Resume mengenai
“Definisi dan Teori Hukum”
Disusun oleh:
MUHAMMAD YAZID
NIM.23103070087
PROGRAM STUDI
2024
A . Definisi Hukum
“apakah hukum itu?” Dalam perkembangannya justru memunculkan dua kubu yang berbeda
pendapat. Pendapat pertama di antaranya menyatakan bahwa tidak mungkin memberikan definisi
tentang hukum, yang sungguh-sungguh dapat memadai kenyataan. Kubu ini dipengaruhi oleh
pendapat beberapa pakar hukum, salah satunya adalah I.Kisch yang mengatakan “doordat het recht
onwaarneembaar is onstaat een moelijkheid bij het vinden van een algemeen bevredigende definitie”,
“Oleh karena hukum itu tidak dapat ditangkap pancaindra, maka sukar membuat suatu definisi hukum
yang memuaskan umum”.1 Kubu ini dapat dibenarkan, apalagi jika kembali ke ungkapan lama yang
ditulis oleh Peter Mahmud Marzuki di atas, ditanyakan pada 100 orang tentang definisi hukum bisa
jadi 100 definisi yang didapatkan. Sulit untuk mencari definisi hukum yang definitif atau tunggal.
Pendapat kedua mengatakan bahwa definisi itu ada manfaatnya, sebab pada saat itu juga dapat
memberi sekadar pengertian pada orang yang baru mulai tentang apa yang dipelajarinya, setidak-
tidaknya digunakan sebagai pegangan. Kubu ini juga benar adanya, penting bagi seseorang yang baru
memulai belajar ilmu hukum atau bagi masyarakat awam mengetahui atau setidaknya memiliki
gambaran yang jelas mengenai definisi hukum. Oleh karena itu, lebih bijak jika dirumuskan unsur-
unsur dan ciri-ciri yang terkandung dari beraneka ragam pendapat tentang definisi hukum. Unsur-
unsur tersebut antara lain
Hukum itu sendiri bukanlah sekadar kumpulan atau penjumlahan peraturan-peraturan yang masing-
masing berdiri sendiri. Arti pentingnya suatu peraturan hukum ialah karena hubungannya yang
sistematis dengan peraturan-peraturan hukum lain. Hukum merupakan sistem berarti hukum itu
merupakan tatanan, merupakan suatu kesatuan yang utuh yang terdiri dari bagian-bagian atau unsur-
unsur yang saling berkaitan erat satu sama lain. Dengan kata lain, sistem hukum adalah suatu kesatuan
yang terdiri dari unsur-unsur yang mempunyai interaksi satu sama lain dan bekerja sama untuk
mencapai tujuan kesatuan tersebut. Kesatuan tersebut diterapkan terhadap kompleks unsur-unsur
yuridis seperti peraturan hukum, asas hukum, dan pengertian hukum.
B. Teori Hukum.
Abad ke-19 (1800), para ahli hukum merasa perlu adanya disiplin hukum yang tidak terlalu
teoretis abstrak seperti filsafat hukum dan tidak terlalu praktis konkret seperti dogmatik hukum.
Pendekatn fenomena semacam ini disebut ajaran hukum umum (algemene rechtsleer, allgemeine
Rechtslehre, general jurisprudenc, theorie general du droit). Ajaran hukum umum ini meneliti apa yang
sama pada semua sistem hukum di waktu yang lampau dan yang seharusnya tidak sama pada semua
sistem hukum. Ajaran hukum umum adalah ilmu tentang das Sein (kenyataan alamiah atau peristiwa
konkret). Materialnya berupa peraturan, namun tidak mencari isi norma melainkan kebenaran dari norma
(Gijssels, 1982: 54).
Ajaran hukum umum secara a priori bertitik tolak pada anggapan adanya ciri-ciri yang bersifat
universal pada semua system hukum. Oleh karena itu, ajaran hukum umum sering dianggap sebagai
bagian dari filsafat hukum, bukan ilmu yang berdiri sendiri. Ajaran hukum umum mempelajari ontologi
hukum, yaitu hakikat hukum melalui jalan empiris, sehingga memberi dasar yang positif ilmiah pada
jawaban atas pertanyaan filosofis asli murni. Tokoh yang mewakili pendekatan ajaran hukum umum
adalah Adolf Reinach (1883-1917), yang berusaha membangun ontologi hukum murni. Dari ajaran
hukum umum, maka sepanjang abad 20 (1900) lahirlah teori hukum (Gijssels, 1982: 54).
Teori hukum bukanlah filsafat hukum dan bukan pula ilmu hukum yang dogmatik. Hal ini tidak
berarti bahwa teori hukum tidak filosofis atau tidak berorientasi pada ilmu hukum dogmatik. Teori hukum
ada di antaranya.
Teori hukum adalah cabang ilmu hukum yang membahas, mempelajari atau menganalisis secara
kritis berbagai aspek teoretis maupun praktis dari hukum positif tertentu secara tersendiri dan dalam
keseluruhannya secara interdisipliner tidak hanya dengan metode sintesis saja, yang bertujuan
memperoleh pengetahuan dan penjelasan yang lebih baik, lebih jelas, dan lebih mendasar mengenai
hukum positif yang bersangkutan.
Teori hukum berbeda dengan dogmatik hukum. Perbedaannya akan dijabarkan dalam tabel
berikut.
Dogmatik Hukum Teori Hukum
Menjelaskan secara konkret mengenai hukum Menganalisis secara teoretis atau kritis mengenai
positif, hal-hal yang telah diatur dalam hukum hal-hal dasar yang tidak diatur dalam hukum positif
positif
Tidak bermaksud mencari kebenaran Bermaksud mencari kebenaran
Metode sintesis Metode interdisipliner
Bersifat terbatas dan sempit karena terikat pada Bersifat lebih bebas dan luas
hukum positif
Mencari keanekaragaman Mencari kesamaan
3. Ruang Lingkup Teori Hukum.