Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

EKSAMINASI DAN LEGAL OPINION

DISUSUN OLEH:

NAMA: ANANG MUHAMMAD RIZALDY

NIM: D1A019052

KELAS: E1

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MATARAM

2021
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembicaraan tentang Pendapat Hukum atau “Legal Opinion” pada hakikat-


nya tidak dapat dilepaskan dari perbincangan tentang Penulisan Hukum. Pe
nulisan Hukum adalah karya akademik yang berkaitan dengan hukum,
Penulisan Hukum dapat dibedakan atas dasar tujuan yang ingin dicapai.
Penulisan Hukum yang bertujuan untuk kepentingan akademik berbeda
dengan penulisan hukum yang bertujuan praktis. Penulisan Hukum akademik
dapat berupa karya tulis ilmi ah seperti, makalah, artikel ilmiah untuk majalah
hukum, laporan penelitian, skrip si, tesis dan disertasi. Sementara penulisan
hukum untuk kepentingan praktis berupa Memoranda Hukum (Legal
memorandum), Pendapat Hukum (Legal Opinion), Pembelaan Tertulis,
Penulisan untuk penyuluhan hukum atau penulisan dokumen-dokumen
hukum.

Dari paparan di atas, jelas bahwa Pendapat Hukum (Legal Opinion)


merupakan salah satu bentuk Penulisan hukum yang utamanya disajikan
dalam rang ka kepentingan praktis. Sajian segenggam ini ingin
mengemukakan pokok bahasan yang berkaitan dengan apa yang disebut
Pendapat Hukum Itu. Sebelum membahas tentang Pendapat Hukum terlebih
dahulu akan dikemukakan pembicaraan tentang Penulisan Hukum.

Ciri-ciri Penulisan Hukum

Penulisan Hukum merupakan wujud karya ilmiah pada hakikatnya tidak da


pat dilepaskan dengan disiplin ilmu hukum itu sendiri. Ilmu Hukum memiliki
ciri-ci ri khas yang berbeda dengan disiplin ilmu lain. Secara singkat Penulisan
Hukum memiliki ciri-ciri (a) penulisan hukum merupakan upaya klarifikasi
bagaimana hu kum berlaku dalam keadaan tertentu, (b) penulisan hukum
merupakan kegiatan penulisan dalam rangka menyelesaikan masalah hukum
(c) penulisan hukum berangkat dari pendeskripsian tentang pengertian-
pengertian pokok dalam hu kum, meliputi subyek hukum, peranan dalam
hukum, peristiwa hukum, hubung an hukum, obyek hukum dan masyarakat
hukum.

Sementara pada sisi lain, ada pula pendapat, bahwa Ilmu Hukum adalah Ilmu
yang bersifat preskriptif dan terapan. Preskriptif karena didalam kajian ilmu
hukum itu terkandung adanya upaya pemahaman tentang tujuan hukum, nilai-
nilai keadilan, validitas aturan hukum, konsep-konsep hukum dan nor ma-
norma hukum, Terapan karena ilmu hukum berusaha menetapkan standard
prosedur, ketentuan- ketentuan, rambu-rambu dalam mengimplementasikan
aturan hukum.

Berlandaskan pada pemahaman tersebut di atas, maka “rule” yang terkan


dung dalam pengertian Ilmu Hukum yang demikian itu tidak dapat dilepaskan
da lam rangka kegiatan penulisan hukum, pada satu sisi pengkajian diarahkan
pada subyek hukum, peranan dalam hukum, peristiwa hukum, hubungan
hukum, obyek hukum dan masyarakat hukum, dan pada sisi lain mengkaji
ketaatasasn antara tujuan hukum, nilai-nilai keadilan, validitas aturan hukum,
dalam pengimplementasiannya beracara menangani kasus-kasus hukum di
masyarakat.

