■ Pada BW, telah menyediakan sarana pengaman pada perjanjian kredir yaitu pada Pasal 1131 BW,
yang menyatakan bahwa semua harta kekayaan debitor menjadi jaminan bagi pelunasan hutang-
hutangnya kepada kreditor, atau yang dikenal sebagai jaminan umum. Sebab tertuju kapada seluruh
harta-harta debitor, para kedudukan kreditor dalam posisi yang sama yang tidak ada diistimewakan.
■ Pada jaminan kebendaan sepanjang harta-harta debitor mencukupi tidak ada masalah untuk
melunasi hutang-hutangnya.
■ Masalah akan timbul jika debitor tidak mencukupi untuk melunasi hutang-hutangnya terhadap
harta-harta yang dimilikinya. Maka jika dilelang didasari pada keseimbangan kepada kreditor-
kreditor lainnya. (Pasal 1132 BW)
■ Namun disatu sisi ada pemberian hak istimewa kepada kreditor dalam menempatkan posisinya dari
kreditor lainnya (Pasal 1133 BW)
■ Melahirkan kedudukan Kreditor Konkuren dan Kreditor Preferen, yang mana dalam
kedudukannya berbeda satu dan lainnya.
Subrogasi dan Ketentuannya
■ Pada tanggal 29 Oktober 1986, Junet Adiwidjaya menika dengan Ny. Ratnawti dicatatan cipil
Kotamadya Bandung.
■ Berdasarkan akta perkawinan No. 371/1968, yang menikah tanpa membuat perjanjian kawin.
Sehingga berdasarkan Pasal 119 BW terjadi persatuan harta perkawinan.
■ Selama perkawinan mereka memperoleh tiga bidang tanah, yaitu dengan dibuktikan Sertifikat HM
No. 128/Kel. Jambe, Sertfikat HM No. 247/Kel. Jambe dan Sertifikat HM No. 198/Kel. Jambe.
Ketiga sertifikat tersebut di atas namakan istri Ny. Ratnawati.
Berdasarkan Surat Kuasa Memasang Hipotiek No. 98 Tgl 9 Juni 1990, Ratnawati bertindak sebagai
penjamin utangnta Hartono kpd Bank Rama, tanpa persetujuan suami yang bersangkutan.
Karena tidak ada persetujuan suami Surat Kuasa Memasang Hipotiek, oleh MA dibatalkan melalui
putusan batal demi hukum (nietig)
Proses Pengalihan Angunan dari Kreditor
Lama ke Kreditor Baru
■ Dalam subrogasi adanya penggantian kedudukan kreditor lama ke kreditor baru,
bagaimana proses pengalihan objek jaminan yang tercatat atas nama kreditor lama.
■ Pada ketentuan Pasal 16 UU Hak Tanggungan menyebutkan bahwa dengan
terjadinya cessie, subrogasi, pewarisan dan lainnya, maka demi hukum HT beralih
kepda kreditor yang baru. Maka tidak perlu membuat APHT yang baru. Pemegang
HT yang baru dengan perbuatan cessie, dan subrogasi dapat didapat didaftarkan
untuk menggantikan kreditor yang lama.
■ Bagaimana dengan gadai ? Maka harus dipenuhi syarat inbezitsteling, artinya untuk
sahnya gadai barang harus dilepaskan dari kekuasaan debitor asal.
■ Psal 1977 BW pembeli beretikat baik dilindungi oleh hukum.
■ Apabila utang yang dijaminkan dengan gadai dibayar oleh pihak ketiga, apakah
untuk terjadinya subrogasi atas hak gadai, maka kreditor lama harus melepaskan
kekuasaan atas barang tersebut dan menyerahkannya kepada kreditor baru ?
■ Menurut Asser tdk harus, karena kreditoe lama tetap dapat menguasasi barang
tersebut bagi kepentingan kreditor baru.
