Anda di halaman 1dari 5

Nama : Amanda Neysaputri

NIM : 210710101289

Mata Kuliah : Hukum Internasional

Kelas :A

PRINSIP KEDAULATAN NEGARA TERHADAP CAMPUR TANGAN ASING DALAM


MASALAH SEPARATISME DI PAPUA BERDASARKAN HUKUM INTERNASIONAL

A. Prinsip Campur Tangan Asing Terhadap Kedaulatan negara Berdasarkan Hukum


Internasional

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Negara memiliki dua pengertian yakni negara
merupakan organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan
ditaati oleh rakyat. Negara juga diartikan sebagai kelompok sosial yang menduduki wilayah atau
daerah tertentu yang diorganisasi di bawah lembaga politik dan pemerintah yang efektif,
mempunyai kesatuan politik, berdaulat sehingga berhak menentukan tujuan nasionalnya.1

Menurut Dr. Wiryono Projodikoro, SH, Negara adalah suatu organisasi di atas kelompok
atau beberapa kelompok manusia yang bersama - sama mendiami suatu wilayah (teritori)
tertentu, dengan mengakui adanya suatu pemerintahan yang mengurus tata tertib dan
keselamatan sekelompok atau beberapa kelompok manusia tadi.

Seperti pengertian negara diatas, menduduki suatu wilayah yang pasti menjadi salah satu
unsur yang penting dalam terbentuknya suatu negara. Selain wilayah yang pasti, adapun unsur
lainnya yang membentuk suatu negara. Seperti menurut Pasal 1 Konvensi Montevideo 1993,
unsur-unsur terbentuknya negara yakni adanya penduduk yang tetap, wilayah tertentu,
pemerintahan, dan kemampuan menjalin hubungan dengan negara lain. Suatu Negara yang lahir
juga belum tentu bahwa negara tersebut memiliki kedaulatan. Kedaulatan merupakan kekuasaan
tertinggi yang dimiliki oleh suatu negara untuk secara bebas melakukan berbagai kegiatan sesuai
kepentingannya asal saja kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan hukum internasional. 2 Jika
1
“Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Kamus Versi Online/Daring (Dalam Jaringan), Negara
Https://Kbbi.Web.Id/Negara.”
2
Ihsan, “Kedaulatan.”
suatu negara memiliki kekuasaan atas suatu wilayah atau teritorial dan hak-hak yang kemudian
timbul dari penggunaan kekuasaan teritorial, negara tersebut juga dapat ditetapkan sebagai
negara yang berdaulat.3 Sesuai konsep hukum internasional kedaulatan memiliki tiga aspek
utama yaitu:

1. Aspek ekstern kedaulatan adalah hak bagi setiap Negara untuk secara bebas menentukan
hubungannya dengan berbagai Negara atau kelompok-kelompok lain tampa tekanan atau
pengawasan dari Negara lain.
2. Aspek intern kedaulatan ialah hak atau wewenang eksklusif suatu Negara untuk
menentukan bentuk lembaga-lembaganya, cara kerja lembaga-lembaganya tersebut dan
hak untuk membuat undang-undang yang diinginkannya serta tindakan-tindakan untuk
mematuhi.
3. Aspek teritorial kedaulatan berarti kekuasaan penuh dan eksklusif yang dimiliki oleh
Negara atas individu-individu dan benda-benda yang terdapat di wilayah tersebut (Boer
Mauna,2005:24).

Indonesia juga mengatur hak kedaulatan yang dituangkan dalam Undang-Undang RI


Nomor. 43 Pasal 7 tentang Wilayah Negara yang berbunyi “Negara Indonesia memiliki hak-
hak berdaulat dan hak-hak lain di wilayah yurisdiksi yang pelaksanaannya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan hukum internasional”. Namun, saat ini dalam
pelaksanaannya, Indonesia masih ada intervensi (campur tangan) yang dilakukan oleh
negara-negara luar contohnya dalam isu separatisme yang berada di wilayah Papua. Itilah
Separatis atau separatisme ditujukan pada tindakan seseorang atau sekelompokorang atau
komunitas yang berada dalam satu kesatuan besar yang hendak memisahkan diri atau keluar
dari komunitas atau kesatuan besar itu dengan maksud berdiri sendiri sebagai negara atau
bangsa merdeka.4 Gerakan separatisme di Papua yakni bernama Organisasi Papua Merdeka
yang muncul tahun 1963 dan 1964.5 Contoh intervensi yang terjadi yakni negara Vanuatu
yang sudah lama menyokong gerakan Papua Merdeka yang di akomodasikan oleh kelompok
separatisme seperti kelompok Organisasi Papua Merdeka (OPM), dalam beberapa

3
Situmorang, “Konsep Kedaulatan Negara Dan Rakyat Dalam Undang-Undang Dasar 1945 Dan Pancasila.”
4
Sefriani, “Separatisme Dalam Perspektif Hukum Internasional: Studi Kasus Organisasi Papua Merdeka.”
5
“Situasi Buruk Yang Dimaksud Antara Lain Seperti Sikap Sebagian Pejabat Di Irian Jaya Yang Seperti Orang Baru
Menang Perang, Pembangunan Yang Terabaikan Oleh Indonesia, Kemerdekaan Papua Neugini, Ibid, Him. 398-
399.”
kesempatan lainnya di sidang Majelis Umum PBB Vanuatu sendiri dengan lantang
menentang Indonesia atas kebijakan yang dilakukan di wilayah Papua. 6 Vanatu juga
menghentikan isu politik yang mengintervensi kedaulatan Indonesia dalam
mengatasnamakan Hak Asasi Manusia di Papua. Yang mana sudah jelas di instrument
hukum internasional yang mengatur tentang prinsip non intervensi contohnya pada Piagam
PBB Pasal 2 ayat (7) menyatakan, tidak ada yang terkandung dalam Piagam ini yang
memberikan kewenangan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk campur tangan dalam masalah
yang pada dasarnya dalam yurisdiksi domestik setiap negara (‘to intervere in matters which
are essentialy within the domestic jurisdiction of any state). Berdasarkan instrument hukum
tersebut, negara-negara lain seharusnya tidak mencampuri urusan negara Indonesia seperti
yang dilakukan negara Vanuatu. Selain Piagam PBB, Adapun pernyataan yang telah
dikeluarkan oleh Majelis Umum PBB Nomor. 2625 tahun 1970 tentang Declaration on
Principles of International Law Concerning Friendly Relations and Cooperation among
States, yang mengatur tentang tujuh asas utama dalam praktik hukum internasional yang
harus ditegakkan, sebagai berikut.

a. Setiap negara tidak melakukan sebuah tindakan yang berupa ancaman agresi
terhadapa satu keutuhan wilayah negara lain.
b. Bahwa negara-negara harus menyelesaikan sengketanya dengan cara damai dan
sedemikian rupa sehingga tidak mengancam perdamaian dan keamanan internasional.
c. Negara-negara berkewajiban untuk menjalin kerjasama dengan negara lain
berdasarkan pada piagam PBB.
d. Asas persamaan hak dan penentuan nasib sendiri
e. Tidak melakukan intervensi terhadap urusan atau persoalan domestik negara lain.
f. Asas persamaan kedaulatan negara.
g. Setiap negara harus dapat dipercaya dalam memenuhi kebutuhan

Prinsip tersebut memberikan jaminan pengakuan pada kedaulatan negara anggota dan
perlindungan dari intervensi negara lain terhadap persoalan internal negara anggota. Tindakan
intervensi yang dilakukan negara lain kepada negara lainnya sudah jelas melanggar kaidah

6
“Pikiran Rakyat Com, Geger Vanuatu Dukung Kemerdekaan Papua Barat Di PBB, Ada 8 Negara Lain Yang Satu
Suara, Https://Www.Pikiran-Rakyat.Com/Nasional/Pr-01781677/Geger-Vanuatu-Dukung-Kemerdekaan-Papua-
Barat-Di-Pbb-Ada-8-Negara-Lain-Yang-Satu-Suara”
hukum internasional. Prinsip ini berkaitan erat dengan Prinsip Kedaulatan Negara. Jika berbicara
mengenai kedaulatan negara, yang telah ada sejak lahirnya perjanjian Westphalia tahun 1648
(The Treaty of Westphalia 1648). Perjanjian tersebut menyatakan bahwa setiap negara yang
berdaulat bebas dari penekanan, intimidasi, maupun intervensi dari negara lain, masing-masing
negara harus menjaga hubungan yang baik dengan negara lain dengan tidak ikut mengurusi
urusan internal suatu negara dalam kaitan relasi antar negara.7

B. Strategi Pemerintah Indonesia Dalam Menghadapi Intervensi Asing Terhadap Papua

Dalam permasalahan intervensi dari negara Vanuatu ini, pemerintah harus bertindak
tegas dan harus memiliki upaya serta strategi atas tindakan yang sudah Vanuatu lakukan
dalam menyuarakan Organisasi Gerakan Papua Merdeka. Dalam hal ini, Indonesia
melakukan upayapendekatan secara diplomatis keppada pemerintah Vanuatu yakni sebagai
berikut.

1. Melakukan kerjasama antar parlemen dimana pada tanggal 23 April 2015 pihak
indonesia mengadakan penandatangananan Memorandum of Understanding (MoU)
antara Parlemen Indonesia dengan Parlemen Vanuatu dengan harapan kedua negara
dapat mengadakan pertukaran kunjungan pimpinan masing-masing parlemen, dimana
Indonesia dan Vanuatu dapat melakukan konsultasi dan komunikasi untuk
menyelesaikan perbedaan yang ada, salah satunya mengenai persoalan Papua.8
2. Melakukan berbagai kerjasama dengan Vanuatu dalam bidang teknologi, pertanian,
pendidikan, peternakan, dan bidang lainnya. Hal ini sendiri merupakan bagian dari
pendekatan diplomasi yang dilakukan oleh Indonesia terhadap Vanuatu, melalui kerja
sama ini diharapkan dapat memberikan sebuah pengaruh atas sikap dari Republik
Vanuatu yang masih konsisten mendukung kemerdekaan Papua.9
3. Indonesia memberikan kesempatan selebar-lebarnya terkait informasi yang ada di
Papua, hal ini dilakukan untuk membantah tuduhan yang mengatakan bahwa jurnalis
asing tidak mendapat ijin untuk masuk ke daerah Papua. Selain itu juga melalui

7
“Sandy Kurnia Christmas, Joko Setiyono, Intervensi Militer Terhadap Kudeta Politik Menurut Prinsip Jus Cogens,
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia, Vol. 1 No. 3 (2019) Hal 315-316.”
8
“Viva.Co.Id, Kerjasama Parlemen RI-Vanuatu Masuki Babak Baru, Https://Www.Viva.Co.Id/Berita/Dunia/618339-
Kerjasama-Parlemen-Ri-Vanuatu-Masuki-Babak Baru,.”
9
“Ahmad Sabir, ‘Diplomasi Publik Indonesia Terhadap Vanuatu Dalam Upaya Membendung Gerakan Separatisme
Papua’, Jurnal Hubungan Internasional, Tahun XI, No. 1 (Januari-Juni 2018), Hal 97.”
Kementerian Luar Negeri telah merilis sebuah laporan yang berjudul “No Genocide in
West Papua”, diamana dalam rilis laporan tersebut pemerintah Indonesia menjabarkan
data-data statistik, dan fakta-fakta mengenai pertumbuhan ekonomi di Papua.
C. Kesimpulan
Prinsip dari intervensi negara asing terhadap kedaulatan negara menurut hukum
internasional, yakni merujuk ada piagam PBB yakni dalam pasal 2 ayat (7) dan juga dalam
resolusi PBB No. 2625 tahun 1970 tentang Declaration on Principles and Cooperation
among States yang dalam kedua instrumen hukum tersebut telah mengatur bahwa masing-
masing negara harus menghormati kedaulatan negara lain dan tidak ikut campur dalam
urusan atau persoalan internal negara lain yang disebut prinsip non intervensi. Dalam hal ini
terutama kepada negara Vanuatu, Pemerintah Indonesia melakukan berbagai pendekatan
bahkan kerjasama dengan Vanuatu dalam berbagai bidang, seperti kerja sama antar
parlemen, teknologi, pertanian, dan pendidikan dengan harapan agar Vanuatu dapat merubah
pandangannya atas konflik Papua.

Anda mungkin juga menyukai