Anda di halaman 1dari 42

SUBROGASI,

NOVASI DAN CESSIE


Dr. Bambang Syamsuzar Oyong, SH.MH
Notaris PPAT – Dosen
Latar Belakang Perjanjian Jaminan

■ Pada BW, telah menyediakan sarana pengaman pada perjanjian kredir yaitu pada Pasal 1131 BW,
yang menyatakan bahwa semua harta kekayaan debitor menjadi jaminan bagi pelunasan hutang-
hutangnya kepada kreditor, atau yang dikenal sebagai jaminan umum. Sebab tertuju kapada seluruh
harta-harta debitor, para kedudukan kreditor dalam posisi yang sama yang tidak ada diistimewakan.
■ Pada jaminan kebendaan sepanjang harta-harta debitor mencukupi tidak ada masalah untuk
melunasi hutang-hutangnya.
■ Masalah akan timbul jika debitor tidak mencukupi untuk melunasi hutang-hutangnya terhadap
harta-harta yang dimilikinya. Maka jika dilelang didasari pada keseimbangan kepada kreditor-
kreditor lainnya. (Pasal 1132 BW)
■ Namun disatu sisi ada pemberian hak istimewa kepada kreditor dalam menempatkan posisinya dari
kreditor lainnya (Pasal 1133 BW)
■ Melahirkan kedudukan Kreditor Konkuren dan Kreditor Preferen, yang mana dalam
kedudukannya berbeda satu dan lainnya.
Subrogasi dan Ketentuannya

■ Pembicaraan mengenai doktrin subrogasi tidak dapat dipisahkan dari


pembayaran. Sebab subrogasi timbul sebagai akibat adanya pembayaran.
■ Subrogasi terjadi karena pembayaran yang dilakukan oleh pihak ketiga
kepada kreditor (siberpiutang) baik secara langsung maupun secara tidak
langsung dengan melalui debitor (siberutang) yang meminjam uang dari
pihak ketiga. Sehingga pihak ketiga akan menggantikan posisi kreditor
lama, maka pihak ketiga tersebut sebagai kreditor (baru) terhadap debitor.
■ Mengenai hal tersebut terdapat berbagai doktrin, yang menyebutkan
bahwa dengan terjadinya pembayaran maka perikatan antara kreditor
lama menjadi hapus dan kemudian dihidupkan lagi untuk kepentingan
pihak ketiga sebagai kreditor baru.
■ Pendapat yang lain mengatakan bahwa hanya perikatan antara kreditor
dengan debitor lama yang hapus, maka kreditor yang lama tidak lagi
dapat menuntut kepada debitor dia tetap mempunyai kewajiban untuk
pembayaran utang kepada pihak ketiga sebagai kreditor baru.
■ Yang perlu dihindari adalah jangan sampai kreditor menerima
pembayaran dua kali atas utang yang sama, setelah menerima
pembayaran dari pihak ketiga, dengan cara kreditor menuntut
pembayaran lagi kepada debitor. Oleh karena itu, dibutuhkan akta
subrogasi (perjanjian subrogasi).
■ Doktrin subrogasi, ini untuk menghidari atau mencegah timbulnya
unjust enrichment (memperkaya diri secara tidak adil).
Dalam system hukum common law, subrogasi dapat dibedakan atas simple
subrogation dan reviving subrogation.
■ Simple subrogatian yaitu pembayaran yang dilakukan oleh pihak ketiga
kepada kreditor oleh hukum dianggap tidak menghapuskan kewajiban debitor
kepada kreditor. Pihak ketiga yang telah membayar hutang debitor tidak dapat
menuntut secara langsung kepada debitor.
■ Reviving subrogation yaitu pembayaran yang dilakukan oleh pihak ketiga
kepada kreditor mengakibatkan hapusnya kewajiban debitor kepada kreditor.
Sebaba hokum memberikan hak kepada pihak ketiga untuk melakukan
sibrogasi.
■ Yang perlu diperhatikan menurut hukum (BW), dalam hal pihak ketiga membayar
kepada kreditor, maka subrogasi hanya terjadi jika pihak ketiga bertindak untuk diri
sendiri. Sebab seandainya pihak ketiga membayar untuk dan atas nama debitor, maka
perikatan antara kreditor dan debitor menjadi hapus dan tidak beralih kepada pihak
ketiga.
■ Pertanyaan yang selalu timul apakah utang-utang dalam lapangan hukum
perdata saja yang dapat disubrogasikan bagaimana dengan hutang pajak?
■ Pajak dalam system hukum Indonesia sebagai piutang Negara mempunyai
kedudukan yang lebih tinggi dari piutang-piutang lainnya, termasuk
piutang yang dijamin dengan gadai, hipotik, fidusia dan hak tanggungan.
■ Dalam hokum asuransi doktrin subrogasi tidak dapat dipisahkan dari
doktrin indemnity, artinya suatu perjanjian penanggungan yang tidak
memenuhi asas indemnitas tidak menimbulkan hak subrogasi, meskipun
perusahaan asuransi telah membayar klain asuransi.
Pengaturan subrogasi

■ Subrogasi dalam BW diatur dalam ketentuan Pasal 1400 BW, disebutkan


subrogasi adalah penggantian hak-hak oleh seorang pihak ketiga yang
membayar kepada kreditor. Subrogasi dapat terjadi baik melalui perjanjian
maupun karena ditentukan oleh Undang-Undang.
■ Subrogasi harus dinyatakan secara tegas dan karena ia bukan merupakan
pembebasan hutang. Tujuan pihak ketiga melakukan pembayarn kepada
kreditor adalah untuk menggantikan kedudukan kreditor lama, dan bukan
membebaskan debitor dari kewajiban pembaran utang kepada kreditor.
■ Subrogasi memang harus dinyatakan dengan tegas karena subrogasi berbeda
dengan pembebasan hutang.
■ Subrogasi terjadi sebelum diadakan yurisdische levering, perbuatan
hokum pemindahan hak milik dari penjual kepada pembeli. Sebab
apabila telah dilakukan yurisdische levering, maka benda tersebut
menjadi milik pembeli.
■ Dapatkan hak hipoteik pembeli membebani benda menjadi miliknya
sendiri ? Hipoteik hanya dapat dibebankan atas benda milik orang lain,
seperti benda milik debitor atau pihak ketiga dan bukan membebani
benda milik kreditor(baru) sendiri.
■ Dalam perikatan tanggung menanggung dimana terdapat beberapa debitor, maka
subrogasi terjadi jika seorang debitor membayar atau melunasi utang debitor lainnya.
■ Pasal 1282 BW, menyebutkan bahwa eksistensi suatu perikatan tanggung menanggung
harus dinyatakan dengan tegas oleh para pihak atau dengan tegas ditentukan oleh
undang-undang.
■ Pasal 1403 BW, menjelaskan bahwa dalam hal utang debitor hanya dibayar sebagian
oleh pihak ketiga, maka subrogasi baik yangterjadi karena perjanjian atau undang-
undang , tdk menghalangi kreditor lama meminta atau menuntut sisa pembayaraan
utang debitor. Untuk sisi piutang maka kedudukan kreditor lama lebih tinggi dari pada
kreditor baru.
Pada Nieuw Nerderlands Burgerlijk Wetboek, membicarakan subrogative
diatur pada Buku 6 Titel 2 Afdeling 2, disebutkan bahwa suatu piutang
beralih kepada pihak ketiga atas dasar subrogasi karena :
■ Jika benda yang menjadi milik pihak ketiga disita dn
dieksekusi untuk membayar suatu piutang;
■ Jika pihak ketiga membayar suatu tagihan karena benda
miliknya dibebani jaminan bagi pelunasan suatu piutang.
■ Jika pihak ketiga membayar suatu piutang untuk mencegah
penyitaan dan eksekusi atas benda bukan miliknya dimana
penyitaan dan eksekusi akan mengakibatkan kehilangan ha
katas benda tersebut atau piutang pihak ketiga menjadi tidak
terjamin pemenuhannya.
■ Atas dasar kesepakatan antara pihak ketiga (yang membayar
tagihan) dan debitor, dan dalam hal ini kreditor mengetahui
adanya kesepakatan tersebut pada saat pihak ketiga membayar
piutang atau kreditor telah diberitahukan.
■ Sedangkan menurut the prench civil code (code civil Perancis) Pasal
1249 menyebutkan bahw subrogasi adalah hak kreditor bagi manfaat atau
kepentingan pihak ketiga yang membayar kepadanya. Subrogasi ini dapat
terjadi secaa konvensional ataupun legal.
Pasal 1250 the French Civil Code, menyebutkan subrogasi terjadi secara
konvesioal berupa :
 Ketika kreditor menerima pembayaran dari pihak ketiga yang
