Hukum Perusahaan
Disusun oleh Mahmul Siregar
Materi
I. Pengantar Hukum Perusahaan
II. Perusahaan Tidak Berbadan Hukum
III. Perusahaan Berbadan Hukum
IV. Perusahaan Penanaman Modal
V. Restrukturisasi Perusahaan
VI. Merger, Konsolidasi, Akuisisi dan Spin off
I.
Pengantar Hukum Perusahaan
Pengertian, unsur-unsur dan bentuk perusahaan
1 PENGERTIAN PERUSAHAAN
Didirikan, bertempat
Menjalan kegiatan
kedudukan dan melakukan ❺
❷ usaha
kegiatan usaha di Indonesia
Setiap bentuk perusahaan memiliki aspek hukum yang berbeda, sehingga untuk
menguasai hukum perusahaan harus mempelajari seluruh aspek hukumnya
II.
Perusahaan Tidak Berbadan Hukum
Pengertian, karakter badan hukum, CV, Firma, dll
Ciri-Ciri Perusahaan Tidak Berbadan Hukum
PENGERTIAN
persekutuan yang didirikan oleh satu atau lebih sekutu
komanditer dengan satu atau lebih sekutu komplementer,
untuk menjalankan usaha secara terus menerus
SUMBER HUKUM
KItab Undang-Undang Hukum Dagang, KUH Perdata,
Permenkumham No. 17 Tahun 2018, Akte Pendirian
PENDIRIAN CV
Akte Pendirian
Para pendiri CV menandatangani Akte
Pendirian CV (Akte Notaris)
Pendaftaran CV
• Permenkumham No. 17 Tahun 2018
• Diajukan ke Menkumham melalui SABH
Izin Operasional
Melalui Online Single Submission
Vennotschap onder Firma (Persekutuan Firma)
Akte Pendirian
Para pendiri menandatangani Akte
Pendirian Firma
Pendaftaran Firma
• Permenkumham No. 17 Tahun 2018
• Diajukan ke Menkumham melalui SABH
Izin Operasional
Melalui Online Single Submission
Persekutuan Perdata
Pengurus : • pengurus yang ditunjuk oleh semua mitra berhak melakukan semua pengurusan
kepentingan maatschap dengan itikad baik
• Jika tidak ada pengaturan khusus tentang pengurus, maka semua mitra/sekutu dipandang
secara timbal balik telah memberikan kuasa untuk bertindak atas nama sekutu dan
maatschap
Tangggungjawab : • Tanpa ada kuasa khusus atau persetujuan dari mitra/ sekutu, maka pihak ketiga tidak dapat
meminta pertanggugjawaban kepada mitra secara keseluruhan
• Pengecualian Pasal 1644 KUH Perdata, dalam hal tindakan salah satu mitra tersebut
menguntungkan maatschap secara keseluruhan, maka semua mitra dapat dimintai
pertanggungjawaban
Subjek hukum
Diakui sebagai subjek hukum karenanya
merupakan pendukung hak dan
subjek kewajiban dihadapan hukum
hukum
Mandiri
Memiliki kemandirian secara hukum, memiliki
kekayaan terpisah, terpisah dari pemiliknya,
mandiri memiliki pengurus yang bertindak untuk dan
legal
personality atas namanya
19
Fiduciary Duties
Pengertian Unsur-Unsur PT
§ Perseroan Terbatas, yang selanjutnya § badan hukum
disebut Perseroan, adalah badan § persekutuan modal,
hukum yang merupakan persekutuan § didirikan berdasarkan perjanjian,
modal, didirikan berdasarkan perjanjian,
melakukan kegiatan usaha dengan § melakukan kegiatan usaha
modal dasar yang seluruhnya terbagi § modal dasar yang seluruhnya
dalam saham dan memenuhi terbagi dalam saham
persyaratan yang ditetapkan dalam § memenuhi persyaratan yang
Undang-Undang ini serta peraturan ditetapkan dalam Undang-
pelaksanaannya. Undang ini serta peraturan
pelaksanaannya.
