Anda di halaman 1dari 22

Penelusuran Bahan Hukum untuk

Penelitian Hukum
eikhsan@yahoo.com

@eikhsan
Data Sekunder dalam Penelitian Hukum
Data Sekunder: Arsip, Peraturan Perundang-
undangan, Laporan Penelitian, Artikel di
Jurnal/Surat Khabar, Skripsi/Tesis/Disertasi,
Bibliografi, Kamus hukum, Peta, Dokumen
Persidangan, Berkas-Berkas Pemeriksaan di
Kepolisian/Kejaksaan, Putusan Hakim, Akte
Notaris, Kontrak Perdata, Standard Operation
Procedure (SOP), Putusan-putusan rapat
(Dokumen RUPS), Memorie van Toelichting
sebuah Perundang-undangan), hasil sensus,
statistik, wikipedia, online dictionary dll.
Bahan Hukum dalam Riset Hukum
1. Data Sekunder terdiri dari: 1. Bahan Hukum Primer;
2. Bahan Hukum Sekunder dan 3. Bahan Hukum
Tertier.
2. Penggunaan Bahan Hukum (BH) adalah sebuah
kemutlakan (obligatory) dalam Riset Hukum.
3. BH dipakai tidak saja dalam awal memahami
persoalan yang hendak diteliti namun juga menjadi
penting dalam proses menggambarkan persoalan
dan merumuskan temuan atau kesimpulan riset.
4. Semakin banyak BH yang digunakan (yang relevan),
semakin memperkuat argumentasi kelayakan,
analisis dan simpulan yang diambil.
Bahan Hukum Primer
• Bahan Hukum Primer (BHP) merupakan segala
peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan
oleh pejabat yang memiliki otoritas. Di Indonesia
contohnya berbasis pada UU N0.12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan menyebutkan hirarki Perundang-undangan
yang dikenal di Indonesia yakni: a. Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. TAP
MPR; c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang; d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden; f. Peraturan Daerah Provinsi);
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
• Tambahan: Peraturan Eksekutif dan Putusan Hakim
(Judge Made Law).
Primary Source & Updating
• As a Student, you need to base your analysis
on the law: judicial opinions/verdict, statutes
and constitutions, and administrative law.
These are called “primary sources.”
• Using your common sense again, you will
realize that you want to use current law, not
outdated or repealed law. Thus. You must
updating the law to the recent situation.
Bahan Hukum Sekunder
• Bahan Hukum Sekunder (BHS) : Semua
publikasi tentang hukum, meliputi, buku,
jurnal, artikel, laporan penelitian, komentar,
pandangan atau opini tertulis dan segala
sesuatu catatan yang tertulis tentang hukum.
Bahan-bahan lain seperti Kamus, wikipedia,
Black’s Law dictionary, bibliografi, dll adalah
penunjang dalam penelusuran BHS.
Secondary Source
• A legal encyclopedia is an example of a
“secondary source.” Secondary sources
explain the law and contain references to
cases and statutes. Another example of a
secondary source is a law review article. But
secondary sources are not “law,” so you
cannot end your legal research with an
encyclopedia or article.
Bahan Hukum Primer di USA, Belanda dan Malaysia

