Hanya kelompok yurislah yang kompeten untuk menduduki profesi hukum seperti
hakim, jaksa, advokat. Di Belanda kualitas yuris melekat pada gelar Mr. (Meester in
the rechten), dalam sistem Anglo-Amerika, karakter itu melekat pada gelar LLM.
Sementara, lulusan pendidikan tinggi hukum di Indonesia tidak jelas menunjukkan
karakter yutis, misal S1 (Sarjana Hukum), Lulusan S2 (awalnya M.S., kemudian
M.Hum., menjadi M.H.)
Perbedaan antara Ilmu Hukum Normatif dengan Ilmu Hukum
Empiris, menurut D.H.M. Meuwissen, antara lain:
Teori Hukum
Dogmatik Hukum
Praktik Hukum
• Secara kronologis, perkembangan ilmu hukum diawali oleh filsafat dan
disusul oleh dogmatik hukum (ilmu hukum positif). Dua disiplin ini
memiliki perbedaan yang sangat mendasar. Filsafat Hukum sangat
spekulatif, sedangkan hukum positif sangat teknis.
• Oleh karenanya perlu disiplin lain yang menjembatani keduanya di tengah-
tengah. Disiplin itu mula-mula berbentuk ajaran hukum umum (algemene
rechtsleer) yg berisi ciri-ciri umum seperti asas-asas hukum dari berbagai
sistem hukum. Disiplin ini kemudian berkembang menjadi teori hukum.
• Dogmatik hukum, teori hukum, filsafat hukum pada akhirnya harus diarahkan
kepada praktik hukum. Praktik hukum ini menyangkut 2 aspek utama, yaitu
pembentukan hukum dan penerapan hukum.
• Permasalahan penerapan hukum antara lain mengenai: interpretasi hukum,
kekosongan hukum (leemten in het recht), antinomi dan norma yang kabur
(vage normen).
• Tiap lapisan ilmu hukum memiliki karakteristik khusus mengenai: konsep,
eksplanasi, dan sifat atau hakikat keilmuannya.
Karakteristik Lapisan Ilmu Hukum