Dengan demikian karena Pendapat Hukum merupakan bagian dari Penulisan


Hukum, maka ciri-ciri yang menjadi karakteristik penulisan hukum itupun
berlaku untuk penyusunan Pendapat Hukum. Dalam arti apa yang seharusnya
menjadi pokok bahasan dalam Pendapat Hukum di dalamnya juga membicara
kan sedikit banyak tentang Subyek Hukum, Peranan dalam Hukum, Peristiwa
Hukum, Hubungan Hukum, Obyek Hukum, Masyarakat Hukum, dan juga
mengkaji ketaatasasan penerapan hukum inkonkretto dengan tujuan hukum,
nilai keadilan, validitas aturan hukum dalam Ketentuan Beracara dalam
praktek pena nganan kasus-kasus hukum di masyarakat.

Pendapat Hukum (Legal Opinion)

Pendapat Hukum (Legal Opinion) adalah penulisan hukum yang dibuat oleh
Kantor Hukum (Law Office) untuk kepentingan kliennya. Penulisan Hukum
jenis ini biasanya adalah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan klien tentang
suatu permasalahan hukum tertentu. Misalnya, seorang klien meminta pendapat
hu kum mengenai masalah hukum untuk kepentingan dirinya sendiri – bekas
direktur PT meminta pendapat hukum apakah ia bisa digugat untuk
perbuatannya selama ia menjabat sebagai direktur PT tersebut, padahal ia
sekarang sudah melepaskan jabatannya, atau seorang investor perusahaan asing
menanyakan tentang apa yang harus dilakukan apa ia ingin menanam modalnya
pada bidang usaha tertentu di Indonesia. Sebagai langkah awal biasanya
perusahaan asing itu ingin mengetahui segala ketentuan hukum yang mengatur
kegiatan yang diminatinya. Perusahaan yang berwawasan luas pasti ingin
mengetahui segala hal yang berkaitan dengan investasi yang akan dilakukannya.
Untuk hal- hal yang berhubungan dengan masalah-masalah hukum biasanya
perusahaan tersebut berusaha memperoleh Pendapat Hukum dari Kantor Hukum
yang dianggapnya bonafid.

Pendapat Hukum ini memang dimaksudkan untuk memberikan keterangan


kepada klien yang ingin mengetahui segala hal yang berkenaan dengan perma
salahan yang dihadapinya, maka isinya juga harus dapat memenuhi haparan si
klien tersebut. Dengan demikian pendapat hukum sering tidak cukup hanya me
ngemukakan segi substanstif dari segala peraturan yang dimintakan oleh klien,
namun menjelaskan juga aspek struktural tentang lembaga-lembaga apa yang
saja yang memiliki kaitan dengan permasalahan klien bersangkutan. Sering juga
mengkait pada budaya hukum yang meliptui sistem nilai yang berpengaruh ter
hadap sikap-sikap tindak warga masyarakat yang memiliki sangkut paut dengan
pertanyaan klien. Pendapat hukum tidak hanya mengemukakan apa yang
seharusnya akan tetapi juga apa yang senyatanya ada.

Pendapat Hukum : Laporan Penelitian Hukum

Berlandaskan pada konsep tentang Pendapat Hukum di atas, maka tidak


terlalu berkelebihan bila dalam rangka penyusunan Pendapat Hukum perlu ada
nya dukungan data-data baik data hukum substantif maupun pratek penegakan
hukum senyatanya di masyarakat. Pendapat Hukum pada hakikatnya tidak lain
adalah “laporan penelitian hukum” yang dituangkan dalam bentuk Pendapat Hu
kum. Atas dasar itu menjadi kebutuhan dalam rangka kegiatan penulisan Penda
pat Hukum, diperlukan adanya pemahaman tentang Penelitian Hukum
Normatif.

Penelitian hukum dalam konteks ini dapat juga disebut sebagai penelitian
hukum normatif 4 adalah “...applied research being directed to specific pro
blems and aiming for tangible outcomes for professional use”. ... research which
provides a systematic exposition of the rules governing a particular legal catego
ry, analyses the relationship between rules, explain areas of difficulty and per
haps predicts future development.” 5 Sementara itu Peter Mahmud, menyatakan
bahwa penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum
guna menjawab isu hukum yang dihadapi. Penelitian hukum dilakukan untuk
menghasilkan argumentasi, teori atau konsep baru sebagai preskripsi dalam me
nyelesaikan masalah yang dihadapi. Produk penelitian hukum adalah rights, ap-
propriate, inappropriate, or wrong.

Berkaitan dengan metode berpikir yang diterapkan dalam tipe penelitian hu


kum yang demikian, maka metode berpikir yang diterapkan dalam penelitian hu
kum ini adalah metode deduktif, dari hal-hal yang bersifat umum menuju hal-
hal yang bersifat khusus. Wujud dari metode berpikir seperti ini tampak dalam
apa yang disebut sebagai Sillogisme yang diajarkan oleh Aristoteles.
Penggunaan metode berpikir deduktif ini berangkat dari “premis mayor”,
dihadapkan pada “pre mis minor” dari kajian antara keduanya menghasilkan
“Conclusio”. Premis Mayor adalah aturan-aturan hukum (lazimnya bersifat
umum), premis minor adalah fakta-fakta hukum (kasus-kasus konkrit hukum)
dari keduanya dihasilkan kesimpulan (conclusio) apakah aturan hukum itu dapat
dijadikan sarana penetapan kasus-kasus hukun yang ada.

Prosedur dan Mekanisme Penyusunan Pendapat Hukum

Oleh karena Pendapat Hukum pada hakikatnya adalah “laporan penelitian


hukum” maka prosedur dan mekanisme penyusunannya pun memerlukan pe
ngetahuan hukum yang komprehensif mengenai masalah yang dimintakan penje
lasan. Pemahaman tentang hukum tidak terbatas hanya pada peraturan perun
dang-undangan saja, tetapi juga bersumber pada keputusan-keputusan penga
dilan dan pendapat- pendapat para praktisi hukum senior.

Isi pendapat hukum tidak hanya berkisar pada bunyi peraturan perundang-
undangan saya tetapi juga menyangkut bagaimana pelaksanaan ketentuan
perundang-undangan itu dalam praktek sehari- hari. Di Indonesia, sering terjadi
in konsistensi antara peraturan perundang-undangan yang satu dengan peraturan
perundang- undangan yang lain, baik secara vertical maupun horizontal. Keten
tuan perundang-undangan sering menyimpang dari Ketentuan Hukum yang
tingkatnya lebih tinggi. Di samping itu tidak jarang suatu ketentuan hukum
ditafsirkan secara berbeda oleh berbagai instansi. Sering pula tidak semua hal
yang di tanyakan Klien sudah ada peraturan perundang-undangannya. Bahkan
sering suatu peraturan perundang-undangan tidak dilengkapi oleh Peraturan
Pelaksana annya. Dalam banyak hal sering Keputusan Pengadilan lebih maju
daripada peraturan perundang-undangan yang ada, misalnya Pembaharuan
Hukum tentang Merk justru dimulai dari Pengadilan. Walaupun Indonesia tidak
menganut prinsip “Stare decisis” tetapi keputusan- keputusan pengadilan tetap
penting artinya dalam lingkup kegiatan penyusunan Pendapat Hukum.

Secara singkat dapat diringkaskan bahwa penyusunan Pendapat Hukum perlu


didukung ketrampilan untuk (a) bagaimana memformulasikan masalah, (b)
bagaimana peraturan perundang- undangan mengatur masalah tersebut (c) bagai
mana keputusan pengadilan mengenai masalah tersebut dan (d) bagaimana pen
dapat dan sikap pejabat mengenai masalah tersebut.

Pada akhirnya perlu pula dikemukakan hal-hal yang harus diperhatikan da


lam penyusunan Pendapat Hukum, yaitu (a) akurat, “check and recheck” harus
dilakukan untuk menghindarkan kesalahan fakta-fakta, pendapat-pendapat, ang
ka-angka, kutipan-kutipan dan kepustakaan. (b) singkat, hal-hal yang tidak
relevan tak usah dituliskan, (c) jelas, “ambiguity” harus dihindarkan dalam
penulisan Pendapat Hukum, (d) Perurutan, pemilihan dan pengaturan bahan
harus cukup sistematis.

Format Pendapat Hukum

Sebelum dikemukakan tentang format pendapat hukum, ada baiknya dikete


ngahkan terlebih dahulu tentang fungsi dari pendapat hukum. Fungsi utama dari
pendapat hukum adalah menemukan jawab atas isu hukum. Isu hukum biasa
nya dimintakan jawaban oleh klien tertentu dalam situasi tertentu. Peranan
penulis pendapat hukum lebih cenderung bersifat prediktif ketimbang
persuasive. Penulis pendapat hukum harus menunjukkan cara pandang obyektif
terhadap pertanyaan yang dimintakan jawab secara professional.

Format standar pendapat hukum lazimnya terdiri atas : (a) Judul, (b) Isu hu
kum yang diajukan, (c) Jawaban Singkat, (d) Pernyataan fakta (e) Pembahasan
Hukum dan (f) Simpulan.

Judul, fungsi dari judul adalah pengidentifikasian nasihat hukum yang


dimintakan pendapat, penulis, tanggal penulisan, persoalan hukum khusus. Isu
Hukum yang diajukan, pertanyaan terarah pada pengidentifikasian persoalan
hukum yang dimintakan jawaban, melalui point ini memungkinkan pembaca
diyakinkan bahwa penulis pendapat hukum mengerti dan menguasai masalah
yang dipertanyakan. Jawaban Singkat, jawaban singkat harus diberikan dalam
waktu singkat, baru kemudian upaya pengelaborasian dan penje lasan jawaban
singkat itu disajikan belakangan dalam pembahasan dan simpulan. Pernyataan
fakta, berisi perangkat fakta sebagai dasar jawaban atas permintaan pendapat
hukum. Dalam rangka pembicaraan pernyataan fakta ini sering untuk
menghindari kekurangcermatan, fakta-fakta dibicarakan secara intens dengan
klien yang meminta pendapat hukum itu. Hal ini berguna untuk meyakinkan
klien bahwa penyusun pendapat hukum tidak “misunderstood” atas fakta yang
nantinya berdampak pa da analisis hukumnya. Klien akan puas mengemukakan
fakta sambil mengevaluasi penjelasan hukum dan aplikasinya atas kasus yang
diajukan, Permintaan pendapat hukum akan kasus tertentu akan memungkinkan
profesi hukum yang lain untuk mengakses analisis hukum yang tertuang dalam
pendapat hukum. Pembahasan, dalam bagian ini secara substansial berisi
tentang penjelasan pada klien anda analisis yang membimbing dan melahirkan
jawaban anda atas kasus-kasus yang dimintakan pendapat. Bagian ini
merupakan inti dari suatu pen dapat hukum, bahkan dapat dikatakan “otak” dari
suatu pendapat hukum terletak pada bagian ini. Ketrampilan yang memadai
dalam penganalisaan hukum dalam berbagai aspeknya akan terlihat pada bagian
ini. Simpulan, mengarah pada ring kasan atas beberapa point analisis anda.
Simpulan akan sangat berguna bila, analisis atas masalah yang kompleks dan
multifaset menghasilkan keterkaitan dan ringkasan pembahasan atas masalah
yang kompleks dan multifaset itu. Di samping itu simpulan dapat mula
meningkatkan opsi bagi klien anda untuk me nentukan seberapa jauh perhatian
untuk mencoba memahami rincian dari analisis anda. Simpulan lebih luas
daripada jawaban singkat yang telah anda sampaikan di point 2. Sekaligus
merupakan berisi hasil pengujian terhadap jawaban singkat yang di sampaikan
pada point 2.

Contoh Pendapat Hukum

Disusun untuk : Disusun oleh Tanggal : Issu Hukum pencurian mobil ;


Permohonan Penasihat Hukum : Summer Clerk
Tanggal : 9 November 1995
Issu hukum : Beth Buckley : file no. 756385; pencurian mobil; apakah
buckley dapat dibatalkan perbuatannya membeli mobil karena usia
buckley belum dewasa.