• Di USA: 1. Constitution, 2. Legislation, 3. Executive


Decrees, 4. Judicial Law, 5. Administrative Law, 6.
Treaties/ Interstate agreements and 7. Local Law.  
• Di Belanda: 1. Constitution, 2. Treaties, 3. The
Charter for the Kingdom of the Netherlands
(Netherlands, Aruba, Curacao and Sint Martin), Case
Law (Court Law) and Customary Law.
• Di Malaysia: Written Law (Federal Constitution and
State Constitution), Unwritten Law (Judicial
Decisions, Customs and English Law) and Islamic Law.
Apakah Keputusan (Beschikking)
merupakan Bahan Hukum Primer (BHP)?
• Prof.Peter Mahmud Marzuki menyatakan bahwa
Keputusan (Beschikking) seperti Keputusan
Presiden, Keputusan Menteri, Peraturan
Gubernur dll bukanlah termasuk Bahan Hukum
Primer karena tidak termasuk ke dalam hirarki
perundang-undangan (jo. UU No.12 Tahun 2011).
• Namun jika pokok pangkal BHP adalah pada
konteks bahwa aturan tersebut dikeluarkan oleh
Otoritas yang sah, maka menurut hemat saya,
Keputusan juga merupakan BHP yang
dimaksudkan.
Mengapa Putusan Pengadilan dikatogerikan
sebagai BHP
• Putusan Pengadilan (Vonnis) dijatuhkan oleh
otoritas resmi secara tertulis;
• Memiliki akibat-akibat hukum yang konkrit;
• Mempunyai logika hukum yang belum tentu
sejalan, seirama atau sinkron dengan peraturan
perundang-undangan;
• Produk konkrit dari ketajaman hakim atau Majelis
Hakim membaca aturan dan kasus, konstruksi
perkembangan sosiologis masyarakat dan
keyakinan nurani Hakim itu sendiri.
Putusan Hakim dalam konteks Civil Code
menjadi menarik karena:
• Tidak ada kebutuhan untuk mengikuti putusan hakim
terdahulu (preseden): “Non exemplis sed Legibus
Judicandum est” (In C. 7.45.13 Justinian explicitly states
that judges have to base their decisions on statutory
law and not on precedents).
• Namun ketidakterikatan hakim pada preseden
menyebabkan kekuatan Vonnis Hakim sebagai Sumber
Hukum atau Bahan Hukum Primer tidak sekuat Bahan
Hukum Primer dalam bentuk Perundang-undangan.
• Membuka celah untuk melakukan studi perbandingan
antar putusan-putusan hakim dalam kasus sejenis.
Dua Pasal dalam UU No.48 Tahun 2009 Tentang
Kekuasaan Kehakiman yang mendorong lahirnya
putusan-putusan progresif dari para Hakim
• Pasal 10 (1): Pengadilan dilarang menolak untuk
memeriksa, mengadili, dan memutus suatu
perkara yang diajukan dengan dalih bahwa
hukum tidak ada atau kurang jelas, melainkan
wajib untuk memeriksa dan mengadilinya (see..
Pasal 22 AB)
• Pasal 5 (1): Hakim dan hakim konstitusi wajib
menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai
hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam
masyarakat.
Memilih Bahan Hukum Sekunder
(BHS) sebagai Dasar Penelitian
• Pilihlah BHS yang terkait langsung dengan
topik yang hendak anda tekuni atau teliti;
• Kebaharuan terbitan BHS tidak selalu asosiatif
dengan baik atau buruknya sumber bacaan;
• BHS yang variatif dalam dimensi waktu
(kronologis dari sisi tahun) sangat membantu
anda untuk melihat dinamika atau
perkembangan topik yang akan anda teliti.
Memilih Bahan Hukum Sekunder
(BHS) sebagai Dasar Penelitian
• Nama beken penulis BHS biasanya dijadikan
dasar pertimbangan untuk dijadikan acuan
memilih BHS yang akan dipakai;
• Jangan terpaku hanya pada BHS yang
diterbitkan dalam bahasa Indonesia. Gunakan
online translator atau jasa penterjemah jika
ada kendala bahasa;
• Perlakukan BHS milik orang lain secara wajar
(jangan ciplak atau menjadi plagiator).
Memilih Bahan Hukum Sekunder (BHS)
sebagai Dasar Penelitian
• Mulailah menuliskan apa yang anda baca dari BH
yang dianggap penting dan atau sesuai dengan topik
anda. Tulis secara lengkap kutipan yang anda baca
dan sebutkan sumbernya secara lengkap.
• Bacalah BH secara teratur. Jangan berpindah ke BH
lainnya jika anda merasa belum menuntaskan isi dari
BH yang anda baca.
• Buat sub-sub topik tertentu untuk mempermudah
anda menuliskannya kelak dalam proposal dan Bab-
Bab Tesis yang anda kerjakan.
Penelusuran Bahan Hukum (BH)
Melalui Internet
• BHP dan BHS ataupun kamus-kamus sebagai
penunjang riset hukum, dengan kemajuan
teknologi sudah bisa diakses melalui fasilitas
internet (cyber library);
• Penemuan World Wide Web (WWW) di tahun
1989 oleh TimBerners-Lee membuka
lembaran baru penggunaan internet secara
lebih meluas;
Print and Online Legal Media
• Most legal research can be completed both in
print and online
• Online legal research does not mean clicking
a mouse and watching the puzzle pieces fall
into place before you. You are still the
researcher, and your analytical ability drives
the research process. You still must decide
which sources to check and which authorities
are relevant.
Penelusuran BH melalui Internet
• Penggunaan internet sebagai media
penelusuran BH dirasakan sangat efisien (bisa
download), tanpa batas, 24 hours online,
interaktif dan hyperlink;
• Manfaatkan search engine yang tersedia:
www.yahoo.comyang tersedia:
www.yahoo.com , www.google.comyang
tersedia: www.yahoo.com ,
www.google.com , www.hukumonline.com
dll.
• Gunakan kata kunci (key word), anda akan
Penelusuran BH melalui Internet
(Online Legal Research)
1. Casemaker : public.casemakerlegal.net ($50 US/month/user.
Sources: US State Cases/Statutes etc. (Android, Web, IOS)
2. Casetext : www.casetext.com ($65 US/month/user).
Sources: US State Cases/Statutes etc.) (Web).
3. Fastcase: www.fastcase.com ($56 US/month/user). Sources:
US State Cases/Statutes, Secondary Data etc. (Android, IOS).
4. Google Scholar: www.scholar.google.com (Free) Sources: All
Nation), (Web).
5. Eur-Lex: www.eur-lex.europa.eu (free), Sources: European
Law.
6. Asian Online Legal research:
https://libguides.bodleian.ox.ac.uk/law-asian (free).
Sources: Asian Law.
Status Penggunaan Bahan Hukum
yang di down load melalui internet
Dengan syarat bahwa sumbernya harus
disebutkan atau dicantumkan, tidak dianggap
sebagai pelanggaran Hak Cipta:
“Penggunaan ciptaan pihak lain untuk
kepentingan pendidikan, penelitian, penulisa
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan
kritis atau tinjauan suatu masalah dengan
tidak mengurangi kepentinga yang wajar dari
pencipta” (pasal 15 (a) UU No.19 Tahun 2002
tentang Hak Cipta)
Contoh cara penulisan
sumber dari internet
• Bruijn, A.R. “De Notariele Akte Als
Executoriale Titel”. Amsterdam : Stichting tot
Bevordering der Notariële Wetenschap. 2012.
http://www.leidenuniv.nl (Diakses 18 March
2014).
• Ikhsan, edy. “Pekerja Anak di Perkebunan
Tebu”. Medan, LAAI-ACILS. 2000.
http://www.worldcat.org/title/pekerja-anak-di
-perkebunan-tebu/oclc/062728032
(Diakses 18 March 2014).
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai