Anda di halaman 1dari 4

SURAT GUGATAN

Bukittinggi, 9 Agustus 2023

Kepada Yth :
Kepala Pengadilan Negeri Kota Bukittinggi
Di
Kota Bukittinggi
Hal : Gugatan Kepemilikan Tanah Atas Sertifikat Hak
Milik No.392 SU No.164/1971
Lampiran : I. Surat Kuasa
II. Surat Gugatan
Dengan hormat, yang bertanda tangan dibawah ini:

Martias Tanjung, S.Ag., & Wanda octarian, S.H, M.Kn.,


Kami yang merupakan Advokat pada kantor Advokat Martias Tanjung,S.Ag & Partners Law
Firm yang beralamat di Jln. Guru Tuo GG Melur No.08 Kota Bukittinggi. Untuk dan atas nama
Klien kami Ermiyati dan Emmiyati dengan Surat Kuasa nomor : 001/SK-MT/VII/2023
Dengan ini mengajukan gugatan Kepemilikan Atas Tanah Bersertifikat Hak Milik dengan
No.392 SU No.164/1971 yang terletak di Anak Air RW01/RT002 Kel. Pulai Anak Air, dengan
duduk permasalahan sebagai berikut.

Kronologi / Duduk Permasalahan:


- Bahwa orang tua klien kami (Bainar dan Tansuri /adik kakak (Almh) memiliki sebidang
tanah yang luasnya kira kira 360 m2 sesuai dengan bukti Pembayaran Pajak Bumi dan
Bangunan (Terlampir) yang asal usulnya diperoleh dari pemberian / hibah (Jasa Silih
Jerih) sebagai pembantu Rumah Tangga dan sebagai penggarap / mengolah sawah si
pemberi hibah seluas kira kira 8.000 m 2 lebih milik (Dr.Syahrial dan Menek /suami istri )
pada tahun 1950, dimana proses pemberian hibah tersebut dilakukan secara lisan yang
disaksikan lansung oleh anaknya yang bernama Dr. A.R.Syahrial dan anak angkat
bernama Juminin ;
- Bahwa anak angkat Dr.Syahrial dan Menek yang Bernama Juminin, kemudian
dinikahkan dengan Tansuri kakak kandung Bainar (orang tua Ermiyati dan Emmita / ahli
waris);
- Bahwa dalam perjanjian hibah secara lisan tersebut Tansuri dan Bainar dipersyaratkan
tidak boleh menjual, memindahtangankan kepada pihak manapun dan harus
dimanfaatkan oleh penerima hibah secara turun temurun untuk menjaga keberlansungan
kehidupan penerima hibah secara turun temurun mengingat penerima hibah sebagai
perantau dari Padang Pariaman.
- Bahwa sejak tahun 1950, tanah yang berasal dari hibah tersebut ditempati oleh keluarga
Bainar/Tansuri (Almh) dan anak keturunannya sebagai ahli waris secara terus menerus
sampai saat sekarang ini dan selalu menunaikan kewajiban Ipeda / Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB);
- Bahwa sekira tahun 1971 pemilik tanah/ keluarga (Dr. Syahrial & Menek)
mensertifikatkan tanah sawah yang orang tua klien kami jaga,garap dan olah dan
memasukkan tanah seluas 360 m2 yang dihibahkan kepada kami tersebut menjadi satu
sertifikat dengan nomor Sertifikat Hak Milik No.392 SU No.164/1971 seluas 8853 m 2
dan orang tua klien kami tetap melaksanakan kewajiban menjaga, menggarap dan
mengolah tanpa ada permasalahan gugatan,komplain dari pihak keluarga
Dr.Syahrial/Menek ;
- Bahwa sekira tahun 1984 keluarga Dr. Syahrial yang Bernama Ibu Basyariah alias Bas
menjual tanah tersebut kepada Ganda alias Apau berdasarkan akta jual beli
No.05/I/OP/1984 tanggal 12 Januari 1984 telah dilakukan jual beli dihadapan
Notaris/Pejabat Pembuat Akta Tanah Achtar Ilyas SH di Bukittinggi dimana didalam akta
jual beli tersebut dicantumkan lokasi tanah yang dijual dan tidak termasuk tanah yang
klien kami tempati seluas 360 m2 dikarenakan mereka tahu tanah tersebut sudah
dihibahkan kepada orangtua klien kami sebagai pembantu rumah tangga dan
pengolah,penjaga, penggarap selama ditinggalkan pemilik, dan ditegaskan oleh keluarga
Dr.Syahrial tidak akan pernah mengganggu gugat tanah yang sudah dihibahkan tersebut;
- Bahwa pada saat proses jual beli dilansungkan terdapat permasalahan / perselisihan
antara penjual (Keluarga Dr.Syahrial/ Basyariah ) dengan pembeli (Ganda / Apau ) yang
bermuara kepada gugatan Perdata No.05/Pdt/G/1985 PN BT (wanprestasi ), Banding
Putusan Pengadilan Tinggi Sumatera Barat No.39/G/B/K/N/1986 PN Pdg 22 Maret 1986
telah memutuskan :
a. Dalam Konvensi :
Telah menguatkan putusan Pengadilan Negeri Bukittinggi dan memperbaiki /
menambah :
1. Menyatakan bahwa Tergugat 1 (Ganda/ Apau) telah melakukan cidera janji
(wanprestasi) dengan tidak membayar hutangnya pada tanggal 12 Juli 1984;
2. Menghukum Tergugat I (Ganda/Apau) untuk membayar bunga 0.5% per bulan
sejak Januari 1984 sampai ia melunasi hutangnya tersebut ;
b. Dalam Rekonvensi :
- Membatalkan gugatan penggugat Rekonvensi / Tergugat I Konvesni / terbanding tidak
dapat diterima (NO) dengan alasan hukum antara lain:
1. Tidak jelasnya Posita Gugatan yang mendukung petitum gugatan ;
2. Tidak digugatnya semua penjual dalam Akta No.5/I/GP/1984 yakni :
1. Rafinah Saleha;
2. Nursyirwan Adil;
3. Basyariah Sanusi Galib ;
4. Aisyah ;
5. Ir.Yahya Syukri ;
6. Marhamah;
7. Kartini Salmah;
8. Dermawan Syahrial;
9. Saadiah.