menggantikan haknya, tindakan hokum, privilege, maupun hipotek terhadp
dibitor, subrogasi harus dinyatakan dengan tegas pada waktu pembayaran.
 Ketika debitor meminjam uang untuk membayar utangnya dan supaya
pihak ketiga meminjam uang menggantikan kedudukan kreditor dengan
cara subrogasi. Untuk syarat sahnya subrogasi dokomen peminjaman uang
dan tanda terima harus dibuat dan ditandatangani dihadapan Notaris.
Dokumen peminjaman uang tersebut harus menyatakan bahwa uang yang
dipinjam digunakan untuk membayar utang debitor kepada kreditor dan
pada tanda terima dinyatakan bahwa pembayaran dilakukan dengan
menggunakan uang dari kreditor baru. Subrogasi dapat terjadi tanpa
persetujuan kreditor lama.
Sedangkan berdasarkan Pasal 1251 the French civil Code memnjelaskan
terjadinya subrogasi karena hokum :
■ Subrogasi terjadi bagi kepentingan kreditor yang membayar piutang
kreditor lain yang mempunyai kedudukan lebih tinggi berdasarkan
privilege atau hipotek.
■ Subrogasi terjadi bagi kepentingan pembeli yang menggunakan uang
pembayaran harga untuk membayar piutang kreditor yang dijamin
dengan hipotek.
■ Subrogasi terjadi bagi kepentingan pihak yang diwajibkan
bersama-sama pihak lain atau bagi kepentingan pihak lain,
untuk membayar utang dan mempunyai kepentingan untuk
membayar utang.
■ Subrogasi terjadi bagi kepentingan seorang ahli waris yang
mempunyai hak istimewa untuk mengadakan pencatatan harta
peniggalan, dan telah membayar utang waarisan dengan uang
sendiri.
Akibat hukum Subrogasi

■ Dengan adanya subrogasi maka beralihnya piutang kreditor kepadan


pihak ketiga yang melakukan pembayaran.
■ Pada perjanjian pinjam meminjam uang sebagai perjanjian pokok, dalam
prakteknya selalu diikuti dengan pengikatan jamainan seperti gadai,
fidusia, hipotik, hak tanggungan yang dinyatakan juga sebagai perjanjian
accessoir. Sifat dari perjanjian assessoir adalah mengikuti perjanjian
pokoknya. Dengan adanya subrogasi, maka hak kreditor sebagai
pemegang jaminan berupa gadai, fidusia, Hipotik, hak Tanggungan, juga
beralih kepada pihak ketiga sebagai kreditor baru.
■ Yang perlu diperhatikan keabsahan perjanjian pokok yaitu perjanjian pinjam-
meminjam uang atau perjanjian kredit. Sebab pembebanan jaminan gadai,
fidusia, Hak Tanggungan, dan hipotik adalah perjanjian bersifat accessoir, artinya
sah atau tidaknya perjanjian accesoir tergantung pada perjanjian pokok. Dalam
hal perjanjian pokoknya sah dan perjanjian accesoirnya tidak sah, maka kreditor
dalam kedudukannya sebagai kreditor preferent tidak dapat melakukan eksekusi
atas benda yang dibebani gadai, fidusia, hipotik, dan hak tanggungan. Akan tetapi
dalam kedudukannya sebagai kreditor konkuren masih dapat melakukan eksekusi
berdasarkan ketentuan Pasal 1131, Pasal 1132 BW yang menyebutkan bahwa
semua harta benda debitor, demi hokum menjadi jaminan bagi utang-utangnya
kepada kreditor dan hasil penjualan benda tersebut dibagi secara prorate,
menurut besar kecilnyapiutan kredior.
Penelahan Kasus Junet Adiwidjaya atas harta
bersama melawan Bank Rama cabang Semarang

■ Pada tanggal 29 Oktober 1986, Junet Adiwidjaya menika dengan Ny. Ratnawti dicatatan cipil
Kotamadya Bandung.
■ Berdasarkan akta perkawinan No. 371/1968, yang menikah tanpa membuat perjanjian kawin.
Sehingga berdasarkan Pasal 119 BW terjadi persatuan harta perkawinan.
■ Selama perkawinan mereka memperoleh tiga bidang tanah, yaitu dengan dibuktikan Sertifikat HM
No. 128/Kel. Jambe, Sertfikat HM No. 247/Kel. Jambe dan Sertifikat HM No. 198/Kel. Jambe.
Ketiga sertifikat tersebut di atas namakan istri Ny. Ratnawati.
Berdasarkan Surat Kuasa Memasang Hipotiek No. 98 Tgl 9 Juni 1990, Ratnawati bertindak sebagai
penjamin utangnta Hartono kpd Bank Rama, tanpa persetujuan suami yang bersangkutan.
Karena tidak ada persetujuan suami Surat Kuasa Memasang Hipotiek, oleh MA dibatalkan melalui
putusan batal demi hukum (nietig)
Proses Pengalihan Angunan dari Kreditor
Lama ke Kreditor Baru
■ Dalam subrogasi adanya penggantian kedudukan kreditor lama ke kreditor baru,
bagaimana proses pengalihan objek jaminan yang tercatat atas nama kreditor lama.
■ Pada ketentuan Pasal 16 UU Hak Tanggungan menyebutkan bahwa dengan
terjadinya cessie, subrogasi, pewarisan dan lainnya, maka demi hukum HT beralih
kepda kreditor yang baru. Maka tidak perlu membuat APHT yang baru. Pemegang
HT yang baru dengan perbuatan cessie, dan subrogasi dapat didapat didaftarkan
untuk menggantikan kreditor yang lama.
■ Bagaimana dengan gadai ? Maka harus dipenuhi syarat inbezitsteling, artinya untuk
sahnya gadai barang harus dilepaskan dari kekuasaan debitor asal.
■ Psal 1977 BW pembeli beretikat baik dilindungi oleh hukum.
■ Apabila utang yang dijaminkan dengan gadai dibayar oleh pihak ketiga, apakah
untuk terjadinya subrogasi atas hak gadai, maka kreditor lama harus melepaskan
kekuasaan atas barang tersebut dan menyerahkannya kepada kreditor baru ?
■ Menurut Asser tdk harus, karena kreditoe lama tetap dapat menguasasi barang
tersebut bagi kepentingan kreditor baru.
■ Namun hal ini bertolak belakang dengan ketentuan Pasal 143 NBW, yang
menyebutkan bahwa jika seluruh piutang dialihkan, maka kreditor lama harus
menyerahkan penguasaan atas benda yang digadaikan kepada kreditor baru.
■ Sedangkan dalam fidusia, penyerahan barang bergerak secara contititutum
possessorium artinya si debitor tetap menguasasi barang tersebut.
Bagaimana Subrogasi dalam Perjanjian Penanggungan Hutang ?
Perjanjian penanggungan hutang diatur dalam Pasal 1820 BW, yaitu suatu perjanjian di
mana pihak ketiga (penanggung) mengikatkan diri kepada kreditor untuk menjamin
pelunasan utang debitor kepada kreditor manakala debitor wanprestasi.
Hubungan hukum yang terjadi adalah antara penganggung dengan kreditor, setelah
penanggung melakukan pembayaran kepada kreditor, maka penanggung berhak menuntut
pembayaran keapda debitor.
Hal penanggung ini disebut hak regres dan hak subrogasi. Namuun hak regres ini berbeda
dengan hak subrogasi. Hak regres diatur pada Pasal 1839 BW adalah penanggungan
sendiri buka hak hak subrogasi yaitu hak yang diperolehd ari kreditor lama..
■ Penanggung hutang adalah suatu perjanjian accessoir (Pasal 1821 BW),
menyebutkan tiada penanggungan jika tidak ada suatu perikatan hutang
pokok yang sah.
■ Jika perjanjian hutang piutang tersebut tdk sah, maka perjanjian
penanggungan utang juga tidak sah.
■ Oleh sebab itu dikenal dengan istilah Personal guarantee, corporate
guarantee.
■ Pembayaran sebagian hutang juga mengakibatkan subrogasi. Artinya
sorang penanggung hutang tidak dapat mengikatkan dirilebih, maupun
syarat2 yang lebih berat dari perikatan antar debitor dan kreditor.
■ Jika kenyataan lebih berat, maka penanggung hanya sah sebatas apa yang
ada pada perikatan.
■ Oleh karena itu pembayran sebagian hutang oleh penanggung dapat
mengakibatkan subrogasi sepanjang penanggung hanya diadakan untuk
sebagaian hutang saja.
Penanggung melepaskan hak istimewa