2
Bentuk-Bentuk PT
PT. Persero
Berdasarkan
PT. Perseroda
Pemiliknya
PT. PMA
PT. Swasta
PT. PMDN
PT. Tertutup
Perseroan
Berdasarkan
Terbatas Jumlah Pemegang Emiten
Sahamnya
PT. Terbuka
Perusahaan
Publik
Perseroan Tunggal
Berdasarkan
Struktur
Menejemennya
Perusahaan Grup
Perusahaan Perseroan (PT. PERSERO)
PENGERTIAN : BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang
seluruh atau paling sedikit 51 % (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara
Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan.
ORGAN DAN • Sama dengan organ PT. yakni terdiri dari RUPS, Dewan Komisaris dan Direksi
• Pengaturan secara umum tunduk pada UU PT kecuali diatur secara khusus dalam
PENGATURAN perundang-undangan bidang pasar modal
REGULASI DAN • Diatur dan diawasi secara khusus oleh Otoritas Jasa Keuangan
PENGAWASAN
3
Organ Perseroan Terbatas
Direksi
pengurusan serta bertindak untuk dan atas nama PT baik di dalam
maupun diluar pengadilan
• diangkat dan diberhentikan oleh RUPS
4
Dasar Hukum
(1) Modal dasar Perseroan paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah).
(3) Perubahan besarnya modal dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
§ Pasal 33
1) Paling sedikit 25% (dua puluh lima persen) dari modal dasar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 harus ditempatkan
dan disetor penuh.
§ Dalam hal Direksi terdiri atas 2 (dua) anggota Direksi atau lebih,
pembagian tugas dan wewenang pengurusan di antara anggota
Direksi ditetapkan berdasarkan keputusan RUPS.
• Pengawasan
– Dewan Komisaris melakukan pengawasan atas kebijakan
pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai
Perseroan maupun usaha Perseroan, dan memberi nasihat kepada
Direksi.
– Pengawasan dan pemberian nasihat dilakukan untuk kepentingan
Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan.
– Dewan Komisaris yang terdiri atas lebih dari 1 (satu) orang anggota
merupakan majelis dan setiap anggota Dewan Komisaris tidak dapat
bertindak sendiri-sendiri, melainkan berdasarkan keputusan Dewan
Komisaris.
CORPORATE VEIL
ISSUES:
The issue was whether, regardless of the separate legal identity of a company, a shareholder/controller could be held liable for its debt,
over and above the capital contribution, so as to expose such member to unlimited personal liability.
JUDGMENT:
• The Court of Appeal, declaring the company to be a myth, reasoned that Salomon had incorporated the company contrary to the true
intent of the then Companies Act, 1862, and that the latter had conducted the business as an agent of Salomon, who should,
therefore, be responsible for the debt incurred in the course of such agency.
• The House of Lords, however, upon appeal, reversed the above ruling, and unanimously held that, as the company was duly
incorporated, it is an independent person with its rights and liabilities appropriate to itself, and that “the motives of those who took
part in the promotion of the company are absolutely irrelevant in discussing what those rights and liabilities are”. Thus, the legal
fiction of “corporate veil” between the company and its owners/controllers was firmly created by the Salomon case.
Walkovsky vs. Carlton
FACTS:
• Defendant was a shareholder in ten separate corporations wherein each corporation has two cabs registered in its
name.
• A single shareholder for multiple corporations is a common practice for the cab industry.
• A cab from one of Defendant’s corporations hit Plaintiff, and Plaintiff brought this cause of action to recover.
• Each cab has only $10,000 worth of insurance coverage, which is the statutory minimum.
• Plaintiff contends that Defendant was fraudulently holding out the corporations as separate entities when they actually
work as one large corporation.
ISSUES:
The issue is whether Defendant can be held personally liable for the injuries suffered by Plaintiff.
JUDGMENT:
The Plaintiff did not state a correct cause of action to recover from Defendant. Defendant would be held liable under the
respondeat superior doctrine if he controlled the corporation for his personal benefit at the expense of the corporations
benefit. Plaintiff did not offer proof to make that claim, and instead offered proof that the ten corporations operated as
one large corporation. The fact that the corporations may have been one large corporation, however, does not prove that
Defendant was controlling the corporations for his own behalf.
Dissenting Opinion:
The dissent argued that the corporations were undercapitalized and the corporate entity was clearly used to simply
escape liability. Although Defendant carried the statutory minimum amount of insurance, the intent of the legislature was
not to use the insurance coverage as a means for justifying Defendant’s use of corporate entities.
Jones vs. Lipman
FACTS:
• Lipman agreed to sell a property to Jones for £5,250
• Lipman changed his mind. He then formed his own company, which had £100 in capital, and
made himself the director and owner.
• He then transferred the land, which he had agreed to sell to Jones, to this sham company for
£3,000.
• $1,554.00 of the £3,000.00 was borrowed by the company from a bank and the rest
remaining owing to Lipman.
• Jones applied for specific performance to be carried out against the vendor and the vendor’s
company for the transfer of the property in question.
ISSUES:
Was Lipman’s company an attempt to avoid a pre-existing legal obligation?
JUDGMENT:
The English High Court held that the company was a sham or facade which Lipman intended to
use to evade a pre-existing obligation.
“The defendant company is the creature of the first defendant, a device and a sham, a mask
which he holds before his face in an attempt to avoid recognition by the eye of equity.”
Gilford Motors vs. Horne
FACTS:
• Mr EB Horne was formerly a managing director of the Gilford Motor Co. Ltd.
• His employment contract stipulated (clause 9) not to solicit customers of the company if he were to leave employment
of Gilford Motor Co.
• Mr. Horne was fired, thereafter he set up his own business and undercut Gilford Motor Co's prices. He received legal
advice saying that he was probably acting in breach of contract.
• He set up a company, JM Horne & Co Ltd, in which his wife and a friend called Mr Howard were the sole shareholders
and directors. They took over Horne’s business and continued it. Mr. Horne sent out fliers saying,
“Spares and service for all models of Gilford vehicles. 170 Hornsey Lane, Highgate, N. 6. Opposite Crouch End Lane...
No connection with any other firm”
• The company had no such agreement with Gilford Motor about not competing, however Gilford Motor brought an
action alleging that the company was used as an instrument of fraud to conceal Mr Horne's illegitimate actions.
ISSUES:
Had Horne violated his non-compete clause by setting up his competing company?
JUDGMENT:
• The English Court of Appeal held that the company was set up to evade Horne’s contractual obligations.
• The Court “pierced the corporate veil” and ordered an injunction against Horne.
• Courts can “pierce the corporate veil” if a company is simply a mere device to evade legal obligations, though this is
only in limited and discrete circumstances.
• The existence of fraud, wrongdoing,
or injustice to third parties.
• Failure to maintain the separate
PIERCING identities of the companies.
THE • Failure to maintain separate
identities of the company and its
CORPORATE owners or shareholders.
VEIL • Failure to adequately capitalize the
company.
• Failure to follow corporate
formalities
Tanggungjawab Pemegang Saham
• Sesuai dengan doktrin seperate legal entity, maka
tanggungjawab pemegang saham adalah sebesar
modal yang disetorkannya kedalam perusahaan
• RUPS kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sah dan berhak
mengambil keputusan jika dalam rapat paling sedikit 2/3 (dua pertiga)
bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir atau diwakili
dalam RUPS dan keputusan adalah sah jika disetujui oleh paling sedikit 3/4
(tiga perempat) bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan, kecuali
anggaran dasar menentukan kuorum kehadiran dan/atau ketentuan tentang
persyaratan pengambilan keputusan RUPS yang lebih besar.
• Dalam hal kuorum RUPS kedua tidak tercapai, Perseroan dapat memohon kepada
ketua pengadilan negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan
Perseroan atas permohonan Perseroan agar ditetapkan kuorum untuk RUPS ketiga.
• Penetapan ketua pengadilan negeri mengenai kuorum RUPS bersifat final dan
mempunyai kekuatan hukum tetap.
• Pemanggilan RUPS kedua dan ketiga dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 7
(tujuh) hari sebelum RUPS kedua atau ketiga dilangsungkan.
• RUPS kedua dan ketiga dilangsungkan dalam jangka waktu paling cepat 10 (sepuluh)
hari dan paling lambat 21 (dua puluh satu) hari setelah RUPS yang mendahuluinya
dilangsungkan.