■ Namun hal ini bertolak belakang dengan ketentuan Pasal 143 NBW, yang
menyebutkan bahwa jika seluruh piutang dialihkan, maka kreditor lama harus
menyerahkan penguasaan atas benda yang digadaikan kepada kreditor baru.
■ Sedangkan dalam fidusia, penyerahan barang bergerak secara contititutum
possessorium artinya si debitor tetap menguasasi barang tersebut.
Bagaimana Subrogasi dalam Perjanjian Penanggungan Hutang ?
Perjanjian penanggungan hutang diatur dalam Pasal 1820 BW, yaitu suatu perjanjian di
mana pihak ketiga (penanggung) mengikatkan diri kepada kreditor untuk menjamin
pelunasan utang debitor kepada kreditor manakala debitor wanprestasi.
Hubungan hukum yang terjadi adalah antara penganggung dengan kreditor, setelah
penanggung melakukan pembayaran kepada kreditor, maka penanggung berhak menuntut
pembayaran keapda debitor.
Hal penanggung ini disebut hak regres dan hak subrogasi. Namuun hak regres ini berbeda
dengan hak subrogasi. Hak regres diatur pada Pasal 1839 BW adalah penanggungan
sendiri buka hak hak subrogasi yaitu hak yang diperolehd ari kreditor lama..
■ Penanggung hutang adalah suatu perjanjian accessoir (Pasal 1821 BW),
menyebutkan tiada penanggungan jika tidak ada suatu perikatan hutang
pokok yang sah.
■ Jika perjanjian hutang piutang tersebut tdk sah, maka perjanjian
penanggungan utang juga tidak sah.
■ Oleh sebab itu dikenal dengan istilah Personal guarantee, corporate
guarantee.
■ Pembayaran sebagian hutang juga mengakibatkan subrogasi. Artinya
sorang penanggung hutang tidak dapat mengikatkan dirilebih, maupun
syarat2 yang lebih berat dari perikatan antar debitor dan kreditor.
■ Jika kenyataan lebih berat, maka penanggung hanya sah sebatas apa yang
ada pada perikatan.
■ Oleh karena itu pembayran sebagian hutang oleh penanggung dapat
mengakibatkan subrogasi sepanjang penanggung hanya diadakan untuk
sebagaian hutang saja.
Penanggung melepaskan hak istimewa
■ Jika pada subrogasi perikatan antara kreditor lama dan debitor hapus
karena pembayaran dan kemudian perikatan tersebut hidup lahi antara
pihak ketiga sebagai krediotr baru dengan debitor.
■ Namun pada Novasi pihak kreditor dan debitor bersekapat untuk
menghapuskan perikatan lama dan menggantikan dengan perikatan baru.
■ Sebab pada Novasi (Pembaharuan hutang) perikatan lama hapus, maka
pokok perikatan baru dapat berbeda dengan pokok perikatan yang lama.
Misalnya awal mulangya perjanjian jual beli, dirubah menjadi perjanjian
pinjam meminjam uang.
Novasi terbagi 2 :
1. Novasi Objektif (Pembahruan hutang yang berhubungan objeknya yang berganti)
2. Novasi Subjektif (Pembaharuan hutang dilihat daru subjek perjanjian antara Pihak Pertama, Pihak
Kedua dan memasukan Pihak Ketiga)
- Novasi Subjektif Aktif (Terjadi jika kreditor dalam perikatan lama doganti dengan pihak ketiga
pada perikatan yang baru)
- Novasi Subjektif Pasif (Terjadi jika debitor dalam perikatan yang lama diganti dengan pihak
ketiga sebagai debitor dalam perikatan yang baru)
Pada Novasi, bahwa keduduka kreditor yang baru bukan menempati kedudukan pada kreditor yang
lama, demikian pula debitor yang baru tdk menempati posisi kedudukan debitor yang lama, sebab
perikatan lama sudah hapus.
Yang membedakan subrogasi dengan novasi :
Pada subrogasi merupakan perjanjian accesoir ikut beralih kepada kreditor
baru mengikuti perjanjian pokoknya beralih kepada kreditor yang baru.
