Anda di halaman 1dari 39

PENELITIAN HK

NORMATIF (DOKTRINAL)

Prof., Dr. Mohammad Jamin, SH.,MHum.,C.M.C.


E-mail : mohjamin@staff.uns.ac.id;
nimajhom@gmail.com

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2024
q Pengertian Ilmu Hukum dan Penelitian
Hukum (Normatif)
q Isu Hukum dalam Penelitian Hukum
q Pendekatan Dlm Penelitian Hukum
q Sumber2 Penelitian Hukum
q Langkah2 Penelitian Hukum
Peter Mahmud Marzuki

• Sebagai ilmu normatif, ilmu hukum mempunyai cara


kerja yang khas (Sui Generis).
• Semua penelitian hukum adalah peneltian normatif /
doktrinal
• PH dilakukan untuk mencari pemecahan atas isu
hukum yang timbul. Oleh karena itu, penelitian hukum
merupakan suatu penelitian di dalam kerangka know-
how di dalam hukum. Hasil yang dicapai adalah untuk
memberikan preskripsi dalam menyelesaikan
masalah yang dihadapi.
• “Penelitian hukum adalah : suatu proses untuk
menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum,
maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu
hukum yang dihadapi”.
Jurisprudence è Ilmu Pengetahuan Hukum

Preskriptif Ius, Recht è hukum


Apa yang seyogyanya dilakukan/tidak dilakukan dalam mencapai
keadilan
è Tujuan hukum, nilai2 keadilan, konsep hukum, norma hukum

Terapan Lex, wet è UU


Aturan perilaku yang ditujukan untuk menciptakan ketertiban
masyarakat
è Standar Prosedur, ketentuan2, rambu2 aturan hukum
Jan Gissels dan Mark van Hoecke

Filsafat Hukum
Abstrak, asas

Teori Hukum
Konsep

Sifat keilmuan Ilmu


Konkret, Praktis Hukum
Dogmatik
Hukum
Proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip2 hukum
maupun doktrin2 hukum untuk menjawab isu hukum yang di
hadapi (Peter Mahmud Marzuki).

q Menghasilkan argumentasi
Sbg preskripsi
q Menghasilkan teori/konsep baru

Jawaban: Right, Appropriate, inappropriate, wrong


Penelitian Hukum untuk keperluan praktis
Dilakukan bagi kepentingan klien dan praktisi hukum
è Pendapat hukum

Penelitian Hukum untuk keperluan akademis


Dilakukan bagi dunia akademis dan pembuat Undang2
è skripsi, thesis, disertasi, Naskah Akademik RUU

LOGIKA/PENALARAN HUKUM
INTERPRETASI
POSISI YG SENTRAL DALAM PENELITIAN HUKUM
è Salah dalam mengidentifikasi isu hukum è salah dalam
mencari jawaban isu tersebut è salah dalam melahirkan
argumentasi è salah dalam memecahkan masalah

vISU HUKUM TIMBUL è Muncul karena adanya dua


proposisi hukum yang mempunyai hubungan yang bersifat
fungsional, kausalitas, yang satu menegaskan yang lain.
Ex:
1. Wanita usia kawin (blm menikah) hamil diluar pernikahan
è datang ke pengacara minta bantuan hukum untuk
menggugat…?
2. Laki2 datang ke pengacara mengadukan majikan istrinya
menyebabkan istrinya meninggal melakukan bunuh diri.
Majikan sering memarahi, memaki-maki istrinya yang
menyebabkan istrinya mengambil sikap bunuh diri….?
Rumusan ISU HUKUM

• Ketentuan • Harus • Harus


Hukum Yg Mengandung Menyangkut
Relevan Dgn Konsep Asas
Fakta yang Hukum Hukum &
Dihadapi basic norm

Dogmatik Teori Filosofis


1. Penafsiran yg berbeda thd teks
Filsafat Hukum
peraturan karena ketidakjelasan
(kekaburan).
Teori Hukum 2. Terjadi kekosongan hukum
3. Perbedaan penafsiran atas fakta

Dogmatik
Hukum Aspek praktis ilmu hukum
Ex:
1. Dapat tidaknya suatu perjanj yg dibuat direktur CV (18
th) dimintakan pembatalan…?
2. Dapatkah perush yg gagal membayar utang pd bank
BUMN dianggap melak T.P. Korupsi…?
KONSEP HUKUM
è Suatu gagasan yg dpt direalisasikan dalam kerangka
berjalannya aktivitas hidup di masy secara tertib
(pertaggungjawaban pidana, keadilan, kekuasaan, dll)

Ex:
1. Isu hukum ttg penayangan sinetron yg mengambil bacground sama
persis berita di salah satu stasiun TV…?
Perlukah ijin dan membayar royalti…?
Apakah berlaku fair dealing dalam bidang hukum HKI…?
Berkaitan dg asas hukum
è Sangat penting bagi dunia akademis, pembuatan UU dan praktik
peradilan.
Fungsi asas:
1. Pembentukan hukum è memberi landasan scr garis besar ttg
ketentuan yg perlu dituangkan dalam peraturan
2. Penerapan hukum è membantu penafsiran dan penemuan hukum serta
analogi
3. Pengembangan ilmu è berguna krn dalam asas hukum dapat
ditunjukkan berbagai aturan hukum pada tingkat lebih tinggi sebenarnya
merupakan suatu kesatuan
EX:
BATAS-BATAS KEBEBASAN HAKIM
èMengapa hakim perlu mempunyai suatu diskresi…?
1. Pandangan2 yg mendukung (Pandangan legisme) è mencari
pandangan2 yang menentang. è yurisprudensi, pemahaman
teori, pemikiran filosofis “posisi hakim dalam penerapan hk”
2. Batas-batas diskresi hakim è filsafat yg berkembang dari
masa ke masa
3. Peneliti harus mencari è Makna kebebasan yang dimiliki
oleh hakim
Fungsi...? Nilai Ilmiah
1. Pendekatan Perundang-undangan Ratio legis + Dasar ontologis

2. Pendekatan Kasus Ratio decidendi/reasoning

3. Pendekatan Historis Filosofis + Pola pikir

4. Pendekatan Komparasi Persamaan & Perbedaan

5. Pendekatan Konseptual Doktrin, Konsep, Prinsip hk


Pendekatan Penelitian Hukum Normatif
(irwansyah, 2021:152-158)

6. Pendekatan Analitis (Analytical Approach) : menelaah


pengertian, asas, kaidah, sistem dan konsep yuridis.
7. Pendekatan Filsafat (Philosophical Approach) : menelaah
hukuim sebagai bagian nilai2 filosofis dan cita2 luhur
masyarakat.
8. Pendekatan Konstitusional (Constitutional Apprach) :
menelaah perkembangan sistem hukum negara melalui telah
konstitusi.
9. Pendekatan Teori (Theoritical Approach) : menelaah teori
hukum sebagai meta teori dari dogmatic hukum.
10.Pendekatan Interpetrasi (Interprattion Approach) : menelaah
hukum yang mengalamai kekosongan, atau kuran jelas.
Digunakan utk penel level Per-UU-an adl peraturan
Dogmatik hukum. tertulis yang dbentuk
lembaga negara atau
pejabat yang berwenang
Tidak digunakan untuk : dan berlaku secara umum

è Penelitian Hukum Adat


è Penel level teori atau Beschikking atau decree
filsafat hukum jika yang bersifat konkreet dan
belum ada undang- khusus tdk dapat
undang yang dapat dugunakan dalam statute
approach.
menjadi referensi.
Pendekatan dg menggunakan Pemahaman atas hierarkhi
legislasi dan regulasi dan asas-asas Per-UU-an

Penelt u/ Kegiatan Akademis


èUU No 12 TAHUN 2011 (PPUU)
èBukan hny bentuk è materi muatan è Lex superior derogat legi inferiori
è Dasar ontologis (lahirnya UU); è Lex specialis derogat legi generali
Landasan filosofis (lt belakang
mengapa UU diperlukan) è Pelajari è lex posterior derogat legi priori
Naskah Akademis dan Risalah
Pembahasan Peneliti hukum adl Juris, bukan
è Ratio legis : alasan mengapa ada pengamat shgg tdk pada posisi netral,
ketentuan itu è Interpretasi kritis thp obyek telaahnya à
Preskriptif.
Interpretasi
(utk menjawab ratio legis ktt UU)
• Berdasarkan kata-kata undang-undang
(harfiah/literal atau plain meaning);
• Berdasrkan kehendak pembentuk UU;
• Interpretasi sistematis (melihat hubungan di
antara aturan dalam satu UU yg saling
bergantung);
• Interpretasi historis à a. wet historische
interpretatie : sejarah pembentukan UU; b
rechtshistorische interpretatie : pelacakan
sejarah lembaga hukum dari waktu ke waktu.
Interpretasi
(utk menjawab ratio legis ktt UU)
• Interpretasi teleologis à (tujuan UU dan untuk
apa UU dibuat)
• Interpretasi antisipatorisà UU yang belum
berlaku dianggap berlaku asal menguntungkan
amsyarakat;
• Interpretasi modern à Mc Leod :
menitikberatkan pada makna kata-kata dalam
konteks tempat digunakannya kata-kata tsb.;
• Interpretasi autentik à Penjelasan dlm UU
(preambule, pasal-pasal atau penjelasan
umum).
Melakukan telaah thd kasus-kasus yg berkaitan dg isu yg
dihadapi yg telah mnjd putusan pengadilan berkekuatan hk
tetap

• Pendekatan kasus tdk sama demngan studi kasus (case


study).
• Case approach beberapa kasus ditelaah untuk referensi
bagi satu isu hukum.
• Case study suatu studi terhadap aksus tertentu dari
berbagai aspek hukum (misal kasus AT yang diputus bebas
oleh MA (12/2/2004) dilihat dari aspek Hk Pidana, Hk
Adminstrasi dan HTN)
RATIO DECIDENDI/REASONING
è Pertimbangan pengadilan
è Alasan hukum yg digunakan hakim utk sampai pd
putusannya dengan melihat FAKTA MATERIIL
è Mengapa Fakta materiil…? Krn hakim dan para pihak akan
mencari aturan yang tepat untuk diterpakan kpd fakta
materiil.
è Ratio decidendi ini yg menunjukkan ilmu hukum bersifat
presktiptif bukan deskriptif.
è Ratio decidendi di Indonesia (civil law system) dapat
dilihat pada konsiderans “Menimbang” pada “Pokok
Perkara”.
§ Menelaah latar belakang apa yg dipelajari dan perkembangan
pengaturan isu yg dihadapi
§ Pelacakan sejarah lembaga hukum dari waktu ke waktu (misal
soal otonomi, kebebasan berkontrak dsb)

Tujuan

• Memahami filosofi dr aturan hukum dari waktu ke waktu


• Memahami perubahan dan perkembangan pola pikir
• Mengadakan studi perbandingan à Persamaan&Perbedaan
• Menilai dan membanding : aturan hukum, putusan pengadilan,
aturan hukum berlaku kini dan masa lalu (sinkronik atau
diakronik)

Menurut GUTTERIDGE :
èPerbandingan Hk yg bersifat deskriptif à utk mendapat
informasi
èPerbandingan hukum terapan à utk sasaran tertentu (misal :
menciptakan kesergaman Hukum Dagang)
• Peneliti tdk beranjak dari aturan hukum à Beranjak dr
pandangan2, doktrin2 dlm ilmu hukum, pendapat expert ,
prinsip2 hk, atau putusan2 pengadilan à membangun
argumentasi
• Blm ada aturan hk untk masalah yg dihadapi à shg hrs
membangun konsep untuk dijadikan acuan

Menemukan ide à Yg melahirkan pengertian2 hk,


konsep2 hk dan asas2 yg relevan dg mslh yg dihadapi
è Bahan yg digunakan utk memecahkan isu hk &
memberikan preskripsi;
è Menurut Peter M. Marzuki : Penelitian hukum tidak
mengenal adanya data, adanya Bahan Hukum.

Soerjono Soekanto

Ø Semua penelitian bersumber pada data.


ØData ada 2 jenis : Data Primer dan Data Sekunder
Dari Sumbernya

Sekunder
Primer

Diperoleh dari bahan Diperoleh langsung dari


pustaka (sumber ke dua) sumber pertama

Keterangan, informasi atau Ciri data Sekunder:


pengetahuan yang secara tidak • Dapat segera digunakan
langsung diperoleh melalui
studi kepustakaan, bahan- • Bentuk dan isi telah diisi dan
dibentuk peneliti terdahulu
bahan dokumenter, tulisan
ilmiah dan sumber-sumber • Tak terbatas waktu dan tempat
tertulis lainnya.
Jenis Data Sekunder

Bersifat Pribadi Bersifat Publik

• Berbentuk • Berbentuk arsip


Dokumen Resmi
pribadi(Surat,
buku harian) • Lainnya yang
dipublikasikan.
• Data pribadi Misalnya
yurisprudensi MA

Data Sekunder tidak sama dengan bahan hukum


sekunder. Bahan hukum sekunder merupakan
bagian dari sumber data sekunder.
SUMBER DATA

Sumber Data Primer Sumber Data Sekunder


Sumber data yang diperoleh Pendapat para ahli, dokumen-
secara langsung dari responden dokumen, tulisan-tulisan dalam
/ informan (di lapangan) buku ilmiah, dan literatur-
literatur yang mendukung data.