• Pasal 146
(1) Pengadilan negeri dapat membubarkan Perseroan atas:
a. permohonan kejaksaan berdasarkan alasan Perseroan melanggar
kepentingan umum atau Perseroan melakukan perbuatan yang
melanggar peraturan perundang-undangan;
b. permohonan pihak yang berkepentingan berdasarkan alasan adanya
cacat hukum dalam akta pendirian;
c. permohonan pemegang saham, Direksi atau Dewan Komisaris
berdasarkan alasan Perseroan tidak mungkin untuk dilanjutkan.
• Dalam hal pembubaran terjadi berdasarkan keputusan RUPS, jangka waktu berdirinya yang
ditetapkan dalam anggaran dasar telah berakhir atau dengan dicabutnya kepailitan
berdasarkan keputusan pengadilan niaga dan RUPS tidak menunjuk likuidator, Direksi
bertindak selaku likuidator.
• Dalam hal pembubaran Perseroan terjadi dengan dicabutnya kepailitan, pengadilan niaga
sekaligus memutuskan pemberhentian kurator dengan memperhatikan ketentuan dalam
Undang-Undang tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
• Pasal 147
(1) Dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal pembubaran
Perseroan, likuidator wajib memberitahukan:
a. kepada semua kreditor mengenai pembubaran Perseroan dengan cara mengumumkan pembubaran Perseroan dalam
Surat Kabar dan Berita Negara Republik Indonesia; dan
b. pembubaran Perseroan kepada Menteri untuk dicatat dalam daftar Perseroan bahwa Perseroan dalam likuidasi.
(2) Pemberitahuan kepada kreditor dalam Surat Kabar dan Berita Negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a memuat:
a. pembubaran Perseroan dan dasar hukumnya;
b. nama dan alamat likuidator;
c. tata cara pengajuan tagihan; dan
d. jangka waktu pengajuan tagihan.
(3) Jangka waktu pengajuan tagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d adalah 60 (enam
puluh) hari terhitung sejak tanggal pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
• Pasal 147
(4) Pemberitahuan kepada Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b wajib dilengkapi
dengan bukti:
a. dasar hukum pembubaran Perseroan; dan
b. pemberitahuan kepada kreditor dalam Surat Kabar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf
• Pasal 148
(1) Dalam hal pemberitahuan kepada kreditor dan Menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal
147 belum dilakukan, pembubaran Perseroan tidak berlaku bagi pihak ketiga.
(2) Dalam hal likuidator lalai melakukan pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
likuidator secara tanggung renteng dengan Perseroan bertanggung jawab atas kerugian yang
diderita pihak ketiga.
• Dalam hal likuidator memperkirakan bahwa utang Perseroan lebih besar
daripada kekayaan Perseroan, likuidator wajib mengajukan permohonan
pailit Perseroan, kecuali peraturan perundang-undangan menentukan lain,
dan semua kreditor yang diketahui identitas dan alamatnya, menyetujui
pemberesan dilakukan di luar kepailitan.
• Kreditor dapat mengajukan keberatan atas rencana pembagian kekayaan
hasil likuidasi dalam jangka waktu paling lambat 60 (enam) puluh hari
terhitung sejak tanggal pengumuman dalam Surat Kabar dan Berita Negara
Republik Indonesia mengenai rencana pembagian kekayaan hasil likuidasi;
RUPS Menteri
Direksi Direksi
Pendirian
• Setiap penyertaan modal negara dalam rangka
pendirian BUMN atau perseroan terbatas yang
dananya berasal dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.
• Setiap perubahan penyertaan modal negara
baik berupa penambahan maupun
pengurangan, termasuk perubahan struktur
kepemilikan negara atas saham Persero atau
perseroan terbatas, ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.
Koperasi
KOPERASI
Peraturan pelaksana
IV.
Perusahaan Penanaman Modal
Pengertian, PMA dan PMDN
JENIS PERUSAHAAN PENANAMAN MODAL
Badan Hukum
Perusahaan Usaha
PMDN Perseorangan
Bukan Badan
Perusahaan Hukum
Penanaman Modal
Perseroan
Terbatas
Perusahaan
PMA Bentuk lain
berdasarkan UU
yang mengatur
secara khusus
PERUSAHAAN PMDN
• Penanaman Modal Dalam Negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan
usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh Penanam Modal Dalam
Negeri dengan menggunakan modal Dalam Negeri.