■ Pada dasarnya Penanggung mempunyai hak istimewa, untuk meminta


harta benda debitor disita untuk membayar dan melunasi hutang-
hutangnya , jika tidak cukp baru menjadi beban penanggung.
■ Namun faktanya penanggung melepaskan hak istimewa tersebut
NOVASI

■ Jika pada subrogasi perikatan antara kreditor lama dan debitor hapus
karena pembayaran dan kemudian perikatan tersebut hidup lahi antara
pihak ketiga sebagai krediotr baru dengan debitor.
■ Namun pada Novasi pihak kreditor dan debitor bersekapat untuk
menghapuskan perikatan lama dan menggantikan dengan perikatan baru.
■ Sebab pada Novasi (Pembaharuan hutang) perikatan lama hapus, maka
pokok perikatan baru dapat berbeda dengan pokok perikatan yang lama.
Misalnya awal mulangya perjanjian jual beli, dirubah menjadi perjanjian
pinjam meminjam uang.
Novasi terbagi 2 :
1. Novasi Objektif (Pembahruan hutang yang berhubungan objeknya yang berganti)
2. Novasi Subjektif (Pembaharuan hutang dilihat daru subjek perjanjian antara Pihak Pertama, Pihak
Kedua dan memasukan Pihak Ketiga)
- Novasi Subjektif Aktif (Terjadi jika kreditor dalam perikatan lama doganti dengan pihak ketiga
pada perikatan yang baru)
- Novasi Subjektif Pasif (Terjadi jika debitor dalam perikatan yang lama diganti dengan pihak
ketiga sebagai debitor dalam perikatan yang baru)
Pada Novasi, bahwa keduduka kreditor yang baru bukan menempati kedudukan pada kreditor yang
lama, demikian pula debitor yang baru tdk menempati posisi kedudukan debitor yang lama, sebab
perikatan lama sudah hapus.
Yang membedakan subrogasi dengan novasi :
Pada subrogasi merupakan perjanjian accesoir ikut beralih kepada kreditor
baru mengikuti perjanjian pokoknya beralih kepada kreditor yang baru.
Sedankan pada novasi, karena perjanjian pokoknya hapus, maka perjanjian
accesoir juga hapus, kecuali para pihak dengan tagas menyatakan bahwa
hak-hak yang bersifat accesoir seperti hak gadai dan hak hipotik dalam
perjanjian lama tidk ikut hapus.
Pasal 1413 BW menyebutkan ada tiga
cara untuk melaksanakan Novasi :
■ Apabila debitor membuat suatu perikatan utang baru bagi kreditor untuk
menggantikan perikatan yang lama yang dihapuskan karenanya. Hal
inilah yang disebut novasi objektif.
■ Apabila seorang debitor baru ditunjuk untuk menggantikan seorang
debitor lama yang dibebaskan dari perikatannya. Hal ini disebut novasi
subjektif pasif.
■ Apabila sebagai akibat suatu perjanjian baru, ditunjuk seorang kreditor
baru, untuk menggantikan kreditor lama terhadap siapa si debitor
dibebaskan dari perikatannya. Hal ini disebut novasi subjektif aktif.
Restrukturisasi Hutang Sebagai Bentuk
Novasi
■ Restrukturusasu hutang adalah penghapusan perjanjian kredit yang lama untuk
diperbaharui dengan perjanjian kredit yang baru. Restrukturisasi hutang termasuk dalam
novasi objektif dalam hal ini esensi perjanjian lama dan perjanjian baru adaalh sama-
sama hutang piutang.
■ Namun bisa saja restrukturisasi kredit bisa juga berbeda dengan perjanjian kredit
lamayang sudah hapus. Misalnya restrukturusasi kredit dalam bentuk debt to equity
swapt, konversi obligasi menjadi saham. Dalam hal ini bukan terjadi novasi tetapi
perjumpaan hutang atau kompensasi.
Refinancing : Penambahan Fasilitas
Kredit sebagai Bentuk Novasi
■ Dalam perjanjian kredit dengan jumlah uang yang besar seperti kredit sindikasi, kredit
investasi atau kredit korporasi, pada umumnya kreditor mencantumkan klausula
wanprestasi seperti indebtedness default, debitor dianggap wanprestasi jika mengambil
kredit baru. Atau encumbrances default artinya debitor dianggap wanprestas jika
menjaminkan asetnya kepada kreditor lain.
Cessie

■ Cessie adalah suatu cara mengalihkan piutang atas nama yang di atur dalam Pasal 613
BW .
■ Pengalihan ini terjadi atas dasar suatu peristiwa perdata, seperti perjanjian jual beli
antara kreditor lama dengan calon kreditor baru.
■ Dalam cessie hutang piutang yang lama tidak hapus hanya beralih kepada pihak ketiga
sebegai kreditor baru.
Membedakan Cessie dan Subrogasi,
menurut Volmer
■ Cessie selalu terjadi karena perjanjian, sedangkan subrogasi dapat terjadi karena undang-undang
maupun perjanjian.
■ Bagi cessie selalu diperlukan pada akta sedangkan dalm subrogasi hal ini tidak mutlak, kecuali
bagi subrogasi yang lahir dari perjanjian di mana debitor menerima uang dari pihak ketiga untuk
membayar hutangnya kepada kreditor.
■ Dalam cessie peranan kreditor mutal diperlukan sedangkan dalam subrogasi yang terjadi karena
undang-undang , hal ini tidka diperlukan.
■ Subrogasi terjadi sebagai akibat pembayaran sedangkan cessie dapat didsarkan atas berbagai
peristiwa perdata, misal Jual Beli maupun hutang piutang.
■ Cessie hanya berlaku kepada debitor setelah adanya pemberitahuan sedangkan dalam subrogasi
meskipun pemberitahuan diperlukan tetapi bukan merupakan syarat bagi berlakunya subrogasi.
■Sekian

Anda mungkin juga menyukai