Sedankan pada novasi, karena perjanjian pokoknya hapus, maka perjanjian
accesoir juga hapus, kecuali para pihak dengan tagas menyatakan bahwa
hak-hak yang bersifat accesoir seperti hak gadai dan hak hipotik dalam
perjanjian lama tidk ikut hapus.
Pasal 1413 BW menyebutkan ada tiga
cara untuk melaksanakan Novasi :
■ Apabila debitor membuat suatu perikatan utang baru bagi kreditor untuk
menggantikan perikatan yang lama yang dihapuskan karenanya. Hal
inilah yang disebut novasi objektif.
■ Apabila seorang debitor baru ditunjuk untuk menggantikan seorang
debitor lama yang dibebaskan dari perikatannya. Hal ini disebut novasi
subjektif pasif.
■ Apabila sebagai akibat suatu perjanjian baru, ditunjuk seorang kreditor
baru, untuk menggantikan kreditor lama terhadap siapa si debitor
dibebaskan dari perikatannya. Hal ini disebut novasi subjektif aktif.
Restrukturisasi Hutang Sebagai Bentuk
Novasi
■ Restrukturusasu hutang adalah penghapusan perjanjian kredit yang lama untuk
diperbaharui dengan perjanjian kredit yang baru. Restrukturisasi hutang termasuk dalam
novasi objektif dalam hal ini esensi perjanjian lama dan perjanjian baru adaalh sama-
sama hutang piutang.
■ Namun bisa saja restrukturisasi kredit bisa juga berbeda dengan perjanjian kredit
lamayang sudah hapus. Misalnya restrukturusasi kredit dalam bentuk debt to equity
swapt, konversi obligasi menjadi saham. Dalam hal ini bukan terjadi novasi tetapi
perjumpaan hutang atau kompensasi.
Refinancing : Penambahan Fasilitas
Kredit sebagai Bentuk Novasi
■ Dalam perjanjian kredit dengan jumlah uang yang besar seperti kredit sindikasi, kredit
investasi atau kredit korporasi, pada umumnya kreditor mencantumkan klausula
wanprestasi seperti indebtedness default, debitor dianggap wanprestasi jika mengambil
kredit baru. Atau encumbrances default artinya debitor dianggap wanprestas jika
menjaminkan asetnya kepada kreditor lain.
Cessie
■ Cessie adalah suatu cara mengalihkan piutang atas nama yang di atur dalam Pasal 613
BW .
■ Pengalihan ini terjadi atas dasar suatu peristiwa perdata, seperti perjanjian jual beli
antara kreditor lama dengan calon kreditor baru.
■ Dalam cessie hutang piutang yang lama tidak hapus hanya beralih kepada pihak ketiga
sebegai kreditor baru.
Membedakan Cessie dan Subrogasi,
menurut Volmer
■ Cessie selalu terjadi karena perjanjian, sedangkan subrogasi dapat terjadi karena undang-undang
maupun perjanjian.
■ Bagi cessie selalu diperlukan pada akta sedangkan dalm subrogasi hal ini tidak mutlak, kecuali
bagi subrogasi yang lahir dari perjanjian di mana debitor menerima uang dari pihak ketiga untuk
membayar hutangnya kepada kreditor.
■ Dalam cessie peranan kreditor mutal diperlukan sedangkan dalam subrogasi yang terjadi karena
undang-undang , hal ini tidka diperlukan.
■ Subrogasi terjadi sebagai akibat pembayaran sedangkan cessie dapat didsarkan atas berbagai
peristiwa perdata, misal Jual Beli maupun hutang piutang.
■ Cessie hanya berlaku kepada debitor setelah adanya pemberitahuan sedangkan dalam subrogasi
meskipun pemberitahuan diperlukan tetapi bukan merupakan syarat bagi berlakunya subrogasi.
■Sekian