• Dapat berbentuk bukan badan hukum, seperti Firma, CV, usaha perserorangan, dll
• Untuk perusahaan yang berbentuk PT, dilakukan sesuai ketentuan UU No. 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas
• Menggunakan modal asing sepenuhnya (100%) atau disebut sebagai fully owned
enterprise atau berpatungan dengan modal dalam negeri (joint venture
company).
• Izin Usaha dan Izin Komersial melalui Lembaga OSS (Online Single Submission)
Nonperizinan
• segala bentuk kemudahan pelayanan dan informasi mengenai
Penanaman Modal, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
1. Penanaman Modal terkait dengan sumber daya alam yang tidak terbarukan dengan tingkat risiko kerusakan
lingkungan yang tinggi;
2. Penanaman Modal pada bidang industri yang merupakan prioritas tinggi pada skala nasional;
3. Penanaman Modal yang terkait pada fungsi pemersatu dan penghubung antar wilayah atau ruang lingkupnya
lintas provinsi;
4. Penanaman Modal yang terkait pada pelaksanaan strategi pertahanan dan keamanan nasional;
5. Penanaman Modal Asing dan Penanam Modal yang menggunakan modal asing, yang berasal dari Pemerintah
negara lain, yang didasarkan perjanjian yang dibuat oleh Pemerintah Pusat dan pemerintah negara lain; dan
6. bidang Penanaman Modal lain yang menjadi urusan Pemerintah Pusat menurut peraturan perundang-
undangan.
KEWENANGAN PENYELENGGARAAN
Kewenangan Delegasi
BPMPTSP Kewenangan
Pemerintah
PROVINSI
Provinsi Gubernur
Kewenangan Delegasi
BPMPTSP
Pemerintah Kewenangan
Kab/Kota KAB/KOTA
Bupati/Walikota
Delegasi Kewenangan
PTSP KPBPB Menteri/Kepala
LPNK/Gubernur/Bupati/Walikota
Delegasi Kewenangan
PTSP KEK Menteri/Kepala
LPNK/Gubernur/Bupati/Walikota
• Saat ini diatur dalam Perpres No. 44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha yang
Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan dalam Bidang
Penanaman Modal.
• Daftar bidang usaha yang dapat dilakukan oleh perusahaan PMA patungan saat ini
diatur dalam Perpres No. 44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup
dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan dalam Bidang Penanaman Modal
(saat ini dalam proses perubahan).
• Penentuan bidang usaha juga merujuk pada KBLI (Klasifikasi Baku Lapangan Usaha di
Indonesia dan peraturan perundang-undangan sektoral
• Lihat Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Republik Indonesia Nomor 95 Tahun 2015 Tentang
Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia
Bidang Usaha
• Pada PT PMA tidak berlaku ketentuan jumlah minimum modal setor
sebagaimana diatur dalam UUPT
• Dalam Perka BKPM No. 15 Tahun 2015 ditegaskan bahwa perusahaan PMA
dapat mengajukan Izin Usaha dengan total nilai realisasi investasi lebih
besar dari Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) diluar nilai investasi
tanah dan bangunan (Pasal 13 ayat (6) dan (7))
• Prinsipnya hanya jabatan yang belum dapat diduduki oleh WNI yang dapat diduduki
oleh ekspatriat.
• Wajib adanya tenaga kerja pendamping untuk ekspatriat dan membayar iuran
pembinaan ketenagakerjaan (USD 1200)
Alih Teknologi
• Diatur berdasarkan kesepakatan para pihak dalam JVA
Penyelesaian Sengketa
• Menerapkan GCG
• Melaksanakan CSR
• Membuat LKPM (laporan kegiatan penanaman
modal)
• Menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar
perusahaan
Kewajiban PMA
V.