Serta sudah memperoleh kekuatan hukum tetap di tingkat kasasi dengan Putusan
Mahkamah Agung RI No.2756 K/Pdt/1986 Tanggal 10 November 1987 yang mana amar
putusannya berbunyi : “menolak permohonan Kasasi dari penggugat (1. Ganda 2.
Asmawati 3. Hendri Sutan Raangkayo Batuah )”. Sehingga dengan demikian perkara
Perdata No.05/Pdt/G/1985 PN BT telah mempunyai kekuatan hukum pasti ;
- Bahwa sekalipun orang tua klien kami tidak termasuk di dalam pihak-pihak yang
berperkara dalam perkara wanprestasi tersebut, secara otomatis status wanprestasi dalam
akta jual beli batal demi hukum/tidak sah dan tanah yang klien kami kuasai secara fisik
sejak tahun 1950 sampai sekarang adalah hak milik klien kami dan untuk selanjutnya
tidak ada hambatan dan larangan untuk klien kami lakukan pengurusan dan penerbitan
sertifikat di BPN Kota Bukittinggi ;
- Bahwa sekira tahun 1984 disaat proses jual beli belum mempunyai status hukum yang
jelas dan sekira tahun 1985 pihak pembeli (Ganda/Apau) diduga menghibahkan
sebahagian tanah kepada Polsek Kota Bukittinggi serta melakukan Pembangunan Kantor
Polsekta Bukittinggi persis bersebelahan atau berbatasan lansung dengan tanah yang
dikuasai oleh klien kami semenjak tahun 1950 sampai sekarang, dan dikhawatirkan tanah
yang kami kuasai tersebut akan diterbitkan sertifikat atas nama tanah negara/kepolisian ;
- Bahwa kekhawatiran tersebut cukup beralasan dikarenakan pada saat terjadinya proses
jual beli pada tahun 1985 tersebut orang tua klien kami pernah diperiksa menjadi saksi di
pihak kepolisian untuk menjelaskan duduk perkara dan asal usul penguasaan fisik tanah
yang dikuasi oleh klien kami sejak tahun 1950 dan orang tua klien kami telah
memberikan keterangan menjelaskan seterang terangnya dan sejelas jelasnya yang pada
kesimpulannya tidak ada peristiwa pidana melainkan murni masalah perdata sesuai
dengan putusan pengadilan (bukti terlampir )
- Bahwa berselang sekira 29 (dua puluh sembilan tahun ) tahun setelah itu pada tanggal 18
Juli 2023 klien kami diminta datang ke oleh salah seorang anggota Polsekta Bukittinggi
untuk menandatangani sebuah surat pernyataan yang berisi pengakuan bahwa tanah yang
dikuasai oleh klien kami tersebut adalah milik Ganda/Apau dan Anggota Polsekta
Bukittinggi tersebut memberikan jaminan dan garansi secara lisan :
1. Bahwa pihak Polsekta Bukittinggi bermaksud akan melakukan proses pemecahan
sertifikat untuk keperluan Polsekta Bukittinggi melaksanakan Pembangunan dari
bantuan Mabes Polri tanpa ada kejelasan tentang tanah hibah Polsekta Bukittinggi
Pembangunan tidak bisa dilaksanakan ;
2. Bahwa Anggota Polsekta tersebut menjamin penguasaan fisik tanah oleh pihak klien
kami yang sudah ditempati sejak 1950 tersebut tidak akan diganggu gugat sambil
bersaksi atas nama Tuhan ;
3. Bahwa dengan alasan tersebut bertujuan untuk kebaikan dan kelancaran
Pembangunan yang menjadi alasan pihak kepolisian tersebut klien kami
membubuhkan tnda tangan nya ;
4. Bahwa semejak saat itu setelah dilakukan pertemuan keluarga besar klien kami
disimpulkan sebagai berikut :
a. Mencabut kembali pernyataan tanda tangan yang sudah dibubuhkan dihadapan
anggota Polsekta Bukittinggi untuk menghindari terjadinya kesalahan dan
kekeliruan serta sengketa terhadap kepemilikan tanah yang sudah kami kuasai
semenjak tahun 1950 akan berpindah kepihak lain ;
b. Meminta semua hasil putusan ke pengadilan Negeri Kota Bukittinggi yang
berhubungan dengan penguasaan tanah klien kami ;
c. Membuat permohonan ke Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan
Pertanahan Nasional (ATR/BPN) untuk pembatalan sertifikat yang menyalahi
procedural dan administrasi yang dilakukan oleh BPN Kota Bukitinggi sehingga
menghilangkan dan merugikan klien kami untuk memperoleh kepastian
kepemilikan atas tanah yang sudah diperdapat dari hasil hibah sebagai imbalan
sebagai pembantu rumah tangga, merawat, menjaga, mengelola tanah tersebut
selama ditinggalkan;
d. Mengajukan permohonan kepada pihak BPN untuk melakukan pengukuran serta
menerbitkan sertifikat hak milik klien kami baik melalui cara pemecahan
sertifikat dari sertifikat induk maupun dengan cara lain yang dibenarkan oleh
peraturan perundang undangan yang berlaku ;

Lampiran :
1. Foto Copy Surat Kuasa ;
2. Foto Copy KTP Ahli Waris ;
3. Foto Copy KK Ahli Waris ;
4. Foto Copy Surat Ket kematian ;
5. Foto Copy Surat Ket Kelurahan ahli waris anak kandung ;
6. Ranji / Silsilah Keturunan ahli waris ;
7. Foto Copy Berita acara saksi pada kepolisian ;
8. Foto Copy Pembayaran PBB ;
9. Foto Copy Surat Ket.Tetangga ;
10. Foto Copy Salinan Penjelasan surat surat bukti Tergugat I Perdata
No.09/Pdt/G/1988 PN Bkt.

Demikian surat permohonan ini kami buat dan sampaikan, atas bantuan dan
kerjasamanya kami ucapkan terimakasih.

Dibuat di : Bukittinggi
Pada Tanggal : 03 Agustus 2023

Hormat Saya

(Martias Tanjung,S.Ag)
Kuasa Hukum

Tembusan :
1. Menkopolhukam di Jakarta ;
2. Mahkamah Agung Republik Indonesia;
3. Kantor Sekretariat Presiden RI;
4. Bapak Kepala Kepolisian Republik Indonesia;
5. Badan Pengawas Mahkamah Agung RI;
6. Kepala Kantor Wilayah BPN Sumatera Barat;
7. Kepolisian Daerah Prop.Sumatera Barat;
8. Kepala BPN Kota Bukittinggi;
9. Pengadilan Negeri Kota Bukittinggi kelas 1B
10. Pengadilan Tinggi Sumatera Barat;
11. Kapolresta Kota Bukittinggi;
12. Kapolsekta Bukittinggi
13. Arsip.

Anda mungkin juga menyukai