in order to enforce an arbitral award. Negara sebagai Pihak dalam Kontrak Internasional • Kontrak pemerintah dgn perusahaan swasta asing adalah penyebab kontroversi di abad XX, hal itu karena isu hukum yg tidak sesuai baik menurut HI ataupun mnrt hkm nasional.
• Perhatian muncul akhir thn 90-an krn adanya
bentuk baru penyelesaian sengketa internas: Investment Treaty Arbitration.
• Fitur utama model ini bhw investor asing berhak
utk mengajukan tuntutan thdp negara secara langsung di arbitrase internasional. Kontrak antara Negara dengan perusahaan asing • Kontrak antara negara dengan perusahaan asing menarik perhatian serius dari Institute of International Law & para sarjana.
• The Institute of International Law, 1979
mengeluarkan suatu Resolusi yg berjudul the Proper Law of the contract in Agreements Between a State and a Foreign Private Person.
• Contoh: kontrak pembangunan ekonomi, kontrak
pinjaman keuangan, dll. • Mengenai kedudukan yg tidak seimbang, para sarjana memisahkan dgn cukup tepat berupa konsep jure imperii (status sebagai negara yg berdaulat) & jure gestiones (status negara dlm tindakan2 komersial).
• Berdasarkan konsep yg disebut terakhir
maka negara telah menanggalkan imunitas atau kedaulatannya sehubungan dengan tindakan negara tersebut dalam bisnis. Pilihan Hukum yang bisa dilakukan adalah sbb: • Hukum nasional salah satu pihak atau hukum nasional negara ketiga; • Kombinasi hukum nasional kedua belah pihak; • Pemilihan hukum nasional negara tertentu yg disertai dengan pemilihan prinsip2 itikad baik; • Pemilihan hukum internasional; • Pemilihan prinsip2 hukum dari ke dua sistem hukum para pihak (General principles of law); • Pemilihan Hukum berupa klausul yg hanya menentukan aturan2 kontraklah yg akan berlaku (tidak memilih hukum nasional ttt). • Pemilihan kombinasi hukum nasional tertentu dengan hukum lainnya yg bukan hukum nasional.