PERTANYAAN DASAR

Dapatkah Buckley, seorang anak, dibatalkan pembelian mobilnya manakala ia


tidak dapat memahami pertanyaan agen penjualan dan kemudian daripada itu secara
eksiden menyatakan bahwa umurnya sudah 18 tahun ?

JAWABAN SINGKAT

Mungkin dapat dibatalkan, Seorang anak dapat dibatalkan kontrak yang di


buatnya, kecuali anak memalsukan dan mendorong pihak lain terlibat dalam kon
trak. Fakta Buckley, pengadilan mungkinakan menetapkan bahwa pernyataan pe
malsuan yang dilakukan tanpa kesalahan seperti Buckley tak dapat dinyatakan
sebagai penipuan dan kemudian daripada itu akan menghalangi diri anak untuk
melakukan pembatalan kontrak. Sepertinya, pengadilan akan juga menetapkan
bahwa penjual tidak memungkinkan untuk menilai keadaan usia Buckley yang se
sungguhnya.

FAKTA

Klien kami, Beth Buckley berusia 17 tahun dan seorang siswa SLTA, Ia akan
berusia 18 tahun pada tanggal 15 desember. Dua bulan yang lalu ia mem beli mobil
bekas seharga USD 3,000 dari Willis Chevrolet. Ia telah membayar tu nai, uang
berasal dari tabungannya selama bekerja di musim panas. Buckley
mengansuransikan mobilnya, tetapi tidak ditanggungkan untuk asuransi kehilangan
mobil. Minggu lalu mobil dicuri dan Buckley bertanya apakah yang harus
dilakukannya agar ia dapat memperoleh asuransi atas hilangnya mobilnyai itu.

Ketika Buckley pertama melihat mobil di pasar mobil bekas, agen penjualan
menanyakan apakah ia cukup usia untuk dapat membeli mobil, Buckley tidak me
nyadari bahwa ia seharusnya berusia 18 tahun untuk dapat melakukan transaksi
pembelian mobil, bahkan ketika ia membayar tunai sekalipun. Ia berpikir bahwa
agen penjualan mobil bertanya apakah ia cukup usia untuk mengemudikan mobil
dan dijawabnya “Ya”. Agen penjualan mobil tidak meminta melihat kartu identitas
Buckley dan memikirkan lagi tentang masalah usia si pembeli (Buckley).

Hari esoknya, Buckley kembali ke pasar mobil, lalu memilih mobil yang ia
inginkan untuk dibelinya dan menyelesaikan transaksi, Ia ingat “menandatangani
secarik Kertas” tetapi tidak membacanya dan tidak paham apa yang tertulis di da
lam secarik kertas itu. Ia mengatakannya bahwa agen penjualan tidak mencoba
untuk menjelaskan dokumen itu. Ia dengan enaknya menunjukkan ia harus tanda
tangan di bagian mana dari dokumen, dan Buckley pun lalu menandatanganinya Ia
tidak menyadari bahwa ia masih memiliki copy dokumen itu, akan tetapi ia akan
melihat surat-surat itu dan memberikan kepada kami untuk kami ketahui isi nya.

PEMBAHASAN

1. Dapatkah Beth Buckley membatalkan transaksi pembelian mobilnya ?

Seorang yang belum cukup umur tidak memiliki kemampuan untuk


mengikat kandiri dalam transaksi, akan tetapi transaksi yang dibuat oleh
seorang belum cu kup umur tidak otomatis batal. Kasus Hood v. Duren, 125,
S.E. 787 (Ga. Ct, App. 1924). Secara umum, seseorang yang belum cukup
umur pada saat ia membuat transaksi dapat membatalkan transaksi atas
dasar alasan waktu setelah umur-nya mencapai usia mayoritas. O.C.G.A, #
13-3-20 (1982) Merrits v Jowers, 193 S.E. 238 (Ga. 1937) Pertimbangan
kaidah adalah pengakuan bahwa seseorang yang belum cukup umur tak
memiliki cukup kematangan atas keputusan yang di buatnya, sehingga
kaidah hukum bermaksud melindunginya dari akibat-akibat yang merugikan
diri mereka.

Meskipun, seorang yang belum cukup umur dapat dihentukan dari pembatal
an pembuatan transaksi hanya apabila (a) anak telah membuat kesalahan dan
memalsukan usianya (b) para pihak yang terlibat transaksi menyadari akan
pe-malsuan usia itu dan (c) anak telah mencapai uisa diskresi. Karena unsur
perta ma sepertinya harus didisposisi dalam kasus Buckley, pendapat hukum
dapat di kemukakan berikut ini.

Buckley tanpa kesengajaan memalsukan usianya mungkin tak cukup untuk


menyatakan dirinya sebagai pelaku penipuan umur.

Unsur pertama yang diperlukan untuk menghentukan hal itu adalah


penyam paian kesalahan atau ketidakbenaran informasi. Seorang belum
cukup umur membuat kesalahan dan penyampaian informasi palsu apabila
ia secara affirma tif dan sengaja membuat pernyataan umurnya, dengan
maksud agar agen pen jualan itu memakai pernyataan anak itu sebagai dasar
perbuatannya agen itu. Seperti yang terjadi pada kasus Carney, anak itu
mengatakan pada agen penjual bahwa ia telah berumur 22 tahun, agen itu
mencatatnya dan menggunakan kete rangan anak itu untuk pengajuan
lamaran kredit, dan anak menandatanganinya dan jual beli mobil pun terjadi.
Pengadilan menguatkan pendapat pengadilan di tingkat pertama bahwa anak
telah memalsukan umurnya dan transaksi pembeli an mobil itupun
dibatalkan.

SIMPULAN

Buckley dapat dibatalkan sejauh ia telah (a) memberikan keterangan palsu


tentang umurnya (b) Willis Chevrolet dapat dibernarkan melandaskan keterang-
an palsu anak itu, dan (c) Buckley telah mencapai umur untuk dapat kasusnya di
lakukan diskresi. Atas dasar fakta sebagaimana dikemukakan diatas, pengadilan
dapat menetapkan bahwa Buckley tidak memberikan keterangan palsu atas
umurnya, Pengadilan mungkin dapat pula menetapkan bahwa Willis Chevrolet
tak dapat dibenarkan melandaskan keputusannya menjual mobil pada anak itu
pada keterangan palsu anak itu dan dan menyatakan Buckley transaksinya diba
talkan karena tidak memenuhi syarat kedewasaan seseorang untuk berperilaku
dalam peristiwa hukum.

PENUTUP

1. Pendapat hukum merupakan salah satu bentuk dari Penulisan Hukum.


2. Pendapat Hukum seperti juga sifat dari Penulisan Hukum memerlukan
pema haman kajian-kajian hukum secara doctrinal
3. Pendapat Hukum pada dasarnya merupakan “laporan hasil Penelitian
norma tif” atas kasus-kasus tertentu yang dimintakan pendapat pihak lain
4. Format Penulisan Pendapat Hukum adalah (a) Judul (b) Isu Hukum (c)
Jawaban Singkat (d) Pernyataan Fakta (e) Pembahasan kasus dan (e) Sim
pulan.
DAFTAR PUSTAKA

Agus Brotosusilo, Victor Purba, Theodorus Sardjito, Buku Pegangan Dosen Penulisan
Hukum, Jakarta : KIH, Yayasan Asia, 1995.

Linda Holdeman Edwards, Legal Writing, Process, Analysis and Organization, New
York : Little Brown and Company, 1996

Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Jakarta : Prenada Media, 2005 Rahmat Syafaat,
Advokasi dan Pilihan Penyelesaian Sengketa,

Malang : Agritek YPN, 2005

Thomas R. Haggard, Legal Drafting in a Nutshell, St. Paul Minnesota : West


Publishing Co. 1996

Anda mungkin juga menyukai