Restrukturisasi Perusahaan
Pengertian, bentuk-bentuk dan proses
Bentuk-Bentuk Restrukturisasi Perusahaan
• Restrukturisasi Keuangan/ Modal
– Restrukturisasi Utang
– Debt Equity Swap
– Spin off, Sell off, liquidation
– Private Placement, management buy out
– Go publik (IPO)
– Privatisasi (BUMN)
• Restrukturisasi Aset
– Penjualan Aset
– Pemanfaatan Aset
• Sewa
• BOT
• BTO
• Kerjasama Usaha, dll
• Restrukturisasi Organisasi
– Perampingan organisasi
– Pergantian direksi, Dekom
ASPEK PENTING YANG HARUS DIPERHATIKAN
S
Legal and procedural issues
T
R
Taxation and Stamp duty aspects A
T
Accounting aspects E
G
Competition aspects I
PT. A
Menambah
keterampilan Pertimbangan Meningkatkan
manajemen atau pajak likuiditas pemilik
teknologi
Melindungi diri
dari
pengambilalihan
KERANGKA HUKUM MERGER
Aspek prosedural
(2). Ketentuan tentang penetapan nilai aset dan atau nilai penjualan
serta tata cara pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Aspek Hukum Persaingan Usaha
Perusahaan A
Perusahaan C
Salah satu akibat merger terkonsolidasinya pasar para peserta merger. Market power pasca
merger menjadi lebih besar. Market power yang besar dapat mempengaruhi out put dan harga
sehingga kemungkinan bisa terjadi praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat .
Oleh karena, hukum mengatur agar merger tidak dipergunakan untuk melakukan Praktek
monopoli dan persaingan usaha tidak sehat
PP No. 57 Tahun 2010
Pasal 5
Penggabungan Badan Usaha, Peleburan Badan Usaha, atau Pengambilalihan saham
perusahaan lain yang berakibat nilai aset dan/atau nilai penjualannya melebihi
jumlah tertentu wajib diberitahukan secara tertulis kepada Komisi paling lama
30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal telah berlaku efektif secara yuridis Penggabungan
Badan Usaha, Peleburan Badan Usaha, atau Pengambilalihan saham perusahaan.
minority protection
RUPS Independent dalam transaksi benturan kepentingan
(silent majority)
PERLINDUNGAN KEPENTINGAN KREDITUR
menyetujui merger
PERLINDUNGAN HAK PEKERJA
Transfer aktiva dalam suatu merger juga akan menambah kekayaan dari
perusahaan yang menerima merger, sehingga melahirkan kewajiban
pembayaran pajak penghasilan
Konsolidasi/ Amalgamasi
(Peleburan)
PELEBURAN
Aspek prosedural
(2). Ketentuan tentang penetapan nilai aset dan atau nilai penjualan
serta tata cara pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Aspek Hukum Persaingan Usaha
Perusahaan A
Perusahaan C
Salah satu akibat merger terkonsolidasinya pasar para peserta merger. Market power pasca
merger menjadi lebih besar. Market power yang besar dapat mempengaruhi out put dan harga
sehingga kemungkinan bisa terjadi praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat .
Oleh karena, hukum mengatur agar merger tidak dipergunakan untuk melakukan Praktek
monopoli dan persaingan usaha tidak sehat
PP No. 57 Tahun 2010
Pasal 5
Penggabungan Badan Usaha, Peleburan Badan Usaha, atau Pengambilalihan saham
perusahaan lain yang berakibat nilai aset dan/atau nilai penjualannya melebihi
jumlah tertentu wajib diberitahukan secara tertulis kepada Komisi paling lama
30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal telah berlaku efektif secara yuridis Penggabungan
Badan Usaha, Peleburan Badan Usaha, atau Pengambilalihan saham perusahaan.
Hak-hak tenaga kerja harus dilindungi dalam proses merger, termasuk apabila
merger mengakibatkan terjadinya PHK
Aspek hukum pajak
Co. A Co. A
BEFORE AFTER
Bentuk Demerger/Pemisahan
Shareholder of Shareholder of
Company A Company A
Company Company
A A
C D E C D E
Subsidiary Company A
Bentuk Demerger/Pemisahan
Co. A Co. B
C D E F
New Company
Operation of Company A
C D E F
Operation of Company B
UU PT tentang Pemisahan
Pengertian
1. Pemisahan Murni
mengakibatkan seluruh aktiva dan pasiva Perseroan beralih karena hukum kepada 2 (dua)
Perseroan lain atau lebih yang menerima peralihan dan Perseroan yang melakukan
Pemisahan tersebut berakhir karena hukum.
TATA CARA