Gregory Churchill :
1. Bahan Hukum Primer (memp. kekuatan hukum
mengikat)
2. Bahan Hukum Sekunder (memberi penjelasan bahan hk
primer, tidak memp. kekuatan mengikat)
3. Bahan Hukum Tersier (memberi penjelasan bahan hukum
Bahan Hukum Primer
èBahan hk yg mempunyai sifat autoritative (dibuat lembaga/pejabat
yang berwenang dan mengikat umum).
èBerupa legislasi dan regulasi, tidak termasuk beschiking/decree (krn.
Konkrit, khusus dan individual).
Ex: Per-UU-an (UU No 12 TAHUN 2011 à PPPU), Catatan
resmi/risalah pembuatan UU, Putusan hakim, dsb.

Bahan Hukum Sekunder


èBahan hk yg berupa publikasi ttg hk yg bukan dokumen resmi
Ex: Buku teks, skripsi, thesis, jurnal, artikel, komentar atas putusan
pengadilan, kamus hukum, dll.
Tulisan2 hk yg bagaimanakah yg layak dijadikan rujukan…?

Apakah boleh menggunakan buku klasik sbg referensi…?

Apakah tulisan non hukum (tehnik, kedokteran dsb) boleh


dijadikan rujukan/referensi…?

Apakah hasil wawancara, dialog, kesaksian ahli hk dipengadilan,


ceramah dapat dijadikan bahan hukum…?
Masuk bahan hukum yg mana???
1. Mengidentifikasi fakta hukum dan mengeliminir hal2 yg tdk
relevan utk menetapkan isu hukum yg hendak dipecahkan;
2. Pengumpulan bahan hukum à sesuai pendekatan yg dipakai;
3. Melakukan telaah atas isu hukum yg diajukan;
4. Menarik kesimpulan dlm bentuk argumentasi à menjawab
isu hukum;
5. Memberikan preskripsi berdasar argumentasi yg tlh dibangun

Penelitian utk kebutuhan praktis


Penelitian utk kebutuhan akademis
1. Identifikasi Fakta hk dan isu hukum
Berdasarkan ketentuan UU No 45 th 1999 Jo UU No 5 Th 2000
Propinsi Irian Barat dimekarkan dg pembentukan Propinsi Irian
Jaya Tengah dan Irian Barat. Tenyata sebelum UU ini
dilaksanakan Bab V UUD 1945 telah mengalami perubahan
khususnya melalui Pasal 18 B. disamping itu telah diundangkan
UU No 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Propinsi
Papua.
èIsu Hukum yg muncul:
Apakah pelaksanaan UU No 45 tahun 1999 Jo UU No 5 Tahun
2000 tidak bertentangan dg ketentuan Pasal 18 B UUD 1945
dan ketentuan UU No 21 Tahun 2001…?
è Mengidentifikasi Isu Hukum

1. Apakah propinsi Papua adalah propinsi Irian Jaya sebagaimana yg


dimaksudkan dalam Pasal 1 hurf a UU No 21 th 2001hanyalah wilayah
Propinsi Irian Jaya yg dimaksudkan dlm Pasal 9 ayat (1) UU No 45 th
1999…?
2. Apakah pelaksanaan UU No 45 th 1999 Jo UU No 5 Tahun 2000 dapat
mengabaikan UU No 21 tahun 2001..?
3. Apakah ketent Hukum Pasal 28 I ayat (3) dan ketent Pasal 18B UUD
1945 tidak berlaku untuk UU No 45 Tahun 1999 dan UU No 5 Tahun
2000 atas dasar bahwa UU No 45 Tahun 1999 telah dibuat sebelum
amandemen UUD 1945..?
2. Pengumpulan Bahan Hukum

èPendekatan yg digunakan: Pendekatan Perundang-undangan


q UUD 1945 sebelum dan sesudah diamandemen
q UU No 21 Tahun 2001 ttg Otonomi Khusus Prop. Papua
q UU No 45 Tahun 1999 Jo UU No 5 Tahun 2000
q Instruksi Presiden No 1 Tahun 2003
3. Melakukan telaah atas isu hukum

è Isu Hukum…?
è Fakta Hukum
è Pendekatan UU (hierarki dan asas-asas)

4. Menarik kesimpulan : Menjawab isu hukum

Penerapan UU No 45 Tahun 1999 Jo UU No 5 th 2000 bertentangan dg UU


No 21 th 2001yg ide dasarnya tersurat dan tersirat dalam Pasal 28 I ayat 93)
dan Pasal 18B UUD 1945
è UU No 45 th 1999 Jo UU No 5 Tahun 2000 adl Inskonstitusional

5. Memberi Preskripsi : Rekomendasi


Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai